Anda di halaman 1dari 434

MATERI KULIAH SEMESTER

GANJIL 2021/2022
 Mata Kuliah : Metode Penelitian Pendidikan
 Sandi/ SKS : MD1501 / 3 SKS
 Dosen : Prof. Dr. H. Wahyu, MS
Dr. Mariatul
Kiftiah,MPd
PERTEMUAN I
PENDEKATAN NON-ILMIAH DAN
ILMIAH

 Penelitian bukanlah hanya milik orang-orang yang


menekuni bidang keilmuan saja, tetapi setiap orang
dapat melakukan penelitian. Bahkan setiap orang
hendaknya dibiasakan untuk melakukan penelitian.
 Suatu ilmu akan dapat berkembang secara ilmiah
melalui penelitian. Oleh karena itu, barang siapa
yang ingin meningkatkan hasil pekerjaannya,
Di bidang apapun, termasuk pendidikan, maka
penelitian sangat diperlukan.
 Penelitian sangat diperlukan untuk memecahkan
suatu permasalahan baik yang dihadapi seseorang,
kelompok maupun lembaga. Dengan demikian,
sikap untuk terbiasa meneliti, hendaknya sudah
dipupuk pada setiap orang sejak dini. Secara
formal, hal tersebut mungkin menjadi tugas pada
pendidik.
 Para pendidik, selain bertugas menyampaikan materi, juga
dituntut untuk berusaha meningkatkan kemampuan anak
didiknya untuk: (1) menjadi manusia-manusia penganalisis
yang memiliki kemampuan penalaran, (2) mampu
menyajikan pengalaman belajar yang menumbuhkan sikap,
kemampuan dan ketrampilan meneliti.
 Manusia pada dasarnya dibekali oleh rasa ingin tahu, yang
seyogyanya perlu dikembangkan. Jangan mematikan rasa
ingin tahu itu, supaya tidak mematikan kreativitas
seseorang.
 Rasa ingin tahu itu sudah ada sejak anak-anak.
Anak-anak sering bertanya sama orang tuanya,
yaitu: (1) apa ini?, (2) apa itu?, (3) mengapa
begitu?, dsb. Pertanyaan-pertanyaan itu
hendaknya jangan dimatikan, akan tetapi
sebaiknya diikuti dan dijelaskan kepada anak-
anak secara bertahap sesuai dengan tahap
perkembangan pemikiran anak itu. Kita jangan
mematikan rasa ingin tahu si anak, apalagi anak
dimarahi apabila bertanya. Dampaknya,
Si anak malas untuk bertanya lagi, dan yang lebih
menghawatirkan mematikan kreativitas anak.
 Hasrat ingin tahu seseorang akan terpuaskan
apabila dia memperoleh pengetahuan atau
jawaban terhadap sesuatu yang ingin
diketahuinya. Pengetahuan atau jawaban yang
diketahuinya adalah pengetahuan atau jawaban
yang benar.
 Dalam sejarah perkembangannya, pengetahuan
 Yangbenar atau kebenaran dapat diperoleh
manusia melalui dua cara, yaitu
pendekatan Non-Ilmiah dan Ilmiah.
 Menurut pendapat para ahli, pendekatan
non-ilmiah yang banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari di antaranya:
PENDEKATAN NON-
ILMIAH
1. Akal sehat (common sense). Serangkaian konsep yang
memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan
(Conant, dalam Dikbud,1983).
Contoh:
Pada awalnya, akal sehat yang diyakini oleh banyak
pendidik, bahwa hukuman merupakan alat utama
dalam pendidikan. Penemuan ilmiah ternyata menolak
kebenaran akal sehat tersebut.
2. Prasangka. Merupakan akal sehat yang diwarnai oleh
kepentingan orang yang melakukannya. Hal seperti ini sering
menyebabkan akal sehat beralih menjadi prasangka.
3. Intuitif. Seseorang menentukan pendapat mengenai sesuatu
berdasarkan atas pengetahuan yang langsung atau didapat dengan
cepat melalui proses yang tidak didasari atau tidak dipikirkan lebih
dahulu. Pencapaian pengetahuan seperti itu sukar dipercaya, karena
tidak didasari langkah- langkah yang sistematis dan terkendali.
Contoh:
seseorang yang sudah begitu lama mempunyai
masalah. Suatu ketika, pada saat dia edang
merenung, tiba-tiba saja di dalam otaknya dia
menemukan jawabannya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan, bahwa pendekatan
intuitif sering kali didahului oleh adanya proses
sebelumnya.
4. Penemuan Kebetulan dan Coba-coba. Penemuan
ini diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, dan
tidak melalui langkah-langkah ilmiah.
 Penemuan secara kebetulan, setelah dilakukan serangkaian
usaha. Setelah itu, usaha berikutnya akan lebih terkontrol
menuju ke arah langkah-langkah yang lebih maju dan
terkontrol.Contoh: Seorang penderita malaria yang menjadi
sembuh karena meminum air kolam yang rasanya pahit.
Setelah diteliti, ternyata ke dalam kolam tersebut ada pohon
kina yang tumbang. Sekarang, kina menjadi obat untuk
penyembuhan penderita malaria.
5. Pendapat Otoritas Ilmiah. Otoritas ilmiah
merupakan orang-orang yang biasanya telah
menempuh pendidikan formal tertinggi atau
mempunyai pengalaman kerja ilmiah dalam suatu
bidang tertentu cukup banyak dan lama. Pendapat
orang tersebut sering diterima orang tanpa diuji,
karena sudah dianggap benar. Contoh: pendapat
seorang dokter sering dianggap sebagai
sesuatu yang benar kalau diminta pendapatnya
mengenai penyakit
Atau yang terkait dengan kesehatan.
Mungkin Pendapat tersebut tidak tepat,
karena pendapat itu tidak didasarkan pada
penelitian, namun hanya didasarkan atas
pemikiran logis saja.
PENDEKATAN ILMIAH

 Penelitian ilmiah pada dasarnya akan


menghasilkan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan
yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah
diperoleh melalui penelitian ilmiah dan dibangun
di atas teori tertentu.
 Penelitian ilmiah merupakan penelitian yang
sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data
empiris. Pendekatan ilmiah, tidak diwarnai oleh
keyakinan pribadi, karena akan menghasilkan
kesimpulan yang bias dan perasaan.
 Beberapa buku teks dan pendapat para ahli, hampir
sepakat bahwa langkah-langkah pokok metode ilmiah
secara umum sebagai berikut:
1. Menemukan masalah,
2. Merumuskan masalah,
3. Mengumpulkan informasi/data, menyeleksinya dan
mengklasifikasinya
4. Merumuskan hipotesis,
5. Melakukan pengumpulan data ( wawancara, angket,
observasi, dokumentasi, eksperimen,dsb),
6. Melakukan analisis data,
7. Menguji hipotesis,
8. Hipotesis diterima atau ditolak,
9. Mengambil kesimpulan.
PERTEMUAN 2
METODE PENELITIAN PENDIDIKAN

PENGERTIAN

 Metode penelitian pendidikan, terdiri dari tiga kata, yaitu


metode, penelitian dan pendidikan. Metode, yaitu prosedur
atau tata cara guna mengetahui sesuatu hal dengan langkah-
langkah sistematis. Penelitian sendiri berasal dari bahasa
Inggeris, yaitu research, yang berasal dari dua kata, “re” dan
“search”. Re diartikan kembali, dan Search diartikan
mencari. Jadi, research secara harfiah dapat diartikan
mencari kembali.
 Berdasarkan pengertian di atas, maka metode penelitian
dapat diartikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari
cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang
tepat melalui taha-tahap yang disusun secara ilmiah untuk
mencari, menyusun, menganalisis dan menyimpulkan data,
sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu
pengetahuan.
METODE PENELITIAN MENURUT PARA AHLI
1. Winarno, metode penelitian merupakan kegiatan secara
ilmiah dilakukan dengan menggunakan teknik yang
sistematis dan teliti.
2. Nasir, metode penelitian adalah cara yang utama dan
umumnya digunakan oleh peneliti dengan tujuan mencapai
pemecahan masalah serta menemukan
jawaban atas masalah yang ada.
3. Penny, metode penelitian adalah pemikiran yang
sistematis mengenai berbagai jenismasalah yang
pemecahannya memerlukanpengumpulan dan penafsiran
fakta-fakta.
4. Suprapto, metode penelitian adalah penyelidikan dari suatu
bidang ilmu pengetahuan yang diajarkan untuk
memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar,
hati-hati dan sistematis.
5. Sutrisno Hadi, metode penelitian adalah sebagai usaha
untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan.
6. Muhammad Ali, metode penelitian adalah suatu cara untuk
memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan
atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang
muncul sehubungan dengan masalah itu, yang
dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh
pemecahannya.
METODE PENELITIAN PENDIDIKAN
 Menurut UU No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
 UU, No. 2 Tahun 1985, tujuan pendidikan adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya, yaitu bertakwa terhadap Tuhan YME,
memiliki pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki
budi pekerti luhur, mandiri, kepribadian yang mantap dan
bertanggungjawab terhadap bangsa.
 Berdasarkan pengertian dan tujuan di atas, maka makna
pendidikan itu sebagai usaha untuk mengembangkan
kemampuan, membentuk watak, kepribadian, agar peserta
didik menjadi pribadi yang bermartabat.
 Jadi, berdasarkan makna pendidikan di atas, maka metode
penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari cara-cara melaksanakan
penelitian sampai menyusun laporannya berdasarkan fakta-
Fakta atau gejala-gejala sehingga diperoleh pemecahan masalah
dan menemukan jawabannya yang dapat digunakan untuk
memecahkan dan membuat kemajuan dalam bidang
pendidikan.
Sementara menurut Sugiyono (2019), metode penelitian
pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid, reliabel dan objektif dengan
tujuan untuk menggambarkan,membuktikan, mengembangkan,
Menemukan dan menciptakan ilmu, produk dan tindakan baru
sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan,
mengantisipasi masalah, dan membuat kemajuan dalam bidang
pendidikan.
RUANG LINGKUP
PENELITIAN PENDIDIKAN
1. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui tiga jalur
pendidikan, yaitu: (1) pendidikan formal, (2) nonformal,
(3) dan informal.
2. Pendidikan formal, adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
3. Pendidikan nonformal, adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang.
4. Pendidikan informal, adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan.
PENDIDIKAN FORMAL
1. TK
2. Raudatul Athfal (RA)
3. SD
4. MI
5. SMP
6. MTS
7. SMA
8. MA
9. SMK
10. MAK
11. Akademi
12. Politeknik
13. Sekolah Tinggi
14. Institusi
15. Universitas
PENDIDIKAN NONFORMAL

1. Kelompok Bermain (KB)


2. TPA
3. Lembaga Kursus
4. Sanggar
5. Lembaga Pelatihan
6. Kelompok Belajar
7. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
8. Majelis Taklim
PENDIDIKAN INFORMAL

1. Agama
2. Budi Pekerti
3. Etika
4. Sopan santun
5. Moral
6. Sosialisasi
KOMPONEN PENDIDIKAN
1. Tujuan dan Proses Belajar Mengajar
2. Peserta didik
3. Manajeman
4. Struktur organisasi
5. Isi atau materi
6. Pendidik
7. Alat dan sumber belajar
8. Fasilitas
9. Teknologi
10. Pengawasan mutu
11. Penelitian
12. Biaya pendidikan
13. Lingkungan pendidikan
 Jalur pendidikan dan komponen pendidikan di atas, dapat
dijadikan ruang lingkup penelitian pendidikan.
 Sementara Sugiyono (2019), ruang lingkup penelitian
pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu: (1) kebijakan
pendidikan, (2) manajerial, (3) institusional.
KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Pada lingkup kebijakan pendidikan, penelitian pendidikan


meliputi:
1. Perumusan kebijakan tentang pendidikan yang dilakukan
oleh MPR,kebijakan Presiden dan DPR tentang
pendidikan.
2. Kebijakan Mendikbud tentang pendidikan.
3. Kebijakan Dirjen, Gubernur, Bupati, Walikota, Diknas
tentang pendidikan.
4. Implementasi kebijakan pendidikan.
5. Output dan outcome kebijakan pendidikan.
MANAJERIAL
 Pada lingkup manajerial, penelitian pendidikan meliputi:
1. Perencanaan pendidikan pada tingkat nasional,
Provinsi/Kabupaten/Kota dan lembaga.
2. Organisasi Diknas, Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota
dan institusi pendidikan.
3. Kepemimpinan pendidikan.
4. Ekonomi pendidikan.
5. Bangunan pendidikan, sarana dan prasarana
pendidikan.
6. Hubungan kerjasama antar lembaga pendidikan.
7. Koordinasi pendidikan dari pusat ke daerah.
8. SDM tenaga kependidikan.
9. Evaluasi pendidikan.
10. Kearsipan, perpustakaan, dan museum
pendidikan.
INSTITUSIONAL

 Pada tingkat institusional, lingkup


penelitian pendidikan meliputi:
1. Aspirasi masyarakat dalam pemilih
pendidikan.
2. Pemasaran lembaga pendidikan.
3. Sistem seleksi murid baru.
4. Kurikulum, silabi.
5. Teknologi pembelajaran.
6. Media pendidikan, buku ajar, dll
7. Penampilan guru mengajar.
8. Manajeman kelas.
9. Sistem evaluasi belajar.
10. Sistem ujian akhir.
11. Kuantitas dan kualitas lulusan.
12. Manajeman kelas.
13. Unit produksi.
14. Perkembangan karier lulusan.
15. Pembiayaan pendidikan.
16. Profil pekerjaan dan tenaga kerja DUDI.
17. Kebutuhan masyarakat akan lulusan pendidikan.

TUJUAN PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2019), tujuan penelitian sbb:
18. Menggambarkan. Mendeskripsikan apa yang terjadi pada
objek yang diteliti, contoh : Profil guru SMAN di
Banjarmasin.
2. Membuktikan. Berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk
membuktikan adanya keragu- raguan erhadap informasi, teori,
kebijakan, tindakan atau produk yang telah ada.
Contoh: Pengaruh tunjangan profesi guru terhadap kualitas
pendidikan di Kota Banjarbaru.
3. Mengembangkan. Berarti memperdalam, memperluas, dan
menyempurnakan pengetahuan,
Teori, kebijakan, tindakan dan produk yang telah ada, sehingga
menjadi lebih efektif dan efisien. Contoh: Pengembangan model
kepemimpinan kepala sekolah di era industri 4.0.
4. Menemukan. Berarti mendapatkan sesuatu yang
belum diketahui, kemungkinan hilang atau masih
terpendam. Contoh: Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
sekolah yang unggul.
5. Menciptakan. Berarti membuat sesuatu yang
sebelumnya belum pernah ada.
Contoh: Memodifikasi media pembelajaran baru yang dapat
merubah murid yang malas menjadi rajin belajar.

KEGUNAAN PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2019), kegunaan penelitian sebagai berikut:
1. Memahami masalah. Berarti penelitian digunakan untuk
memperjelas suatu masalah Atau informasi yang tidak
diketahui sehingga menjadi jelas.
2 Memecahkan masalah. Berarti meminimalkan
atau menghilangkan masalah.
3. Mengantisipasi masalah. Berarti
mengupayakan agar masalah tidak terjadi.
4. Membuat kemajuan. Berarti dengan penelitian
dapat digunakan untuk memperbaiki keadaan dari kondisi
sekarang menjadi kondisi baru yang lebih baik.
PERTEMUAN 3
JENIS-JENIS METODE PENELITIAN

 Jenis-jenis metode penelitian dapat dikelompokkan


menurut tempat, bidang, fungsi, tingkat eksplanasi,
waktu dan metode (Sugiyono, 2019).

1. Penelitian menurut tempatnya:


a. lapangan. Data diperoleh secara langsung dari
lapangan, sehingga sumber datanya adalah
sumber primer.
b. Perpustakaan. Data diperoleh dari perpustakaan
atau tempat lain yang menyimpan
dokumen,disebut data sekunder.
2. Penelitian menurut Bidangnya
a. Penelitian akademis. Penelitian untuk menyusun Skripsi (S1), Tesis
(S2), dan Disertasi (S3). Dalam penelitian ini yang diutamakan adalah
metode penelitian yang digunakan (valid internal), baru kemudian
hasilnya. Dalam penelitian ini, peneliti masih perlu dibimbing.
b. Penelitian Profesional, Penelitian ini dilakukan oleh orang mempunyai
jabatan sebagai peneliti, termasuk dosen, dan para peneliti diBalitbang.
Dalam penelitian ini diutamakan selain metodenya benar, hasilnya
juga dimanfaatkan baik untuk pengembangan ilmu maupun pemecahan
masalah praktis.
c. Penelitian Institusional, Penelitian yang hasilnya digunakan untuk
pembuatan keputusan dan pengembangan organisasi. Diutamakan
hasilnya. Metode penelitian dan analisis yang digunakan sederhana
sehingga mudah dipahami oleh pimpinan yang akan membuat
keputusan.
3. Penelitian Menurut Fungsinya
a. Untuk memahami fenomena (need to know). Penelitian yang
berfungsi untuk menggambarkan fakta, membuktikan,
mengembangkan, dan menemukan pengetahuan. Metode penelitian
yang dapat digunakan secara umum adalah metode
penelitian survei, eksperimen, kualitatif dan kombinasi.
b. Untuk membantu pelaksanaan pekerjaan (need to do). Metode
penelitian ini untuk membantu pelaksanaan kerja supaya lebih
efektif dan efisien. Contohnya: metode penelitian
tindakan, penelitian dan pengembangan, dan penelitian operasi.
c. Memilih dan mengukur. Berfungsi untuk memilih keputusan apa
yang terbaik dengan resiko sekecil-kecilnya. Untuk mengetahui
keefektifan program adalah dengan penelitian
evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan sumatif.
4. Penelitian Menurut Tingkat Ekplanasi
a. Judul Deskriptif. Menggambarkan keadaan satu atau lebih variabel secara
mandiri. Dalam penelitian ini, tidak membuat perbandingan atau hubungan antar
variabel.
b. Judul Komparatif. Penelitian ini bermaksud membandingkan satu atau lebih
variabel mandiri pada dua atau lebih populasi.
c. Judul Asosiatif. Bermaksud menggambarkan dan menguji hipotesis
hubungan dua variabel atau lebih. Judul asosiatif ada tiga macam,
yaitu: (1) judul asosiatif simentris, (2) kausal, (3) reciprocal atau
interaktif/saling mempengaruhi.
1) Judul asosiatif simentris, diawali dengan kata hubungan atau korelasi.
2) Judul asosiatif kausal diawali dengan kata pengaruh atau faktor
determinan.
3) Judul asosiatif recipokal, diawali dengan kata hubungan interaktif
atau pengaruh interaktif.
d. Judul Penelitian Komparatif-asosiatif.
Bermaksud menggambarkan dan menguji hipotesis
perbandingan korelasi antara dua variabel atau lebih pada
sampel atau populasi yang berbeda.
e.Judul Penelitian Struktural. Bermaksud menggambarkan
dan menguji hipotesis yang bersifat struktural.
Hubungan struktural adalah
Adalah hubungan antara variabel independen dan dependen, di
mana di antara dua variabel tersebut terdapat variabel penyela
(intervening).
5. Penelitian Menurut Waktunya
a. Penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan sekali
selesai, sehingga tidak ada kelanjutannya.
b. Penelitian longitudinal. Penelitian ini bersambung,
bertahap, sehingga tidak selesai
dalam satu waktu.
c. Penelitian kombinasi desain sequential. Pada
tahap pertama menggunakan metode kuantitatif, atau
kualitatif. Kemudian dilanjutkan
pada tahap kedua dengan metode kualitatif atau
kuantitatif. Dalam penelitian ini:
1) Tahap pertama, merancang dan membuat produk,
2) Tahap kedua, menguji, merevisi dan memperbaiki
produk.
6. Penelitian Menurut Metode
a. Penelitian Kuantitatif,
b. Penelitian Kualitatif,
c. Penelitian Kombinasi (mix methods).

METODE KUANTITATIF
1. Metode kuantitatif, dinamakan metode
tradisional, karena metode ini sudah cukup
lama digunakan sehingga sudah mentradisi
sebagai metode untuk penelitian.
2. Metode ini disebut metode positivistik karena
berlandaskan pada filsafat positivisme.
3. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific, karena
telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu:
konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, sistematis, dan
replicable (dapat diulang).
4. Metode ini disebut metode konfirmatif, karena
metode ini cocok digunakan untuk pembuktian/konfirmasi.
5. Menurut Sugiyono (2019), metode kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan
untuk menggambarkan dan menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
6. Filsafat positivisme, memandang realitas, gejala,
fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap,
konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala
bersifat sebab akibat.
7. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau
sampel tertentu yang representatif.
8. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk
menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori
sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut,
selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan.
Untuk mengumpulkan data digunakan
instrumen penelitian.
9. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara
kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif
atau inferensial sehingga dapat disimpulkan
hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak.
10. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada
sampel yang diambil secara random, sehingga
kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan
pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
10. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan
pada sampel yang diambil secara random, sehingga
kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan
pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
11. Metode kuantitatif dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
a. Metode penelitian eksperimen, digunakan untuk
mencari pengaruh treatment tertentu (perlakuan) dalam
kondisi yang terkontrol (laboratorium).
b. Metode penelitian survei, penelitian yang dilakukan
pada populasi besar atau kecil, tetapi data yang dipelajari
adalah dari data sampel yang diambil dari populasi tersebut,
sehingga ditemukan kejadin-kejadian relatif, distribusi,
dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun
psikologis (Kerlinger, 1973).
Penelitian survei pada umumnya dilakukan untuk
mengambil suatu generaslisasi dari pengamatan yang tidak
mendalam. Walaupun metode survei
Ini Tidak memerlukan kelompok kontrol, seperti halnya pada
metode eksperimen, namun generalisasi yang dilakukan bisa
lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif (David
Kline, 1980).

METODE KUALITATIF
1. Metode kualitatif pada tahun 1990-an dinamakan sebagai
metode baru, karena popularitasnya belum lama.
2. Dinamakan metode pospositivistik, karena
berlandaskan pada filsafat pospositivisme.
3. Metode ini, disebut juga metode artistik,
karena prose s penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola).
4. Metode ini, disebut juga metode interpretative,
karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan
interpretasi terhadap data yang ditemukan di
lapangan.
5. Metode ini, sering juga disebut metode
konstruktif, karena dengan metode kualitatif ini,
Dapat ditemukan data yang berserakan. Selanjutnya
dikonstruksikan dalam satu tema yang lebih bermakna dan
mudah dipahami.
6. Metode ini, sering juga disebut metode
naturalistik, karena penelitiannya dilakukan dalam kondisi
yang alamiah (natural setting).
7. Metode ini, disebut juga metode etnografi, karena
pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk
penelitian bidang antropologi budaya.
8. Metode ini, disebut juga metode kualitatif, karena
data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.
9. Filsafat pospositivisme, sering disebut sebagai
paradigma interpretatif dan konstruktif, yang
memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh,
kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan
gejala bersifat interaktif atau reciprocal.
10. Penelitian dilakukan pada objek yang alamiah.
Objek yang alamiah adalah objek yang
berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti
dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika
pada objek tsb.
11. Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah
orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri.
Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga
mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan
mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas
dan bermakna.
12. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas
dan mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti,
maka teknik pengumpulan data bersifat trianggulasi, yaitu
menggunakan berbagai teknik pengumpulan data
secara gabungan/simultan.
13. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif
berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan
kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori.
14. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data
yang mendalam, suatu yang mengandung makna.
Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang
merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.
15. Dalam penelitian kualitatif, tidak menekankan pada
generalisasi, tetapi lebih menekankan pada pemahaman
makna dan mengkonstruksi fenomena. Generalisasi
dalam penelitian kualitatif dinamakan tranferability.
16. Menurut Sugiyono (2019), metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme atau
Enterpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi okjek yang
alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data yang
diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif dapat bersifat
temuan potensi atau masalah, keunikan objek, makna suatu
peristiwa, proses dan
Interaksi sosial, kepastian kebenaran data, konstruksi
fenomena, temuan hipotesis.

METODE PENELITIAN KOMBINASI


1. Metode penelitian kombinasi, merupakan metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat pragmatisme
(gabungan positivisme dan postpositivisme).
2. Menurut Creswell (2009), filsafat pragmatisme
berpandangan bahwa:
a. Tidak memandang bahwa dunia itu bukan suatu kesatuan
yang absolut. Dengan pandangan ini, penelitian
kombinasi, melihat dunia/realitas dari berbagai pendekatan
dalam mengumpulkan dan menganalisis data, dan tidak
hanya dengan satu macam pendekatan saja.
b. Tidak hanya berpedoman pada satu landasan filsafat
dalam memandang realitas, tetapi
Menggunakan kombinasi landasan filsafat y aitu
filsafat penelitian kuantitatif dan kualitatif.
c. Pragmatisme adalah suatu pandangan dasar, atau filsafat
yang terkait dengan suatu tindakan, situasi, dan akibat daripada
sebab (seperti dalam filsafat positivisme). Pragmatisme
terkait dengan suatu aplikasi bagaimana cara bekerja dan
pemecahan masalah. Bila dikaitkan dengan metode, maka
peneliti dapat menggunakan semua metode yang
mungkin dapat digunakan untuk memahami masalah.
d. Peneliti kombinasi memandang filsafat pragmatisme
membuka pintu adanya berbagai metode penelitian, berbagai
perbedaan dalam memandang dunia/realitas, dan berbagai
perbedaan asumsi, sehingga dapat terjadi perbedaan dalam
pengumpulan data dan analisis.
e. Peneliti secara individual mempunyai kebebasan untuk
memilih metode yang akan digunakan untuk penelitian.
Dengan demikian, para peneliti bebas memilih metode, teknik,
dan prosedur yang terbaik untuk penelitian sehingga dapat mencapai
maksud dan tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan pemikiran di atas, bahwa filsafat pragmatisme itu
memandang dunia/realitas itu tidak merupakan satu kesatuan
yang absolut/mutlak, tidak hanya menggunakan satu sistem
filsafat dalam memandang realitas. Dengan demikian, situasi
sosial itu bisa bersifat holistik (postpositivisme), tetapi juga
bisa dikalsifikasikan (positivisme), tetapi juga bisa ada
perlakuan/treatment (positivisme).Dengan situasi seperti itu,
maka peneliti kombinasi dapat melakukan penelitian dengan
metode kualitatif dan kuantitatif secara bersama-sama.
 Dengan demikian metode penelitian kombinasi menurut
Sugiyono (2019), dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat pragmatisme (kombinasi
positivisme dan postpositivisme) digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah maupun buatan
(laboratorium), di mana peneliti bisa sebagai instrumen dan
menggunakan instrumen untuk pengukuran, teknik
pengumpulan data dapat menggunakan
Test, kuesioner dan trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif (kualitatif), dan deduktif (kuantitatif), serta
hasil penelitian kombinasi dapat bersifat temuan potensi dan
masalah, keunikan objek, makna suatu peristiwa, proses dan
interaksi sosial, kapasitas kebenaran data, konstruksi fenomena,
temuan hipotesis dan sekaligus mengujinya sehingga dapat
dibuat generalisasi.
PERTEMUAN 4

PERBEDAAN PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF


DAN KOMBINASI
1. Perbedaan Aksioma. Aksioma adalah pandangan dasar
atau filsafat.
a. Sifat Realitas
1) Peneliti kuantitatif, peneliti dapat
menentukan hanya beberapa variabel saja
dari objek yang diteliti, dan kemudian dapat
membuat instrumen untuk mengukurnya.
2) Penelitian kualitatif, memandang objek sebagai
sesuatu yang utuh, dinamis, hasil konstruktif pemikiran dan
interprestasi terhadap gejala yang diamati, serta
utuh (holistic). Contohnya, sebuah mobil, maka
penelitian kualitatif meneliti semua komponen
dan hubungan satu dengan lainnya.
3) Penelitian Kombinasi, merupakan gabungan
antara filsafat positivisme dan
postpositivisme. Bila pandangan awal
terhadap realitas bersifat positivistik dan
setelah itu postpositivistik.
b. Hubungan Peneliti dengan yang Diteliti
1) Penelitian kuantitatif, kebenaran itu di luar dirinya, sehingga
hubungan antara peneliti dengan yang diteliti harus dijaga
jaraknya sehingga bersifat independen. Kuesioner sebagai teknik
pengumpulan data. Penelitian kuantitatif, hampir tidak mengenal
siapa yang diteliti atau responden yang memberikan data.
2) Penelitian kualitatif, peneliti sebagai human instrumen dan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan teknik partisipasi
(observasi berperan Serta) dan wawancara mendalam. Peneliti
dengan sumber data. Dengan demikian,
peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang
memberikan data.
3). Peneliti kombinasi, hubungan antara peneliti
dengan yang diteliti dapat independen dan
interaktif.
c. Kemungkinan Generalisasi.
1) Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada keluasan informasi,
bukan kedalaman, sehingga metode ini cocok digunakan
untuk populasi yang luas dengan variabel yang terbatas. Data yang
diteliti adalah data sampel yang diambil dari populasi degan teknik
probability sampling (random). Berdasarkan data dari sampel,
peneliti membuat generalisasi (kesimpulan sampel), yang
diberlakukan ke populasi di mana sampel tersebut di ambil).
2). Penelitian kualitatif, tidak melakukan generalisasi tetapi lebih
menekankan kepastian dan ke dalaman informasi sehingga sampai pada
tingkat makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut dengan
transferability, dalam bahasa Indonesia dinamakan keteralihan. Artinya,
hasil penelitian kualitatif dapat ditranferkan atau diteapkan di tempat
lain, mana kala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan
tempat penelitian.
3). Penelitian kombinasi, generalisasinya dapat dilihat dari
penelitian kuantitatif dan kualitatif.
e. Peranan nilai
1) Penelitian kuantitatif, peneliti tidak berinteraksi dengan
sumber data, maka akan terbebas dari nilai-nilai yang
dibawa peneliti dan sumber data. Peneliti menjaga jarak
dengan sumber data, supaya data yang diperoleh objektif.
2) Penelitian kualitatif, dalam pengumpulan data terjadi interaksi
antara peneliti dengan sumber data. Dalam interkasi ini, peneliti
dan sumber data memiliki latar belakang, pandangan, keyakinan, nilai-
nilai,kepentingan dan persepsi berbeda- beda, sehingga dalam
pengumpulan data, analisis, dan pembuatan laporan akan terikat oleh
nilai masing-masing.
3) ) Penelitian kombinasi, pada saat menggunakan metode kuantitatif
bisa bebas nilai dan pada saat metode kualitatif akan terikat oleh
nilai-nilai.
2. Karakteristik Penelitian
a. Metode Kuantitatif
1) Desain
a) Spesifik, jelas, rinci,
b) Ditentukan secara mantap sejak awal,
c) Menjadi pegangan langkah demi langkah,

2) Tujuan
a) Menunjukkan hubungan antar variabel,
b) Menguji teori,
c) Mencari generalisasi yang mempunyai
nilai prediksi,
3) Teknik pengumpulan data
a) Kuesioner,
b) Observasi dan wawancara terstruktur,
4) Instrumen penelitian
c) Test, angket, wawancara terstruktur,
d) Instrumen yang telah terstandar,
5) Data
a) Kuantitatif,
b) Hasil pengukuran variabel yang
dioperasionalkan dengan menggunakan
instrumen,
6) Sampel
c) Besar,
d) Representatif,
e) Sedapat mungkin random,
f) Ditentukan sejak awal,
7) Analisis
a) Setelah selesai pengumpulan data,
b) Deduktif,
c) Menggunakan statistik untuk
menguji hipotesis,
8) Hubungan dengan responden
d) Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa
kontak supaya objektif,
b) Kedudukan peneliti lebih tinggi dari
responden,
c) Jangka pendek sampai hipotesis
dapat dibuktikan,
9) Usulan desain
a) Luas dan rinci,
b) Literatur yang berhubungan dengan
masalah, dan variabel yang diteliti,
c) Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-
langkahnya,
d) Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas,
e) Hipotesis dirumuskan dengan jelas,
f) Ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke
lapangan,
10) Kapan penelitian dianggap selesai
Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat
diselesaikan.
11) Kepercayaan terhadap hasil penelitian
Pengujian validitas dan realibitas instrumen.
b. Metode Kualitatif
1) Desain
a) Umum,
b) Fleksible,
c) Berkembang, dan muncul dalam proses
penelitian,
2) Tujuan
a) Menemukan pola hubungan yang bersifat
interaktif,
b) Menemukan teori,
c) Menggambarkan realitas yang
kompleks,
d) Memperoleh pemahaman makna,
3) Teknik pengumpulan data
a) Partisipant observation,
b) In depth interview,
c) Dokumentasi,
d) Trianggulasi,
4) Instrumen penelitian
a) Peneliti sebagai instrumen (human
instrument)
b) Buku catatan, tape recorder, camera,
handycam, dll,
5) Data
c) Deskriptif kualitatif,
d) Dokumen pribadi, catatan lapangan,
ucapan dan tindakan responden,
6) Sampel/sumber data
a) Kecil,
b) Tidak representatif,
c) Purposive, snowball,
d) Berkembang selama proses penelitian,
7) Analisis
e) Terus menerus sejak awal sampai akhir
penelitian,
f) Induktif,
g) Mencari pola, model, thema, teori,
8) Hubungan dengan responden
a) Empati, akrab supaya memperoleh
pemahaman yang mendalam,
b) Kedudukan sama, bahkan sebagai
guru, konsultan,
c) Jangka lama, sampai datanya jenuh,
dapat ditemukan hipotesis atau
teori,
9) Usulan desain
a) Singkat, umum bersifat sementara,
b) Literatur yang digunakan bersifat sementara, tidak menjadi
pegangan utama,
c) Prosedur bersifat umum, seperti akan merencanakan
tour/piknik,
d) Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan setelah studi
pendahuluan,
e) Tidak dirumuskan hipotesis, karena justru akan menemukan
hipotesis,
f) Fokus penelitian ditetapkan setelah diperoleh data
awal dari lapangan,
10) Kapan penelitian dianggap selesai?
Setelah tidak ada data yang dianggap
baru/jenuh,
11) Kepercayaan terhadap hasil penelitian
Pengujian kredibilitas, depenabilitas, proses
dan hasil penelitian.
c. Metode Kombinasi
1) Desain
Untuk model sequential explanatory, proposal
harus sudah lebih jelas,
2) Tujuan
Untuk model sequential explanatory, tujuannya
adalah menemukan pola dan menguji hipotesis yang
ditemukan dalam penelitian kuantitatif,
3) Teknik pengumpulan data
Test, kuesioner, participant, observation, in depth
interview, dokumentasi, trianggulasi,
4) Instrumen penelitian
Test, angket, instrumen terstandar, peneliti sendiri,
buku catatan, tape recorder, camera, handycam, dll.
5) Data
Data kuantitatif hasil pengukuran dan kualitatif
hasil pengamatan,
6) Sampel
Untuk model sequential explanatory, sampel
bisa besar dan representatif,
7) Analisis
Analisis data kombinasi kualitatif dan
kuantitatif,
8) Hubungan dengan responden
Hubungan peneliti dengan yang diteliti bisa
berjarak, bisa akrab, kedudukan bisa lebih tinggi
dan sama dengan responden, jangka pendek dan
Dan jangka panjang, hipotesis terbukti dengan
didukung data kualitatif,
9) Usulan desain
Unsulan penelitian kombinasi model
sequential explanatory, usulan desain bisa bersifat
sementara tetapi untuk model sequential
explanatory usulan desain sudah rinci.
10) Kapan penelitian dianggap selesai?
Setelah semua kegiatan yang direncanakan
dapat
Diselesaikan dan setelah tidak ada data yang
dianggap baru lagi/jenuh,
11) Kepercayaan terhadap hasil penelitian
Pengujian validitas dan realiabilitas
instrumen, pengujian kredibilitas, depenabilitas, proses dan
hasil penelitian kualitatif.
3. Proses Penelitian
a. Penelitian kuantitatif
Bersifat linier,
b. Penelitian kualitatif
Bersifat sirkuler/siklus,
c. Penelitian kombinasi
Bersifat gabungan linier dan sirkuler.
PERTEMUAN 5

PENELITIAN SKRIPSI, TESIS DAN DISERTASI


 Di perguruan tinggi terdapat tiga jenjang pendidikan, yaitu
(1) program sarjana (S1), (2) program Magister (S2), dan
(3) program doktor (S3).
 Menurut UU No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
yaitu:
1. Program sarjana (S1) merupakan pendidikan
akademik yang diperuntukan bagi lulusan pendidikan
menengah atau sederajat sehingga
Mampu mengamalkan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui penalaran ilmiah
2. Program magister (S2) merupakan pendidikan akademik
yang diperuntukan bagi program sarjana atau sederajat
sehingga mampu mengamalkan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan/atau teknologi melalui penalaran
dan penelitian ilmiah.
3. Program doktor (S3) merupakan pendidikan
akademik yang diperuntukkan bagi lulusan program magister
atau sederajat sehingga mampu menemukan, menciptakan,
dan/ atau memberikan
Konstribusi kepada pengembangan, serta mengamalkan ilmu
Pengetahuan dan Teknologi melalui penalaran dan penelitian
ilmiah.
 Yang dimaksud dengan “penalaran” adalah pencarian,
pengamatan, penemuan, penyebarluasan dan pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mengutamakan
kegiatan berpikir (Sugiyono, 2019).
 Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan
Menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk
memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan
dengan pemahaman dan/atau pengujian suatu canang ilmu
pengetahuan dan teknologi (Sugiyono, 2019).
 Jenjang pendidikan tinggi dan tingkat ilmu yang
dikembangkan:
1. Program Doktor (S3): menemukan dan menciptakan iptek
melalui penalaran dan penelitian ilmiah.
2. Program Magister (S2): mengaplikasikan dan
mengembangkan iptek melalui penalaran dan penelitian
ilmiah.
3. Program Sarjana (S1): mengaplikasikan iptek
melalui penalaran ilmiah.
 Skripsi adalah karya ilmiah hasil penelitian yang dikerjakan
oleh mahasiswa program sarjana (S1), sebagai syarat untuk
memperoleh gelar sarjana.
 Tesis adalah karya ilmiah hasil penelitian yang dikerjakan
oleh mahasiswa program magister (S2)
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar magister.
 Disertasi adalah karya ilmiah hasil penelitian yang
dikerjakan oleh mahasiswa program doktor (S3), sebagai
syarat untuk memperoleh gelar doktor.
 Dari segi subtansi, perbedaan antara skripsi, tesis dan
disertasi terletak pada: (1) kedalaman, (2) keluasan, (3)
kebaruan, (4) orisionalitas, (5) pendekatan penelitian yang
digunakan.
 Sekali lagi, supaya ingat dan ingat:
1. Lulusan Sarjana (S1): harus memiliki kompetensi
mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
penalaran ilmiah.
2. Lulusan Magister (S2): harus memiliki kompetensi
mengamalkan dan mengembangkan iptek melalui
penalaran dan penelitian ilmiah.
3. Lulusan Doktor (S3): harus memiliki
kompetensi, menemukan, menciptakan, dan/atau
memberikan konstribusi kepada pengembangan,
serta pengamalan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
penalaran dan penelitian ilmiah.
 Kedalaman dan keluasan skripsi (S1), Magister (S2) dan
Doktor (S3), juga bisa mengacu pada Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) yaitu sbb:
1. Jenjang 1 sampai dengan jenjang 3 dikelompokan dalam
jabatan operator.
2. Jenjang 4 sampai dengan jenjang 6 dikelompokkan dalam
jabatan teknisi atau analis.
3. Jenjang 7 samapi dengan jenjang 9 dikelompokkan dalam
jabatan ahli.
4. Jenjang 7 untuk pendidikan profesi.
5. Jenjang 8 untuk S2.
6. Jenjang 9 untuk S3.
 Bila kompetensi yang ada pada UU No. tahun 2012
digabungkan dengan level kompetensi yang ada di KKNI,
maka dalam kaitannya arah pelulisan skripsi, tesis, dan
disertasi adalah sbb:
 Kompetensi Lulusan Sarjana (S1):
1. Mampu mengaplikasikan dan mengamalkan atau
memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
2. Dengan demikian, pembuatan skripsi untuk sarjana
(S1) dapat dilakukan dengan penalaran ilmiah atau
penelitian dengan pendekatan monodisiplin.Tujuannya
untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.
3. Penelitian untuk sarjana (S1) yang menggunakan
metode kuantitatif dapat berupa pengujian hipotesis yang
dirumuskan berdasarkan teori yang sudah ada, bersifat
monodisiplin.
4. Bila penelitian menggunakan metode kualitatif,
maka peneliti dapat mengkonstruksi fenomena
atau menemukan hipotesis yang bersifat monodisplin.
5. Bila penelitian menggunakan metode R&D, maka
penelitian yang dilakukan bersifat menguji efektivitas dan
efisiensi produk yang sudah ada.
6. Bila penelitian menggunakan metode tindakan,
maka penelitian yang dilakukan bersifat menguji efektifitas
dan efisiensi metode atau media yang sudah ada.
 Kompetensi lulusan Magister (S2) adalah:
1. Mampu mengamalkan/memanfaatkan
dan atau mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
2. Dengan demikian, pembuatan tesis untuk
Magister (S2) dapat dilakukan dengan
penelaran ilmiah atau menelitiap dengan
pendekatan multidisiplin. Tujuannya
untuk membuktikan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan,
Teknologi dan seni sehingga mendapatkan
pengakuan nasional dan internasional.
3. Bila penelitian menggunakan metode
kuantitatif, penelitian yang dilakukan bersifat menguji
hipotesis yang didasarkan pada teori yang sudah ada,
dan menguji pemikiran baru. Misalnya, penelitian
dilakukan pada 4 variabel, maka minimal ada satu variabel
yang baru yang belum dikenal dalam referensi.
4. Penelitian bersifat multivariat (minimal 3 variabel
independent dan satu variabel dependent) dan
bersifat multidisiplin.
5. Bila penelitian menggunakan metode penelitian
kualitatif, maka penelitian harus mampu
mengkonstruksi fenomena atau menemukan hipotesis
yang bersifat multidisiplin.
6. Bila penelitian menggunakan metode R&D, maka
penelitian harus mampu meneliti selanjutnya
mengembangkan produk (menyempurnakan produk
yang telah ada) dan mengujinya. Pengembangan bersifat
multidisiplin.
7. Bila penelitian menggunakan metode penelitian
tindakan, maka peneliti harus mampu meneliti,
mengembangkan dan menguji beberapa tindakan yang
telah ada sebagai hasil pengembangan. Tindakan yang
dikembangkan bersifat multidisiplin.
 Kompetensi lulusan Doktor (S3) adalah:
1. Mampu menemukan dan menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni baru yang original dan teruji.
2. Dengan demikian, pembuatan disertasi untuk
doktor (S3) dapat dilakukan dengan penalaran ilmiah
dan penelitian inter, multi, dan trans disipliner.
Tujuannya untuk dapat ditemukan dan diciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni baru yang original dan
teruji.
3. Bila penelitian menggunakan metode
kuantitatif, maka penelitian dilakukan untuk menguji
hipotesis yang bersifat hubungan struktural dengan minimal
3 variabel independent, 2 variabel moderator dan 1 variabel
dependen. Analisis data menggunakan analisis jalur (path
analysis) atau dengan SEM (structure equation model/uji model
persamaan struktural). Hipotesis yang diuji lebih banyak hasil
pemikiran baru (variabel belum dikenal) yang bersifat inter dan
intradisiplin dan sedikit hipotesis yang dirumuskan dari teori
yang ada.
4. Bila menggunakan metode kualitatif, maka peneliti
harus mampu menemukan hipotesis yang bersifat
struktural yang bersifat inter dan intradisiplin.
5. Bila penelitian menggunakan metode R&D, maka
peneliti harus mampu meneliti untuk membuat desain
produk baru yang bersifat inter dan intradisiplin, membuat
produk dan mengujinya sehingga menjadi produk baru
yang teruji.
6. Kalau penelitian menggunakan metode penelitian
tindakan harus mampu menguji tindakan baru yang bersifat
inter dan intradisiplin.
7. Bila peneliti menggunakan metode penelitian
kebijakan dan evaluasi, maka peneliti dituntut mampu
menghasilkan model kebijakan dan model evaluasi baru
yang efektif.
8. Kesimpulan yang bisa ditarik sbb:
a. Penelitian untuk pembuatan
SKRIPSI, diarahkan untuk penelitian
yang bersifat pemanfaatan dan
pembuktian teori yang bersifat
monodisiplin.
b. Penelitian TESIS, diarahkan untuk
pembuktian dan pengembangan yang
bersifat multidisiplin.
c. Penelitian DISERTASI, diarahkan untuk
menemukan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni yang original dan baru yang bersifat inter dan intra
disiplin serta mendapat pengakuan nasional dan
internasional.
d. S1 = Application
e. S2 = Inovation
f. S3 = Invention (menemukan dan menciptakan) (Sugiyono,
2019).
PERTEMUAN 6

MASALAH PENELITIAN
 Masalah penelitian merupakan segala sesuatu yang akan
diteliti. Masalah merupakan: (1) wilayah yang menjadi
perhatian peneliti, (2) kondisi yang ingin ditingkatkan, (3)
kesulitan yang ingin dieliminasi, (4) pertanyaan yang perlu
dicarikan jawabannya.
 Penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
data, yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan
masalah.
Untuk itu, setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu
berangkat dari masalah. Menurut Emory (1985), mengatakan,
baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat
dari masalah. Hanya untuk penelitian TERAPAN, hasilnya
langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.
 Memilih masalah penelitian merupakan hal yang paling sulit
dalam proses penelitian.
 Bila dalam penelitian telah dapat ditemukan masalah yang
betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian
itu 50% telah selesai.
 Menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan
yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan,
maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan.
SUMBER MASALAH
Menurut Stonner (1982), masalah dapat diketahui atau dicari
apabila:
1. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dan
kenyataan. Contoh: Orang atau kelompok yang biasanya
mengelola pemerintah dengan sistem sentralisasi, lalu
berubah menjadi desentralisasi, maka akan muncul
masalah.
2. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah
direncanakan dengan kenyataan. Contoh: Dengan adanya
reformasi, diharapkan harga- harga akan turun,
ternyata tidak, sehingga timbul masalah.
3. Ada pengaduan. Contoh: Dalam satuan
pendidikan yang tadinya tenang, tidak ada masalah, setelah
ada pihak tertentu yang mengadukan kualitas lulusan, maka
timbul masalah dalam satuan pendidikan itu.
4. Ada kompetisi. Contoh: Perusahaan Pos dan
Giro merasa mempunyai masalah setelah ada biro
jasa lain yang menerima titipan surat, titipan barang, dsb.
 Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus
ditunjukkan dengan data. Contoh penelitian tentang SDM,
jumlah SDM yang terbatas, jenjang pendidikan yang
rendah, kompetisi dan produktivitas yang masih rendah.
Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan akurat.
 Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada
jumlah variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti.
Kalau penelitian berkenaan dengan 5 variabel, maka data
masalah yang dikemukakan minimal 5. Tanpa menunjukkan
data, maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian
tidak akan dipercaya.
 Masalah juga dapat diketahui dengan cara membandingkan
antara TEORI dengan PRAKTIK, antara KEBIJAKAN atau
ATURAN
Dengan PELAKSANAAN. Contoh: Menurut teori, bila insentif
pegawai dinaikkan akan dapat meningkatkan motivasi kerja
dan produktivitas kerja. Tetapi sering dalam kenyataannya teori
tersebut tidak terlaksana, sehingga timbul masalah.
Selanjutnya, bila ada kebijakan atau aturan, tetapi kebijakan
atau aturan tersebut tidak dapat diterapkan, maka akan timbul
masalah.
RUMUSAN MASALAH
 Rumusan masalah merupakan suatu pernyataan penelitian
yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan
data.
 Pertanyaan penelitian merupakan langkah awal yang sangat
penting pada setiap penelitian.
 Pertanyaan penelitian merupakan panduan bagi peneliti
untuk mengumpulkan berbagai jenis informasi yang
diperlukan.
 Pertanyaan penelitian juga akan memandu untuk
menganalisis data.
 Terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah,
karena rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada
masalah.
 Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian:
1. Deskriptif. Berkenaan dengan pertanyaan nilai
variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih,
yang berdiri sendiri. Tidak membuat perbandingan
atau hubungan antar variabel.
Contoh:
1. Seberapa tinggi tingkat kinerja guru di sekolah A?
2. Seberapa tinggi tingkat motivasi dan prestasi belajar siswa
di sekolah B?
Contoh: Penelitian deskriptif
Kinerja Guru di Sekolah A di Kota Banjarmasin
2. Komparatif. Membandingkan nilai satu variabel
atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda.
Contoh:
1. Adakah perbedaan prestasi belajar siswa antara siswa
sekolah A dan sekolah B?
2. Adakah perbedaan kemampuan dan disiplin kerja guru
antara sekolah A, B dan C?
Contoh: Penelitian komparatif
Perbedaan Prestasi Belajar Siswa antara Sekolah A, B, dan C di
Kota Banjarmasin
3. Asosiatif. Rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu:
a. Hubungan simetris. Hubungan antara dua variabel
atau lebih yang kebetulan munculnya secara bersamaan.
Contohnya:
Ada hubungan antara kreatifitas guru mengajar
di kelas dengan prestasi belajar siswa di sekolah X?
b. Hubungan Kausal. Hubungan yang bersifat sebab
akibat. Di sini ada variabel independen (variabel yang
mempengaruhi) dan variabel dependen (dipengaruhi).
Contoh: Seberapa besar pengaruh kepemimpinan
Kepala Sekolah terhadap kinerja guru di sekolah se Kota
Banjarmasin?
c. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik.
Hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak
diketahui, mana variabel independen dan
dependen. Contoh: Hubungan antara motivasi
dan prestasi. Di sini dapat dinyatakan motivasi
mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi
motivasi.
4. Komparatif-Asosiatif. Menanyakan perbandingan
korelasi antara dua variabel atau lebih pada sampel atau
populasi yang berbeda. Contoh: Adakah perbedaan korelasi
kualitas pembelajaran dengan
Disiplin siswa antara SMA di Kota Banjarmasin
dan Kota Banjarbaru.
5. Struktural. Penelitian yang bersifat menanyakan
validitas struktur hubungan antara dua variabel atau
lebih yang ada variabel interveningnya. Untuk menguji
struktur hubungan antara variabel yang bersifat kausal
digunakan analisis jalur (path analysis) dan untuk
menguji struktur hubungan antar variabel yang dilengkapi
dengan variabel
Manifest yang bersifat kausal atau recipocal digunakan SEM
(Structure Equation Model/Model Persamaan Struktural.
Contoh: Apakah struktur hubungan antar variabel yang
mempengaruhi kepemimpinan-kepemimpinan Kepala Sekolah
di Kota Banjarmasin terbukti secara empiris?
VARIABEL PENELITIAN
1. Pengertian Variabel
 Kata variabel hanya ada pada penelitian kuantitatif, karena
penelitian kuantitatif berpandangan bahwa suatu gejala
dapat diklasifikasikan menjadi variabel-variabel.
 Kalau ada pertanyaan, tentang apa yang diteliti, maka
jawabannya berkenaan dengan variabel penelitian.
Misalnya, variabel pendidikan,variabel
Status sosial ekonomi, motivasi, kinerja, dsb.
 Jadi variabel penelitian itu adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tertang hal tsb.,
kemudian ditarik kesimpulan.
 Menurut Hatch & Farhady (1981), variabel adalah atribut
seseorang, atau objek, yang mempunyai variasi antara satu
orang dengan orang yang lain
Atau satu objek dengan objek yang lain.
 Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan
atau kegiatan tertentu. Contoh atribut dari setiap orang:
tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin
kerja, dsb. Atribut dalam kegiatan administrasi: struktur
organisasi, model pendelegasian, kepemimpinan,
pengawasan, koordinasi, prosedur, mekanisme kerja, dsb.
 Dikatakan variabel, karena ada variasi. Misalnya berat
badan: (1) berat, (2) sedang, dan (3) ringan. Motivasi: (1)
tinggi, (2) sedang, dan (3) rendah. Contoh lainnya: tingkat
aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis
kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dsb.
 Creswell (2012), variabel adalah karakteristik atau atribut
dari individu atau organisasi yang dapat diukur atau
diobservasi yang bisa bervariasi
Antara orang dan organisasi yang diteliti. Variabel dapat diteliti
sehingga dapat menghasilkan data yang bersifat kategori (data
diskrit/nominal) atau data kontinum (ordinal, interval dan
rasio).
 Kesimpulan: variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, objek, organisasi atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2019).
MACAM-MACAM VARIABEL
1. Variabel Independen. Sering disebut juga variabel
stimulus, prediktor, anticedent. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
2. Variabel Dependen. Sering disebut juga variabel
Output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia
disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas. Contoh: kinerja guru (variabel
independen), dan kompetensi lulusan (variabel
dependen).
3. Variabel moderator. Variavel yang mempengaruhi (
memperkuat dan memperlemah) hubungan antar variabel
independen dan dependen. Contoh:
Hubungan motivasi dan produktivitas kerja akan
semakin kuat bila peranan pemimpin dalam
menciptakan iklim kerja sangat baik. Sebaliknya,
hubungan semakin rendah bila peranan pemimpin kurang
baik dalam menciptakan iklim kerja.
4. Variabel intervening. Faktor-faktor yang secara
teoritis mempengaruhi fenomena yang diteliti, tetapi tidak
dapat diukur dan dimanipulasi. Variabel ini merupakan
variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel
independen dan
Dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
Contoh: tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi
secara tidak langsung terhadap harapan hidup (panjang
pendeknya umur). Dalam hal ini ada variabel antaranya, yaitu
yang berupa gaya hidup seseorang. Antara variabel penghasilan
dengan gaya hidup, terdapat variabel moderator
Yaitu budaya lingkungan tempat tinggal.
1. Variabel independen: tinggi rendahnya penghasilan
2. Variabel dependen: harapan hidup
3. Variabel intervening: gaya hidup
4. Variabel moderator: budaya lingkungan tempat tinggal.
5. Variabel Kontrol. Variabel yang dikendalikan
atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel
independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh
vaktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering
digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang
bersifat membanding. Contoh: Pengaruh jenis
pendidikan terhadap ketrampilan mengetik.
1. Variabel independen: Pendidikan SMA & SMK
2. Variabel dependen : Ketrampilan mengetik
3. Variabel kontrol: Naskah, tempat, mesin tik sama.

MODEL HUBUNGAN ANTAR VARIABEL


1. Model hubungan antar variabel yang sederhana.
X = Kualitas alat praktik
Y = Kualitas hasil praktik siswa SMK
Rumusan Masalahnya:
1. Seberapa besar nilai kualitas alat praktik? ( rumusan
deskriptif)
2. Seberapa besar nilai kualitas hasil praktik? (rumusan
deskriptif)
3. Seberapa besar hubungan atau pengaruh kualitas alat
dengan hasil praktik siswa SMK? (rumusan
asosiatif/hubungan)
Teori yang digunakan:
1. Teori tentang alat-alat kerja,
2. Teori tentang kualitas hasil praktik permesinan.

Hipotesis yang dirumuskan:


3. Hipotesis deskriptif, sering tidak dirumuskan.
4. Hipotesis asosiatif: Ada hubungan yang positif dan
signifikan antara kualitas alat praktik dengan kualitas
barang hasil praktik.
Teknik Analisis Data:
Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua variabel
berbentuk interval atau rasio, maka menggunakan teknis
statistik korelasi product moment.
2. Model sederhana berurutan
X1 = kualitas input
X2 = kualitas proses
X3 = kualitas output
Y = kualitas outcome
3. Model ganda dengan dua variabel independen
X1 = lingkungan keluarga
X2 = demografi
Y = keberhasilan usaha

4. Model ganda dengan tiga variabel independen


X1 = kualitas mesin
X2 = gaya kepemimpinan manajer
X3 = sistem karir
Y = produktivitas kerja.

6. Model hubungan variabel ganda dengan dua


variabel independen dan dua dependen
X1 = kebersihan dan kelengkapan gedung film
X2 = pelayanan
Y1 = jumlah tiket yang terjual
Y2 = kepuasan penonton

7. Model Jalur
X1 = status sosial ekonomi
X2 = IQ
X3 = motivasi berprestasi
Y = prestasi belajar
PERTEMUAN 7

LANDASAN TEORI

PENGERTIAN TEORI
 Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkan
selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan
generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat
dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan
penelitian.
 Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu
mempunyai dasar yang kokoh, bukan sekedar perbuatan
yang coba-coba (trial and error). Jadi, setiap penelitian
selalu menggunakan teori.
 Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar
variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena (Kerlinger, 1978).
 Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang
dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena
secara sistematik (Wiersma, 1986).
 Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi
yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan
untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena (Cooper &
Schindler, 2003).
 Teori adalah merupakan pemikiran rasional dan
Kumpulan pengalaman yang terbukti secara empiris dan
konsisten sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan,
meramalkan dan mengendalikan fenomena (Sugiyono, 2019).
 Menurut Sugiyono (2019), teori mempunyai tiga fungsi,
yaitu:
1. Menjelaskan (explanation). Setiap variabel dijelaskan
dengan teori yang dikutip dari buku, jurnal. Berdasarkan
penjelasan, peneliti membuat
Sintesa (rangkuman). Berdasarkan sintesa,
selanjutnya dibuat definisi operasional, yaitu definisi
variabel yang terukur.
2. Meramalkan (prediction).Dalam penelitian
kuantitatif, fungsi prediksi adalah berupa hipotesis
penelitian. Contoh: jika insentif naik, maka
produktivitas kerja akan naik.
3. Pengendalian (control). Dalam penelitian fungsi
teori ini digunakan untuk membantu memberikan saran
agar kalau ada masalah dapat dipecahkan,
Kalau ada penyakit disembuhkan, kalau masih
rendah perlu ditingkatkan.

KEGUNAAN TEORI DALAM PENELITIAN


Menurut Cooper & Schindler (2003), kegunaan teori dalam
penelitian adalah:
1. Membatasi ruang lingkup yang diteliti,
2. Teori menyarankan pendekatan penelitian apa
Yang paling cocok digunakan untuk
mendapatkan makna yang paling besar,
3. Teori menyarankan bagaimana cara
mengklasifikasikan data sehingga mempunyai makna yang
tinggi,
4. Teori dapat memandu rangkuman data dari objek
yang diteliti,
5. Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta
yang akan didapatkan.
DALAM PENELITIAN KUANTITATIF
 Semua penelitian harus berbekal teori,
 Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan
harus sudah jelas, karena:
1. Teori berfungsi untuk memperjelas masalah
yang diteliti,
2. Sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis,
3. Sebagai referensi untuk menyusun instrumen
penelitian,
4. Teori-teori sangat luas dan dapat disusun ke
dalam pohon teori.
POHON TEORI
Menurut Mudyahardjo (2002), teori-teori dapat disusun ke
dalam pohon teori. Contoh:
1. Teori-teori pendidikan dapat tersusun dalam bentuk pohon
ilmu pendidikan,
2. Akar dari ilmu pendidikan dikembangkan dari ilmu-ilmu
tingkah laku, biologi, fisiologi, psikologi, sosiologi,
antropologi, ekonomi,
3. Selain itu, juga dikembangkan dari pengalaman praktik
pendidikan di sekolah dan luar sekolah,
4. Cita-cita hidup, agama, hukum, konstitusi,
sejarah dan adat-istiadat, juga digunakan sebagai
dasar untuk mengembangkan ilmu pendidikan,
5. Teori-teori pendidikan dapat dibagi menjadi:
a. Teori umum pendidikan,
b. Teori khusus pendidikan,
6. Teori umum pendidikan dapat dibagi menjadi:
a. Filsafat-filsafat pendidikan,
b. Ausland pedagogik (studi pendidikan luar
negeri),
7. Filsafat pendidikan dapat dibagi menjadi:
a. Filsafat ilmu pendidikan,
b. Filsafat praktek pendidikan,
8. Filsafat praktek pendidikan dapat dibagi menjadi:
c. Filsafat sosial pendidikan,
d. Filsafat proses pendidikan,
9. Filsafat proses pendidikan dapat dibagi menjadi:
a. Filsafat pendidikan klasik
b. Filsafat pendidikan modern
10. Filsafat pendidikan klasik dapat dibagi
menjadi:
a. Pendidikan klasik Plato,
b. Pendidikan klasik Aristoteles,
c. Pendidikan klasik Scholastisisme,

11. Filsafat pendidikan modern dapat dibagi


menjadi:
d. Filsafat pendidikan Modern Awal (naturalistik romantik,
empirisme, rasionalisme),
e. Filsafat pendidikan Pasca Modern (pragmatisme,
Neo-positivisme, Neo-realisme, Neo-
Tomisme, eksistensialisme,
12. Ausland pedagogik (studi pendidikan
luar negeri dapat dibagi menjadi:
a. Auslandpedagogik Asia dan Afrika,
b. Auslandpedagogik Amerika dan
Australia,
c. Auslandpedagogik Eropa Barat dan
Timur,
13. Teori-teori pendidikan khusus dapat dibagi
menjadi:
a. Teknologi pendidikan,
b. Ilmu pendidikan,
14. Teknologi pendidikan dapat dibagi penjadi:
c. Manajeman pendidikan,
d. Pengembangan kurikulum,
e. Model-model belajar mengajar dan
evaluasi pendidikan,
15. Manajemen pendidikan dapat dibagi
menjadi:
a. Perencanaan pendidikan,
b. Pengorganisasian pendidikan,
c. Kepemimpinan pendidikan,
d. Pengawasan pendidikan,
16. Model-model belajar mengajar dapat dibagi
menjadi:
e. Model interaksi sosial,
f. Pemrosesan informasi,
17. Ilmu pendidikan dapat dibagi menjadi:
a. Ilmu pendidikan makro,
b. Ilmu pendidikan mikro,
18. Ilmu pendidikan makro dapat dibagi
menjadi
c. Ilmu pendidikan administrasi,
d. Ilmu pendidikan komparatif,
e. Ilmu pendidikan historis,
f. Ilmu pendidikan kependudukan,
19. Ilmu pendidikan mikro dapat dibagi
menjadi:
a. Ilmu mendidik khusus,
b. Ilmu mendidik umum,
20. Ilmu mendidik khusus dapat dibagi menjadi:
c. Ilmu persekolahan,
d. Ilmu pendidikan luar sekolah,
e. Ilmu pendidikan luar biasa,
21. Ilmu persekolahan dapat dibagi menjadi:
a. Ilmu administrasi sekolah,
b. Ilmu administrasi kelas,
c. Ilmu administrasi kegiatan pendidikan,
22. Ilmu pendidikan luar sekolah dapat dibagi
menjadi:
d. Pedagogik keluarga,
e. Pedagogik TK,
f. Ilmu pendidikan masyarakat/andragogi,
23. Ilmu pendidikan luar biasa (orthopedagogik)
dapat dibagi menjadi:
a. Orthopedagogik fisik,
b. Orthopedagogik mental,

24. Ilmu mendidik umum dapat dibagi menjadi:


c. Pedagogik teoritis,
d. Ilmu pendidikan psikologis,
c. Ilmu pendidikan sosiologi,
d. Ilmu pendidikan antropologi/etnografis,
e. Ilmu pendidikan ekonomik,

DESKRIPSI TEORI
 Deskripsi teori dalam penelitian merupakan uraian
sistematis tentang teori. BUKAN sekedar pendapat pakar
atau penulis buku, dan hasil-hasil penelitian yang relevan
dengan variabel yang diteliti.
 Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan atau
dideskripsikan, sangat tergantung jumlah variabel yang
diteliti. Contoh: bila dalam suatu penelitian ada 3 variabel,
maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada 3
kelompok teori. Semakin banyak variabel yang diteliti,
maka akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan.
 Deskripsi teori paling tidak berisikan tentang penjelasan
terhadap variavel-variabel yang diteliti, melalui
pendefinisan, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari
berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan
prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti
menjadi lebih jelas dan terarah.
 Variabel-variabel penelitian yang tidak dijelaskan dengan
baik, baik dari segi pengertian maupun
 Kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti,
menunjukkan bahwa PENELITI tidak menguasai teori dan
konteks penelitian.
 Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi
dari hasil penelitian, maka peneliti harus RAJIN
MEMBACA. Membaca merupakan ketrampilan yang harus
dikembangkan dan dipupuk (Sumadi Suryabrata, 1996).
 Untuk dapat membaca dengan baik, maka peneliti harus
mengetahui sumber-sumber
Bacaan. Sumber bacaan dapat berbentuk: (1)
buku-buku tesk, (2) kamus, (3) ensiklopedia,
(4) jurnal ilmiah, dan (5) hasil-hasil
penelitian.
 Sumber bacaan yang baik harus memenuhi
3 kriteria, yaitu:
1. Relevansi. Berkenaan dengan kecocokan antara variabel
yang diteliti dengan teori yang dikemukakan,
2. Kelengkapan. Berkenaan dengan banyaknya sumber yang
dibaca,
3. Kemutakhiran. Berkenaan dengan dimensi waktu.
Makin baru sumber yang digunakan, maka akan
semakin mutakhir teori.
 Hasil penelitian yang relevan, bukan berarti sama dengan
yang akan diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama.
Secara teknis, hasil penelitian yang relevan dengan yang
akan diteliti, dapat dilihat dari (1) permasalah yang diteliti,
(2) waktu penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian,
Metode penelitian, analisis dan kesimpulan. Misalnya, peneliti
yang terdahulu, melakukan penelitian tentang kinerja guru di
Banjarmasin, dan penelitian berikutnya meneliti di Banjarbaru.
Hanya berbeda lokasi saja. Peneliti yang kedua dapat
menggunakan referensi hasil penelitian yang pertama.
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENDESKRIPSIKAN
TEORI
Menurut Sugiyono (2019), langkah-langkah untuk dapat
melakukan pendeskripsian teori adalah sbb:
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah
variabelnya,
2. Cara sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia,
jurnal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi)
yang sebanyak-
Banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel
yang diteliti,
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik- topik
yang relevan dengan setiap variabel yang akan diteliti.
Untuk referensi yang berbentuk hasil penelitian, lihat : (1)
judul penelitian, (2) permasalahan, (3) teori yang
digunakan, (4) tempat penelitian, (5) sampel sumber
data, (6) teknik pengumpulan data, (7) analisis, (8) kesimpulan
dan saran yang diberikan.
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti
pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber
dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan,
5. Baca seluruh isi topik yang sesuai dengan variabel
yang akan diteliti, lakukan analisis, renungkan,
buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap
sumber data yang dibaca,
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari
berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa
sendiri. Sumber- sumber bacaan yang dikutip atau yang
digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori
harus dicantumkan.
KERANGKA BERPIKIR
 Uma Sekaran (1992), mengemukakan bahwa kerangka
berpikir (pemikiran) merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
 Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara
teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Secara
teoritis, hubungan antara variabel independen dan
dependen. Bila dalam penelitian itu ada variabel moderator
dan intervening, maka
Perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam
penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya
dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian.
 Setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan
pada kerangka berpikir.
 Kerangka berpikir dalam suatu penelitian, perlu
dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan
dua variabel atau lebih.
 Apabila peneliti hanya membahas sebuah variabel atau lebih
secara mandiri, maka yang dilakukan oleh peneliti, di
samping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-
masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran
variabel yang diteliti (Haryoko, 1999).
 Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih,
biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi
maupun hubungan.
 Dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang
berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu
dikemukakan kerang berpikir. Singkatnya, menyusun
kerangka pemikiran akan membuahkan hipotesis penelitian.
 Seorang peneliti, harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai
dasar argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran
yang membuahkan hipotesis.
 Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran
Bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur pikir yang logis
dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan
kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi, kerangka berpikir
merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang
disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Sintesa
tentang hubungan antar variabel tersebut, selanjutnya
digunakan untuk merumuskan hipotesis.
PROSES PENYUSUNAN KERANGKA BERPIKIR UNTUK
MERUMUSKAN HIPOTESIS
Menurut Sugiyono (2019), proses penyusunan kerangka
berpikir untuk merumuskan hipotesis adalah sbb:
1. Membaca buku dan hasil penelitian (HP)
2. Menetapkan variabel yang diteliti. Setelah variabel
ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca
buku-buku dan hasil penelitian yang relevan.
3. Deskripsi teori dan HP. Deskripsi teori berisi
tentang definisi terhadap masing-masing variabel yang
diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel,
dan kedudukan antar variabel satu denga yang lain dalam
konteks penelitian itu.
4. Analisis kritis terhadap teori dan HP. Dalam analisis
ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil
penelitian yang telah ditetapkan itu benar- benar sesuai
dengan objek penelitian atau tidak. Sering terjadi teori-teori
yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di
dalam negeri.
5. Analisis komparatif terhadap teori dan HP. Melalui
analisis komparatif ini, peneliti dapat memadukan antara
teori satu dengan teori yang lain, antara hasil penelitian satu
dengan hasil penelitian lain, atau mereduksi bila
dipandang terlalu luas.
6. Sintesa kesimpulan. Perpaduan sintesa antara
variabel satu dengan variabel yang lain akan
menghasilkan kerangka berpikir yang selanjutnya dapat
digunakan untuk merumuskan hipotesis.
7. Kerangka berpikir. Setelah sintesa atau
kesimpulan sementara dapat dirumuska,
maka selanjutnya disusun kerangka
berpikir. Kerangka berpikir yang
dihasilkan dapat berupa kerangka
berpikir yang asosiatif/hubungan atau
komparatif/perbandingan. Contohnya:
a. Jika guru kompeten, maka hasil belajar
akan tinggi,
b. Jika kepemimpinan kepala sekolah
baik, maka iklim kerja sekolah akan
8. Hipotesis. Berdasarkan kerangka berpikir
tersebut, maka selanjutnya disusun hipotesis.
Contoh:
a. Kerangka berpikir berbunyi: jika guru
kompeten, maka hasil belajar akan tinggi.
HIPOTESISNYA berbunyi: ada hubungan
positif dan signifikan antara kompetensi guru
dengan hasil belajar,
b. Kerangka berpikirnya berbunyi: Karena
lembaga pendidikan A menggunakan
teknologi pembelajaran yang tinggi, maka
kualitas hasil
Belajar akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga
pendidikan B yang teknologi pembelajarannya rendah.
HIPOTESISNYA berbunyi: terdapat perbedaan kualitas hasil
belajar yang signifikan antara lembaga pendidikan A dan B,
atau hasil belajar lembaga pendidikan A lebih tinggi bila
dibandingkan dengan lembaga pendidikan B.
KERANGKA BERPIKIR YANG BAIK
Menurut Uma Sekaran (1992), kerangka berpikir yang baik
memuat hal-hal sbb:
1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus jelas,
2. Diskusi dalam kerang berpikir harus dapat menunjukkan
dan menjelaskan pertautan/hubungan antara variabel yang
diteliti, dan ada teori yang mendasari,
3. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan
menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif
atau negatif, berbentuk simentris, kausal atau interaktif
(timbal balik),
4. Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu
dinyatakan dalam bentuk bagan diagram (pardigma
penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka
berpikir yang dikemukakan dalam penelitian.
CONTOH KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
 Judul penelitian : Pengaruh Kepemimpinan Terhadap
Motivasi kerja Pegawai.
 Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
Kepemimpinan dan Motivasi Kerja.
 Paradigama Penelitian:
X---------------Y
X = Kepemimpinan
Y = Motivasi
 Teori:
1. Teori Kepemimpinan:
a. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
b. Kepemimpinan adalah proses di mana seseorang individu
mempengaruhi anggota
Kelompok lain untuk mencapai tujuan kelompok atau
organisasi yang telah ditentukan.
SINTESA: Kepemimpinan adalah proses di mana seseorang
individu mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
kelompok atau organisasi.
2. Teori Motivasi:
a. Motivasi adalah proses yang dapat membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku orang untuk
mencapai beberapa tujuan.
b. Motivasi merupakan faktor-faktor yang
menyebabkan orang memilih jalan tertentu.
SINTESA: Motivasi adalah seperangkat faktor
yang dapat membangkitkan, mengarahkan,
dan memelihara perilaku seseorang untuk memilih
jalan tertentu dalam mencapai tujuan.
KERANGKA BERPIKIR:
Bila kepemimpinan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi orang lain, maka pengaruh
tersebut
akan dapat membangkitkan, mendorong, dan
memelihara perilaku seseorang mencapai tujuan.

HIPOTESIS:
Ada pengaruh yang positif antara kepemimpinan dan motivasi
kerja.
RUMUSAN HIPOTESIS
 Rumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga
dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan
teori dan kerangka berpikir.
 Tidak semua penelitian harus merumuskan hipotesis.
Penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif sering
tidak perlu merumuskan hipotesis.
 Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana
Rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan.
 Hipotesis dinyatakan sebagai jawaban sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis adalah
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.
 Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian
kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru
diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya,
hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
KARAKTERISTIK HIPOTESIS YANG BAIK
Menurut Sugiyono (2019), karakteristik hipotesis yang baik
adalah:
1. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel
mandiri,perbandingan keadaan variabel pada berbagai
sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara
dua variabel atau lebih.
2. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak
menimbulkan berbagai penafsiran.
3. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan
dengan metode-metode ilmiah.

CONTOH BENTUK-BENTUK HIPOTESIS


1. Hipotesis Komparatif:

Rumusan masalahnya:
Bagaimanakah prestasi belajar siswa SMA
Kota Banjarmasin bila dibandingkan
dengan Kota Banjarbaru?
Hipotesisnya:
Prestasi belajar siswa SMA Kota Banjarmasin lebih
tinggi dari siswa SMA Kota Banjarbaru.
2. Hipotesis Asosiatif:
Rumusan Masalahnya:
Adakah hubungan yang signifikan antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja
sekolah?
Hipotesisnya:
Terdapat hubungan yang signifikan antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.

HIPOTESIS YANG BISA DIUJI STATISTIK


1. Data yang akan didapatkan harus diangkakan.
2. Untuk bisa diangkakan, maka diperlukan instrumen yang
memiliki skala pengukuran.
3. Macam-macam skala pengukuran, yaitu
skala nominal, ordinal, interval dan rasio.
Contoh skala ordinal:
Kurikulum baru itu akan segera
diterapkan di lembaga pendidikan anda?
a. Sangat tidak setuju = 1
b. Tidak setuju = 2
c. Ragu-ragu = 3
d. Setuju = 4
e. Sangat setuju = 5
PERTEMUAN 8
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
 Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis,
diperlukan metode penelitian.
 Dalam bagian metode penelitian ini peneliti diharapkan
dapat menyebutkan kembali dengan jelas apa yang menjadi
variabel penelitian. Selanjutnya, memilih instrumen yang
akan digunakan dalam mengumpulkan data, rencana
populasi dan sampel yang dipilih, analisis penelitian yang
akan diambil.
 Di bagian ini, perlu ditetapkan metode penelitian apa yang
akan digunakan, apakah metode survei, metode eksperimen,
metode kasus, dsb.
 Metode penelitian ini sangat penting, karena berhasil
tidaknya, demikian juga tinggi-rendahnya kualitas hasil
penelitiannya sangat ditentukan oleh ketepatan peneliti
dalam memilih metode penelitian.
RAGAM METODE PENELITIAN

BERDASARKAN FUNGSINYA
1. Penelitian Dasar.
 Diarahkan pada pengujian teori, dengan hanya sedikit atau
bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk kepentingan
praktik. Penelitian ini memberikan sumbangan besar
terhadap pengembangan dan pengujian teori.
Penelitian ini tidak diarahkan untuk memecahkan masalah-
masalah sosial.
 Tujuan penelitian ini adalah: (1) sebagai pengembangan dan
evaluasi terhadap konsep-konsep teoritis, (2) dapat
memberikan konstribusi terhadap pengembangan teori.
2. Penelitian Terapan
 Penelitian terapan berkenaan dengan kenyataan-kenyataan
praktis, penerapan dan pengembangan pengetahuan yang
dihasilkan oleh penelitian dasar.
 Tujuan penelitian ini, untuk menjawab pertanyaan
Spesifik dalam rangka menentukan kebijakan, tindakan atau
kinerja tertentu.
 Creswell (2004), membagi dalam tiga macam penelitian
terapan, yaitu:
1. Penelitian evaluasi. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan dalam mengambil keputusan.
2. Penelitian dan pengembangan. Mengembangkan produk
agar mempunyai kualitas lebih tinggi.
3. Penelitian tindakan. Untuk dipergunakan sebagai
dasar tindakan pemecahan masalah yang ada.

3. Penelitian Evaluasi
 Penelitian ini difokuskan pada suatu kegiatan dalam suatu
unit tertentu. Kegiatan ini dapat berbentuk program, proses
atau hasil kerja. Unitnya, dapat berupa tempat, organisasi,
ataupun lembaga.
 Ada dua macam penelitian tindakan, yaitu:
1. Penelitian tindakan. Untuk memecahkan masalah,
meningkatkan program atau pelayanan.
2. Penelitian kebijakan. Membantu para penentu kebijakan
memberi rekomendasi yang praktis.
 Penelitian ini diarahkan pada:
1. Meneliti formulasi kebijakan,
2. Menguji pelaksanaan suatu program terkait dengan
sesuatu kebijakan,
3. Menguji keefektifan dan keefisienan kebijakan.
BERDASARKAN SIFAT DAN
JENIS DATA
1. Penelitian opini. Penelitian terhadap pendapat
orang. Data yang diteliti dapat berupa pendapat
responden secara individu atau Kelompok. Tujuan
penelitian ini menyelidiki pandangan atau penilaian
responden terhadap masalah tertentu, seperti kondisi
lingkungan dan perubahannya.
2. Penelitian empiris. Penelitian terhadap fakta empiris yang
diperoleh berdasarkan observasi atau pengalaman. Objek
yang diteliti lebih ditekankan pada kejadian sebenarnya.
3. Penelitian arsip. Penelitian terhadap fakta tertulis
(dokumen) atau berupa arsip data.
PENELITIAN
BERDASARKAN
1. TUJUANNYA
Penelitian Deskriptif
 Untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau
fenomena apa adanya.
 Penelitian ini dapat berkenaan dengan kasus-kasus
tertentu atau suatu populasi yang cukup luas.
 Penelitian ini untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu atau lebih variabel tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan
dengan variabel yang lain.
2. Penelitian prediksi
 Untuk memprediksi atau memperkirakan apa yang
akan terjadi atau berlangsung pada saat yang akan
datang berdasarkan hasil analisis keadaan saat ini.
 Penelitian ini dapat dilakukan melalui penelitian
yang bersifat korelasi dan kecenderungan. Contoh:
prekdiksi tentang jumlah penduduk 5 atau 10
tahun yang akan datang bisa dihitung berdasarkan
perkembangan penduduk selama 5 sampai 10
tahun yang lalu.
3. Penelitian eksplanatif
 Bertujuan menggambarkan suatu generalisasi atau
menjelaskan hubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lain. Penelitian eksplanatif
menggunakan hipotesis.
 Penelitian ini mencoba mencari kejelasan hubungan
antara hal tersebut. Hubungan tersebut bisa
berbentuk hubungan korelasional atau saling
hubungan, atau sumbangan satu Variabel terhadap
variabel lainnya atau hubungan sebab akibat.
4. Penelitian eksperimen
 Satu-satunya metode penelitian yang benar-benar
dapat menguji hipotesis mengenai hubungan
sebab akibat.
 Gay (1998) mengatakan bahwa metode
eksperimen dapat mewakili pendekatan yang
paling sahih dalam memecahkan masalah, baik
secara praktis maupun secara teori.
 Eksperimen adalah cara untuk mencari hubungan sebab
akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang
mengganggu.
 Penelitian eksperimental meneliti hubungan kausal, di mana
variabel terkait merupakan variabel terikat, sedangkan
variabel bebas merupakan bariabel penyebab.
 Jenis-jenis penelitian eksperimental berdasarkan
rancangannya dapat dibagi menjadi 3: (1) weak
experimental design, (2) true experimental design, (3) quasi
experimental design.
5. Penelitian Ex Post Facto
 Berarti setelah kejadian. Artinya, peneliti
menyelidiki permasalahan dengan mempelajari
atau meninjau variabel-variabel.
 Variabel terikat dalam penelitian seperti ini segera
dapat diamati dan persoalan utama peneliti
selanjutnya adalah menentukan penyebab yang
menimbulkan akibat tersebut.
 Gay (2002) mengatakan bahwa dalam penelitian
Ini, peneliti berusaha untuk menentukan sebab, atau alasan
adanya perbedaan dalam tingkah laku atau status kelompok
individu.
 Peneliti mengamati bahwa kelompok-kelompok yang
berbeda pada beberapa variabel dan kemudian ia berusaha
untuk mengidentifikasi faktor utama penyebab perbedaan
tersebut.
6. Penelitian partisipatori
 Menurut beberapa ahli, penelitian partisipatori
sebagai masalah yang ditujukan untuk
mengumpulkan pengetahuan baru dengan orang-
orang (sebagai partisipan) yang mampu
menetapkan pengetahuan tersebut.
7. Penelitian dan pengembangan
 Metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut.
 Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan
penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk
menguji keefektifan produk tersebut (Putra, 2011).
 Penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal.
 Penelitian ini banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu
Alam, teknik dan informasi.
 Penelitian dan pengembangan pada industri merupakan
ujung tombak dari suatu industri dalam menghasilkan
produk-produk baru yang dihasilkan pasar.
PENELITIAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK
MASALAH

1. Penelitian historis
 Pengumpulan data yang sistematis dan objektif
berkaitan dengan kejadian-kejadian di masa
lampau, yang meliputi kegiatan penyelidikan,
pemahaman, dan penjelasan keadaan yang telah
lalu.
 Tujuan penelitian sejarah adalah melakukan
rekonstruksi fenomena-fenomena masa lalu
Secara sistematis, objektif, dan akurat untuk menjelaskan
fenomena sekarang atau menantisipasi fenomena masa yang
akan datang.
2. Penelitian studi kasus lapangan
 Penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan
dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang
diteliti serta interaksinya dengan lingkungan.
 Tujuan studi kasus ini adalah melakukan penyelidikan
secara mendalam mengenai subjek
Tertentu untuk memberikan gambaran lengkap mengenai
subjek tertentu.
 Studi kasus ini, dilakukan secara intensif, rinci, dan
mendalam mengenai suatu kasus, gejala sosial, atau unit
sosial tertentu yang spesifik.
 Kasus dalam hal ini dapat dimaknai sebagai sebuah konsep,
aktivitas, waktu, benda (hasil karya seseorang), kebijakan,
kelas sosial, organisasi, wilayah, negara, atau fenemena lain
yang spesifik.
3. Penelitian korelasional
 Karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara
dua variabel atau lebih.
 Tujuan penelitian ini adalah menentukan apakah terdapat
asosiasi antara dua variabel atau lebih serta seberapa jauh
korelasi yang ada di antara variabel yang diteliti.
 Di sini, tingkat hubungan dinyatakan sebagai suatu
koefisien korelasi.
 Jika dua variabel mempunyai hubungan yang erat, koefisien
korelasi akan diperoleh hampir 1,00 (atau – 1,00). Jika dua
variabel hampir tidak mempunyai hubungan, akan diperoleh
koefisien hampir 0,00. Makin erat hubungan dua variabel,
prakiraan yang dibuat berdasarkan hubungan tersebut
semakin tepat.
4. Penelitian kausal komparatif
 Penelitian yang menunjukkan arah hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat, di samping mengukur
kekuatan hubungannya.
 Tujuannya adalah peneliti dapat mengidentifikasi fakta atau
peristiwa tersebut sebagai variabel yang dipengaruhi
(variabel dependen) dan melakukan penyelidikan terhadap
variabel-variabel yang mempengaruhi (variabel
independen).
PENELITIAN BERDASARKAN CARA PENELITIAN
1. Penelitian tindakan
 Penelitian yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja
mengenai sesuatu yang sedang ia laksanakan tanpa
mengubah sistem pelaksanaannya (Sopiah & Sangadji,
2010).
 Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau
seseorang mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka
dapat mempelajari pengalaman
Mereka dan membuatnya dapat diakses oleh orang lain
(Kemmis & Mc Taggart, 2002).
 Tujuan penelitian tindakan:
1. Salah satu strategi memperbaiki hasil kerja dalam suatu
lembaga,
2. Mengembangkan rencana tindakan guna meningkatkan
apa yang telah dilakukan sekarang,
3. Mempunyai manfaat ganda, baik bagi peneliti maupun
pihak subjek yang diteliti, adanya tindakan nyata,
4. Tercapainya konteks pembelajaran dari pihak
yang terlibat, yaitu peneliti dan subjek yang diteliti,
5. Timbul budaya meneliti sambil bekerja, dapat
melakukan penelitian di bidang yang ditekuni,
6. Timbulnya kesadaran para subjek yang diteliti
sebagai akibat adanya tindakan nyata untuk meningkatkan
kualitas,
7. Diperoleh pengalaman nyata yang berkaitan
Erta dengan usaha peningkatan kualitas serta
profesional maupun akademik (Sudaryono, 2019).
2. Penelitian survei
 Penelitian yang menggunakan angket sebagai sumber data
utama.
 Tujuan penelitian survei: (1) mendeskripsikan keadaan
alami yang hidup saat itu, (2) mengidentifikasi secara
terukur keadaan sekarang
Untuk dibandingkan, dan (3) menentukan hubungan
sesuatu yang hidup di antara kejadian spesifik
(Sudaryono, 2019).
 Penelitian survei sering disebut juga sebagai penelitian
sensus.
 Dalam bidang pendidikan, pelaksanaan penelitian survei
mungkin bervariasi dalam hal tingkat kompleksitasnya, dari
hanya dengan menggunakan teknik analisis frekuensi
sederhana sampai dengan menggunakan perhitungan
analisis antarvariabel kompleks.
PENGUKURAN DAN ANALISIS DATA
1. Penelitian kualitatif
 Berlandaskan pada filsafat postpositifisme atau interpretif,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
 Peneliti sebagai instrumen kunci,
 Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan observasi, wawancara, dokumentasi),
 Data yang diperoleh cenderung data kualitatif,
 Analisis data bersifat induktif/kualitatif,
 Hasil penelitian kualitatif dapat bersifat temuan potensi dan
masalah, keunikan obyek, makna suatu peristiwa, proses
dan interaksi sosial, kepastian kebenaran data, konstruksi
fenomena, temuan hipotesis (Sugiyono, 2019).
2. Penelitian kuantitatif
 Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme,
 Digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu,
 Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
 Analisis data bersifat kuantitatif/statistik,
 Tujuannya untuk menggambarkan dan menguji hipotesis
yang telah ditetapkan (Sugiypno, 2019).
3. Penelitian kombinasi
 Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
pragmatisme (kombinasi positivisme
Dan postpositivisme),
 Digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah
maupun buatan (laboratorium),
 Peneliti bisa sebagai instrumen dan menggunakan instrumen
untuk pengukuran,
 Teknik pengumpulan data dapat menggunakan test,
kuesioner, dan trianggulasi (gabungan),
 Analisis data bersifat induktif (kualitatif), dan deduktif
(kuantitatif),
 Hasil penelitian kombinasi dapat bersifat temuan potensi
dan masalah, keunikan obyek, makna suatu peristiwa, prose
dan interaksi sosial, kepastian kebenaran data, konstruksi
fenomena, temuan hipotesis, dan sekaligus mengujinya
sehingga dapat dibuat generalisasi (Sugiyono, 2019).
PERTEMUAN 9
POPULASI DAN SAMPEL
POPULASI
 Populasi adalah keseluruhan elemen yang dijadikan wilayah
inferensi/generalisasi. Elemen populasi adalah keseluruhan
subjek yang akan diukur, yang merupakan unit yang diteliti
(Corper, el al, 2003).
 Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-
benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau
obyek itu.
 Contoh karakteristik orang-orangnya: motivasi kerja,
disiplin kerja, kepemimpinan, iklim organisasi, dll.
Karakteristik obyeknya: kebijakan, prosedur kerja, tata
ruang, produk dan jasa yang dihasilkan, dll.
 Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi, karena
memiliki berbagai karakteristik. Misalnya, gaya bicaranya,
disiplin pribadi, hobi, cara bergaul, kepemimpinan.
 Dalam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak
sebagai populasi. Darah yang ada pada setiap orang adalah
populasi, karena akan diperiksa cukup diambil sebagian
darah yang berupa sampel.

SAMPEL
 Dalam penelitian kuantitatif, sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
 Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
 Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Sampel yang diambil dari
populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Bila
sampel tidak
Representatif, maka ibarat 5 orang yang ditutup mata disuruh
menyimpulkan karakteristik gajah.

TEKNIK SAMPLING
 Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan
sampel.
 Teknik sampling pada dasarnya ada dua, yaitu:
1. Probability sampling
2. Non probability sampling
PROBABILITY SAMPLING
 Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:
1. Simple random sampling. Pengambilan sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi tsb.
2. Proportionate stratified random sampling. Bila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan
berstrata secara proposional.
3. Disproportionate stratified random sampling.
Bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
4. Cluster sampling (area sampling). Untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau
sumber data sangat luas. Misalnya, untuk menentukan
penduduk mana yang akan dijadikan sumber data.
Pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi
yang telah ditetapkan.
NONPROBABILITY SAMPLING
 Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini
meliputi:
• Sampling sistematis. Pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberikan
nomor urut. Misalnya, anggota populasi yang terdiri dari
100 orang. Dari semua anggota diberi nomor urut 1
sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan
Mengambil nomor ganjil saja, genap saja, atau
kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan
dari bilangan lima.
2. Sampling kuota. Teknik pengambilan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang diinginkan. Contoh: akan melakukan
penelitian tentang pendapatan petani padi. Jumlah
sampel yang ditentukan sebanyak 100 orang. Penelitian
dianggap belum selesai, kalau jumlah sampel belum
memenuhi kuota yang telah ditentukan yaitu sebanyak
100 orang.
3. Sampling insidental. Teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4. Sampling purposive. Teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan
penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah
tertentu. Sampel sumber datanya adalah orang yang ahli
politik.
5. Sampling jenuh. Sampel yang bila ditambah
jumlahnya, tidak akan menambah keterwakilan sehingga tidak
akan mempengaruhi nilai informasi yang telah diperoleh.
Sampel jenuh diartikan sampel yang sudah maksimum,
karena ditambah berapapun jumlahnya tidak akan menambah
keterwakilan populasi. Contoh: seseorang yang membuat teh
manis. Jika gulanya sudah jenuh, maka ditambah gula
berapapun tidak akan menambah rasa manis teh yang di gelas.
6. Snowball sampling. Teknik penentuan sampel
yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.
Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-
lama menjadi besar. Contoh: pertama-tama dipilih
satu atau dua orang, tetapi dengan dua orang ini belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti
mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat
melengkapi data yang diberikan oleh dua orang
sebelumnya.
7. Sensus/sampling total. Teknik pengambilan sampel di
mana seluruh anggota populasi dijadikan sampel semua.
Penelitian yang dilakukan pada populasi di bawah 100,
sebaiknya dilakukan dengan sensus.

MENENTUKAN UKURAN SAMPEL (SAMPLE SIZE)


 Masalah yang sering kita hadapi, apabila penelitian kita
lakukan dengan cara sampel. Berapa besar atau banyak
sampel yang kita ambil
Agar benar-benar representatif atau mewakili populasi yang
ada.
 Kita sering menentukan besar sampel karena alasan waktu,
tenaga dan biaya.
 Ukuran sampel dapat ditentukan baik dengan menggunakan
teknik-teknik statistik maupun dengan metode-metode lain.
 Berikut ini akan dibahas beberapa metode untuk
menentukan ukuran besarnya sampel (Sugiyono, 2019;
Sudaryono, 2019), sbb:
1. Berdasarkan pendapat umum (rule of thumb)
 Ada peneliti yang menyarankan harus besar sehingga jika
dibagi ke dalam beberapa kelompok (grup), masing-masing
kelompok akan memiliki ukuran sampel. Contoh: kelompok
usia, remaja, dewasa muda, usia menengah, dan orang tua.
Ukuran sampel minimal dalam setiap kelompok adalah
antara 20 hingga 50.
 Metode rule of thumb atau pendapat umum, yang
menyatakan bahwa suatu sampel minimal sebesar 5 % dari
populasi agar akurat.
Pendekatan ini mungkin paling sederhana dan
mudah dilakukan. Tapi mungkin bisa menjadi tidak
efisien/ekonomis, jika populasi yang kita teliti sangat besar.
2. Pendekatan konvensional (conventional
approach)
 Pendekatan ini mengikuti suatu kesepakatan (convention)
bahwa suatu ukuran yang diyakini merupakan ukuran yang
tepat.
 Pendekatan ini juga berdasarkan penelitian-
Penelitian sebelumnya, mengasumsikan bahwa
ukuran sampel yang dilakukan siapapun yang
penelitian-penelitian sebelumnya adalah benar.
3. Pendekatan analisis statistik (statistical analysis
approach)
Dalam pendekatan analisis statistik, pada dasarnya ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan tentang ukuran
sampel, yaitu:
a. Tingkat presisi yang diinginkan,
b. Jumlah variabel dalam populasi,
c. Tingkat kesalahan yang dapat diterima,
d. Tingkat keyakinan,
e. Kendala biaya dan waktu,
f. Besarnya populasi itu sendiri,
CATATAN: Bisa konsultasi dengan ahli statistik.
4. Menentukan ukuran sampel menggunakan
persentase
 Dalam hal ini digunakan rumus statistik,
 Saran: agar konsultasi dengan ahli statistik,
5. Menentukan sampel menggunakan nilai rata-rata
(mean)
 Menentukan ukuran sampel dengan menggunakan nilai rata-
rata atau mean (statistik),
 Saran: konsultasi dengan ahli statistik,
UKURAN SAMPEL
Roscoe (1982), memberikan saran-saran tentang ukuran sampel
untuk penelitian seperti berikut ini:
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara
30 sampai dengan 500,
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita,
pegawai negeri-swasta dan lain-lain), maka jumlah
anggota sampel setiap kategori minal 30,
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis
dengan multivariat (korelasi atau regresi ganda
misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya,
variabel penelitiannya ada 5 (independen +
dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50,
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana,
Yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10
s/d 20.
PERTEMUAN 10
SKALA PENGUKURAN

PENGERTIAN SKALA
 Skala biasanya digunakan untuk mengecek dan menetapkan
nilai suatu faktor kualitatif dalam ukuran-ukuran kuantitatif,
 Skala adalah alat yang disusun dan digunakan oleh peneliti
untuk mengubah respons tentang suatu variabel yang
bersifat kualitatif menjadi data kuantitatif (Mahmud, 20110,
 Dalam pengukuran, variabel yang bersifat kualitatif berskala
nominal, sedangkan variabel kuantitatif berskala ordinal,
interval dan rasio.
MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN
1. Skala nominal
 Skala nominal adalah skala yang paling sederhana, disusun
menurut jenis (kategori) dan hanya sebagai simbol untuk
membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik
lainnya.
 Ciri-ciri nominal: (1) posisi data serata, (2) tidakdapat
dilakukan operasi matematik, seperti penjumlahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian (Sunyoto, 2011),
 Analisis statistik yang cocok adalah:
1. Uji Binomium,
2. Uji chi kuadrat satu sampel,
3. Uji perubahan tanda Mc Nemar,
4. Uji chi kuadrat dua sampel,
5. Uji peluang Fisher,
6. Uji Cochran Q,
7. Uji chi kuadrat lebih dari dua sampel,
8. Uji koefisien kontingensi,
 Tes statistik yang digunakan iala statistik nonparametrik
 Contoh data nominal:
1. Jenis kulit:
a. Hitam,
b. Kuning,
c. Putih,
2. Agama yang dianut:
a. Islam,
b. Kristen,
c. Hindu,
d. Budha,
e. lainnya
2. Skala ordinal
 Skala yang didasarkan pada ranking, diurutkan, dan jenjang yang
lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya.
 Analisis statistik yang cocok adalah:

1. Uji kolmogorov-smirnov satu sampel,


2. Uji tanda,
3. Uji pasangan tanda wilcoxon,
4. Uji median,
5. Uji Mann-Whitney,
6. Uji Kolmogorov-Smirnov dua sampel,
7. Uji analisis varians dua arah Friedman,
8. Perluasa uji median,
9. Uji varians klasifikasi satu arah,
10. Uji klasifikasi korelasi rank Spearman,
11. Uji koefisien korelasi rank Kendall,
12. Uji koefisien konkordansi kendall,
 Analitis statistik yang digunakan ialah statistik
nonparametrik.
 Contoh skala ordinal:
1. Prestasi belajar di sekolah:
a. Ranking 1,
b. Ranking 2,
c. Ranking 3,
2. Juara olah raga di sekolah:
a. Juara 1,
b. Juara 2,
c. Juara 3,
3. Skala interval
 Mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala
nominal dan ordinal, ditambah dengan karakteristik lain,
yaitu berupa interval yang tetap,
 Skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data
yang lain,
 Analisis statistik yang cocok adalah:
1. Uji t dua sampel,
2. Uji anova satu jalur,
3. Uji anova dua jalur,
4. Uji Pearsons product moment,
5. Uji korelasi parsial,
6. Uji korelasi ganda,
7. Uji regresi,
8. Uji regresi ganda,
 Tes statistik yang digunakan ialah tes statistik parametrik.
 Contoh skala interval:
1. Indeks prestasi mahasiswa:
a. A (100 – 85)
b. B (84 - 75)
c. C (74 - 65)
d. D(64 – 55)
e. E (54 - )
2. Kualitas pelayanan karyawan:
a. Sangat puas (100 – 85 )
b. Cukup puas ( 84 - 70 )
c. Tidak puas ( 69 - )
4. Skala rasio
 Skala rasio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai
oleh skala nominal, ordinal dan interval,
 Mempunyai nilai 0 mutlak(nol mutlak),
 Misalnya, umur manusia dan ukuran pertimbangan
keduanya tidak memiliki angka nol
Negatif. Artinya, seseorang tidak dapat berumur di bawah nol
tahun dan seseorang harus memiliki pertimbangan di atas nol
pula.
 Contoh: kalau data rasio, kita dapat mengatakan bahwa
orang yang berumur 50 tahun adalah umurnya dua kali dari
pemuda yang berumur 25 tahun. Contoh lainnya: berat
badan, tinggi pohon, tinggi badan manusia, jarak, panjang,
dsb.
TIPE-TIPE SKALA PENGUKURAN
1. Skala Likert
 Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial.
 Setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat
negatif, yang dapat berupa kata-kata.
 Contoh skala Likert:
Apakah kepala sekolah menunjukkan hal-hal
yang dapat menarik minat para guru?
a. Selalu =4
b. Sering = 3
c. Jarang = 2
d. Tidak pernah= 1
2. Skala Guttman
 Tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ ya – tidak
“, “ benar- salah”, “ pernah- tidak pernah”, “ positif-
negatif”, dsb.
 Contoh Skala Guttman:
Bagaimana pendapat anda, bila orang itu
menjabat Kepala Sekolah di sini?
a. Setuju
b. Tidak setuju
3. Semantic Defferensial
 Skala ini dikembangkan oleh Osggod,
 Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya
bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi
tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat
positif” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang
“sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau
sebaliknya.
 Data yang diperoleh adalah adalah data interval, dan
biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/
Karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang,
 Contoh:
MOHON DIBERI NILAI GAYA KEPEMIMPINAN KEPADA
SEKOLAH
Bersahabat 5 4 3 2 1 Bermusuhan
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
Demokratis 5 4 3 2 1 otoriter
Memberi pujian5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
 Responden dapat memberikan jawaban, pada rentang
jawaban yang positif sampai dengan negatif. Hal ini
tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai.
 Angka 5 berarti sangat positif,
 Angka 3 berarti netral,
 Angka 1 berarti sangat negatif.
5. Rating Scale
 Data mentah yang diperoleh berupa angka, kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
 Skala ini tidak terbatas untuk mengukur sikap saja, tetapi
untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena
lainnya, seperti untuk mengukur status sosial ekonomi,
kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan
lainnya.
 Terpenting bagi penyusun instrumen harus dapat
mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif
jawaban pada setiap item instrumen.
 Orang tertentu memilih jawaban 2, tetapi angka 2 oleh
orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang
lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2.
 Contoh:
Seberapa baik ruangan kelas di sekolah A ini?
Berilah jawaban dengan angka:
4 = bila tata ruang itu sangat baik,
3 = bila tata ruang itu cukup baik,
2 = bila tata ruang itu kurang baik,
1 = bila tata ruang itu sangat tidak baik
Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
No. Pertanyaan tentang tata interval jawaban
Item ruang kantor
1 Penataan meja murid 4 3 2 1
2 Pencahayaan tiap ruang 4 3 2 1
3 Pencahayaan listrik 4 3 2 1
10 Kebersihan ruangan 4 3 2 1
 Pertanyaan angket itu sebanyak 10 pertanyaan,
 Bila instrumen tersebut digunakan sebagai angket dan
diberikan kepada 30 responden, maka sebelum dianalisis
data dapat ditabulasi.
 Bila setiap butir mendapat skor tertinggi, yaitu 4 x 10 x 30 =
1200. Skor tertinggi = 4, jumlah butir = 10 dan jumlah
responden = 30.
 Contoh: skor hasil pengumpulan data = 818. Dengan
demikian, kualitas tata ruang kelas sekolah A menurut
persepsi 30 responden itu 818 : 1200 = 68 % dari kriteria
yang ditetapkan. Hal ini secara kontinum dapat dibuat
kategori sbb:
300 600 900 1200
Sangat kurang cukup sangat
Tidak baik baik baik baik
 Nilai 818 termasuk dalam kategori interval kurang baik dan
cukup baik. Tetapi lebih mendekati cukup baik.
PERTEMUAN 11
INSTRUMEN PENELITIAN
PENGERTIAN INSTRUMEN PENELITIAN
 Pada dasarnya meneliti adalah melakukan pengukuran,
maka harus ada alat ukurnya. Alat ukur dalam penelitian
biasanya dinamakan instrumen penelitian.
 Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati. Secara spesifik semua fenomena itu disebut
variabel penelitian.
 Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur
variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah
diuji validitas dan reliabilitasnya.
 Variabel-variabel dalam ilmu alam, misalnya:
1. Variabel panas, instrumennya calorimeter,
2. Variabel suhu, instrumennya thermometer,
3. Variabel panjang, instrumennya mistar atau meteran,
4. Variabel berat, instrumennya timbangan berat.
 Instrumen-instrumen dalam penelitian pendidikan memang
ada yang sudah tersedia dan telah teruji validitas dan
reliabilitasnya, seperti
Instrumen untuk mengukur motif berprestasi, (n-ach) untuk
mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain.
 Instrumen-instrumen dalam bidang pendidikan dan sosial, di
samping sulit dicari, juga cepat berubah dan sulit dicari
kesamaannya. Misalnya, instrumen tentang Kepemimpinan
mungkin valid untuk kondisi di Amerika, tetapi mungkin
tidak valid untuk Indonesia.
 Untuk itu, maka penelitian-penelitian di bidang pendidikan
dan sosial, instrumen yang digunakan sering disusun sendiri
termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya.
 Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah
variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti.
Misalnya akan meneliti tentang PENGARUH
KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KERJA SEKOLAH
TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK. Dalam hal ini
ada tiga instrumen yang perlu dibuat, yaitu:
1. Instrumen untuk mengukur Kepemimpinan,
2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja sekolah,
3. Instrumen untuk mengukur prestasi belajar murid.
CARA MENYUSUN INSTRUMEN
 Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-
variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti.
 Dari variabel-varibel itu, diberikan definisi operasionalnya,
dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur.
 Dari indikator, kemudian dijabarkan menjadi butir-butir
pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan
penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “ matrik
pengembangan instrumen “ atau “kisi-kisi instrumen”.
 Sebagai contoh, misalnya penelitian tentang “Tingkat
kekayaan”. Indikator kekayaan, misalnya:
1. Rumah,
2. Kendaraan,
3. Tempat belanja,
4. Pendidikan,
5. Jenis makanan yang sering dimakan,
6. Jenis olah raga yang dilakukan, dsb.
 Untuk indikator rumah, bentuk pertanyaannya, misalnya:
1. Berapa jumlah rumah?
2. Di mana letak rumah?
3. Berapa luas masing-masing rumah?
4. Bagaimana kualitas bangunan rumah ?, dsb.
 Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap
variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas
dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori
yang mendukungnya.
 Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus
secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid.
Caranya, dapat dilakukan dengan membaca berbagai
referensi, seperti buku, jurnal, membaca hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang sejenis, dan konsultasi pada
orang-orang yang dipandang ahli.
CONTOH MENGEMBANGKAN INSTRUMEN
PENELITIAN
Suyud (2005), mengembangkan instrumen dengan variabel
KINERJA PROFESIONAL GURU, sub variabelnya yaitu:
1. Penguasaan bahan ajar,
2. Pemahaman karakteristik siswa,
3. Penguasaan pengelolaan kelas,
4. Penguasaan metode dan strategi pembelajaran,
5. Penguasaan evaluasi pembelajaran,
6. Kepribadian.
 Masing-masing subvariabel tersebut dengan indikator
sbb:
1. Penguasaan bahan ajar, dengan indikator:
a. Membuat satuan pelajaran (SP) untuk setiap unit
atau pokok bahasan,
b. Membuat rencana pelajaran setiap pertemuan,
c. Menyusun silabus mata pelajaran,
d. Menyusun tujuan secara jelas dan realistik,
e. Membuat hand out (bahan penyerta pelajaran,
f. Dsb.
2. Pemahaman karakteristik siswa, indikatornya:
a. Berusaha memahami potensi siswa,
b. Berusaha mengenali variasi gaya belajar
siswa,
c. Memperlakukan setiap siswa sebagai pribadi
yang unik dan utuh,
d. Memperlakukan siswa secara adil, tanpa
memandang suku, ras, dan status sosial,
e. Melatih kerjasama kelompok siswa,
f. Dsb.
3. Penguasaan pengelolaan kelas,
indikatornya:
a. Menjabarkan kurikulum menjadi program yang lebih rinci,
b. Merencanakan dan memanfaatkan berbagai sumber belajar
yang tersedia di sekolah dan alam sekitar,
c. Melaksanakan berbagai strategi dan cara mengelola kelas,
d. Tepat waktu dalam memulai dan mengakhiri pelajaran,
e. Menumbuhkan dinamika kelompok dalam pembelajaran,
4. Penguasaan metode dan strategi
pembelajaran
a. Melakukan penilaian kemampuan awal siswa,
b. Menggunakan pendekatan pembelajaran yang membuat
siswa aktif,
c. Mengupayakan proses pembelajaran dalam suasana yang
menyenangkan,
d. Membuat jok (lelucon) untuk menyegarkan suasana kelas,
e. Mengembangkan belajar dalam kelompok,
f. Dsb.
5. Penguasaan evaluasi pembelajaran
a. Melaksanakan evaluasi hasil belajar
secara berkesinambungan,
b. Melakukan evaluasi belajar secara
komprehensif, meliputi evaluasi
konteks, input, proses dan produk,
c. Melakukan analisis belajar siswa,
d. Membuat data kemajuan tiap siswa,
e. Menyusun kisi-kisi butir soal,
6. Kepribadian
a. Melaksanakan ajaran agama yang dianut,
b. Sopan santun, ramah kepada orang lain dan siswa,
c. Memberi teladan yang baik,
d. Memberi pelayanan tanpa pilih kasih,
e. Disiplin dalam bekerja,
f. Berpakaian dengan sopan ban baik,
g. Dsb.
PENDAPAT AHLI
Hoy & Miskel (2001), memberikan indikator efektivitas
sekolah pada aspek input, proses dan output, seperti
ditunjukkan di bawah ini.
1. Input: indikator efektivitas:
 Fiscal resources,
 Physical facilities,
 Student readiness,
 Teacher capabilities,
 Technology resources,
 Parental support,
 Policies and standard
2. Proses: indikator efektivitas:
 Harmony and vision,
 Climat health,
 Motivation level,
 School and classroom,
 Organization,
 Curriculum quality,
 Instructional quality,
 Learning time,
 Leadership quality,
3. Output: indikator efektivitas:
 Achievement,
 Student learning,
 Job satisfaction,
 Absentee level,
 Dropout rate,
 Performance quality.
KESIMPULAN:
Input, proses dan output di atas, sebagai indikator sekolah yang
efektif. Jadi, para peneliti dalam menetapkan indikator-
indikator dari setiap variabel yang diteliti harus berdasarkan
teori-teori seperti di atas, agar diperoleh indikator yang valid.
VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
 Hasil penelitian yang valid, bila terdapat kesamaan antara
data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada obyek yang diteliti. Contoh: kalau dalam obyek
berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul
memberikan data berwarna putih, maka hasil penelitian
tidak valid.
 Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data
dalam waktu yang berbeda.
Kalau dalam obyek kemarin berwarna merah, maka sekarang
dan besok tetap berwarna merah.
 Instrumen yang valid, berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
 Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Contoh: meteran
yang valid dapat digunakan
Untuk mengukur panjang dengan teliti. Mteran menjadi tidak
valid jika digunakan untuk mengukur berat.
 Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari
karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel/konsisten.
 Jadi, instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan
Hasil penelitian yang valid dan reliabel.
 Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen
yang valid dan reliabel, otomatis hasil penelitian menjadi
valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh
kondisi objek yang diteliti, dan kemampuan orang yang
menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.
 Oleh karena itu, peneliti harus mampu mengendalikan
obyek yang diteliti dan
Meningkatkan kemampuan dan menggunakan instrumen untuk
mengukur variabel yang diteliti.
 Instrumen memiliki dua validitas, yaitu (1) validitas
internal, dan (2) validitas eksternal.
 VALIDITAS INTERNAL adalah validitas rasional.
Instrumen yang memiliki validitas internal, apabila
instrumen tersebut disusun berdasarkan: (1) teori yang
relevan, (2) lengkap, dan (3) mutakhir.
 Relevan, berarti teori yang digunakan sama dengan nama
variabel yang diteliti,
 Lengkap, berarti teori yang digunakan mampu
menunjukkan seluruh aspek dari setiap variabel yang
diteliti,
 Mutakhir, berarti teori yang digunakan adalah teori yang
terbaru, baik dari referensi buku maupun jurnal ( usianya 5
tahun terakhir ).
CONTOH TAHAP-TAHAP MERUMUSKAN VALIDITAS
INTERNAL INSTRUMEN
1. Misalnya, akan mengukur efektivitas organisasi,
2. Perlu didefiniskan terlebih dahulu apa itu efektivitas
organisasi,
3. Setelah itu, disiapkan instrumen yang digunakan untuk
mengukur efektivitas organisasi sesuai dengan definisi
yang telah dirumuskan itu,
4. Untuk melahirkan definisi, maka diperlukan teori-teori ,
5. Bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil
pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang
berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil
yang valid.
6. Pengujian validitas internal instrumen dilakukan dengan
KONSULTASI AHLI.
 VALIDITAS EKSTERNAL. Instrumen yang memiliki
validitas eksternal apabila instrument Tersebut benar-benar
telah terbukti mampu mengukur apa yang seharusnya
diukur.
 Untuk itu, maka pengujian validitas eksternal dilakukan
dengan cara mengujicoba instrumen pada sampel yang
diambil dari populasi yang akan diteliti. Jumlah anggota
sampel untuk ujicoba sekitar 30 orang. Mengapa 30 orang?
Karena dengan 30 orang itu data yang diperoleh sudah
dapat membentuk kurva normal.
 Ujicoba instrumen dilakukan setelah lolos uji internal.
Saran, bisa konsultasi dengan AHLI STATISTIK.

MENGUJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


Cara pengujian validitas dan reliabilitas instrumen, agar
diperoleh hasil yang valid, disarankan konsultasi dengan AHLI
STATISTIK.
PERTEMUAN 12
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
 Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data
hasil penelitian, yaitu: (1) kualitas instrumen penelitian, dan
(2) kualitas pengumpulan data.
 Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas
dan reliabilitas instrumen, dan kualitas pengumpulan data
berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data.
 Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai: (1)
setting, (2) sumber, dan (3) cara.
1. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada
setting alamiah, pada laboratorium dengan metode
eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada
suatu seminar, diskusi, di jalan, dll.
2. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data
dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer, adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber
Sekunder, merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Misalnya, lewat orang
lain, atau dokumen.

3. Bila dilihat dari cara, atau teknik pengumpulan data,


maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan interview ( wawancara), kuesioner (angket),
observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.
INTERVIEW (WAWANCARA)
 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan apabila
peneliti ingin:
1. Melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti,
2. Ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil,
3. Ingin mengetahui pengetahuan atau keyakinan pribadi.
 Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur, dapat dilakukan melalui tatap muka (face to
face) maupun dengan menggunakan telepon.
WAWANCARA TERSTRUKTUR
 Bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi tentang apa yang akan diperoleh,
 Biasanya, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya Pun telah disiapkan
 Setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan
pengumpul data mencatatnya,
 Dengan wawancara terstruktur, pengumpul data dapat
menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul
data,
 Supaya setiap pewawancara mempunyai ketrampilan yang
sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara,
 Pewawancara, selain membawa instrumen, juga dapat
menggunakan alat bantu, seperti tipe recorder, gambar,
brosur, dan material lainnya yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara menjadi lancar,
 Contoh wawancara terstruktural. Pewawancara melingkari
salah satu jawaban yang diberikan responden,
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan pendidikan di
daerah ini?
a. Sangat bagus,
b. Bagus,
c. Tidak bagus,
d. Sangat tidak bagus.
2. Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap
pelayanan kesehatan di daerah ini?
a. Sangat bagus,
b. Bagus,
c. Tidak bagus,
d. Sangat tidak bagus.
WAWANCARA TIDAK TERSTRUKTUR
 Wawancara yang bebas, di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
 Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
 Wawancara tidak terstruktural atau terbuka, sering
digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malah untuk
penelitian yang lebih mendalam tentang responden.
 Pada penelitian pendahuluan, peneliti beusaha mendapatkan
informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang
ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara
pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
 Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum
mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh,
sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden. Selanjutnya, peneliti dapat
mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih
Terarah pada suatu tujuan.
 Peneliti perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat
memilih waktu yang tepat kapan dan di mana harus
melakukan wawancara.
 Pada saat responden sedang sibuk bekerja, sedang
mempunyai masalah berat, sedang istirahat, sedang tidak
sehat, atau sedang marah, maka sebaiknya tidak melakukan
wawancara. Kalau dipaksakan akan menghasilkan data yang
Tidak valid dan akurat.
 Sebaiknya, sebelum wawancara, pewawancara minta waktu
terlebih dahulu, kapan dan di mana melakukan wawancara.
Dengan cara ini, maka suasana wawancara akan lebih baik,
sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid.
 Contoh wawancara tidak terstruktural:
1. Bagaimanakah pendapat bapak/ibu kebijakan pemerintah
terhadap bantuan biaya pendidikan bagi masyarakat
miskin?
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu peluang masyarakat
miskin dalam memperoleh pendidikan tinggi yang
bermutu?
KUESIONER (ANGKET)
 Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada Responden untuk dijawabnya
 Kuesioner cocok digunakan bila jumlah responden cukup
besar dan tersebar di wilayah yang luas.
 Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup
atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara
langsung atau dikirim melalui pos atau internet.
 Dengan adanya kontak langsung antara peneliti
Dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup
baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan
data obyektif dan cepat.
 Uma Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip
dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data,
yaitu:
1. Isi dan tujuan pertanyaan. Disusun dalam skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk
mengukur variabel yang diteliti,
2. Bahasa yang digunakan. Harus disesuaikan dengan
kemampuan berbahasa responden,
3. Tipe dan bentuk pertanyaan. Bentuknya, dapat terbuka atau
tertutup,
4. Pernyataan tidak mendua. Setiap pertanyaan dalam angket
jangan mendua, sehingga menyulitkan responden untuk
memberikan jawaban.Contoh: Bagaimana pendapat anda
tentang KUALITAS dan RELEVANSI pendidikan saat ini?
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa. Contoh:
Bagaimanakah kualitas pendidikan sekarang bila
dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu?.
6. Pertanyaan tidak menggiring. Contoh: Bagaimanakah
prestasi kerja anda selama setahun terakhir? Jawabannya
akan cenderung baik.
7. Panjang pertanyaan. Sebaiknya, angket tidak terlalu
panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam
mengisi,
8. Urutan pertanyaan. Dimulai dari yang umum ke hal yang
spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit,
9. Prinsip pengukuran. Angket harus digunakan untuk
mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel
yang diukur,
10. Penampilan fisik. Angket dicetak dalam kertas yang bagus
dan berwarna, sehingga menarik bagi responden.
 Contoh angket tertutup:
1. Apakah Saudara termasuk guru yang aktif menulis?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah bapak/ibu tergolong guru senior?
a. Ya
b. Tidak
 Contoh angket terbuka:
1. Pendidikan apa saja yang pernah bapak/ibu ikuti? Tulis
dengan sebenarnya, di mana dan tahun berapa lulusnya.
2. Bagaimana menurut pendapat bapak/ibu tentang
dibentuknya Dewan Sekolah?
3. Apakah bapak/ibu pernah ikut penataran Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS)? Jika pernah, bagaimana
komentar bapak/ibu?
OBSERVASI
 Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan
psikologis. Dua di antara terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan (Sutrisno Hadi, 1986).
 Teknik ini digunakan, bila penelitian berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
 Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Observasi berperanserta (participant observation)
2. Observasi nonpartisipan (non participant observation)
OBSERVASI BERPERANSERTA
 Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
peneliti.
 Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa
yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka
dukanya.
 Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh
akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
 Dalam suatu organisasi sekolah misalnya, peneliti dapat
berperan sebagai guru atau karyawan. Ia dapat mengamati
bagaimana perikaku guru atau karyawan dalam bekerja,
bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan satu
guru dengan guru lainnya, hubungan guru dengan
karyawan, hubungan guru dan karyawan dengan kepala
sekolah, keluhan dalam melaksanakan pekerjaan, dll.
OBSERVASI NONPARTISIPAN
 Dalam observasi nonpartisipan, peneliti tidak terlibat dan
hanya sebagai pengamat independen.
 Misalnya, di sekolah, peneliti dapat meneliti bagaimana
perilaku guru, karyawan, dan kepala sekolah dalam
melaksanakan pekerjaannya, dalam interaksinya, dll.
 Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat
membuat kesimpulan tentang perilaku guru, karyawan, dan
kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya.
 Pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini, tidak
akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai
pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai dibalik
perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.
 Dari segi instrumen yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu (1) observasi terstruktur, dan
(2) observasi tidak terstruktur.
OBSERVASI TERSTRUKTUR
 Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang
secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan
di mana tempatnya.
 Observasi terstruktur, dilakukan apabila peneliti telah tahu
dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati.
 Peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji
validitas dan reliabilitasnya.
 Pedoman wawancara terstruktur atau angket tertutup dapat
juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan
observasi.
 Misalnya, peneliti akan melakukan pengukuran terhadap
kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-
mengajar, maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dan
ucapan dengan Menggunakan instrumen yang digunakan
untuk mengukur kinerja guru tersebut.
OBSERVASI TIDAK TERSTRUKTUR
 Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu
secara pasti tentang apa yang akan diamati.
 Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan
instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-
rambu pengamatan.
 Dalam suatu organisasi sekolah misalnya, peneliti belum
tahu pasti apa yang akan diamati. Peneliti dapat melakukan
pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan
analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.
DOKUMENTASI
 Dokumen ditunjukkan untuk memperoleh data langsung
dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan,
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film
dokumentasi, data yang relevan penelitian.
 Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.
 Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi, dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.
 Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila
didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni
yang telah ada.
 Tetapi perlu dicermati, bahwa tidak semua dokumen
memiliki kredibilitas tinggi. Contoh: banyak foto yang tidak
mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk
kepentingan tertentu.
PERTEMUAN 13
TEKNIK ANALISIS DATA
PENGANTAR
 Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan
kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber
data lain terkumpul.
 Dalam penelitian kuantitatif, mendeskripsikan karakteristik
sampel, persen, mean (rata-rata), simpangan baku,
penaksiran tentang kekuatan hubungan antar variabel, dan
menguji hipotesis.
 Dalam penelitian kualitatif, tidak mendeskripsikan
karakteristik sampel, persen, atau mean, kecuali pada
keadaan tertentu, bisa dilakukan perhitungan jumlah
Kejadian kategori tertentu.
 Penelitian kualitatif menggunakan buku catatan harian, atau
laptop, agar hasil pengamatan, wawancara, dan temuan-
temuan lainnya dapat segera dianalisis sesuai dengan
konteks yang pada saat pengamatan atau wawancara
dilakukan.
MENYIAPKAN DATA UNTUK DIANALISIS
 Setelah data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara,
observasi, atau sumber lainnya, data perlu diedit.
 Data yang sudah terkumpul, kemudian akan diimput dan
beberapa program piranti lunak digunakan untuk
menganalisisnya.
 Tahap-tahap data untuk dianalisis adalah sbb:
MENGEDIT DATA
 Data harus diedit, khususnya jika berkaitan dengan respons
terhadap pertanyaan terbuka dalam wawancara atau
kuesioner atau observasi tidak terstruktur.
 Informasi yang mungkin secara tergesa-gesa dicatat oleh
pewawancara, pengamat, atau peneliti, harus diuraikan
dengan jelas sehingga seluruh data dapat dikodekan secara
sistematis.
 Kurang jelasnya pada tahap ini, nantinya akan menimbulkan
kebingungan.
MENANGANI RESPONS KOSONG
 Tidak semua responden menjawab item dalam kuesioner.
Jawaban mungkin dibiarkan kosong, karena responden tidak
memahami pertanyaan, tidak mengetahui jawaban, tidak
ingin menjawab, atau sekedar tidak tertarik untuk menjawab
seluruh pertanyaan.
 Menurut Sudaryono (2019), ada beberapa cara menangani
respons kosong, yaitu:
1. Memberikan angka tengah dalam skala sebagai nilai atau
mengabaikan item tersebut selama analisis.
2. Komputer dapat diprogram untuk menangani respons yang
hilang dan tidak diketahui sesuai dengan cara yang kita
inginkan.
3. Cara terbaik menangani data yang hilang untuk
meningkatkan validitas penelitian, khususnya jika ukuran
sampel besar, adalah mengabaikan kasus di mana data
berkaitan dengan analisis tertentu yang hilang.
MENGKODEKAN
 Tahap berikutnya adalah pengkodean respons,
 Menelusuri setiap kuesioner untuk tiap butir atau item,

KATEGORISASI
 Membuat skema untuk mengkategorisasikan variabel,
sehingga beberapa item yang mengukur suatu konsep dapat
semuanya dikelompokkan bersama,
MEMASUKKAN DATA
 Data kuesioner dapat secara langsung dimasukkan ke dalam
komputer,
 Jika ada data mentah, harus secara manual diketik ke dalam
komputer,
 Data mentah bisa dimasukkan dengan program peranti
lunak apa pun.
REDUKSI DATA
 Menurut Sangadji (2010), reduksi data adalah proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstraksian, dan trasformasi data kasar yang muncul
dari catatan lapangan.
 Reduksi dapat berlangsung terus menerus selama penelitian
berlangsung.Bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.
 Selama pengumpulan data berlangsung terjadilah reduksi
data. Selanjutnya, membuat ringkasan, mengkode. Reduksi
data terus berlanjut sesudah penelitian lapangan sampai
laporan akhir tersusun.
 Dalam proses reduksi data ini, peneliti dapat melakukan
pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana
yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, dan cerita-
cerita yang sedang berkembang.
 Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat
ditarik dan diverifikasi.
STATISTIK DESKRIPTIF DAN INFERENSIAL
 Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif
menggunakan statistik. Terdapat dua macam
statistik yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian, yaitu:
1. Statistik deskriptif,
2. Statistik inferensial,
 Statistik inferensial meliputi:
1. Statistik parametrik,
2. Statistik nonparametrik.
 Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi.
 Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil
sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif
dalam analisisnya.
 Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin
mendeskripsikan data sampel, dan Tidak ingin membuat
kesimpulan yang berlaku untuk populasi di mana sampel
diambil.
 Tetapi bila peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku
untuk populasi, maka teknik analisis yang digunakan adalah
statistik inferensial.
 Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain:
1. Penyajian data melalui tabel,
2. Grafik,
3. Diagram lingkar,
4. Pictogram,
5. Perhitungan modus, media, mean (pengukuran
tendensi sentral),
6. Perhitungan desil, persensil,
7. Perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata,
dan standar deviasi,
8. Perhitungan prosentase.

 Statistik inferensial (sering juga disebut dengan statistik


induktif atau statistik probabilitas), adalah teknik statistik
yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan
hasilnya diberlakukan untuk populasi.
 Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari
populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari
populasi itu dilakukan secara random.
 Statistik ini disebut statistik probabilitas, karena kesimpulan
yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel
itu kebenarannya bersifat peluang (probability).
 Data sampel yang diberlakukan untuk populasi itu
mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran
(kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Bila
peluang kesalahan 5%, maka taraf kepercayaannya 95 %. Bila
peluang kesalahan 1 %, maka taraf kepercayaannya 99 %.
Peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan taraf
signifikansi.
 Untuk analisis data dengan menggunakan statistik
deskriptif dan inferensial, agar diperoleh hasil yang valid,
berkonsultasilah dengan AHLI STATISTIK.
STATISTIK PARAMETRIK DAN NONPARAMETRIK
 Statistik parametrik digunakan untuk menguji parameter
populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi
melalui data sampel.
 Penggunaan statistik parametrik dan nonparametrik
tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis.
 Analisis statistik parametrik memerlukan terpenuhi banyak
asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan
dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya, dalam
penggunaan salah satu test mengharuskan data Dua
kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam
regresi harus terpenuhi asumsi linieritas.
 Statistik nonparametrik tidak menuntut terpenuhi banyak
asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus
berdistribusi normal.
 Penggunaan kedua statistik tersebut juga tergantung pada
jenis data yang dianalisis.
 Statistik parametrik kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data interval dan rasio.
 Statistik nonparametrik kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data nominal dan ordinal.
 Jadi, untuk menguji hipotesis dalam penelitian kuantitatif
yang menggunakan statistik, ada dua hal utama yang harus
diperhatikan, yaitu: (1) macam data, dan (2) bentuk
hipotesis yang diajukan.
 Macam data dalam penelitian, yaitu: nominal, ordinal,
interval dan rasio.
 Untuk analisis data dengan menggunakan statistik
parametrik dan nonparametrik, agar diperoleh hasil yang
valid, berkonsultasilah dengan AHLI STATISTIK.

CONTOH ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS


 Judul Penelitian:
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
dan Situasi Kepemimpinan terhadap Iklim Orga-
nisasi Sekolah di Banjarmasin
 Variabel Penelitian:
1. X1 = Kepemimpinan Kepala Sekolah
2. X2 = Situasi Kepemimpinan
3. Y = Iklim kerja organisasi sekolah
 Populasi dan sampel:
1. Semua guru yang berpendidikan S2, dan S1,
2. Pembagian anggota sampel menurut jenjang pendidikan
dihitung dengan menggunakan statistik,
 Rumusan Masalah:
1. Seberapa baik gaya kepemimpian kepala SMA di Kota
Banjarmasin?
2. Seberapa baik Situasi Kepemimpinan si SMA Kota
Banjarmasin?
3. Seberapa baik Iklim Organisasi SMA di Kota
Banjarmasin?
4. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja
organisasi SMA di Kota Banjarmasin?
5. Adakah hubungan positif dan signifikan antara situasi
kepemimpinan dengan iklim organisasi SMA di Kota
Banjarmasin?
6. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan kepala sekolah dan situasi kepemimpinan
secara bersama-sama dengan iklim organisasi
SMA di Kota Banjarmasin?
 Hipotesis:
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi SMA
di Kota Banjarmasin
2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
situasi kepemimpinan dengan iklim organisasi SMA di
Kota Banjarmasin
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan kepala sekolah Dan situasi kepemimpinan
secara bersama-sama dengan iklim organisasi SMA di
Kota Banjarmasin.
 Instrumen Penelitian:
Terdapat tiga instrumen yaitu:
1. Gaya kepemimpinan, dengan …… indikator,
2. Situasi kepemimpinan, dengan…. Indikator,
3. Iklim organisasi, dengan……………. Indikator.
 Tabulasi Data Hasil Penelitian:
Berdasarkan data yang terkumpul dari….. Responden yang
ditetapkan sebagai sampel, data variabel gaya kepemimpinan
dapat ditabulasikan seperti pada tabel….., data variabel situasi
kepemimpinan dapat ditunjukkan pada tabel…….., dan data
variabel iklim kerja pada tabel………
 Uji Normalitas Data:
1. Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan
statistik parametrik, antara lain dengan menggunakan t-
test untuk satu sampel, korelasi dan regresi, analisis varian
dan t-test untuk dua sampel.
2. Langkah-langkah pengujian normalitas data, konsultasilah
dengan AHLI STATISTIK.
 Teknik Statistik untuk Analisis Data dan Pengujian
Hipotesis:
1. Berbagai teknik statistik yang akan digunakan untuk
pengujian hipotesis, konsultasilah dengan AHLI
STATISTIK, dan
2. Untuk memahami penggunaan statistik untuk penelitian
dapat dibaca pada buku statistik untuk penelitian.
PERTEMUAN 14
MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN

PENDAHULUAN
 Menyusun proposal penelitian merupakan langkah yang
sangat penting, karena langkah ini sangat menentukan
berhasil tidaknya seluruh kegiatan penelitian.
 Proposal ini sebagai acuan untuk menilai pihak peneliti atau
calon pendukung atau pemberi sponsor.
 Membantu memberi arah para peneliti agar mampu
menekan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses
penelitian berlangsung.
PENGERTIAN PROPOSAL PENELITIAN
 Proposal penelitian adalah gambaran secara rinci tentang
proses yang akan dilakukan oleh peneliti untuk dapat
memecahkan permasalahan penelitian.
 Proposal penelitian merupakan pedoman yang berisi
langkah-langkah yang akan diikuti peneliti untuk
melakukan penelitian. Atau, suatu pernyataan tertulis
mengenai rencana atau rancangan kegiatan penelitian
secara keseluruhan.
 Tujuan proposal penelitian adalah memberitahukan secara
jelas tentang tujuan penelitian, siapa yang akan ditemui,
serta siapa yang dicari di lokasi penelitian.
 Menurut Kuncoro (2009), maksud proposal penelitian
adalah:
1. Untuk merumuskan masalah apa yang akan diteliti dan
mengapa masalah tsb penting,
2. Untuk mengkaji upaya penelitian-penelitian lain yang
telah dilakukan peneliti dalam masalah serupa,
3. Untuk menguraikan jenis data yang diperlukan
dalam penyelesaian masalah dan agaimana metode
pengumpulan data,pengolahan data, serta
menganalisisnya.
MANFAAT PROPOSAL PENELITIAN
1. Terdapat persamaan persepsi tentang permasalahan
penelitian antara peneliti dengan pembimbing atau pihak
sponsor,
2. Peneliti memahami secara keseluruhan permasalahan dan
langkah-langkah penelitian sebelum melakukan penelitian,
3. Menjadi pedoman pelaksanaan penelitian,
4. Kegiatan penelitian yang akan dilakukan menjadi lebih
jelas,
5. Memudahkan evaluasi penelitian yangdiusulkan, baik bagi
peneliti maupun pihak lain yang terkait,
6. Memberikan perlindungan dari campur tangan pihak
lain ketika penelitian sedang berlangsung,
7. Sebagai dokumen persetujuan antara peneliti
dengan pembimbing, sponsor, atau pihak terkait
(Kuncoro, 2009).
SISTEMATIKA PROPOSAL PENELITIAN
1. Judul Penelitian
 Sebaiknya, disusun ringkas, padat dan menarik,
 Judul sering kali bersifat tentatif, bisa saja berubah sesuai
dengan hasil penelitian,
 Judul harus mencerminkan hakikat penelitian dan informatif
bagi pembaca, pembimbing, atau sponsor,
 Topik layak dan perlu untuk diteliti.
CONTOH JUDUL PENELITIAN
1. Proses Belajar Siswa SMA di Kota Banjarmasin (judul
deskriptif),
2. Perbandingan Kinerja Sekolah A dan Sekolah B di Kota
Banjarmasin (judul komparatif),
3. Hubungan antara Kinerja Guru dengan Prestasi Belajar
Siswa SMA di Kota Banjarmasin (judul hubungan
simetris)
4. Pengaruh Kinerja Guru Terhadap hasil Belajar
Siswa SMA di Kota Banjarmasin (judul hubung
an kausal),
5. Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi
Belajar Siswa SMA di Kota Banjarmasin
( judul hubungan resiprocal/timbal balik)
2. Latar Belakang Masalah
 Berisi harapan dan kenyataan,
 Harapan itu bisa berupa: (1) kebijakan, (2) aturan, (3)
rencana, (4) tujuan, dan (5) teori.
 Bila harapan itu tidak tercapai, bisa menimbulkan masalah.
Masalah penelitian ini berarti adanya kesenjangan antara
HARAPAN dan KENYATAAN. Pada bagian ini, perlu
dikemukakan tentang masalah.
 Perlu dikemukakan alasan mengapa masalahan tersebut
perlu dilakukan penelitian.
 Contoh: masalah penelitian:
1. Hasil ujian nasional di SMA yang rendah. Rendahnya
hasil ujian nasional harus ditunjukkan dengan data.
Misalnya, rata-rata = 5.
2. Letak gedung sekolah yang dekat dengan keramaian,
sehingga proses belajar dan mengajar terganggu.
3. Identifikasi Masalah
 Pada bagian ini, perlu dikemukakan atau diidentikasi semua
faktor atau variabel yang menyebabkan timbulnya masalah.
 Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik, maka
peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke obyek yang
diteliti, melakukan observasi, dan wawancara keberbagai
sumber, sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasi.
 Identifikasi masalah dinyatakan dalam kalimat NEGATIF,
bukan kalimat PERTANYAAN. Contoh identikasi masalah
yang terkait dengan pendidikan adalah:
1. Jumlah pendaftar di SMK menurun,
2. Kinerja guru rendah,
3. Biaya pendidikan kurang,
4. Alat-alat praktek tidak mencukupi,
5. Kompetensi lulusan kurang memadai,
6. Kerajinan belajar murid kurang,
7. Ujian kompetensi kurang memadai,
8. Bahan praktek kurang,
9. Kerjasama dengan pihak industri tidak ber-
jalan dengan baik,
10.Pengawasan tidak berjalan dengan baik.
4. Batasan Masalah
 Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-
teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih
mendalam, maka tidak semua yang telah diidentifikasikan
akan diteliti.
 Untuk itu, peneliti memberi batasan, di mana akan
dilakukan penelitian adalah faktor atau variabel, A, B, dan
C.
 Batasan masalah adalah mengambil sebagian dari masalah
yang telah diidentifikasikan .
 Dalam contoh di atas, ada 10 masalah yang telah
diidentifikasi, peneliti hanya akan mengambil tiga faktor
atau variabel saja, yaitu Pengawasan, Kinerja Guru dan
Hasil Belajar.
 Dengan demikian, judul penelitiannya adalah: PENGARUH
PENGAWASAN DAN KINERJA GURU TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA SMA DI KOTA
BANJARMASIN.
5. Rumusan Masalah
 Setelah masalah yang akan diteliti itu ditemukan (faktor
atau variabel), maka masalah yang akan diteliti itu perlu
dirumuskan secara spesifik.
 Sebaiknya, rumusan masalah itu dinyakan dalam kalimat
pertanyaan. Contoh rumusan masalah:
1. Seberapa tinggi kualitas pelayanan pendidikan pada SMA
di Kota Banjarmasin? (rumusan masalah deskriptif),
2. Seberapa tinggi pengaruh kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru SMA di Kota Banjarmasin?
(rumusan masalah hubungan)
6. Tujuan Penelitian
 Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah
yang dituliskan.
 Tujuan penelitian itu dinyatakan dalam kalimat pernyataan.
Contoh tujuan penelitian:
1. Mengetahui kualitas kepemimpinan kepala sekolah pada
SMA di Kota Banjarmasin.
2. Mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru pada SMA di Kota Banjarmasin.
7. Kegunaan Hasil Penelitian
 Kegunaan hasil penelitian merupakan dampak dari
tercapainya tujuan.
 Kegunaan hasil penelitian ada dua hal, yaitu:
1. Kegunaan untuk mengembangkan ilmu/kegunaan teoritis,
2. Kegunaan praktis, yaitu membantu memecahkan dan
mengantisipasi masalah yang ada pada obyek yang diteliti.
8. Deskripsi Teori
 Teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk
menjelaskan tentang faktor atau variabel yang akan diteliti.
 Sebagai dasar memberikan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah yang diajukan (hipotesis), dan
penyusunan instrumen penelitian ( untuk penelitian
kuantitatif).
 Teori-teori yang digunakan yang betul-betul telah teruji
kebenarannya secara empiris.
 Di sini diperlukan juga dukungan hasil-hasil penelitian
Yang telah ada sebelumnya yang ada kaitannya dengan faktor
atau variabel yang akan diteliti.
9. Kerangka Berpikir
 Merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan dalam
penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional
faktor atau variabel yang diteliti, dan menunjukkan
hubungan antar faktor atau variabel yang diteliti.
 Kerangka berpikir yang baik, dapat menjelaskan secara
teoritis pertautan atau hubungan antar faktor atau variabel
yang akan diteliti.
 Pertautan atau hubungan antar faktor atau variabel,
selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma (bagan)
penelitian.
 Setiap penyusunan model (bagan) hubungan antar faktor
atau variabel harus didasarkan pada kerangka berpikir.
 Apabila peneliti hanya membahas sebuah faktor atau
variabel atau lebih secara mandiri (PENELITIAN
DESKRIPTIF), maka yang dilakukan peneliti yaitu: (1)
mengemukakan deskripsi teori untuk masing-masing faktor
atau variabel, (2) argumentasi terhadap variasi besaran
faktor atau variabel yang diteliti. Contoh Kerangka berpikir:
1. Jika alat praktik lengkap, maka akan meningkatkan
kompetensi lulusan,
2. Jika kepemimpinan kepala sekolah baik, maka akan
meningkatkan kinerja sekolah,
3. Bila kinerja guru baik, maka akan meningkatkan hasil
belajar.
10. Hipotesis Penelitian
 Hipotesis yang dirumuskan biasanya adalah hipotesis yang
bersifat: (1) asosiatif/korelatif,
(2) komparatif-asosiatif, (3) struktural dan (4)
komparatif.
 Titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan
masalah dan kerangka berpikir. Contoh:
1. Rumusan Masalah:
Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan
terhadap kepuasan orang tua dalam menye-
kolahkan anaknya pada SMA di Kota Banjar –
masin ?
2. Kerangka Berpikirnya
Jika kualitas pelayanan ditingkatkan, maka
akan meningkatkan kepuasan orang tua murid
dalam menyekolahkan anaknya pada SMA di
Kota Banjarmasin.
3. Hipotesis
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara kualitas pelayanan dengan kepuasan
orang tua dalam menyekolahkan anaknya pada
SMA di Kota Banjarmasin.
11. Prosedur Penelitian
 Kata prosedur ini di beberapa perguruan tinggi ada yang
menggunakan istilah yang berbeda-beda, yaitu:
1. Desain Penelitian,
2. Pendekatan Penelitian,
3. Metode Penelitian.
 Dalam prosedur penelitian berisi tentang:
1. Metode penelitian
Di bagian ini perlu ditetapkan metode metode
penelitian apa yang akan digunakan, apakah penelitian kualitatif,
kuantitatif survey, atau eksperimen.
2. Populasi dan Sampel
 Di bagian ini perlu dijelaskan populasi dan sampel yang dapat
digunakan sebagai sumber data,
 Perlu juga dikemukakan teknik pengambilan sampel yang
digunakan.
3. Instrumen Penelitian
Di bagian ini perlu dikemukakan instrumen
apa saja yang akan digunakan untuk
penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
• Di bagian ini, perlu dikemukakan teknik pengumpulan data
yang akan digunakan,
• Dipilih teknik pengumpulan data yang paling Tepat, sehingga
betul-betul didapat data yang valid dan reliabel.
 Jangan semua teknik pengumpulan data (angket, observasi,
wawancara) dicantumkan, kalau sekiranya tidak dapat
dilaksanakan.
 Teknik pengumpulan data pada metode kuantitatif,
cenderung menggunakan test dan atau kuesioner.
12. Teknik Analisis Data
 Untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif, maka
teknik analisis datanya menggunakan statistik.
 Untuk analisis data dengan menggunakan statistik, agar
diperoleh hasil yang valid, berkonsltasilah dengan AHLI
STATISTIK.
 Untuk penelitian kualitatif, menurut Miles & Huberman
dilakukan secara interaktif melalui Proses data reduksi,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik analisis
datanya lebih banyak dilakukan bersamaan dengan
ngumpulkan data.
13. Organisasi dan Jadwal Penelitian
 Bila penelitian dilaksanakan oleh Tim/kelompok, maka
diperlukan adanya organisasi pelaksana penelitian.
Misalnya, ada ketua yang bertanggungjawab dan
anggotanya, sebagai pembantu ketua.
 Bila penelitian dilaksanakan oleh sendiri (skripsi, tesis, dan
disertasi), tidak diperlukan adanya organisasi pelaksana
penelitian.
14. Jadwal Penelitian
 Setiap rancangan penelitian perlu dilengkapi dengan jadwal
kegiatan yang akan dilaksanakan.
 Dalam jadwal berisi tentang: (1) kegiatan, dan (2) berapa
lama waktu yang akan dilaksanakan.
 Contoh Jawal Penelitian:
Kegiatan meliputi:
1. Penyususn proposal =……… minggu
2. Penyusunan instrumen =…….. minggu
3. Seminar proposal dan
instrumen penelitian = …….. minggu
4. Pengujian validitas dan
reliabilitas instrumen =……… minggu
5. Penentuan sampel =……… minggu
6. Pengumpulan data =………. minggu
7. Analisis data = ………… minggu
8. Pembuatan draf laporan =…………. minggu
9. Seminar laporan =…………. minggu
10.Penyempurnaan laporan =…………. minggu
11.Penggandaan laporan
penelitian =…………. minggu
15. Biaya Penelitian
 Biaya penelitian untuk suatu proyek sangat penting dan
perlu dicantumkan,
 Biaya penelitian dalam suatu proyek, pada umumnya: (1) 60
% untuk tenaga, dan (2)40 %
untuk penunjang, seperti bahan, alat,
transport, sewa alat-alat komputer. Semua itu
perlu diuraikan secara rinci,
 Untuk penelitian seorang (skripsi, tesis dan disertasi), tidak
perlu membuat rincian biaya penelitian dalam proposal
penelitian.
PERTEMUAN 15
SISTEMATIKA PROPOSAL PENELITIAN
KUANTITATIF

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Kegunaan Penelitian
II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis

III PROSEDUR PENELITIAN


A. Metode
B. Populasi dan Sampel
C. Instrumen Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data

IV ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN


A. Organisasi Penelitian
B. Jadwal Penelitian
V BIAYA PENELITIAN
MENYUSUN LAPORAN
PENELITIAN KUANTITATIF
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Kegunaan Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Instrumen Penelitian
D. Teknik Pengolahan Data
E. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
B. Hasil Pengujian Hipotesis
C. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran Instrumen Penelitian
2. Lampiran Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Instrumen
3. Lampiran Data Mentah
4. Lampiran Analisis Data termasuk Perhitungan Pengujian
Hipotesis
5. Lampiran yang lain, seperti Perizinan dan lain-lain.
PERTEMUAN 16
SISTEMATIKA PROPOSAL
PENELITIAN KUALITATIF
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
II KAJIAN TEORI
A. ………………..
B………………….
C………………….
III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode, dan Alasan menggunakan
Metode
B. Tempat Penelitian
C. Instrumen Penelitian
D. Sampel Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Rencana Pengujian Keabsahan Data
IV ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN
A. Organisasi Penelitian
B. Jadwal Penelitian
V BIAYA PENELITIAN
PENYUSUNAN LAPORAN
PENELITIAN KUALITATIF
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Hasil Penelitian
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
A……………..
B……………..
C……………..
BAB III METODE PENELITIAN
A. Alasan Menggunakan Metode
Kualitatif
B. Tempat Penelitian
C. Sampel Sumber Data penelitian/
Informan
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Pengujian Keabsahan Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1…… (menjawab rumusan masalah)
2…….(menjawab rumusan masalah)
3…….(menjawab rumusan masalah)
4…….(menjawab rumusan masalah)
B. Pembahasan
1……… (membahas hasil penelitian)
2……… (membahas hasil penelitian)
3……… (membahas hasil penelitian)
4……… (membahas hasil penelitian)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Ijin penelitian, perpanjangan waktu, foto-foto,
vidio yang diamati, hasil wawancara, dokumentasi,
dll.

Anda mungkin juga menyukai