BAB VII
Ilmu dan Filsafat
AKK-Retno Mariani-25000121410025 1
Metode ilmiah juga dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu metode logis dan
metode teknis. Metode logis merupakan metode penalaran atau penarikan
kesimpulan. Pada metode logis diterapkan prinsip-prinsip induktif melalui
metode kesepakatan, metode perbedaan, metode variasi seiring. Sedangkan
metode teknis merupakan metode memanipulasi fenomena yang sedang
diselidiki, orang-orang menyebutnya ilmu. Metode ini banyak dan beragam,
serta memiliki kekhususan pada masing-masing keilmuan.
Orang yang berkerja dalam ilmu alam biasanya bekerja didasarkan pada
beberapa atau semua asumsi, postulat atau kondisi berikut:
1. Prinsip hubungan sebab akibat, setiap kejadian memiliki sebab dan
bahwa penyebab yang sama selalu menghasilkan akibat yang sama;
2. Prinsip keseragaman prediksi, menunjukkan tingkat keterhubungan
yang sama di masa depan dengan masa lalu atau sekarang;
3. Prinsip objektivitas, melihat data secara objektif untuk menghilangkan
semua unsur subjektif;
4. Prinsip empiris, pengujian kebenaran didasarkan fakta yang ditemukan;
5. Prinsip penghematan, hal-hal lain menjadi sama, selalu dijelaskan
dengan cara yang paling sederhana sebagai sesuatu yang benar.
6. Prinsip isolasi dan segresi, fenomena yang diselidiki harus dipisahkan
sehingga dapat dipelajari sendiri;
7. Prinsip kontrol, dimana kontrol sangat penting dalam eksperimen
karena banyak faktor dapat bervariasi pada saat yang sama dan
mempengaruhi kevalidan hasil eksperimen.
8. Prinsip pengukuran yang tepat, hasilnya dinyatakan dalam kuantitatif
atau matematis.
AKK-Retno Mariani-25000121410025 2
banyak manfaat membutakan kita terhadap kemungkinan kesalahan
didalamnya. Terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian kita terkait
ilmu dan metodenya, yaitu bahwa:
1. Dalam penelitian ilmiah, kita hanya akan menemukan apa yang dapat
ditemukan oleh metode yang kita gunakan. Padahal dimungkinkan
terdapat hal-hal menarik lainnya yang dapat ditemukan, namun kita tidak
dapat menemukannya dikarenakan kita hanya mendapatkan apa yang
instrumen dan metode kita dapat mengukurnya.
2. Klasifikasi ilmiah memberikan informasi yang berharga, dimana klasifikasi
merupakan dasar-dasar pengetahuan ilmiah yang memberikan makna
terhadap sesuatu. Akan tetapi klasifikasi tidak mencakup segala sesuatu
dalam subjek yang diklasifikasikan karena pengklasifikasian dapat
dilakukan dari berbagai sudut pandang dan pemilihan dasar
pengklasifikasian tergantung dengan tujuan kita.
3. Terdapat kualitas yang menyeluruh yang tidak dapat terjangkau dalam
bagian-bagian. Ketika kita menganalisis suatu objek ke dalam bagian-
bagian, bagian-bagian tersebut tidak lebih nyata daripada objek atau
peristiwa yang terjadi. Permasalahnnya terdepat beberapa orang yang
cenderung percaya bahwa bagian-bagian ini dapat memberikan gambaran
sesuai dengan objeknya, yang disebut kesalahan reduksi.
4. Banyak interpretasi dari sesuatu, orang, peristiwa, dimana setiap
interpretasi mungkin benar dari satu sudut pandang tertentu tetapi tidak
dari sudut pandang lainnya. Dan perlu kita pahami bahwa terdapat banyak
sudut pandang terhadap dunia kita.
5. Proses pengembangan, memungkinkan penemuan langkah selanjutnya
yang memberikan gambaran lebih banyak.
6. Ilmu khusus bergantung pada organ indera manusia dan fikiran pada
umumnya. Pengamatan dan teori berkembang orang ke orang, dimana ilmu
bergantung pada organ indera dan proses akal manusia. Karena ilmu
sering dikatakan berdasarkan pengamatan dan eksperimen, sehingga perlu
AKK-Retno Mariani-25000121410025 3
ditekankan kembali bahwa pengetahuan ilmiah juga bergantung pada
asumsi dan postulat.
AKK-Retno Mariani-25000121410025 4
filsafat lebih sintetik. Ilmu cenderung menghilangkan faktor pribadi dan
mengabaikan nilai-nilai dorongannya untuk mencapai objektifitas, sedangkan
filsafat tertarik pada kepribadian, nilai-nilai dan semua pengalaman. Ilmu
bertujuan mengamati alam, membangun sarana dan mengontrol proses
sedangkan mengkoordinasikan tujuan bagian dari tugas filsafat.
Kita tekankan lagi, bahwa perbedaan ilmu dan filsafat sebagian besar terletak
pada perbedaan derajat dan penekannnya, banyak ilmuan yang juga
berfilsafat dan filsuf dilatih metode ilmiah.
Terdapat dua kemungkinan sumber kesalahan yang perlu kita pertimbangkan:
1. Dalam ilmu terdapat sesuatu yang sangat terpisah, pasti, dan berbeda;
2. Terdapat metode memperoleh pengetahuan yang tidak terbuka bagi orang
umum.
AKK-Retno Mariani-25000121410025 5
Tugas Filsafat
AKK-Retno Mariani-25000121410025 6
BAB XIV
Validitas Pengetahuan
Teori ilmiah yang pernah diterima sebagai kebenaran telah tergantikan pada
suatu waktu oleh teori-teori lain. Sebelum membahas mengenai teori
kebenaran, terdapat pembahasan secara singkat aliran tentang pengetahuan
yaitu aliran yang menyangkal bahwa pengetahuan itu dimungkinkan dan
aliran yang membatasi pengetahuan pada tindakan objektif, pengalaman.
1. Skeptisme
Secara umum skeptisme berpandangan bahwa terdapat kemungkinan
bahwa tidak ada pengetahuan yang dapat dipercaya. Skeptis adalah
orang yang meragukan apa yang dikatakan orang lain sebagai
kebeneran. Terdapat tiga jenis skeptisisme yaitu:
a. Sikap menunda penilaian dan mempertanyakan semua asumsi dan
kesimpulan sehingga masing-masing dipaksa untuk membenarkan
dirinya sendiri;
b. Pengetahuan hanya berususan dengan pengalaman atau fenomena
dan bahwa pikiran manusia tidak dapat mengetahu sumber atau
dasar pengetahuan;
c. Pengetahuan tidak mungkin dan pencarian kebenaran adalah sia-sia.
Para skeptic cenderung menekankan kebodohan dan kelemahan dari
berbagai cara untuk mencoba memperoleh pengetahuan. Mereka
menunjukkan bahwa semua pengetahuan adalah manusia, dan
kemampuan manusia lemah dan terbatas dan indera dan akal
tampaknya tidak dapat diandalkan. Orang skeptis pesimis tentang
kemungkinan kemajuan dalam bidang pengetahuan. Skeptisisme adalah
penyangkalan diri, karena penolakan semua pengetahuan adalah
menyangkal dirinya sendiri. Istilah yang berkaitan erat dengan
skeptisisme adalah agnostisme yang berate tidak diketahui atau tanpa
pengetahuan. Agnostisisme menyiratkan ketidaktahuan manusia
AKK-Retno Mariani-25000121410025 7
tentang sifat sebenarnya dari yang tertinggi seperti materi, pikiran dan
Tuhan.
2. Positivisme
Positivisme membatasi pengetahuan pada fakta-fakta yang dapat
diamati dan keterikatannya. Pelopor positivism adalah Auguste Comte
yang membagi menjadi tiga periode yang ditandai dengan cara berfikir
tertentu yaitu tahap teologis, tahap metafisik dan tahap positif. Sikap
dan pandangan positivism mempengaruhi berbagai aliran pemikiran
modern seperti pragmatism, instrumentalisme, naturalism humanistic
dan behaviorisme.
AKK-Retno Mariani-25000121410025 8
yang menunjukkan bahwa persepsi pikiran cenderung masuk dan merubah
pandangan kita terhadap dunia.
2. Teori Koherensi
Teori kohenerensi menyatakan bahwa kiita tidak dapat secara langsung
membandingkan ide dan penilaian kita dengan dunia apa adanya, tetapi
teori koherensi menempatkan kepercayaannya pada konsistensi dan
keselarasaan menyeluruh. Sesuatu dikatakan benar apabila konsisten
dengan penilaian lain yang diterima atau diketahui kebenarannya.
Penilaian yang benar secara logis koheren dengan penilaian lain yang
relevan. Penilaian benar dan salah didasarkan pada keselarasan dengan
apa yang telah ditemukan sebagai kebenaran. Teori koheren meletakkan
prinsip-prinsip logis sebagai ukuran suatu kebenaran ilmiah, keterkaitan
logis adalah saling bertatutan serta tidak terdapat kontradiksi diantara
penyataan-pernyataan. Teori ini menuntut seseorang untuk
mengembangkan pola pemikiran yang sistematis, konsisten. Namun
demikian karena sangat yakin denga prisip logis, seringkali mengabaikan
dasar-dasar kenyataan. Para kritikus kohenern mengatakan bahwa kita
tidak dapat membangun sistem koheren yang salah dan juga yang benar,
teori tidak membedakan antara kebenaran yang konsisten dan kesalahan
yang konsisten. Selain itu, kritik terhadap teori koherensi mengatakan
bahwa rasionalistik dan intelektualistik terutama berkaitan dengan
hubungan logis antara proposisi, yang menyebabkan gagal memberikan uji
memadai pada penilaian pengalaman sehari-hari.
3. Teori Pragmatis
Kebenaran tidak dapat didasarkan pada kenyataan karena keterbatasan
kita dalam pengalaman. Para pragma adalah para empiris yang teliti dalam
menafsikan pengalaman merka, bagi pragmatis kebenaran adalah asas
manfaat, kemampuan kerja atau konsekuensi yang memuaskan. Teori
pragamatis meletakkan asas manfaat sebagai ukuran kebenaran ilmiah.
Teori ini kurang memperhatikan hal-hal teoritik dan hal-hal yang bersifat
AKK-Retno Mariani-25000121410025 9
empirik. Menurut pendekatan ini, tidak ada kebenaran yang statis atau
mutlak. Kebenaran akan didefinisikan ulang, yang mengarah pada
penolakan terhadap teori yang lebih tua dan pembelaan terhadap teori yang
baru. Sebuah teori benar jika berhasil dalam praktik atau mengarah pada
hasil yang memuaskan. Pendekatan teori ini berorientasi praktis sehingga
bisa memenuhi kebutuhan konkret pada saat dibutuhkan, namun
demikian teori ini dikritisi sebagai "doktrin berbahaya", karena tampaknya
memberikan hak kepada orang-orang untuk memiliki banyak keyakinan
yang memuaskan yang seharusnya tidak mereka pegang kecuali jika sesuai
dengan fakta. Atau dapat dikatakan teori ini selalu mengikuti keinginan,
berorientasi kepentingan sehingga pendekatannya dengan langkah-langkah
singkat, atau praktis.
Kesimpulan
Pengetahuan diperoleh melalui pengembangan yang berkelanjutan dan
pencarian yang konsisten. Tidak seorangpun dapat mengklaim dengan benar
memiliki pengetahuan akhir. Meskipun pengetahuan kita tidak lengkap dan
masih terus berkembang, namun itu valid pada masanya. Kita perlu hidup
dengan percaya diri dan berani dengan apa yang kita ketahui saat ini, dan
AKK-Retno Mariani-25000121410025 10
siap untuk berubah apabila bukti baru ditemukan. Jauh lebih baik berani
bertindak salah daripada tidak bertindak sama sekali.
AKK-Retno Mariani-25000121410025 11