Oleh :
KELOMPOK 3 ( TIGA )
1. Desi Sartika
2. Ernawati
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
Tujuan Penulisan...............................................................................................
1
Pengertian........................................................................................................
2
2.
Etiologi.............................................................................................................
2
3.
Manifestasi Klinis.............................................................................................
2
4.
Patofisiologi.....................................................................................................
2
5.
Pathways..........................................................................................................
3
6.
Penatalaksanaan Medis....................................................................................
3
7.
Asuhan Keperawatan.......................................................................................
3
1.
Pengkajian Data...........................................................................................
4
a. Anamnesa................................................................................................
b. Pemeriksaan Fisik....................................................................................
c. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................
2.
Diagnose keperawatan.................................................................................
5
a.
b.
3.
Intervensi.....................................................................................................
6
4.
Implementasi...............................................................................................
5.
15
Evaluasi......................................................................................................
15
17
A. Kesimpulan.....................................................................................................
17
B. Saran...............................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
18
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan tujuan
penulisan ini adalah Untuk mengetahui pengertian Respiratory Distress
Syndrome (RDS) dan asuhan keperawatannya.
Dalam penulisan ini, kami bekerja sama menyelesaikan makalah ini
dengan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih
panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan
bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja
secara pasif. Pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola
pernapasan yang paling sering adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada
bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan organic, trauma,
alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir.
RDS
(Respiratory
Distress
Syndrome)
atau
disebut
juga
Hyaline
amnion
lembu/bovine
manusia
Merrit,1986),
(Enhoring,1985)
dapat
dan
surfaktan
dari
sejenis
dipertanggungjawabkan
dan
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature
dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada
udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan
dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan
besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting
darah melalui PDA (Stark 1986).
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila
didapatkan sesak nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat
(tachypnea ), sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya
pengembangan paru,adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada
foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema
paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi.
Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory
distress syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan
histologis yang terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit
pernapasan yang kecil dan sulit mengembang dan tidak menyisakan udara
diantara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline Membrane Disease (HMD) sering
kali digunakan saling bertukar dengan RDS (Bobak, 2005).
Respiratory Distress Syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh
ketidakmaturan dari sel tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk
menghasilkan surfaktan yang memadai. (Dot Stables, 2005
Etiologi
a. RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu
ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi
RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu
prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksual sesaria.. Surfaktan
biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk
menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara,
sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang
menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami
sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan
akan bertambah berat.
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini
dapat terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga
tindakan disesuaikan dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru
yang
menunjukan
sindrom
ini
adalah
sindroma)
Pleural effusion
Kelumpuhan saraf frenikus
c.
Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan
oleh
alveoli
masih
kecil
sehingga
kesulitan
berkembang,
paru-paru
memerlukan
tekanan
pembukaan
yang
tinggi
untuk
dan
keracunan
oksigen,
menyebabkan
kerosakan
pada
dan
bronchogram.
yang
air
Gejala
progesif
dari
Dystress
Syndroma
Takipnea
diatas
klinis
Resirasi
adalah
60x/menit,
interkostal
retrakasi,
gawat
nafas/
Respiratory
Distress
Syndrome
(RDS)
Faktor resiko
Meskipun sebagian besar bayi dengan penyakit Membran Hialin (HMD)
b.
c.
d.
e.
surfaktaan)
f. Infeksi perinatal
g. Kelahiran Kembar (bayi-bayi yang dilahirkan kembar biasanya prematur)
h. Bayi dari ibu yang menderita Diabetes Melitus (terlalu banyak insulin
dalam sistem tubuh bayi yang disebabkan karena diabetes pada ibu
i.
j.
pada gestasi 22-24 minggu, mulai aktif pada gestasi 24-26 minggu.
3)
Surfaktan mulai berfungsi pada masa gestasi 32-36 minggu
4) Rasio lesitin/spingomielin dalam cairan amnion.
5. Komplikasi
Bayi-bayi dengan penyakit Membran Hialin (HMD)/ syndrome Gawat Nafas
Kadang-kadang
sebagian
efek
dapat
mengalami
samping
dari
komplikasi
tindakan.
penyakit
Beberapa
atau
masalah
komplikasi
yang
medis.
Management yang tepat.
Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
Optimalisasi kesehatan ibu hamil.
Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam.
Obat-obat tocolysis (-agonist : terbutalin, salbutamol) relaksasi uterus
Contoh : Salbutamol (ex: Ventolin Obstetric injection) 5mg/5 ml (utk asma:
5 mg/ml) Untuk relaksasi uterus : 5 mg salbutamol dilarutkan dalam infus
500 ml dekstrose/NaCl diberikan i.v (infus) dgn kecepatan 10 50 g/menit
dgn monitoring cardial effect. Jika detak jantung ibu > 140/menit
amniotic
pengukuran
rasio
lebih luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga
jantung tak dapat dilihat.
Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe :
0
< 60x/menit
1
60-80 x/menit
2
>80x/menit
Nafas
Retrak
Tidak ada
Retraksi ringan
Retraksi berat
si
Sianos
retraksi
Tidak sianosis Sianosis hilang dengan
Frekue
nsi
is
O2
Sianosis
menetap
walaupun
diberi O2
Air
Udara masuk
Entry
Merint
Tidak
masuk
Dapat didengar dengan
Dapat
ih
merintih
stetoskop
didengar
tanpa alat
bantu
Penatalaksanaan Medis :
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan
caiaran paru
Fenobarbital
Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen ( derifat dari sumber
alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi
bisa juga berbentuk surfaktan buatan ).
ratio
atau
lebih
mengindikasikan
maturitas
paru
BAB 3
ASKEP PADA RDS
A. Pengkajian
1. Data pasien
a) Nama,Umur
b) Jenis kelamin
c) Alamat
d) Nama orang tua
e) Pekerjaan orang tua ,dsb
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan takhipneu (> 60 x/i ), pernafasan
mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, pernafasan cuping hidung,
sianosis dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit bernafas
dan sentakan dagu
3. Riwayat kesehatan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologik
Foto rontgen paru
Pemeriksaan Laboratorium
o Kadar asam laktat dalam darah meningkat dan bila kadarnya
lebih dari 45%, prognosis lebih buruk
o Kadar bilirubin lebih tinggi dibandingkan bila dibandingkan
dengan bayi normal dengan berat badan sama
B. Diagnose Keperawatan
1.
Intervensi:
Intervensi:
1. Tempatkan bayi pada tempat yang hangat. R/: mencegah terjadinya
hipotermi.
2. Atur suhu incubator. R/: menjaga kestabilan suhu tubuh.
3. Berikan pakaian yang hangat dan kering. R/: menjaga bayi tetap
hangat.
4. Pantau selalu suhu tubuh. R/: memonitor perkembangan suhu tubuh
bayi.
3. Gangguan pertukaran gas b.d imaturitas paru dan neuromuskular,
defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan alveolar.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pola nafas efektif.
KH:
Jalan nafas bersih
Frekuensi jantung 100-140 x/i
Pernapasan 40-60 x/i
peningkatan
pengembangan
dada
setelah
pemberian
surfaktan.
Rasional: menilai fungsi pemberian surfaktan.
h. Turunkan pengaturan, ventilator, khususnya tekanan inspirasi puncak dan
oksigen
Rasional: mencegah hipoksemia dan distensi paru yang berlebihan.
BAB
disebabkan
oleh
alveoli
masih
kecil
sehingga
kesulitan
berkembang.
Adapun cara pencegahan RDS yang efektif yaitu : Mencegah kelahiran <
bulan (premature), Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai
dengan indikasi medis, Management yang tepat, Pengendalian kadar gula
darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM, Optimalisasi kesehatan ibu
hamil dan cek kematangan paru melalui cairan amnion.
Gejala klinikal yang timbul dari penyakit RDS yaitu : adanya sesak nafas
pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (>
60 x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan
sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir.
Adapun beberapa klasifikasi dari penyekit RDS ada 3 yaitu : gangguan
pernafasan
ringan,
gangguan
pernafasan
sedang
dan
gangguan
pernafasan berat.
Beberapa tindakan untuk mengatasi kegawat daruratan pernafasan yaitu :
Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat, Mempertahankan
keseimbangan asam basa, Mempertahankan suhu lingkungan netral,
Mempertahankan
perfusi
jaringan
adekuat,
Mencegah
hipotermia,
Dan apabila pada ibu hamil dengan riwayat penyakit diabetes militus maka
sebaiknya ibu menjaga pola makannya terutama diet terhadap glukosa
agar resiko terjadinya RDS pada bayinya menurun.
DAFTAR PUSTAKA