Anda di halaman 1dari 6

PATOFISIOLOGI

“ Infeksi Pada Masa Kehamilan “

Dosen Pembimbing : Hj. Sri Yun Utama, S.Pd, M.Kes

KELOMPOK V

Emi Hayati

Halijah

Sri Rezeki

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

JURUSAN KEBIDANAN

2020
PEMBAHASAN

A. Infeksi Pada Masa Kehamilan


1. Infeksi Virus
a. Varicella Zoster Virus
a). Wanita trimester 1 terinfeksi varicella Zoster virus akan meningkatkan resiko
congenital varicella syndrome diantaranya: chorioretinitis, microphtalmia, cerebral
cortical athrophy, growth restriction, hydronephrosis, dan kelainan kulit dan tulang
b). Paparan sesaat dan sebelum atau saat melahirkan akan memberikan resiko serius
pada neonatal diantaranya disseminated visceral dan central nervous system
disease.
b. Rubella
a). Infeksi trimester 1 akan meningkatkan aborsi dan malformasi kongenital berat
(congenital rubella syndrome) yaitu:
 Mata : katarak dan glaucoma kongenital
 Jantung : PDA dan stenosis arteri pulmonal
 Tuli sensurineural
 Kelainan CNS: microchepaly, developmental delay, retardasi mental,
meningoencephalistis
 Pigmentary retinophaty
 Neonatal Purpura
 Hepatosplenomegali dan Jaundice
c. Cytomegalovirus
a). Infeksi vertical dapat terjadi pada trimester awal akan mengakibatkan sindroma
infeksi CMV diantaranya:
 Restriksi pertumbuhan
 Mikrosefali
 Kalsifikasi intracranial
 Chorioretinitis
 Retardasi mental dan motoric
 Defisit sensori neural
 Hepatosplenomegali dan Jaundice
 Anemia hemolitik
 Trombosetopeni purpura
d. Parpovirus B19
Infeksi maternal meningkatkan resiko fetal hydrops
e. Herpes Simplex Virus
 Wanita hamil pada trimester 1 dan 2 yang memiliki herpes genital akan
meningkatkan resiko kelahiran premature dan ketuban pecah sebelum waktunya.
 Transisi perinatal dapat terjadi sebelum, saat, maupun setelah melahirkan.
 Infeksi antenatal seperti mikrosefali, microphthalmi, kalsifakasi intakranial, dan
korioretinitis
f. JMPS
Infeksi pada trimester 1 akan meningkatkan resiko aborsi spontan.

2. Infeksi Bakteri
a. Grub B Streptococcus
 Early onset menyebabkan sepsis neonatal, terutama 6-72 jam postpartum.
 Late onset terjadi 1-3 minggu postpartum menyebabkan meningitis
b. Syphilis
Infeksi antepartum menyebakan kelahiran premature, kematian janin, dan infeksi
neonatal

3. Infeksi Parasit
a. Toxoplasma
Infeksi trimester awal menyebabkan malformasi kongenital.
 Retinochoroiditis
 Kalsifikasi intracranial
 anemia, trombositopenia, jaundice
 Mikrosefali
 Retardasi mental, kejang, visual def spastisitas
 Sensorineural hearing loss
4. Puerperal Infection
a. Definisi
Infeksi yang terjadi akibat luka pada jalan lahir pasca persalinan (biasanya pada
tempat implantasi plasenta). Terjadinya kenaikan suhu > 38 derajat celcius selama 2
hari berturut-turut setelah 24 jam pasca persalinan selama 10 hari pertama masa nifas.
Etiologi paling banyak yaitu streptococcus sp, staphylococcus sp, dan flora normal.
b. Faktor Predisposisi
 Faktor antepartum terdiri dari anemia, nutrisi, hubungan seksual, dan PROM
 Faktor Intrapartum terdiri dari masuknya bakteri pathogen ketika partus (contoh:
infeksi intrauterine, kandung kemih), Trauma ( robekan/luka jahitan), manual
plasenta, dan perdarahan.
c. Patogenesis
 Terdapat faktor resiko, sehingga bertambah inokulasi dan kolonisasi bakteri.
 Meningkatnya kondisi optimal untuk bakteri anaerob sehingga proliferasi dan invasi
mikroba ke jaringan.
 Infeksi pada daerah local (perlukaan) menjalar ke daerah sekitarnya.
d. Jenis-Jenis
 Luka perineum, vulva, vagina, dan serviks, lakukan drainase cairan, nyeri dan panas
pada lokasi yang terdapat luka terinfeksi, meningkat serta menggigil bisa disertai
nanah (akut).
 Sapremia (Retention Fever) demam akibat retensi gumpalan darah atau selaput
janin, demam dan perdarahan yang cukup banyak
 Sepsis Puerpuralis keadaan umum kurang bagus (gejala sepsis), suhu meningkat serta
menggigil, bila terjadi dalam waktu cukup lama bisa terjadi penurunan Hb karena
hemolysis dan leukositosis
 Endometritis bisa disertai uterotonik untuk pengeluaran lokhea, demam remiten 48
jam setelah post partum, lokia meningkat, merah cokelat, berbau, subincolusi uteri.
Biasanya suhu menurun dengan sendirinya dan normal pada hari ke 7 sampai 10
postpartum
 Parametritis, lakukan insisi pada cavum douglas, suhu akan tetap tinggi hingga diatas
1 minggu postpartum. Biasanya disertai nyeri pada sebelah atau kedua belah perut
bawah.
 Salpingitis , sering disebabkan oleh conorrhea terjadi pada minggu ke 2 postpartum,
demam disertai menggigil, nyeri pada perut bagian bawah.
 Peritonitis, demam menggigil disertai perut kembung, nyeri seluruh perut( bisa
terdapat defence muscular), gangguan hemodinamik.
 Lain-lain (Thromboplebitis pelvic maupun femoralis)
e. Tatalaksana
Beberapa pilihan antimikroba
 Sephalosporine seperti cefoxitin, cefotaxime
 Penilicin, ticarcilin
 Penghambat lactamase seperti asam klavulanat, sulbactam dapat dikombinasi dengan
ampicillin, amoxilin
 Metronidazole
 Imipenem seperti carbapenem yang merupakan broad-spectrum
5. Lokia
Lokia adalah cairan yang keluar dari rahim, merupakan hasil secret dari luka yang
nantinya akan berubah sesuai dengan waktu penyembuhan. prosesnya sebagai berikut:
 Lokia rubra (2 hari pertama), seperti kemerahan karena darah
 Lokia serosa (3-4 hari), seperti darah yang sudah encer.
 Lokia alba (hari ke 10), seperti cairan putih ke kuning-kuningan
 Adanya lokia yang berbau ditambahkan dengan gejala-gejala infeksi lain
mengindikasikan adanya imfeksi saat masa nifas. Lokia menjadi salah satu tanda
ataupun specimen penting dalam pendiagnosisan dari infeksi masa nifas
6. Mastitis
Diagnosa
 Payudara keras, memerah nyeri
 Demam (Suhu >38)
 Biasanya terjadi di minggu ketiga-keempat postpartum (namun bisa terjadi kapanpun
selama menyusui)
Tatalaksana
 Umum = bedrest dan asupan cairan lebih banyak.
 Khusus=
1. Antibiotik = kloksasilin 500 mg per oral (setiap 6 jam) selama 10-14 hari atau
eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10-14 hari.
2. Edukasi untuk terus menyusui , dimulai dari payudara yang sehat .
3. Kompres dingin untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
4. Paracetamol 3x500 mg per oral
7. Bendungan Payudara (Breast Engorgement)
Diagnosa
Payudara bengkak, keras, nyeri, dan tidak ada demam
Tatalaksana
 Gunakan bra yang pas
 Kompres dengan kain basah/hangat selama 5 menit sebelum menyusui
 Setelah menyusui, kompres dengan air dingin
 Urut payudara dari pangkal menuju putting
 Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi
 pada masa awal atau bila bayi yang menyusu tidak mampu menggosongkan payudara,
boleh dibantu dengan pompa atau pengeluaran secara manual.
 Paracetamol 3x500 mg bila perlu untuk mengurangi nyeri.

Anda mungkin juga menyukai