Anda di halaman 1dari 15

Klompok 1 Metodologi Penelitian

Anggota Klompok:
1. Doni Saputra (21161011)
2. Rajil Gibran (21161001)
3. Sakra Mansum Jayawi (21161046)
4. Laela Siraturrahim (21161027)
5. Nisa Fitriani (21161035)

“PROSES PENCARIAN KEBENARAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN


PENDIDIKAN”

A. Cara Mencari Kebenaran


Banyak cara yang dilakukan untuk mendapatkan kebenaran mulai dari cara yang tidak
sengaja ataupun dengan model yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Masing-
masing model penelitian tersebut memiliki kekhasan yang dapat berlaku saat situasinya
memang mengharuskan demikian. Proses penemuan kebenaran dapat dilakukan dengan cara:
1. Secara kebetulan
Sebagai contoh, pada suatu hari ada seseorang pengembara sakir malaria yang
sedang berjalan-jalan hingga ia kehausan, kemudian ia meminum air di sungai terdekat,
setelah beberapa hari kemudian si pengembara sembuh. Si pengembara mengira, air
sungai itulah yang menyembuhkannya. Namun setelah diteliti ternyata di hulu sungai
tersebut terdapat banyak pohon kina akar pohon tersebut terendam air sungai yang
diminum oleh si pengembara, sehingga sembuhlah si pengembara.
2. Trial and error
Model kedua dalam mendapatkan suatu kebenaran adalah dengan menggunakan
model coba-coba salah atau yang disebut dengan istilah trial and error. Naluri manusia
adalah mencoba sesuatu yang belum diketahuinya metode ini juga disebut sebagai
metode spekulasi, atau metode untung-untungan karena lebih banyak mengandalkan
faktor luck atau keberuntungan semata. Manusia akan selalu mencari cara untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, meskipun hal itu harus mengalami kegagalan
pada awal-awal percobaan yang dilakukannnya.
Model trial and error memiliki peluang adanya kesalahan dalam upaya yang
dilakukan manusia, namun biasanya belajar dari kesalahan itu, manusia akan menemukan
satu cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Harus diingat bahwa
model pemecahan dengan metode trial and error merupakan cara yang lebih banyak
mengandalkan insting manusiawi dibanding pemikiran ilmiah. Oleh karena itu, tentunya
dalam penentuan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan, model pencarian
kebenaran dengan menggunakan model trial and error sebaiknya dihindari.
3. Melalui otoritas
Otoritas dapat dimaknai dengan kekuasaan atau wewenang. Dalam proses
pencarian kebenaran, orang yang dapat saja melakukannya melalui otoritas yang dimiliki,
ataupun secara sederhana siapa ya memegang otoritas kekuasaan yang bersangkutan
dapat mengeluar satu kebenaran. Fenomena tersebut dapat dicermati saat terjad
pemerintahan pada masa kerajaan. Sebagaimana telah diketahui, pada masa kerajaan
raja dulu merupakan sumber undang-undang pertama. Dialah pembuat undang-undang
dan dialah undang-undang itu sendiri. Apapun yang dikatakan raja pasti terjadi. Dalam
konteks budaya jawa dikenal ungkapan sabda pandita ratu. Ungkapan yang secara
eksplisit menjelaskan bahwa segala ucapan raja selalu benar dan tidak mungkin
mengandung kesalahan. Penemuan kebenaran secara otoritas jelas hanya akan
menguntungkan satu golongan saja sebab biasanya pembuat undang-undang tidak ingin
dirinya terjebak dalam undang-undang yang dibuatnya. Tentu saja, penentuan kebenaran
dengan cara ini tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan begitu, untuk hal-hal yang bersifat akademik, penentuan kebenaran
dengan otoritas jelas tidak bisa direkomendasikan. Namun, ada hal yang harus disepakati
bahwa kebenaran otoritas dapat saja diterima, misalnya dalam kasus agama. Kebenaran
yang diperoleh umat beragama lebih pada kebenaran yang sifatnya otoritas, yaitu
kebenaran yang datangnya melalui orang-orang yang dianggap memiliki otoritas agama,
seperti nabi dan rasul, ulama, ataupun tokoh- tokoh agama. Kebenaran ini tidak bisa tidak
harus diterima umat dengan cara taken for granted dan umat tidak memiliki kemampuan
untuk mengkritisi hal-hal tertentu, terutama yang terkait dengan prosesi ibadah maupun
objek sesembahannya.
4. Metode problem solving
Metode problem solving yang dikembangkan merupakan variasi dari metode "Trial and
error". Metode ini menunjukkan skema sebagai berikut:
P1-TS-EE-P2
P1 = problem awal
TS = solusi alternatif-teori yang dicobaajukan
EE = "error diminuting"- evaluasi dengan tujuan menemukan dan membuang kesalahan
P2 = situasi baru yang diakibatkan oleh adanya evaluasi kritisatas solusi tentatif terhadap
problem awal sehingga tumbuh problem baru 8-Danuri & Siti Maisaroh

5. Berpikir kritis/berdasarkan pengalaman


Metode yang lain adalah berpikir kritis dan atau berdasarkan pengalaman. Contoh
metode ini adalah berpikir secara deduktif dan induktif. Secara deduktif artinya berpikir
dari yang umum ke yang khusus. Sedangkan induktif dari yang khusus ke yang umum.
Sekarang ini kerap terjadi kesalahan dalam penerapan metode analisis data pada model
penelitian tertentu, misalnya menganggap deduktif dan indutif merupakan cara berpikir
menganalisis data, itu keliru karena metode induktif dan deduktif merupakan cara
berpikir bukan metode ur menganalisis data.

6. Melalui penyelidikan ilmiah


Kebenaran juga dapat diperoleh melalui penyelidikan ataupun penelitian ilmiah.
Penelitian ilmiah akan menggunakan model atau aturan tertentu yang setiap orang dapat
melacak serta mengikuti alur aturan tertentu yang setiap orang dapat melacak serta
mengikuti alur penelitian yang pernah dilaksanakan. Kebenaran yang diperolehalur
aturan tertentu yang setiap orang dapat melacak serta mengikuti alur penelitian yang
pernah dilaksanakan. Kebenaran yang diperoleh dengan menggunakan penelitian ini
memunginkan diperolehnya suatu kebenaran oleh orang-orang yang berbeda pada waktu
yang berbeda sejauh teori, konstruksi, ataupun kondisi-kondisi yang pernah dilakukan
oleh peneliti awal terpenuhi pada awal penelitian yang dilakukannya. Artinya kebenaran
yang diperoleh ini juga dapat dirasakan oleh orang lain. Bagi kalangan akademisi,
kebenaran inilah yang selalu dikedepankan, yaitu kebenaran yang didasari pada temuan
empiris ilmiah, bukan kebenaran hasil spekulasi tentatif. Kebenaran ilmiah
memungkinkan orang untuk melacak dan membuktikan benar atau tidaknya ungkapan
teori yang diajukan.

B. Faktor Pendorong Timbulnya Pengetahuan


1. Penalaran
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu mengembangkan pengetahuan karena
memiliki kemampuan menalar. Manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang
buruk, mana yang indah dan mana yang jelek melalui proses penalaran yang dilakukan.
Penalaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir dalam menarik suatu
kesimpulan berupa pengetahuan yang merupakan kegiatan berpikir mempunyai
karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran menghasilkan pengetahuan
yang berkaitan dengan berfikir bukan perasaan. Penalaran sebagai salah satu kegiatan
berfikir memiliki ciriciri tertentu yaitu:
a. Adanya suatu pola fikir yang bersifat luas dan logis
b. Bersikap analitik dari proses berfikirnya.
2. Logika
Logika didefinisikan sebagai suatu pengkajian untuk berpikir secara benar. Untuk menarik
suatu kesimpulan sebenarnya terdapat bermacam-macam cara, namun untuk membuat
kesimpulan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang memusatkan diri pada penalaran
ilmiah. Cara penarikan kesimpulan itu ada dua cara yaitu:
a. Logika Induktif, yakni merupakan cara berfikir dimana di tarik suatu kesimpulan yang
bersifat umum dari suatu kasus yang bersifat individual
b. Logika Didukti, yakni kegiatan berfikir yang sebaliknya dar logika induktif. Deduktif
adalah cara berfikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan
yang bersifat khusus

C. Cara Memperoleh Pengetahuan


Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012) adalah sebagai berikut :
1. Cara Ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,
logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut
metode penelitian (rescarch methodology).

2. Cara non ilmiah


a. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini di lakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tidak berhasil, dicoba kemungkinan
yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kemungkinan
ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan
seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
b. Cara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan.
c. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin –pemimpin masyarakat baik
formal maupun informal, para pemuka agama, pemegang pemerintah dansebagiannya
dengan kata lain, pengetahuan ini diperolehberdasarkan pada pemegang otoritas, yakni
orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,
otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuan. Prinsip inilah,
orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik
berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan pendapat sendiri.
d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
e. Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat kadang-kadang dapat menemukan teori kebenaran sebelum ilmu
pendidikan berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti
nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila
anaknya tersebut salah. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang
berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman merupakan metode
(meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anakanak.
f. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para
Nabi.Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang
bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak sebab
kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil
usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
g. Secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat melalui diluar kesadaran dan
tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intutif
sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan
yang sistematis.Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau
suara hati.
h. Melalui jalan pikiran
Manusia telah mampu menggunakan penalannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahua manusia telah
menggunakan dalam pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
i. Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataanpernyataan
khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi
pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalamanpengalaman empiris yang
ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan dalam suatu konsep yang
memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala. Karena proses berpikir
induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat
dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret hal-hal yang abstrak.
j. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke
khusus.Dalam berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara
umum, berlaku juga kebenarannya pada satu peristiwa yang terjadi.
D. Teori-Teori Kebenaran
1. Teori Koherensi
a. Menurut teori ini kebenaran adalah keruntutan pernyataan.
b. Pernyataan-pernyataan dikatakan benar apabila ada keruntutan di dalamnya,
artinya pernyataan satu tidak bertentangan secara logika dengan pernyataan2 yang
lain.
Contoh:
- Semua segitiga mempunyai sudut yang berjumlah 180°
- Penggaris ini berbentuk segitiga
- Jadi, jumlah sudut penggaris ini 180 °
2. Teori Kebenaran Korespondensi
Kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan. Sesuatu
pernyataan dikatakan benar apabila ada bukti empiris yang mendukungnya.

Contoh-contoh:

- Semua besi bila dipanaskan akan memuai.


- Jakarta adalah ibukota negara RI
- Pancasila adalah dasar negara RI
- Orang Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa
- Sebagian besar mahasiswa FIP adalah perempuan.
3. Teori Kebenaran Pragmatis
Menurut teori ini sesuatu pernyataan atau pemikiran dikatakan benar apabila dapat
mendatangkan manfaat atau kegunaan pada banyak orang. Jadi, tidak cukup bila
suatu pernyataan dilihat secara korespondensi atau koherensi. Hal yang lebih penting
adalah apakah pernyataan itu dapat dilaksanakan, ditindaklanjuti dalam perbuatan
yang bermanfaat. Apabila sesuatu itu bermanfaat bagi manusia berarti sesuatu itu
benar. Apabila suatu ide yang brilian dapat dilaksanakan secara operasional barulah
ide tersebut benar.
Contoh:
- Pernyataan “Semua besi bila dipanaskan akan memuai” mempunyai kebenaran
pragmatis bagi tukang pandai besi atau pabrik untuk mengolah besi sehingga menjadi
alat-alat yang bermanfaat bagi manusia.
- Misalnya, ada peristiwa kebakaran. Pernyataan tentang apa sebab kebakaran tidak
bermanfaat, maka tidak benar. Hal yang benar adalah tindakan cepat untuk
memadamkan api seperti mencari ember dan air, menelepon pemadam kebakaran,
dlsb.
4. Teori Konsensus
a. Suatu pernyataan dikatakan benar apabila dihasilkan dari suatu konsensus
bersama (kesepakatan).
b. Untuk mencapai konsensus, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.
c. Menurut Jurgen Habermas, konsensus harus memenuhi syarat:
 Keterpahaman  hal yang dibicarakan dapat dipahami
 diskursus/wacana,  ada dialog antar ide
 ketulusan/kejujuran  semua kepentingan/interest dikemukakan sehingga
ada keterbukaan
 Otoritas orang yang terlibat dalam konsensus memang memiliki
kewenangan untuk itu sehingga keputusannya dapat dipertanggungjawabkan.

E. Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan


Ruang lingkup penelitian pendidikan merupakan batasan atau bisa pula bagian variabel-
variabel yang dijadikan kajian penelitian, metode, atau teori penelitian. Sebenarnya lingkup
penelitian pendidikan sangat luas. Untuk lebih mudah dipahami bisa dibagi ke dalam dua
kelompok besar, yaitu penelitian teoretis dan praktis. Selanjutnya, dari kedua kelompok besar
ini dibagi kembali ke dalam banyak bidang penelitian pendidikan yang sangat luas, setidak-
tidaknya mencakup bidang-bidang seperti penjelasan berikut.

1. Pendidikan Teoritis

Apabila dilihat dari perspektif sejarah, teori-teori pendidikan muncul disebabkan


adanya teori yang telah ada sebelumnya. Posisi teori itu adalah untuk merevisi,
memperbaiki, atau bahkan untuk melahirkan teori baru. Teori pendidikan lahir sesudah
adanya beragam persoalan yang baru di dalam pendidikan itu sendiri. Akibatnya, pada
sebuah sistem yang akan diimplementasikan pada bidang pendidikan yang sudah
disepakati pada masa tertentu, contohnya kurikulum, suatu teori dapat memberi landasan
pada praktik pelaksanaannya. Dari sinilah lahir inovasi dan kreativitas untuk menciptakan
teori-teori yang lebih kontekstual, yang dapat mendorong pula terciptanya suatu desain
pendidikan yang baru dan inovatif. Atas dasar ini penelitian pendidikan sangat
dibutuhkan.
a. Studi Filosofis Pendidikan
1) Aliran aliran filsafat pendidikan perenialisme, eksistensialisme, idealisme.
pragmatisme, realisme, dan lain-lain. Contoh: analisis konsep filsafat pendidikan
perenialisme dan aplikasinya dalam pendidikan Agama Islam.
2) Model-model penelitian tokoh-tokoh filsafat pendidikan. Contoh: implikasi
pandangan Filsafat Pragmatisme Richard Rorty tentang epistemologi dalam bidang
pendidikan.
3) Model penelitian filsafat pendidikan berdasarkan caranya:
a) Penelitian Historis Faktual
Penelitian historis faktual adalah penelitian terhadap pandangan filosofis suatu
masalah yang dihadapi oleh manusia dari masa ke masa, contoh: tinjauan kritis
tentang pembaharuan pendidikan Islam menurut Muhammad Iqbal. Penelitian
historis faktual ini terdiri dari 1) tokoh: 2), teks naskah; 3) buku atau naskah.
Desain penelitian dapat menampilkan pemikiran seorang filsuf tentang sesuatu
hal yang unik.
b) Penelitian Komparasi
Membandingkan dua atau lebih pandangan filsuf pendidikan. tentang pandangan
suatu aliran, masalah satu bidang (misalnya etika) ataupun pertentangan antara
keduanya dalam usaha mencari jalan keluar. Penelitian ini terutama untuk
meneliti perbedaan dan persamaan. Contoh: studi perbandingan filsafat
pendidikan Islam Muhammad Iqbal dan Ibnu Khaldun.

c) Penelitian Lapangan
Penelitian yang dilaksanakan di suatu komunitas atau wilayah tertentu, etnis,
bangsa, dan negara. Dalam riset ini diteliti mengenai pandangan mendasar yang
melatarbelakangi sebuah peristiwa unik dan penting pada bidang pendidikan.
Contoh, masyarakat belajar (learning society) dan sebagainya. Peneliti
mengumpulkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh para sosiolog atau
antropolog. Hasil penelitian ini dijadikan sebagai data mentah bagi peneliti
untuk melakukan refleksi berdasarkan keahliannya dengan menggunakan unsur-
unsur teori secara umum.

d) Penelitian Sistematis Reflektif


Penelitian ini mengkaji salah satu inti masalah pendidikan yang sangat penting.
Dalam riset ini, peneliti melakukan refleksi pers hakikat kenyataan. Metode yang
dipakai bukan metode 56/108 secara general dan setiap metode dikembangkan
sendiri oleh tokoh tertentu. seperti metode kritis menurut pandangan Plato dan
Socrates. Akan tetapi, secara umum penerapan metode berpikir disesuaikan
dengan Penelitian Sistematis Reflektif. Contoh: filsafat pendidikan Ki Hadjar
Dewantara: relevansinya sebagai teori pendidikan dan implikasinya terhadap
praktik pendidikan. Pendidikan dalam Orientasi: Transmisi, Transaksi, dan
Transformasi Contoh: pembaruan pemikiran pendidikan Islam: studi integrasi
ilmu pengetahuan dan agama di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

b. Kurikulum Teoritis (Penelitian Dasar)


1) Teori-teori desain dan rekayasa kurikulum Contoh: Desain Kurikulum Menurut
Teori Multiple Intelligences Howard Gardner.
2) Teori-teori pengajaran/pembelajaran
Contoh: Perbandingan Pembelajaran pada Anak Usia Dini Menurut Behaviorisme
dan Teori Humanisme
3) Teori-teori belajar
Contoh: Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains di
Sekolah
4) Teori-teori evaluasi Contoh: Pelaksanaan Penilaian Autentik

c. Bimbingan Konseling Teoritis


Contoh: Penerapan Teori Williamson tentang Trait & Factor dalam Bimbingan
Konseling Siswa Korban Bullying di Sekolah Dasar Mandirancan.
1) Teori bimbingan
2) Teori konseling
3) Teori kepribadian
4) Teori perkembangan
5) Teori belajar
6) Teori pengukuran.

d. Lingkup Manajemen Pendidikan Teoritis


Contoh: Pandangan Peter F. Druker terhadap Management by Objective
1) Teori manajemen
2) Teori kepemimpinan
3) Teori kebijakan.
4) Teori perencanaan.
5) Teori pengendalian, penjaminan.

2. Pendidikan Praktis
a. Berdasarkan Lingkungan Dan Kelompok Usia
1) Pendidikan dalam Keluarga
Contoh: Pendidikan Akidah Anak Usia Sekolah Dasar dalam LingkunganKeluarga.
a) Pendidikan Luar Sekolah
Contoh: Manajemen Pelatihan Budi Daya Ikan dan Dampaknya bagi Sika
Kemandirian Santri di Kampung Tegal Jambu Desa Pananjung Kecamatan
Banyuresmi Kabupaten Garut.
b) Pendidikan di Sekolah
Contoh: Pelaksanaan dan Problematika Pembelajaran Pendidikan agama
Sekolah Menengah Atas (SMA)
c) Pendidikan Usia Dini
Contoh: Penanaman Nilai-Nilai Islam pada Pendidikan Prasekolah di Raudlatul
Athfal (RA).
d) Pendidikan Orang Dewasa
Contoh: Minat Ibu Rumah Tangga dalam Kegiatan Pendidikan Kesetaraan:
Studi Kasus di Kampung Kesunean Kota Cirebon.

b. Berdasarkan Jenjang
1) Pendidikan Jenjang Sekolah Dasar
Contoh: Inovasi Guru dalam Penggunaan Metode dan Bahan Ajar Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar Cilimus III.
2) Pendidikan Jenjang Sekolah Menengah
Contoh: Implementasi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 4 kota Tangerang Selatan.
3) Pendidikan Jenjang Perguruan Tinggi
Contoh: Gaya Berbusana Muslim sebagai Manifestasi Perilaku Sosial Keagamaan
Mahasiswi,

c. Berdasarkan Bidang Studi


1) Pendidikan Agama
Contoh: Model Pembelajaran PAI bagi Pembinaan Akhlak Siswa: Studi Kasus di
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Sabilul Huda Kota Cirebon, Pendidikan
Bahasa b.
2) Pendidikan Bahasa
Contoh: English Code Switching and Code Mixing in Television Advertisements
and its Contributions to Language Teaching.
3) Pendidikan Sosial
Contoh: Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler terhadap Kemamp -617108 dalam
Mencegah Penyalahgunaan Narkoba
4) Pendidikan Kewarganegaraan
Contoh implementasi Pendidikan Karakter Melalui Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karangyuda Kota Cirebon
Tahun Ajaran 2018/2019.
5) Pendidikan matematika
Contoh: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas Vil Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1
Indramayu Tahun Pelajaran 2018/2019.

6) Pendidikan Sains
Contoh: Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kayuwalang Kota
Cirebon.
7) Pendidikan Olah Raga
Contoh: Peningkatan Pembelajaran Servis atas Bola Voli melalui Pendekatan
"Aries" pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah Cirebon.

8) Pendidikan Kesehatan
Contoh: Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan
tentang Diare pada Anak Jalanan di Jakarta.
9) Pendidikan Seni
contoh : Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikan Seni Budaya Tingkat Sekolah
Dasar di Kota Malang Jawa Timur.
10) Pendidikan Teknologi
Contoh: Komposisi Minuman Brem dari Ubi Jalar Ungu yang Mengandung
Antosiani.
11) Pendidikan Keterampilan
Contoh: Upaya Meningkatkan Life Skills Anak Jalanan melalui Pelatihan.
Keterampilan Otomotif.

d. Berdasarkan Jenis
1) Pendidikan Umum
Contoh Penerapan Pedagogi dan Andragogi pada Pendidikan Kesetaraan
Kelurahan Sunyaragi
2) Pendidikan Kejuruan
Contoh: Efektivitas Pemberdayaan Tim Pelaksana Usaha Kesehatan dan terhadap
Kesehatan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
3) Pendidikan Khusus
Contoh: Pendidikan Nonformal dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Anak Jalanan
Kota Cirebon
4) Pendidikan Luar Biasa
Contoh: Peningkatan Prestasi Belajar Matematika melalui Media Gelas Bilangan
pada Anak Tunagrahita Ringan kelas IV di SLB Bakti Putra Ngawis Karangmojo
Gunungkidul.

e. Berdasarkan Kurikulum (Penelitian Evaluatif Dan Terapan)


Contoh: Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Atas
1) Kurikulum sebagai Rencana (Curriculum Design)
a) Model-model desain pengelolaan kurikulum.
b) Komponen desain kurikulum.
c) Model-model desain penggunaan sumber belajar.
d) Model-model desain evaluasi hasil belajar.
e) Model-model desain pengajaran/pembelajaran.
f) Model-model desain kurikulum.
2) Penyusunan Kurikulum
a) Penyusunan desain pengelolaan kurikulum: umum, per jenjang.
b) Penyusunan desain pemanfaatan sumber belajar: umum, per jenjang.
c) Penyusunan desain evaluasi: umum, per bidang studi, per jenjang.
d) Penyusunan desain pembelajaran: umum, per bidang studi, per jenjang.
3) Implementasi Kurikulum
a) Implementasi pengelolaan kurikulum: umum, per jenjang
b) Implementasi pemanfaatan sumber belajar: umum, per bidang studi per jenjang.
c) Implementasi evaluasi: umum, per bidang studi, per jenjang
d) Implementasi pengajaran/pembelajaran: umum, per bidang studi, per jenjang.
e) Implementasi kurikulum: umum, per bidang studi, per jenjang.

4) Evaluasi, Pengembangan dan Penyempurnaan Kurikulum


Contoh: Pengembangan Kurikulum Berbasis Interelasi Pendidikan di Sekolah
Menengah Kejuruan. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Muatan
Lokal Madrasah Aliyah. Evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Berdasarkan pada Analisis Keberhasilan Ujian Nasional di Madrasah Aliyah Negeri
Plered Cirebon.
a) Evaluasi, pengembangan dan penyempurnaan pengelolaan kurikulum: umum,
per bidang studi, per jenjang
b) Evaluasi, pengembangan dan penyempurnaan pemanfaatan sumber belajar:
umum, per bidang studi, per jenjang.
c) Evaluasi, pengembangan dan penyempurnaan evaluasi: umum, per bidang studi,
per jenjang.
d) Evaluasi, pengembangan dan penyempurnaan pengajaran atau pembelajaran:
umum, per bidang studi, per jenjang.
e) Evaluasi, pengembangan dan penyempurnaan kurikulum: umum, per bidang
studi, per jenjang.

5) Manajemen Kurikulum
Contoh: manajemen kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) Kuningan.

Anda mungkin juga menyukai