Anda di halaman 1dari 4

TAKSONOMI BARRET

Taksonomi membaca lain yang juga dikenal sebagai alat ukur kompetensi membaca
adalah Taksonomi Barrett yang dikembangkan oleh Barret yang dkenal dengan nama The
Barrett Taxonomy (Clymer, 1968). Awalnya, The Barrett Taxonomy dirancang untuk
membantu pengajar atau guru yang mengajarkan keterampilan membaca untuk
menyusun/mengembangkan pertanyaan terkait dengan pemahaman pembaca tentang isi teks
yang dibaca.
Dijelaskan oleh (Clymer, 1968), ada dua dimensi utama yang harus diukur untuk
mengetahui kompetensi membaca menurut Taksonomi Barrret, kedua dimensi tersebut adalah
kognitif dan afektif. Barrett menyusun klasifikasi kompetensi membaca tersebut dalam 5
tahapan, yakni (1) pemahaman literal atau pemahaman harfiah, (2) reorganisasi, (3)
pemahaman inferensial, (4) evaluasi, dan (5) apresiasi.
Taksonomi Barret tersebut dapat digunakan untuk mengukur kompetensi membaca
pada kompetensi dasar yang disyaratkan dalam pembelajaran keterampilan membaca
pemahaman, terutama kompetensi dasar yang menuntut penguasaan pemahaman isi bacaan.
Diuraikan oleh Barret dalam (Clymer, 1968), bahwa tagihan kompetensi keterampilan
pembelajaran membaca disusun dengan tujuan utama mengarahkan pembaca untuk memiliki
kompetensi berpikir tingkat tinggi yang diawali oleh kompetensi memahami isi bacaan,untuk
selanjutnya berinteraksi dengan dan atau isi bacaan mulai dari makna tersurat sampai kepada
interpretasi dan reaksi terhadap pesan informasi dalam bacaan tersebut.
1. Kompetensi pemahaman literal atau pemahaman harfiah berkaitan dengan kompetensi
yang bertujuan mengarahkan pembaca memiliki kompetensi memahami fakta, ide atau
informasi yang jelas-jelas ada atau nyata atau yang tertuang secara tersurat di dalam
bacaan.
2. Kompetensi Recall
Kompetensi membaca kedua yang diukur dalam Taksonomi Barret terkait dengan
kompetensi pemahaman literal adalah kompetensi Recall. Kompetensi ini mengarahkan
pembaca untuk mampu melakukan analisis, sintesis, dan atau menyusun ide atau
informasi yang secara tersurat yang dinyatakan oleh penulis di dalam teks bacaan dengan
melakukan parafrase ulang atau menterjemahkan pernyataan pengarang.
3. Kompetensi Inferensial
Kompetensi ketiga yang diukur dalam Taksonomi Barret adalah kompetensi inferensial.
Pada kompetensi ini pembaca diarahkan untuk mampu membuat kesimpulan lebih dari
pada pemahaman makna tersurat dengan proses berpikir baik kritis dan kreatif
menggunakan intuisi dan imaginasi yang dimiliki pembaca dengan memahami
kompetensi-kompetensi.
4. Kompetensi Evaluasi
Kompetensi evaluasi menurut Barret adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh
pembaca yang fokusnya adalah mengarahkan pembaca agar mampu membuat atau
melakukan penilaian atau memberikan pendapat tentang isi bacaan dengan membuat
perbandingan antar ide-ide, membuat perbandingan tentang informasi yang terdapat
dalam bacaan dan dengan menggunakan pengalaman, pengetahuan, kriteria, dan nilai-
nilai yang diketahui dan dimiliki pembaca dengan merujukmerujuk sumber-sumber lain
5. Kompetensi Appresiasi
Kompetensi kelima yang diukur dengan taksonomi Barret adalah kompetensin apresiasi.
Tujuan utama kompetensi ini adalah mengarahkan pembaca agar memiliki kompetensi
mengapresiasi terhadap maksud penulis dalam bacaan yang berkaitan dengan nilai-nilai
yang berkaitan dengan emosi karakter tokoh yang diceriakan dalam teks yang dibaca.

Taksonomi Barret membedakan adanya 5 kelompok intelektual dalam kegiatan membaca


pemahaman, yaitu:
1. Pemahaman literal, yani kemampuan mengenal sesuatu atau fakta atau mengingat
kembali sesuatu atau fakta.
2. Penataan kembali (reorganization), yakni kemampuan menganalisis, mensintesis, menata
ide-ide dan informasi yang diungkapkan dalam bacaan.
3. Pemahaman inferensial, yakni kemampuan untuk menggunakan idea tau informasi yang
secara eksplisit tertuang dalam bacaan beserta dengan intuisi dan pengalaman pribadi
yang dimilikinya sebagai dasar untuk memecahkan persoalan.
4. Pemahaman evaluatif, yakni kemampuan untuk memastikan dan menilai kualitas,
ketelitian, kebergunaan atau kebermanfaatan ide yang terdapat dalam wacana.
5. Apresiasi, yakni kemampuan untuk menerapkan kepekaan emosional dan estetika yang
dimilikinya dalam merespon bentuk, gaya, struktur, serta teknik pemaparan ide dalam
bacaan.
TAKSONOMI ANDERSON & KRATHWOL
TAKSONOMI MARZANO
Taksonomi Marzano adalah sistem klasifikasi tujuan pendidikan yang dikembangkan oleh Marzano
dan Kendall berdasarkan taksonomi Bloom. Klasifikasi tujuan ini dibuat di atas segalanya untuk
menggabungkan pengetahuan baru tentang bagaimana manusia memproses informasi.

Taksonomi Marzano terutama terdiri dari dua dimensi yang saling berinteraksi: domain pengetahuan
dan tingkat pemrosesan.

Taksonomi yang diciptakan oleh Marzano dan Kendall lebih berorientasi pada praktik, sedemikian
rupa sehingga berfokus pada desain tugas khusus untuk meningkatkan tingkat pengetahuan pelajar
secara bertahap. Peningkatan dalam desain ini dicapai, di atas segalanya, dengan
mempertimbangkan proses-proses akun yang tidak ada dalam taksonomi Bloom.

Berkat penambahan pengetahuan ini, taksonomi Marzano memiliki beberapa keunggulan


dibandingkan Bloom:

1. Sejumlah besar saran untuk bekerja dengan tujuan pembelajaran, tergantung pada apakah
itu informasi murni, prosedur mental atau prosedur psikomotorik.
2. Pengetahuan yang lebih baik tentang proses dasar tertentu dalam pembelajaran, seperti
emosi, ingatan, motivasi dan metakognisi.
3. Lebih presisi saat membuat tujuan pembelajaran, memiliki peta yang lebih spesifik dari
jenis pengetahuan yang dapat diperoleh dan cara mereka diperoleh.
4. Karena ketepatan yang lebih besar ini saat membuat tujuan, juga dimungkinkan untuk
mengevaluasi dengan lebih mudah jika ini telah tercapa

Anda mungkin juga menyukai