Anda di halaman 1dari 16

A.

Metode Ilmiah Dan Metode Non Ilmiah

1. Metode Ilmiah

Ilmu adalah cara atau aktivitas atau metode untuk mengetahui. Ilmu akan muncul dari suatu
objek setelah melakukan berbagai pengamatan. Dan dalam proses pencarian kebenaran
tersebut akan di perlukan metode ilmiah. Bila dikaitkan dengan ilmu, maka metode ilmiah
merupakan cara untuk mengetahui kebenaran dari suatu teori keilmuan dan kejadian-
kejadian alam lainya.. Jadi bila ingin mengetahui kebenaran dari teori keilmuan salah
satunya adalah dengan menggunakan metode ilmiah.

Metode merupakan prosedur atau cara seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk
mempermudah memecahkan masalah secara teratur, sistematis, dan terkontrol. Ilmiah
adalah sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara alami berdasarkan bukti
fisis. Jadi, bila kita menjabarkan lebih luas dari metode ilmiah adalah suatu proses atau cara
keilmuan dalam melakukan proses ilmiah (science project) untuk memperoleh pengetahuan
secara sistematis berdasarkan bukti fisis.Cara untuk memperoleh pengetahuan atau
kebenaran pada metode ilmiah haruslah diatur oleh pertimbangan- pertimbangan yang logis
(McCleary, 1998).

Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses
keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.
Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk
menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji
dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut
dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Metode ilmiah Jugabiasa disebut sesuatu pengajaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh
interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari
jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis.
Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak
dikatakan sama.

Ilmu pengetahuan seringkali berhubungan dengan fakta, maka cara mendapatkannya,


jawaban-jawaban dari semua pertanyaan yang ada pun harus secara sistematis
berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hubungan antara penelitian dan metode ilmiah adalah
sangat erat atau bahkan tak terpisahkan satu dengan lainnya. Intinya bahwa metode ilmiah
adalah cara menerapkan prinsip prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan
penjelasan kebenaran. Dengan adanya metode ilmiah ini pertanyaan-pertanyaan dasar
dalam mencari kebenaran seperti apakah yang dimaksud, apakah benar demikian,
mengapa begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal tersebut terjadi dan

sebagainya, akan lebih mudah terjawab.

Dalam bidang keilmuan metode ilmiah memiliki ciri- ciri sebagai berikut, diantaranya :

Rasional: sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia.

Empiris: menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati dengan menggunakan panca
indera.Sistematis: menggunakan proses dengan langkah-langkah logis.

Syarat-syarat Metode Ilmiah, diantaranya :


Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya atau didukung metodik fakta
empiris. Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan
berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga, setiap pernyataan atau
simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek kebenaran dan keabsahanya.Metodik, artinya
pengetahuan ilmiah diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan
terkontrol.Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak
berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan. Uraian yang terdapat pada karya
ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola
urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa
mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.Universal, artinya pengetahuan tidak hanya
berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja tetapi semua orang
melalui eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama.

Sifat Metode Ilmiah :Pola pikir dalam metode ilmiah :

Efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu).Terbuka (dapat dipakai oleh
siapa saja).Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan).

Induktif: Pengambilan kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang
bersifat umum. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup terbatas dalam menyusun argumentasi dan
terkait dengan empirisme.Deduktif: Pengambilan kesimpulan dari hal yang bersifat umum
menjadi kasus yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola pikir silogismus dan terkait dengan rasionalisme.

2. Metode Non Ilmiah

Metode non ilmiah mempunyai ciri-ciri dilakukan tidak sistematik, data yang dikumpulkan
dan cara-cara pengumpulan data bersifat subyektif yang sarat dengan muatan-muatan
emosi dan perasaan dari si peneliti. Karena itu penelitian tidak ilmiah adalah penelitian yang
coraknya subyektif.

a. Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya

Sebagian penelitian yang non ilmiah didapati pada bidang garapan sebagai berikut :

Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen Pemasaran)Komunikasi (Massa, Bisnis,


Kehumasan / PR, Periklanan)Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional)Pertanian
(agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman) Teknik, Ekonomi (Mikro,
Makro, Pembangunan), dll.

Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan)

Variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan variasi
baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang.

Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/ menggambar-kan variabel masa lalu dan
sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan/
menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah
penelitian eksperimen.

Adpun Ciri – ciri metode non Ilmiah secara umum, yaitu :


Pendekatan masalahnya bersifat intuitifKonsep/ Teori bersifat ambigu atau dengan arti yang
berlebihanHipotesis yang dilakukan dalam metode non ilmiah ini tidak dapat
dibuktikanObservasi yang dilakukan tidak terkontrol atau seadanya sajaRelatif tidak
akuratKurang valid atau reliablePelaporan hasil penelitian bersifat subjektifSikap yang
dilakukan seorang peneliti apa adanyaSifat penelitian tidak dapat diulang.Penemuan
Kebenaran Melalui Pendekatan Non Ilmiah

Ada beberapa cara dalam menemukan kebenaran melalui pendekatan non ilmiah, yaitu
melalui: kebetulan, trial and error, otoritas, spekulatif, akal sehat, prasangka, dan intuisi.

a. Penemuan Kebenaran secara kebetulan

Suatu peristiwa yang tidak disengaja kadang-kadang ternyata menghasilkan suatu


kebenaran yang menambah perbendaharaan pengetahuan manusia, karena sebelumnya
kebenaran itu tidaklah diketahui. Sepanjang sejarah manusia, penemuan secara kebetulan
itu banyak terjadi, dan banyak di antaranya yang sangat berguna. Penemuan secara
kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti serta tidak melalui langkah-langkah yang
sistimatik dan terkendali (terkontrol). Anda pasti pernah membaca atau mendengar, salah
satu contoh penemuan secara kebetulan adalah tentang peristiwa yang dialami seorang
Indian yang menderita penyakit demam dengan panas yang tinggi. Yang bersangkutan
dalam keadaan tidak berdaya terjatuh pada aliran sebuah sungai kecil yang airnya kelihatan
berwarna hitam. Setelah berulang kali meminum air sungai yang terasa pahit itu, ternyata
secara berangsur-angsur yang bersangkutan menjadi sembuh. Kemudian diketahuilah
bahwa air yang berwarna hitam itu ternyata disebabkan oleh sebatang pohon kina yang
tumbang di hulu sungai sebagai sebab yang sebenarnya dari kesembuhan orang tersebut.
Dari kejadian yang tidak disengaja atau kebetulan itu, akhirnya diketahuilah bahwa kina
merupakan obat penyembuh demam yang disebut malaria.

Cara menemukan kebenaran seperti tersebut diatas bukanlah cara yang sebaik baiknya,
karena manusia bersifat pasif dan menunggu. Bagi ilmu, cara tersebut tidak mungkin
membawa perkembangan seperti diharapkan, karena suatu kebetulan selalu berada dalam
keadaan yang tidak pasti, datangnya tidak dapat diperhitungkan secara berencana dan
terarah. Oleh karena itu cara ini tidak dapat diterima sebagai cara ilmiah dalam metode
keilmuan untuk menggali kebenaran pengetahuan. Contoh lain, pernahkan Anda
memperoleh pengalaman ketika jam beker berhenti, kemudian kita tepuk-tepuk dan ternyata
jalan lagi. Contoh ini tidak bisa berlaku dalam setiap beker mati untuk bisa hidup kembali.

b. Penemuan kebenaran dengan trial and error

Mencoba sesuatu secara berulang-ulang, walaupun selalu menemukan kegagalan dan


akhirnya menemukan suatu kebenaran disebut cara kerja trial and error. Dengan cara ini
seseorang telah aktif melakukan usaha untuk menemukan sesuatu, meskipun sebenarnya
tidak mengetahui dengan pasti tentang sesuatu yang ingin dicapainya sebagai tujuan dalam
melakukan percobaan itu. Penemuan coba-coba (trial and error) diperoleh tanpa kepastian
akan diperolehnya sesuatu kondisi tertentu atau pemecahan sesuatu masalah. Usaha coba-
coba pada umumnya merupakan serangkaian percobaan tanpa kesadaran akan
pemecahan tertentu. Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian
usaha; usaha yang berikut biasanya agak lain, yaitu lebih maju, daripada yang
mendahuluinya. Penemuan secara kebetulan pada umumnya tidak efisien dan tidak
terkontrol.

Dari satu percobaan yang gagal, dilakukan lagi percobaan ulangan yang mengalami
kegagalan pula. Demikian dilakukan terus percobaan demi percobaan dan kegagalan demi
kegagalan, tanpa rasa putus asa sehingga akhirnya sebagai suatu surprise dari serangkaian
percobaan itu ditemukan suatu kebenaran. Kebenaran yang menambah perbendaharaan
pengetahuan, yang kebenarannya semula tidak diduga oleh yang bersangkutan.

Anda mungkin masih ingat salah satu contoh yang dicobakan oleh Robert Kock dengan
mengasah kaca hingga terbentuk sebagai lensa, yang mampu memperbesar benda-benda
yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, kaca-kaca itu diasah tanpa mengetahui
tujuannya. Akhirnya ternyata lensa yang ditemukannya itu telah mendasari pembuatan
mikroskop, yang pada giliran berikutnya melalui trial and error telah mengantarkan yang
bersangkutan pada keberhasilan menemukan basil atau kuman penyakit Tuberculose
(TBC).

Sebagaimana dikatakan di atas cara ini sudah menunjukkan adanya aktivitas manusia
dalam mencari kebenaran, walaupun lebih banyak mengandung unsure-unsur untung-
untungan. Di samping itu cara tersebut kerap kali memerlukan waktu yang lama karena
kegiatan mencoba itu tidak dapat direncanakan, tidak terarah dan tidak diketahui tujuannya.
Dengan kata lain cara ini terlalu bersifat meraba-raba, tidak pasti dan tanpa pengertian yang
jelas. Oleh karena itulah maka cara trial and error tidak dapat diterima sebagai metode
keilmuan dalam usaha menggungkapkan kebenaran ilmu, terutama karena tidak
memberikan jaminan untuk sampai pada penemuan kebenaran yang dapat
mengembangkan ilmu secara sistematik.

c. Penemuan kebenaran melalui otoritas atau kewibawaan

Di dalam masyarakat, kerapkali ditemui orang-orang yang karena kedudukan

pengetahuannya sangat dihormati dan dipercayai. Orang tersebut memiliki kewibawaan


yang besar di lingkungan masyarakatnya. Banyak pendapatnya yang diterima sebagai
kebenaran. Kepercayaan pada pendapatnya itu tidak saja karena kedudukannya di dalam
masyarakat itu, misalnya sebagai pemimpin atau pemuka adat atau ulama dan lain-lainnya,
tetapi dapat juga karena keahliannya dalam bidang tertentu. Otoritas ilmiah adalah orang-
orang yang biasanya telah menempuh pendidikan formal tertinggi atau yang mempunyai
pengalaman kerja ilmiah dalam sesuatu bidang yang cukup banyak. Pendapat-pendapat
mereka sering diterima orang tanpa diuji, karena dipandang benar. Namun, pendapat
otoritas ilmiah itu tidak selamanya benar. Ada kalanya, atau bahkan sering, pendapat
mereka itu kemudian ternyata tidak benar, karena pendapat tersebut tidak diasalkan dari
penelitian, melainkan hanya didasarkan atas pemikiran logis.

Kiranya jelas, bahwa pendapat-pendapat sebagai hasil pemikiran yang demikian itu akan
benar kalau premis-premisnya benar. Kembali ke masa lampau, Anda pasti mengenal teori
evolusi dari Darwin, yang selama ini diakui kebenarannya oleh banyak orang, tiada lain
arena yang bersangkutan dipandang ahli dibidangnya sehingga mampu meyakinkan tentang
kebenaran teorinya walaupun tidak bertolak dari pembuktian ilmiah melalui fakta fakta
pengalaman. Di samping itu banyak tokoh-tokoh sejarah yang karena memiliki otoritas atau
kewibawaan di lingkungan masyarakatnya, berbagai pendapat yang dikemukakannya
dipandang sebagai kebenaran, walaupun berlakunya terbatas selama jangka waktu tertentu.
Misalnya Hitler dengan teorinya tentang ras Asia sebagai ras yang terbaik di dunia. Sukarno
sebagai presiden di zamannya dengan berbagai teorinya mengenai politik, kemasyarakatan,
ekonomi dan lain-lainnya. Pendapat-pendapat seperti itu kerapkali berguna juga, terutama
dalam merangsang dan memberi landasan bagi usaha penemuan-penemuan baru di
kalangan orang-orang yang menyangsikannya. Akan tetapi cara inipun tidak dapat diterima
sebagai cara ilmiah dalam metode keilmuan karena lebih banyak diwarnai oleh subjektivitas
dari orang yang mengemukakan pendapat tersebut.

d. Penemuan Kebenaran secara spekulatif


Cara ini mengandung kesamaan dengan cara trial and error karena mengandung unsur
untung-untungan dalam mencari kebenaran. Oleh karena itu cara ini dapat dikatagorikan
sebagai trial and error yang teratur dan terarah. Dalam prakteknya seseorang telah memulai
dengan menyadari masalah yang dihadapinya, dan mencoba meramalkan berbagai
kemungkinan atau alternatif pemecahannya. Kemudian tanpa meyakini betul-betul tentang
ketepatan salah satu alternatif yang dipilihnya ternyata dicapai suatu hasil yang memuaskan
sebagai suatu kebenaran. Dengan kata lain yang bersangkutan memilih salah satu dari
beberapa kemungkinan pemecahan masalah itu, walaupun tanpa meyakini bahwa
pilihannya itu sebagai cara yang setepat-tepatnya. Cara spekulatif seperti itu tidak dapat
dilakukan oleh semua orang. Dalam hubungan ini sering ditemui orang yang pandangan
atau intuisinya tajam, yang memungkinkan penggunaan cara spekulatif dalam menanam
sejenis tanaman di tanah gambut. Dari penanaman yang cukup banyak untuk jangka waktu
tertentu, ternyata dihasilkannya suatu kebenaran bahwa jenis tanaman tersebut dapat
tumbuh subur di atas tanah gambut atau sebaliknya.

Di atas telah dikemukakan bahwa cara ini mengandung unsur untung-untungan yang sangat
dominan, sehingga tidak efektif untuk dipergunakan dalam mengungkapkan kebenaran
ilmiah. Unsur untung-untungan itu mengakibatkan cara menemukan kebenaran lebih bersifat
meraba-raba, sehingga kemungkinan gagal lebih besar daripada keberhasilan menemukan
kebenaran sebagaimana diharapkan. Salah satu contoh dari untung-untungan adalah ketika
pemerintah menyediakan proyek penanaman tahan gambut untuk ditanami dengan pohon
yang produktif. Setelah diolah ternyata mengalami kegagalan, karena masih memerlukan
teknologi yang lebih canggih untuk pengolahan tanahnya. Contoh lain, bagi Anda yang
hidupnya dalam lingkungan pertanian pernah mengenal ubi Cilembu yang terkenal karena
manisnya. Ada beberapa petani yang mencoba menanam ubi Cilembu diluar daerah
Sumedang dengan harapan bisa menghasilkan ubi yang manis, akan tetapi setelah panen
ternyata hasilnya tidak sama dengan yang aslinya.

e. Akal Sehat

Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda sekalipun dalam batas tertentu keduanya
mengandung persamaan. Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973:3) akal sehat adalah
serangkaian konsep (concepts) dan bagan konseptual (conceptual schemes) yang
memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep adalah kata-kata yang
menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus. Bagan konsep
adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teoritis.
Walaupun akal sehat yang berupa konsep dan bagan konsep itu dapat menunjukkan hal
yang benar, namun dapat pula menyesatkan. Sebagai tenaga pendidik, Anda pernah
melihat, mendengar atau mengalami tentang hukuman dan ganjaran dalam pendidikan.
Pada abad ke-19 menurut akal sehat yang diyakini oleh banyak pendidik, hukuman adalah
alat utama dalam pendidikan. Penemuan ilmiah ternyata membantah kebenaran akal sehat
tersebut. Hasil-hasil penelitian dalam bidang psikologi dan pendidikan menunjukkan bahwa
bukan hukuman yang merupakan alat utama dalam pendidikan, melainkan ganjaran. Melalui
hukuman dapat berdampak rasa tertekan pada anak, sedangkan dengan ganjaran dapat
menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, sehingga potensi anak dapat berkembang lebih
baik.

f. Prasangka

Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh kepentingan orang yang
melakukannya. Hal yang demikian itu menyebabkan akal sehat mudah beralih menjadi
prasangka. Dengan akal sehat, orang cenderung mempersempit pengamatannya karena
diwarnai oleh pengamatannya itu, dan cenderung mengkambing-hitamkan orang lain atau
menyokong sesuatu pendapat . Orang sering tidak mengendalikan keadaan yang juga dapat
terjadi pada keadaan lain. Orang sering cenderung melihat hubungan antar dua hal sebagai
hubungan sebabakibat yang langsung dan sederhana, padahal sesungguhnya gejala yang
diamati itu merupakan akibat dari berbagai hal. Dengan akal sehat orang cenderung kearah
pembuatan generalisasi yang terlalu luas, kemudian merupakan prasangka.

g. Pendekatan Intuitif

Dalam pendekatan intuitif orang menentukan “pendapat” mengenai sesuatu berdasar atas
“pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tak disadari
atau yang tidak difikirkan lebih dahulu. Dengan intuisi, orang memberikan penilaian tanpa
didahului sesuatu renungan. Pencapaian pengetahuan yang demikian itu sukar dipercaya.
Di sini tidak terdapat langkahlangkah yang sistematik dan terkendali. Metode yang demikian
itu biasa disebut metode a-priori. Dalil-dalil seseorang yang a-priori cocok dengan
penalaran, belum tentu cocok dengan pengalaman atau data empiris. Anda mungkin sempat
menyaksikan televisi tentang jatuhnya benda angkasa yang menghantam beberapa rumah
sampai hancur. Dengan jatuhnya benda angkasa tersebut Anda langsung percaya bahwa di
atas bumi ada berbagai benda yang satu waktu bisa turun ke bumi.

B. Sikap Ilmiah

Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah attitude sendiri
berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang
bersifat untuk melakukan kegiatan.

Adapun definisi Sikap Ilmiah menurut beberapa Ahli adalah sebagai berikut :

Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah
sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai
seorang ilmuwanSikap Ilmiah menurut Mulyono, Anton yang dikutip oleh Suyitno, Amin
(1997: 2), sikap yang disiapkan bertindak untuk perbuatan yang berdasarkan pada
pendirian/ pendapat/keyakinan. Sedangkan Menurut Allen Ledward yang dikutip Suyitno,
Amin adalah “An attitude as degree of positive or negatif affect associated with some
pychological objects”. Dimana Sikap berkaitan dengan obyek yang disertai dengan perasaan
posititif (favourable) atau perasaan negatif (unfavorable). Jadi sikap ilmiah adalah “ Scientific
attitude” (Sikap keilmuan).Kurniadi (1988) dikutip dari pendapat M. O. Edward yang
merumuskan perilaku kreatif sikap ilmiah dari kata-kata ide (gagasan) berikut :

I : Imagination (imajinasi).

D : Data (Fakta).

E : Evaluation (evaliuasi).

A : Action (tindakan).

Secara umum dapat disimpulkan Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri
seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap
ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar,
loka karya, dan penulisan karya ilmiah. Sikap Ilmiah ini, seharusnya dimiliki oleh setiap
ilmuwan dalam melakukan tugasnya untuk mempelajari meneruskan, menolak atau
menerima serta merubah atau menambah suatu ilmu.

Seorang yang kreatif adalah seseorang yang mampu mengumpulkan data, berimajinasi
dalam aksinya juga membuat evaluasi. Didalam jurnal yang ditulis oleh S. Karim A. Karhami
(2005), sikap ilmiah yang cenderung dikembangkan di berbagai sekolah adalah :
a. Curiosity (Sikap ingin tahu)

Ditandai dengan tingginya minat siswa. Di sini anak juga sering mencoba pengalaman-
pengalaman baru. Curiosity sering diawali dengan pengajuan pertanyaan . Sikap ingin tahu
ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang
kajiannya. Contohnya : “Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-
unsurnya? Dan seterusnya”.

b. Flekxibility (Sikap luwes)

Sikap anak dalam memahami konsep baru, pengalaman baru, sesuai dengan
kemampuannya tanpa ada kesulitan. Dan biasanya pemahaman ini berlangsung secara
bertahap.

c. Critical reflektion (sikap kritis)

Kebiasaan anak untuk merenung dan mengkaji kembali kegiatan yang sudah dilakukan.
Sikap kritis terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan
bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya,
kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.

d. Sikap Jujur

Kejujuran siswa kepada diri sendiri dan orang lain dalam menyelesaikan atau mencoba
pengalaman yang baru.

Menurut Renzuli yang dikutip oleh Supriyadi, (1994: 224), siswa yang mempunyai sikap
ilmiah yang tinggi akan memiliki kelancaran dalam berfikir sehingga siswa akan termotivasi
untuk selalu berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai keberhasilan dan
keunggulan.

Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti.
Untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula, peneliti harus
memiliki sifat-sifat berikut ini :

Mampu Membedakan Fakta dan Opini

Fakta adalah suatu kenyataan yang disertai bukti-bukti ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, sedangkan opini adalah pendapat pribadi dari
seseorang yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya sehingga di dalam melakukan studi
kepustakaan, seorang peneliti hendaknya mampu membedakan antara fakta dan opini agar
hasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan Argumentasi

Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketika berada dalam satu ruang
dengan orang lain. Begitu juga pada saat bertanya, berargumentasi, atau mempertahankan
hasil penelitiannya akan senantiasa menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari
perdebatan secara emosi. Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani mempertahankan

kebenaran yang diyakininya karena yakin bahwa pendapatnya sudah dilengkapi dengan
fakta yang jelas sumbernya.

· Mengembangkan Keingintahuan (Sikap Ingin Tahu)


Peneliti yang baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia selalu berusaha memperluas
pengetahuan dan wawasannya, tidak ingin ketinggalan informasi di segala bidang, dan
selalu berusaha mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin
canggih dan modern. Apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia
beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiea;
kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah;
memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.

Kepedulian terhadap Lingkungan

Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduli terhadap lingkungannya
dan selalu berusaha agar penelitian yang dilakukannya membawa dampak yang positif bagi
lingkungan dan bukan sebaliknya, yaitu justru merusak lingkungan. Semua usaha dilakukan
untuk melestarikan lingkungan agar bermanfaat bagi generasi selanjutnya.

Berpendapat secara Ilmiah dan Kritis

Pendapat seorang peneliti yang baik selalu bersifat ilmiah dan tidak mengada-ada tanpa
bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Di samping itu, peneliti juga harus
kritis terhadap permasalahan yang terjadi dan berkembang di sekitarnya. Tidak langsung
begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti
– bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh
orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

Berani Mengusulkan Perbaikan atas Suatu Kondisi

Bertanggung Jawab terhadap Usulannya Peneliti yang baik senantiasa berani dan
bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang harus dihadapinya jika sudah mengusulkan
sesuatu. Usulan tersebut selalu diembannya dengan baik dan dilaksanakan semaksimal
mungkin, kemudian diwujudkannya dalam bentuk nyata sehingga hasilnya dapat dinikmati
oleh orang lain.\

Bekerja Sama

Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik mampu bekerja sama dengan orang lain
dan tidak individualis atau mementingkan diri sendiri. Ia meyakini bahwa dirinya tidak dapat
hidup tanpa bantuan orang lain sehingga keberadaannya senantiasa diharapkan oleh orang
lain.

Jujur terhadap Fakta

Peneliti yang baik harus jujur terhadap fakta dan tidak boleh memanipulasi fakta demi
kepentingan penelitiannya karena penelitian yang baik harus berlandaskan pada studi
kepustakaan yang benar agar kelak jika orang lain melakukan penelitian yang sama,
didapatkan hasil yang sama pula. Apa pun fakta yang diperolehnya, ia harus yakin bahwa

itulah yang sebenarnya.

Tekun

Sebuah penelitian kadang kala memerlukan waktu yang pendek untuk menghasilkan
sebuah teori, tetapi kadang kala memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan bertahun-
tahun. Seorang peneliti yang baik harus tekun dalam penelitian yang dilakukannya, tidak
boleh malas, mudah jenuh, dan ceroboh, juga harus rajin, bersemangat, serta tidak mudah
putus asa. Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang
hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum
selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti. Dengan
demikian, ia akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Sikap obyektif

Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai
oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan
menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.

Sikap ingin menemukan

Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-


eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru
dari pengamatan yang dilakukannya.

Sikap menghargai karya orang lain

Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima
kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.

Sikap terbuka

Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang
diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.

C. Langkah - Langkah Operasional Metode Ilmiah

Secara Umum Langkah – langkah Metode Penelitian ilmiah, diantaranya :

a. Perumusan masalah

Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika kita tertarik pada sesuatu hal. Ketertarikan ini karena
manusia memiliki sifat perhatian. Pada saat kita tertarik pada sesuatu, sering timbul
pertanyaan dalam pikiran kita. Perumusan masalah merupakan langkah untuk mengetahui
masalah yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan,
kedudukan, dan alternatif cara untuk memecahkan masalah tersebut. Perumusan masalah
juga berarti pertanyaan mengenai suatu objek serta dapat diketahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan objek tersebut. Masalah yang ditemukan diformulasikan dalam sebuah
rumusan masalah, dan umumnya rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan.

b. Mengumpulkan Data atau keterangan

Yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut
juga mengkaji teori atau kajian pustaka. Dalam penelitian, teknik pengumpulan data
merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana
cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.

Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari
sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data
sekunder).

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan
sebagainya.

Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk


mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list,
kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.

Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan
wawancara.

ü Angket

Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan
responden untuk dijawabnya.

Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika
respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran
(dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran
dan penampilan fisik.

Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :

Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus
ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.Bahasa yang digunakan harus disesuaikan
dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-
istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.Tipe dan
bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang
diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta
untuk memilih jawaban yang disediakan.

ü Observasi

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur
sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian
ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.

ü Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau
sumber data.

Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi
pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden,
sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul
data (umumnya penelitian kualitatif)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, sebagai berikut :


Masalah hendaknya dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat Tanya.Rumusan masalah
hendaknya singkat, padat, jelas dan mudah dipahami. Rumusan masalah yang terlalu
panjang akan sulit dipahami dan akan menyimpang dari pokok permasalahan.Rumusan
masalah hendaknya merupakan masalah yang kemungkinan dapat dicari cara
pemecahannya. Permasalahan mengapa benda bergerak dapat dicari jawabannya
dibandingkan permasalahn apakah dosa dapat diukur.Rumusan masalah harus
mengandung unsure data yang mendukung pemecahan masalah penelitian.Rumusan
masalah harus merupakan dasar dalam membuat kesimpulan sementara
(hipotesis).Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.

c. Pembuatan kerangka berfikir

Pembuatan kerangka berfikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antar


berbagai faktor yang berkaitan dengan objek dan dapat menjawab permasalahan.
Pembuatan kerangka berfikir menggunakan pola berfikir logis, analitis, dan sintesis atas
keterangan-keterangan yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Hal itu diperoleh dari
wawancara dengan pakar atau dengan pengamatan langsung.

d. Penarikan hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan.


Penyusunan hipotesis dapat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang pernah
dilakukan oleh orang lain. Dalam penelitian, setiap orang berhak menyusun hipotesis.
Masalah yang dirumuskan harus relevan dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis digali
dari penelusuran referensi teoretis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya.

Dalam statistik, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan statistik tentang parameter
populasi. Statistik adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada sampel (x = rata-rata; s =
simpangan baku; = varinas; r = koefisien korelasi) dan parameter adalah ukuran-ukuran
yang dikenakan pada populasi (µ = rata-rata; σ = simpangan baku; = varians; p = koefidien
korelasi). Dengan kata lain, hipotesis adalah taksiran terhadap parameter populasi, melalui
data-data sampel. Penelitian yang didasarkan pada data populasi, atau sampling total, tau
sensus dengan tidak melakukan pengujian hipotesis dari sudut pandang statistik disebut
penelitian diskriptif. (Sugiyono, 2010).

Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar dan karenanya perlu diadakan penelitian
sebelum hipotesis itu diterima atau ditolak. Langkah atau prosedur untuk menentukan
apakah menerima ataukah menolak hipotesis dinamakan pengujian hipotesis. (Sudjana,
2005).

Hipotesis nol selalu mempertimbangkan harga rata-rata dari populasi yang sama dan
mengharapkan tidak ada perbedaan antara keduanya. Tetapi dalam praktek hipotesis nol
justru banyak dipakai untuk mengetahui pengaruh perlakuan tertentu terhadap suatu
populasi. Keputusan untuk menolak atau menerima suatu hipotesis pada dasarnya adalah
masalah peluang. Dalam hal ini tidak terlepas kemungkinan terjadi kesalahan pengambilan
keputusan tersebut. Kalau hipotesis dinyatakan ditolak, padahal sebenarnya dapat diterima,
maka kesalahan ini termasuk tipe I dan dalam statistik bersimbol α, sebaliknya kalau
hipotesis diterima, padahal semestinya ditolak, kesalahan ini dinamakan tipe II dengan
simbol β. (Simon Hasanu, 2007)

e. Pengujian Hipotesis/eksperiment

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara menganalisis data. Data dapat diperoleh dengan
berbagai cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang
dilakukan akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan
kesimpulan. Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang relevan
dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat bukti-bukti yang
mendukung hipotesis.

Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam
kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan
hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian
hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya.
Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat
kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi
berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.

Untuk pengujian hipotesis, penelitian dilakukan dengan mengambil sampel acak. Nilai-nilai
statistik yang perlu dihitung kemudian dibandingkan dengan hipotesis. Hipotesis yang
dipakai dalam uji signifikansi ini adalah hipotesis nol (null hypothesis), yaitu asumsi bahwa
tidak ada antara nilai pengamatan dengan nilai yang diharapkan, pengertian lain dapat
diartikan sebagia tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik, atau tidak
adanya perbedaan antara ukuran populasi dengan ukuran sampel. Dengan demikian
hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol, karena peneliti tidak mengharapkan adanya
perbadaan data populasi dengan sampel. Hipotesis nol (Ho) akan diterima bila uji
signifikansi menunjukan kesamaan antara nilai pengamatan dengan parameter yang diuji.
Sebaliknya kalau perbedaan tersebut cukup besar maka Ho ditolak, dan hal ini berarti akan
diterima hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis alternatif adalah lawannya hipotesis nol, yang
berbunyi adanya perbedaan antara data populasi dengan data sampel. Meskipun
berdasarkan penelitian telah menerima atau menolak hipotesis, tidak berarti kita telah
membuktikan atau tidak membuktikan kebenaran hipotesis.

f. Penarikan kesimpulan

Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya.
Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas.
Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang
diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti
terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak
relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.

Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu
ditolak atau diterima. Hipotesis yang diterima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan
ilmiah, sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni mempunyai
kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah
teruji kebenarannya. Melalui kesimpulan maka akan terjawab rumusan masalah dan
hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan kebenarannya.

g. Membuat laporan ilmiah

Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-
hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik
tersendiri.

dalam pengembangan disiplin ilmu. Laporan penlitian merupakan salah satu karya ilmiah
dari proses penelitian. Sebagai salah satu bagian proses ilmu maka kegiatan penelitian
merupakan titik yang sangat menentukan panjang untuk menentukan fakta-fakta di
lapangan. Baik tidaknya kegiatan penelitian akn tercermin pada laporan penelitian. Laporan
penelitian merupakan suatu sarana atau wahana peneliti dalam berkomunikasi dengan
pembaca.
Sebagai wahana komunikasi, maka laporan penelitian disusun dalam format tertentu yang
berkaitan dengan susunan bagian-bagian dalam penelitian; sedang bagian-bagian tersebut
sangat tergantung dengan tujuan penelitian dan penyandang dana.

Dalam menyusun laporan penelitian hendaknya diperhatiakan hal-hal sebagai berikut.

Keobjektifan Peneliti

Laporan penelitian hendaknya mencerminkan objektifitas peneliti. Dalam membuat laporan,


hendaknya peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga keobjektifannya dalam
mengumpulkan data, menganalisis maupun dalam menulis laporan. Objektifitas peneliti
berkaitan dengan kepentingan-kepentingan peneliti itu sendiri maupun masyarakat atau
pihak lain yang berkepentingan langsung dengan hasil penelitian.

Gaya Penulisan

Dalam menyusun laporan penelitian hal yang tidak kalah penting adalah perlu adanya gaya
penulisan yang dianut oleh peneliti secara konsisten; hal ini berkaitan dengan aturan-aturan
ilmiah yang harus ditaati oleh penelti. Dengan gaya penulisan tertentu maka laporan
penelitian akan tampak lebih sistematis dan mudah dipahami oleh pembaca.

Pembaca

Laporan penelitian harus memperhatikan siapa yang menjadi sasaran penting dari hasil
penelitian tersebut. Hal ini harus diperhatikan karena peneliti dalam membuat laporan harus
memperhatikan siapa yang diharapkan akan menjadi pembaja utamanya dari laporan yang
dibuatnya. Ini bukan berarti peneliti bertindak tidak objektif, tetapi berkaitan dengan
penggunaan bahsa yang diharapkan akan lebim mudah dipahami pembaca.

Waktu

Dalam penelitian kuantitatif mungkin akan menjadi masalah yang tidak begitu rumit, tetapi
dalam penelitian kualitatif akan menjadi sulit apabila data yang didapat di lapangan terus
berkembang semakin kompleks sehingga peneliti tidak tahu kapan harus mengakhiri
penelitiannya. Bahkan dalam penelitian kualitatif perumusan masalah dapat berubah-ubah
sehingga peneliti sendiri merasa kesulitan dalam membatasi lamanya waktu penelitian.
Kadang-kadang masalah waktu dapat menjadi salah satu tolok ukur baik tidaknya hasil
penelitian.

Kerahasiaan Sumber Informasi

Dalam penelitian kualitatif walaupun nama, tempat maupun sumber informasi sudah diubah,
namun hendaknya cara-cara untuk menghindari diketahuinya sumber informasi tetap
diperhatikan oleh peneliti. Apalagi kalau jelas-jelas sumber informasi meminta identitasnya
tidak muncul dalam laporan penelitian. Nama-nama sumber dapat dimunculkan kalau
memang dituntut untuk itu terutama sumber data sekunder. Kerahasiaan sumber informasi
menjadi semakin penting apabila berkaitan dengan keselamatan dan rahasia pribadi atau
menyangkut nama baik sumber informasi.

Jumlah Halaman

Tebal tipisnya laporan penelitian tidak menunjukkan kualitas dari hasil penelitian. Ini berarti
bahwa laporan penelitian dengan jumlah halaman yang banyak tidak selalu lebih baik dari
laporan penelitian yang jumlah halamannya sedikit. Dengan demikian, peneliti tidak perlu
berusaha untuk menambah jumlah halaman hanya dengan alasan supaya laporan
penelitiannya kelihatan lebih berkualitas.

Sedangkan Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan


metode ilmiah.

Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.Mengadakan survei lapangan untuk


merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan.Membangun sebuah
bibliografi.Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.Membeda-bedakan dan membuat
out-line dari unsur-unsur permasalahan.Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah
menurut hu-bungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak
langsung.Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok
dasar dalam masalah.Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau
tidak.Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.Mengumpulkan
data dan keterangan yang diperlukan.Mengatur data secara sistematis untuk
dianalisa.Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.Mengatur
data untuk persentase dan penampilan.Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan
kaki).Menulis laporan penelitian.

D. Keunggulan Dan Keterbatasan Metode Ilmiah

Metode ilmiah dapat menghasilkan pengetahuan ilmiah. Kita telah mengetahui bahwa data
yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan. Kita
mengetahui pula bahwa pancaindera kita juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk
menangkap suatu fakta atau fenomena, sehingga kesimpulan yang diambil dari fakta-fakta
yang keliru itu juga akan keliru. Jadi, kemungkinan keliru dari suatu kesimpulan ilmiah tetap
ada. Oleh karena itu semua kesimpulan ilmiah atau dengan kata lain kebenaran ilmu
pengetahuan termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bersifat tentatif. Artinya, suatu
pendapat yang disimpulkan dengan menggunakan metode ilmiah diakui sebagai “benar”
selama belum ada pendapat baru yang dapat menolak kesimpulan itu. Sebaliknya, apabila
telah ditemukan kebenaran ilmiah yang dapat menolak kebenaran terdahulu maka pendapat
terbarulah yang diakui sebagai kebenaran, sehingga tidak mustahil suatu kesimpulan ilmiah
bisa saja berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak
demikian halnya dengan pengetahuan yang didapat dari wahyu illahi. Kebenaran dari
pengetahuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan berubah sepanjang masa.

Metode ilmiah memang tidak sanggup menjangkau untuk menguji adanya Tuhan; metode
ilmiah juga tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan berkenaan dengan baik dan
buruk atau sistem nilai, juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.

Keunggulan Metode Ilmiah

Adapun keunggulan dari metode ilmiah ini : yaitu :

metode ilmiah lebih bisa dipertanggung jawabkan, dikarenakan adanya bukti-bukti yang
konkret dan ada ukuran yang jelas.jelas, dapat di buktikan dan dapat diamati langsung oleh
alat indra pada manusia.dapat dijadikan satuan atau tolok ukur untuk penelitian-penelitian
selanjutnya, bila tidak terdapat kesalahan.mengajarkan pada manusia untuk menatap realita
dan segala sesuatu yang ada.operasional, dapat di gunakan dan di amalkan dalam
kehidupan keseharian.logis, karena dapat di buktikan oleh semua orang walaupun telah
melewati tahap-tahap yang di sebutkan diatas.Keterbatasan Metode Ilmiah
Selain metode ilmiah memiliki keunggulan, metode ilmiah tetap memiliki kelemahan. Adapun
kelemahan metode ilmiah antara lain :

metode ilmiah tidak mungkin bisa menjangkau objek yang bersifat inmateri (gaib),
dikarenakan tidak adanya wujud, ukuran dan timbangan yang jelas.terlalu bergantung pada
objek yang ada.metode ilmiah akan berubah bila objek yang di amati telah berubah. Sebagai
contoh ilmuan mengatakan bahwa suhu diatas puncak merapi adalah 35 derajat c, namun
apa yang di kemukakan oleh ilmuan akan berubah seiring berubahnya cuaca dan
suhu.kurang valid, karena tidak semua hasil dari metode atau penelitian di suatu daerah
akan bisa di terapkan untuk daerah lain.membutuhkan waktu yang lama, karena penelitian
dilakukan secara berulang.membutuhkan biaya yang sangat mahal, karena setiap penelitian
memerlukan alat bantu berupa peralatan yang menggunakan tehnologi canggih.dapat
terhapus atau tidak di pakai bila terbukti ditemukan kesalahan dan bila muncul teori lain
yang dianggap lebih berguna.cenderung kaku dan tidak terpengaruh oleh rasio Dari uraian
di atas dapat kita simpulkan bahwa setiap teori selalu memiliki sisi positive dan negatif.

DAFTAR PUSTAKA

http://alphaomega86.tripod.com/metode_ilmiah.html . Diunduh tanggal 18 Februari 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah. Diunduh tanggal 18 Februari 2014

https://www.facebook.com/permalink.php?
id=380746885301057&story_fbid=420460174663061. Diunduh tanggal 18 Februari 2014

http://ekapuspita999.blogspot.com/2013/03/metode-penulisan-ilmiah-dan-contohnya.html.
Diunduh tanggal 18 Februari 2014

http://www.scribd.com/doc/28438369/22/SYARAT-SYARAT-METODE-ILMIAH. Diunduh
tanggal 18 Februari 2014

http://cherygoland.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.
Diunduh tanggal 18 Februari 2014

http://ekapuspita999.blogspot.com/2013/03/metode-penulisan-ilmiah-dan-contohnya.html.
Diunduh tanggal 18 Februari 2014

https://www.google.com/#q=metode+non+ilmiah. Diunduh tanggal 18 Februari 2014

http://melawanpetang.blogspot.com/2011/11/pengertian-penelitian-ilmiah-dan-dan.html.
Diunduh tanggal 18 Februari 2014

http://wonkurep.blogspot.com/2011/11/makalah-laporan-ilmiah-sikap-ilmiah.html. Diunduh
tanggal 18 Februari 2014

http://www.slideshare.net/AriniNurmalaSari/sikap-ilmiah. Diunduh tanggal 18 Februari 2014

http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/ Diunduh tanggal


20Februari 2014

http://gogopratamax.blogspot.com/2012/04/pengertian-karakteristik-dan-langkah.html
Diunduh tanggal 20Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai