Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para
ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. .Metode ini menggunakan langkah-
langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Supaya suatu metode yang digunakan
dalam penelitian disebut metode ilmiah.
Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur
oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh
interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk
mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian
sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat
sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan
dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini

PEMBAHASAN

A. Hakikat Metode Ilmiah

Secara etimologis, metode berasal dari kata Yunani meta yang berarti sesudah
dan hodos yang berarti jalan. Jadi, metode berarti langkah-langkah yang diambil, menurut
urutan tertentu, untuk mencapai pengetahuan yang benar yaitu suatu tatacara, teknik, atau
jalan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenis apa
pun, baik pengetahuan humanistik dan historis, ataupun pengetahuan filsafat dan ilmiah.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Metode, menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis (Suriasumantri, 2009, p. 119).
Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam
metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan
yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi inilah yang disebut dengan epistemologi
di dalam filsafat. Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita
mendapatkan pengetahuan: Apakah sumber pengetahuan? Apakah hakikat, jangkauan,
dan ruang lingkup pengetahuan? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan
pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia?.
Metode ini perlu, agar tujuan keilmuan yang berupa kebenaran objektif dan dapat
dibuktikan bisa tercapai. Dengan metode ilmiah, kedudukan pengetahuan berubah
menjadi ilmu pengetahuan, yaitu menjadi lebih khusus dan terbatas lingkupan studinya.
Pada dasarnya, di dalam ilmu pengetahuan dalam bidang dan disiplin apapun,
baik ilmu-ilmu humaniora, sosial maupun ilmu-ilmu alam, masing-masing menggunakan
metode yang sama. Jika ada perbedaan, hal itu tergantung pada jenis, sifat dan bentuk
objek materi dan objek forma (tujuan) yang tercakup di dalamnya pendekatan
(approach), sudut pandang (point of view), tujuan dan ruang lingkup (scope) masing-
masing disiplin itu (Suparlan Suhartono, 2008, p. 71) .
Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan
begitu, diharapkan pengetahuan yang dihasilkan memiliki ciri-ciri tertentu yang
memenuhi kriteria pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang
memungkinkan pengetahuan yang dihasilkan benar-benar dapat diandalkan. Dalam hal
ini maka metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif.
Berpikir deduktif memberikan sifat rasional atau bertumpu pada akal. Dengan
metode ini maka pengetahuan yang dihasilkan akan sejalan dengan prinsip-prinsip yang
ada pada akal, yaitu koheren dan konsisten dengan pengetahuan sebelumnya. Ilmu
mencoba memberikan penjelasan rasional kepada objek yang ditelaah. Dikarenakan ada
banyak premis yang digunakan untuk membangun sebuah bangunan ilmu dari sisi
berpikir deduktif maka diperlukan adanya berpikir induktif.
Teori korespondensi mengatakan bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar
sekiranya materi yang terkandung sesuai dengan objek faktual yang dituju. Atau dapat
dikatakan bahwa suatu pernyataan bisa dianggap banar bila didukung dengan fakta
empiris. Penemuan ilmiah akan sangat berguna di saat kita menemukan sesuatu yang
belum diuji secara empiris.
Proses kegiatan ilmiah menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia
mengamati sesuatu. Hal itu memunculkan pertanyaan mengapa manusia mulai
mengamati sesuatu? Bila ditelaah ternyata manusia mulai mengamati sesuatu bila
manusia tersebut memberikan perhatian tertentu terhadap sesuatu. Hal ini oleh John
Dewey disebut dengan masalah yang menimbulkan pertanyaan. Akhirnya disimpulkan
bahwa proses berpikir dimulai oleh manusia tatkala ia mempunyai suatu masalah atau
pertanyaan.
Masalah ini akan dicari pemecahan masalah atau jawabannya melalui langkah-
langkah tertentu yang nantinya akan penulis uraikan pada langkah-langkah metode
ilmiah. Sekarang, sesungguhnya apa hubungan metode ilmiah dengan ilmu yang ilmiah.
Ilmu sendiri adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Sedangkan ilmiah adalah suatu hal yang bersifat keilmuan/sains (pemahaman tentang
sesuatu yang dapat diterima secara logika/pikiran/penalaran). Sedangkan ilmu yang
ilmiah adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan
realita yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan
metode ilmiah. Perlu juga dipahami bahwa ilmu berbeda dengan pengetahuan.
Pengetahuan menurut Jujun S. Sumantri adalah segenap apa yang kita ketahui tentang
suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya ilmu. Jadi, ilmu lebih sempit daripada
pengetahuan. Pengetahuan bisa mencakup seni, agama, ilmu, dsb.
Ilmu selanjutnya dapat dipandang sebagai proses, prosedur, dan produk. Sebagai
proses, ilmu berwujud penelitian. Sebagai prosedur, ilmu ada dalam metode ilmiah.
Sedangkan dalam hal produk, ilmu adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis.
(The Liang Gie, 1991, p. 90).
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa ilmu ilmiah didapatkan melalui suatu
proses yang disebut metode ilmiah yang mana diawali dengan pertanyaan atau masalah
yang muncul dari alam manusia atau hal-hal empiris yang diperhatikan oleh manusia.
Metode ilmiah memiliki beberapa sifat, yaitu: logis atau masuk akal, objektif,
sistematis, andal, dirancang, akumulatif,
B. Metode Ilmiah dalam Tinjauan Filsafat

Sebelum menelaah tentang peranan filsafat ilmu perlu lebih dahulu dipahami
apakah pengetahuan itu dan apakah ilmu itu?. Seorang anak balita bersama ayahnya
mengunjungi kebun binatang yang terdapat di kota tempat tinggalnya. Si anak
memperoleh pengetahuan tentang kebun binatang melalui inderanya dan ia tahu bahwa di
kebun binatang terdapat bermacam macam binatang. Ayahnya memperoleh pengetahuan
tentang kebun binatang melalui pengamatannya juga, bahwa kebun binantang di kotanya
lebih kecil dan jenis binatangnya pun tidak begitu banyak bila dibandingkan dengan
kebun binatang yang pernah ia lihat di kota lain. Dalam hal ini pengetahuan yang
diperoleh si anak tentang kebun binatang, berbeda dengan pengetahuan yang diperoleh
oleh ayahnya, meskipun mereka mengamati obyek yang sama.

Dari contoh tadi, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengetahuan itu
merupakan hasil tahu tentang sesuatu yang diperoleh melalui suatu usaha. Selain itu juga
dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang terbentuk pada diri masing – masing
individu tergantung dari pengetahuan dan pengalaman individu itu sebelumnya.
Pengetahuan juga dapat di peroleh dari informasi yang diberikan oleh orang lain kepada
kita. Yang dimaksud dengan intonasi di sini adalah wacana yang dapat berbentuk lisan
atau tulisan. Dengan demikian pembentukan pengetahuan pun akan berbeda beda bagi
tiap individu sebagaimana dikemukakan oleh pandangan konstruktivisme.

Sesuai padangan tersebut, kecepatan seseorang membentuk pengetahuan pun


berbeda beda pula. Jadi meskipun informasi atau stimulusnya sama, berbagai individu
akan membentuk pengetahuan yang berbeda dengan kecepatan yang tidak saa pula. Bagi
seorang guru misalnya, hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah bahwa dalam
kegiatan mengajar harus diusahakan agar wacana yang dilakukan tidak mudah disalah
artikan oleh peserta didik. Pengeyahuan yang kita kenal pada contoh contoh di atas
merupakan pengetahuan inderawi, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari suatu obyek
tertentu dan ingin kita hayati melalui indera dan pemikiran. Pengetahuan ini disebut
pengetahuan saja atau dalam bahasa inggris disebut knowledge, tetapi juga diperoleh
melalui suatu eksprimen.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, para filsuf senantiasa ditantang untuk
menjawab pertanyaan – pertanyan yang sangat mendasar tentang segala sesuatu yang
mereka amati atau peristiwa yang mereka alami.

Pengetahuan yang mereka peroleh ssebagai hasilpemikiran yang rasional dan


mendasar, kritis, logis, analitis, dan sistematis untuk menjawab pertanyaan tenang
hakekat, azaz, atau prinsip dari seluruh realitas, disebut pengetahuan filsafat atau filsafat.
Dengan demikian filsafat itu pada awalnya membahas tentang hakekat segala hal dan di
mulai dengan pemikiran manusia mengenai alam dan segala peritiwa yang ada yang
kemudian berkembang lebih luas lagi. Jadi bidang bahasanya amat luas yaitu mencakup
semua ilmu yang dikenal orang pada masa tertentu.

Untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan ilmu, dapat dikemukakan


contoh bahwa hingga abad 18 fisika masih disebut sebagai “filsafat alam”. Demikian pula
yang sekarang kita kenal sebagai ilmu ekonomi, dahulu disebut sebagai filsafat moral.
Sejak pertengan abad 19, fisika, kimia dan biologi disebut sebagai “ilmu kealaman” dan
bukan bagian dari filsafat alam. Dalam perkembangan selanjutnya pada abad 20, fisika,
kimia, biologi, psikologi, serta ilmu ilmu sosial seperti ilmu ekonomi, ilmu pendidikan,
sosiologi, ilmu hukum, dan ulmu politik telahdinyatakan sebagai “ilmu – ilmu empiris”.

Dengan berjalannya waktu ilmu pun berkembang menjadi lebih banyak dan lebih
luas sehingga banyak pula cabang cabang ilmu yang lebih dalam pembahasannya.
Dengan demikian ilmu ilmu itu lahir, berdiri sendiri sebagai disiplin displin ilmu yang
terlepas dari filsafat sebagai induknya. Pada dasarnya ilmu itu lahir dan berkembang
sebagai produk dari upaya mengembangkan produk produk yang telah dihasilkan oleh
manusia sebelumnya. Disiplin displin ilmu yang telah lepas tadi terus berkembang
dengan pesat dan banyak menghasilkan produk produk berupa teknologi yang bermanfaat
bagi masyarakat, disamping ada pula dampak negatif dari perkembangan ilmu tersebut.

Meskipun dalam perkembangannya filsafat telah melahirkan ilmu ilmu yang


bersifat mandiri, tidak berarti bahwa hubungan antara ilmu dan filsafat telah putus,
karena masih ada dan perlu ada interaksi antara keduanya. Sebagai contoh filsafat
bertugas antara lain untuk membuat analisis tentang konsep konsep dan asumsi ilmu
dalam arti dan validasinya. Selain itu filsafat juga mengatur hasil berbagai ilmu dalam
suatu pandangan hidup yang terintegrasi, komprehensif dan konsisten. Sebaliknya sikap
ilmiah yang merupakan landasan perkembagan ilmu, dirasakan amat bermanfaat pula
bagi perkembangan filsafat.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa filsafat dan ilmu saling membutuhkan.
Filsafat ilmu yang salah satu tugas pokoknya adalah menilai hasil ilmu ditinjau dari aspek
eksistensi manusia seutuhnya, merupakan jembatan penghubung antara filsafat dan ilmu.
Sains telah berkembang secara cepat sejalan dengan perkembangan teknologi. Misalnya
ilmu kealaman secara berangsur angsur memiliki banyak cabang ilmu yang masing –
masing ditelaah, diteliti dan dikembangkan oleh kelompok – kelompok ilmuwan
yagberminat terhadap cabang ilmu tertentu. Pembagian ini disebabkan oleh keterbatasan
manusia yang tidak mampu mempelajari beberapa bidang ilmu sekaligus secara
mendalam. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengebangan ilmu itu tidak
dapat hanya dirumuskan atau ditentukan oleh ilmu itu sendiri, tetapi perlu dikaitkan
dengan dasar budaya masyarakat atau bangsa. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya
nilai suatu pengembangan ilmu itu perlu ditinjau sajauh mana ilmu itudapat
menyumbangkan nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat tanpa harus
mengorbankan nilai nilai budaya mereka. Oleh karenanya pemahaman tentang filsafat
ilmu amat diperlukan.

C. Metode Ilmiah dan Pemikiran Para Tokoh

Metode ilmiah adalah suatu prosedur atau tata cara sistematis yang digunakan
para ilmuwan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Metode ilmiah
melibatkan pengamatan dan pengukuran yang cermat, pelaksanaan eksperimen,
pengujian, dan modifikasi hipotesis.

Meskipun prosedur metode ilmiah bervariasi dan cenderung spesifik untuk setiap bidang,
proses yang mendasarinya seringkali sama. Proses dalam metode ilmiah melibatkan
membuat dugaan (penjelasan hipotesis), menurunkan prediksi dari hipotesis
sebagai konsekuensi logis, dan kemudian melakukan eksperimen atau
pengamatan empiris berdasarkan prediksi tersebut.
Hipotesis adalah dugaan, berdasarkan pengetahuan yang diperoleh saat mencari
jawaban atas pertanyaan akan suatu masalah. Hipotesis dapat bersifat sangat spesifik
maupun luas. Para ilmuwan kemudian menguji hipotesis yang telah dirumuskan melalui
eksperimen atau studi. Hipotesis ilmiah harus dipandang berdasarkan sisi kesalahannya
(falsifikasi). Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan hasil dari eksperimen
atau pengamatan yang dilakukan apabila bertentangan dengan prediksi yang disimpulkan
dari hipotesis. Jika tidak dianggap demikian, hipotesis tidak dapat diuji secara bermakna.

Metode eksperimen dimulai dengan hipotesis. Eksperimen dirancang untuk


menguji hipotesis dengan mengamati respons satu variabel terhadap perubahan sejumlah
variabel lain dalam kondisi yang terkendali. Data dianalisis untuk menentukan apakah
ada hubungan yang membenarkan atau menyangkal hipotesis.

Metode ilmiah memiliki kaitan yang erat dengan kerja ilmiah. Kerja ilmiah merupakan
cara kerja ilmuan dalam memecahkan masalah dengan menerapkan berbagai langkah
yang teratur dan sistematis sebagai implementasi dari metode ilmiah.

Pemikiran Para Tokoh

1. Aristoteles, seorang filsuf Yunani, diakui sebagai tokoh pertama yang menggunakan
metode ilmiah dalam mencari pengetahuan. Hal ini karena analisis mengenai
implikasi logis yang diusulkannya terstruktur rapi dan berbeda dengan filsuf
sebelumnya.
2. Ibnu al-Haitsam atau Alhazen merupakan ilmuwan Islam dari bidang
sains, matematika, dan filsafat yang dianggap sebagai bapak metode ilmiah modern.
Pendekatan yang dilakukan oleh Alhazen digunakan untuk menyelidiki fenomena,
memeroleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan mengintegrasikan pengetahuan
sebelumnya berdasarkan pengumpulan data. Pengumpulan data ini dilakukan melalui
proses pengamatan dan pengukuran, dilanjutkan dengan perumusan dan pengujian
hipotesis untuk menjelaskan data.
3. Pada abad ketujuh belas, Francis Bacon dan René Descartes, mencoba memberikan
penjelasan rinci tentang bagaimana para ilmuwan harus melanjutkan pencarian
pengetahuan. Meskipun ide yang ditawarkan dalam metode ilmiah khusus ini terlihat
mudah untuk dilakukan, tetapi selama abad kedua puluh banyak filsuf dan tokoh
lainnya menjadi skeptis tentang gagasan memberikan sesuatu seperti resep atau
metode khusus untuk sains. Sains dianggap sebagai proses yang terlalu kreatif dan
tidak dapat diprediksi sehingga tidak ada resep dan metode yang dapat
menjelaskannya— hal ini terutama benar dalam kasus ilmuwan besar
seperti Newton, Darwin, dan Einstein. Metode ilmiah dianggap sebagai jembatan atau
strategi ilmiah yang menghubungkan teori logis yang bersifat abstrak dan panduan
langkah yang terlalu sederhana. Kemudian muncul harapan bagaimana hubungan
teori dengan dunia melalui strategi yang digeneralisasi tersebut.
4. Almadk Menurut Almadk (1939) metode ilmiah salah satu cara menerapkan prinsip-
prinsip logis terhadap pengesahan, terhadap penemuan dan terhadap penjelasan
kebenaran. 
5. Sudarminta Tidak jauh berbeda dengan pendapat Sudarminta (2002) yang memaknai
metode ilmiah sebagai prosedur ilmiah yang dirangkai secara sistematis, guna bisa
untuk mengambil dan memperoleh pengetahuan berdasarkan persepsi indrawi. Dapat
pula guna memperoleh teori dan ilmu baru. 
6. Abdurahman Fathoni. Sementara Abdurrahman Fathoni (2006) memandang metode
ilmiah sebagai proses menjalankan kegiatan untuk menemukan ilmu pengetahuan
yang masih bersifat pra ilmiah. Sama dengan pendapat sebelumnya, jika cara yang
digunakan dilakukan secara sistematis dan mengikuti kode etik dan asas pengaturan
prosedur teknik normatif. Tujuannya agar terpenuhinya syarat kesahihan sesuai
dengan validitas ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan 
7. Perc Bridgman’s lebih dalam lagi, percy Bridgman’s memandang bahwa metode
ilmiah tidak sekedar metodologi ilmiah saja, tetapi peneliti juga dapat mengerjakan
lebih dari pengertian tanpa ada halangan untuk menyelesaikan permasalahan yang
timbul.
8. Nazir Nazir (2014, hlm. 26) menyatakan bahwa metode ilmiah boleh dikatakan suatu
pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
9. Hamid Darmadi ,Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan kegunaan tertentu (Darmadi, 2014, hlm. 153).
10. Arikunto ,Menurut Arikunto (2019, hlm. 136) metode penelitian adalah cara utama
yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas
masalah yang diajukan.
11. Sukandarrumidi ,Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti
untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan
(Sukandarrumidi, 2012, hlm. 111).

Anda mungkin juga menyukai