Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny.

M DENGAN DIAGNOSA
MEDIS OMFALITIS DI RUANG MAWAR RSUD Dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

DI SUSUN OLEH :
FRISKA AMELIA 2017.C.09a.0888

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Friska amelia
NIM : 2017.C09a.0888
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan By. Ny. M
dengan Diagnosa Medis Omfalitis di ruang Mawar RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 3 Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Yelstria Ulina T, S.Kep, Ns


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan
pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

Palangka Raya, 28 Mei 2020

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit 1
1.1.1 Definisi 1
1.1.2 Etiologi 2
1.1.3 Klasifikasi 2
1.1.4 Fatofisiologi (WOC) 3
1.1.5 Manifestasi Klinis 5
1.1.6 Komplikasi 5
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang 8
1.1.8 Penatalaksanaan Medis 8
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 9
1.2.1 Pengkajian Keperawatan 9
1.2.2 Dianosa Keperawatan 11
1.2.3 Intervensi Keperawatan 11
1.2.4 Implementasi Keperawatan 13
1.2.5 Evaluasi Keperawatan 14
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian Keperawatan 15
2.2 Diagnosa Masalah 23
2.3 Intervensi Keperawatan 23
2.4 Implementasi 26
2.5 Evaluasi Keperawatan 26
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 31
3.2 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit Omfalitis


1.1.1 Definisi
Omfalitis didefinisikan sebagai infeksi umbilikus, khususnya tali pusat,
pada bayi baru lahir. Hal ini terutama mempengaruhi neonatus, di antaranya
kombinasi dari tunggul tali pusat dan penurunan kekebalan yang ditemukan saat
infeksi. Hal ini jarang dilaporkan di luar masa neonatus. Variasi pada keadaan
kongenital merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi pada tali pusat.
Omfalitis dapat menyebar ke vena porta dan menyebabkan berbagai macam
komplikasi akut yang memerlukan intervensi medis serta bedah. Meskipun
kondisi ini jarang terjadi di negara maju, maka tetap menjadi penyebab morbiditas
dan mortalitas yang signifikan di Afrika dan bagian lain di dunia, dimana
perawatan kesehatan kurang tersedia. Infeksi tali pusat memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap infeksi bayi baru lahir dan kematian neonatus di Afrika,
terutama bagi bayi yang dilahirkan di rumah tanpa bidan yang terampil dan berada
pada kondisi yang tidak higienis.(Doenges, Marlyn E, 2012).
Omfalitis atau infeksi tali pusat adalah infeksi tali pusat yang terjadi
pembengkakan, pada ujung tali pusat akan mengeluarkan nanah dan pada sekitar
pangkal tali pusat akan memerah dan disertai edema. Pada keadaan infeksi berat,
infeksi dapat menjalar hingga ke hati (hepar) melalui ligamentum (falsiforme) dan
menyebabkan abses yang berlipat ganda.Pada keadaan menahun dapat terjadi
granuloma pada umbilicus (Prawirohardjo, 2002).Penyebab infeksi tali pusat ini
dalah bakteri stapilokokus, streptokokus, atau bakteri lainnya (Riksani,2012).

1
2

Gambar 1.1 Proses lepasnya tali pusat


Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam
15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman dan infeksi
yang dapat menyebabkan sepsis. Pengenalan secara dini infeksi tali pusat sangat
penting untuk mencegah sepsis.
1.1.2 Etiologi
Organisme yang dapat menyebabkan omfalitis yaitu:
1.1.2.1 Bakteri aerob:
1) Staphylococcus aureus (penyebab tersering): ada  dimana-mana  dan
didapat  pada masa  awal kehidupan hampir  semua  bayi,  saat lahir,
atau selama masa perawatan.Biasanya Staphylococcus aereus sering
dijumpai pada  kulit,  saluran  pernafasan,  dan  saluran  cerna
terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya  infeksi tali pusat sebaiknya
tali pusat tetap  dijaga kebersihannya,  upayakan tali pusat  agar tetap
kering dan bersih, pada saat  memandikan  di minggu  pertama
sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air mandinya
karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat
proses pengeringan tali pusat.
2) Streptokokus grup A
3) Escherichia coli
4) Klebsiella
3
5) Proteus
1.1.2.2 Bakteri anaerob (penyebab sepertiga kasus omfalitis):
1) Bacteroides fragilis
2) Peptostreptococcus
3) Clostridium perfringens.(Doenges, Marlyn E, 2012).
1.1.3 Klasifikasi
1.1.3.1 Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di
sekitar tali pusat berwarna kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah
kurang dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat local atau terbatas.
1.1.3.2 Infeksi tali pusat berat atau meluas
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm
atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi mengalami
pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas.
(Ngastiyah,2012)

Gambar 1.1.3 Infeksi Tali Pusat Berat


1.1.4 Patofisiologi (WOC)
Tali pusat menyajikan substrat yang unik untuk kolonisasi bakteri, tanpa
penghalang normal pertahanan kulit, dan mengalami iskemia dan degradasi
sehingga tali pusat mengering dan lepas. Biasanya, daerah tali pusat menjadi
tempat kolonisasi bakteri patogen intrapartum atau segera setelah kelahiran.
Bakteri memiliki potensi untuk menyerang tali pusat, yang menyebabkan
terjadinya omfalitis.
Spektrum bakteriologis dalam omfalitis sedang mengalami perubahan,
dimana terjadi perubahan dalam perawatan tali pusat, penggunaan antibiotik,
resistensi bakteri, dan praktek-praktek lokal lainnya. (Depkes RI, 2011).
4

1.1.4.1 WOC
Perawatan tali pusat kurang bersih dan kurang kering

Bakteri stafilokokus, streptokokus, atau bakteri gram negatif

INFEKSI

Daerah Umbilikus

B1 BREATHING B2 BLOOD B3 BRAIN B4 BLADDER B5 BOWEL B6 BONE

Inhalasi cairan aminion O2 dalam darah Kalor (Panas) Kontraktibilitas Gangguan saraf simpatis Metabolisme
yang terinfeksi berkurang jantung menurun dan parasimpatis sel ↓
Reaksi antigen antibodi
O2 paru berkurang Pada aktivitas tubuh CO2 menurun Peristaltik usus Pembentukan
kebutuhan O2↑, Leukosit meningkat meningkat ATP ↓
Apnue konsentrasi O2 d dalam Oliguria, anuria
darah ↓ Ketidakseimbangan
Metabolisme tubuh Kelemahan
Pola nafas tidak efektif Gangguan pola cairan dan elektrolit
meningkat
Vasokontriksi pembuluh eliminasi urin
darah Intoleransi aktivitas
Peningkatan suhu
tubuh
Gangguan perfusi
jaringan
Hipertermia
5

1.1.5 Manifestasi klinis


1) timbulnya kemerahan pada pangkal tali pusat disertai dengan edema
2) nyeri
3) keluar nanah dari umbilikus
4) Infeksi dapat meluas ke struktur organ yang lebih dalam sehingga
menimbulkan ekimosis periumbilikal
5) bulae krepitasi
6) gangguan hemodinamik akibat sepsis. (Ngastiyah,2012)
1.1.6 Komplikasi
komplikasi omfalitis erat kaitannya dengan anatomi umbilikus. Infeksi dapat
menyebar sepanjang arteri umbilikalis, vena umbilikalis, sistem limfatik dinding
abdomen, dan dengan penyebaran langsung ke daerah perbatasan.

Gambar 1.1.6 komplikasi dari omfalitis


Komplikasi yang dapat terjadi pada omfalitis berupa:
1.1.6.1 Necrotizing fasciitis
Adalah salah satu komplikasi serius yang paling sering dilaporkan dan
tercatat terjadi pada 13.5% neonatus dengan omfalitis. Kondisi ini dimulai dengan
selulitis periumbilikalis, yang tanpa pengobatan, dengan cepat menjadi nekrosis
kulit dan jaringan subkutan, dan dalam beberapa kasus, mionekrosis.
Skrotum adalah yang paling sering terpengaruh oleh necrotizing fasciitis,
dinding perut juga mungkin terlibat. Jika diobati dini, selulitis periumbilikalis
6
dapat dikontrol dengan menggunakan antibiotik parenteal spectrum luas. Rezim
antibiotik harus selalu menyertakan sebuah antianaerob seperti metronidazole.
Necrotizing fasciitis harus ditangani dengan debridement cepat,
menghapus semua jaringan mati, diikuti dengan perawatan luka harian. Jika bayi
terlalu sakit untuk anastesi umum, debridement dapat dilakukan dengan
menggunakan parasetamol parenteral atau per rektal. Luka yang dihasilkan
nantinya akan memerlukan penutupan sekunder (atau pencangkokan kulit jika
cacat besar). Namun, luka skrotum dapat sembuh dengan baik tanpa penutupan
sekunder atau pencangkokan kulit.

Gambar 1.1.6.1 Necrotising fasciitis awal yang dimulai dari umbilikus


1.1.6.2 Evisceration
Evisceration intestinal merupakan komplikasi serius yang sering
dilaporkan. Yang biasanya mengalami eviscerasi adalah usus halus, tetapi usus
besar mungkin terlibat. Secara jarang, presentasi klinik dapat timbul lama, dan
dapat menjadi gangren.
Eviserasi intestinal ini harus ditutupi oleh kain kasa lembab yang bersih,
dan ditempatkan dalam kantong usus (atau dapat juga pada kantong plastik
transparan). Perawatan dilakukan untuk memastikan bahwa usus tidak terpelintir.
Di bawah anastesi umum, usus dibersihkan dan dikembalikan ke rongga
peritoneal dan umbilikus diperbaiki. Jika terdapat gangren peritonitis atau usus,
sebuah laparotomi perlu dilakukan untuk mengeringkan dan membersihkan setiap
abses rongga peritoneal.
7

Gambar 1.1.6.2 Evisceral intestinal


1.1.6.3 Peritonitis
Peritonitis dapat terjadi dengan atau tanpa abses intraperitoneal. Jika tidak
terdapat abses, infeksi bisa diterapi dengan penggunaan antibiotik intravena
spectrum luas, dan operasi biasanya tidak diperlukan. Jika abses intraperitoneal
dikonfirmasi oleh USG, atau jika tidak ada fasilitas untuk USG, maka laparotomi
diperlukan. Abses apapun dikeringkan dan rongga peritoneal dibersihkan.
1.1.6.4 Abses
Abses dapat terjadi di berbagai tempat, namun sering
intraabdominal.Abses intraperitoneal dilakukan drainase dengan laparotomi.
Abses retroperitoneal dilakukan drainase dengan pendekatan ekstraperitoneal,
tetapi jika terletak anterior di retroperitoneal tersebut, pendekatan intraperitoneal
mungkin diperlukan.
Abses hati harus benar-benar diketahui lokasinya dengan ultrasonografi
atau CT-scan. Abses disedot oleh jarum dengan lubang yang lebar di bawah
bimbingan pencitraan, dan rongga abses tersebut diairi dengan normal salin. Hal
ini dapatdiulangi sekali lagi jika masih terdapat abses. Dalam kasus-kasus sulit,
atau kekambuhan setelahaspirasi jarum, drainase terbuka mungkin diperlukan.
Jika abses multipel, antibiotik parenteral saja mungkin cukup, dan
aspirasi/drainase disediakan untuk kasus yang persisten. Abses dapat terletak di
dinding perut anterior atau di lokasi dangkal lainnya. Keadaan ini akan
membutuhkan drainase.
Komplikasi lanjut yang dapat terjadi yakni: 8
1.1.6.5 Thrombosis vena porta
Portal vein thrombosis (PVT) adalah komplikasi dengan konsekuensi
serius.Meskipun komplikasi awal, konsekuensi utama dihasilkan dalam jangka
panjang. Dalam satu laporan dari 200 pasien yang menjalani porto systemic shunt
untuk hipertensi portal karena PVT, 15% dari PVT diduga merupakan hasil dari
omfalitis neonatal. Trombosis dapat menghasilkan carvernoma, yang dapat
menyebabkan obstruksi empedu. Sebuah shunt porto systemic mungkin
diperlukan jika hipertensi portal meningkat.
1.1.6.6 Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis adalah masalah umum pada anak-anak di Afrika, dan
beberapa adalah hasil dari melemahnya sikatriks umbilikus dari omfalitis
neonatus. (Sangayu, 2012)
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Rontgen abdomen sangat diperlukan jika dicurigai terjadi necrotizing
enterokolitis. Dapat dijumpai gas di intraperitoneal dimana terjadi
peritonitis (disebabkan oleh bakteri penghasil gas). Multiple fluid levels
dapat mengarah ke obstruksi adhesi tapi dapat pula dijumpai pada ileus.
2) USG abdomen berguna untuk memberikan gambaran mengenai dinding
abdomen jika dicurigai terjadi kista. Sangat berguna untuk mendiagnosis
abses intraperitoneal, abses retroperitoneal, dan abses hepar.
3) USG Doppler dilakukan jika dicurigai terjadi thrombosis vena portal.
4) Fistulogram diindikasikan jika terjadi fistula ke umbilikus.
5) MRI atau CT-scan dapat digunakan untuk menilai fistula kongenital.
(Sangayu, 2012)
1.1.8 Penatalaksanaan Medis
1.1.8.1 Farmakologi
1. Antibiotik: ampicillin, cloxacillin, flucloxacillin, methicillin yang
dikombinasi dengan gentamycin.
2. Untuk bakteri anaerob, dapat diberikan antibiotik berupa metronidazole.
3. Terapi diberikan selama 10-14 hari.
4. Untuk omfalitis sederhana yang tidak terjadi komplikasi, dapat
diberikan terapi antibiotik jangka pendek selama 7 hari.
1.1.8.2 Nonfarmakologi
Penatalaksanaan omfalitis berdasarkan klasifikasi:
1) Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
9

1. Biasakan  untuk  selalu  mencuci  tangan  sebelum  memegang atau


membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari
tangan.
2. Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik (misalnya
klorheksidin atau  iodium  povidon  2,5%)  dengan kain kassa yang
bersih.
3. Oles sekitar tali pusat dengan antiseptik (misalnya gentian violet
0,5% atau iodium povidon 2,5%) 8x/hari sampai tidak ada nanah
lagi. Anjurkan  Ibu  melakukan  ini  kapan  saja  bila memungkinkan.
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1
cm, obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.
2) Infeksi tali pusat berat atau meluas
1. Lakukan pemeriksaan laboratorium   untuk pemeriksaan kultur dan
sensivitasi.
2. Dapat diberikan pemberian antibiotik sesuai indikasi seperti
Kloksasilin oral selama lima hari jika terdapat pustule / lepuh kulit
dan selaput lendir.
3. Cari tanda-tanda sepsis.
4. Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat
lokal atau terbatas. (Datta, 2013)
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Biodata bayi
1.2.1.2 Riwayat kesehatan yang terdiri atas :
1) Pemeriksaan fisik
1. B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan Frekuensi nafas 98 x/menit.
penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan.
Auskultasi bunyi napas tambahan mengi pada klien dengan Bayi
menggunkan alat bantu napas/oksigen nasal kanul 1/2 lpm.
10

Pada klien dengan tingkat kesadaran komposmentis, pengkajian


inspeksi pernapasannya tidakada kelainan. Palpasi torak didapatkan
taktil vremitus seimbang kanan dan kiri.
2. B2 (Blood)
Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat dikiri. Daerah Tali pusat berwarna merah dan masih
basah
3. B3 (Brain)
Keadaan rambut, kulit rambut, petekie pada kepala/wajah (dapat
menunjukan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda mukhal), nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis dan
mata atau pada mukhal) dapat terlihat.
4. B4 (Bladder)
Output urine merupakan indiktor fungsi jantung yang penting, dapat
berkemih saat lahir
5. B5 ( Bowel)
Berat badan : 2500-4000 gram, panjang badan : 43-45 cm, Turgor
kulit baik
6. B6 (Bone)
Penampilan asimetris, menangis kuat, nada sedang (nada menangis
tinggi menunjukan abnormalitas genetic, hipoglikemi atau efek
narkotik yang memanjang)
1.2.1.3 Riwayat kesehatan keluarga
1) Apakah ada anggota keluarga yang menderita sifilis.
2) Bayi baru lahir berisiko tinggi terinfeksi apabila ditemukan:
(1) Riwayat kehamilan
1. Infeksi pada ibu selama kehamilan antara lain TORCH.
2. Ibu menderita eklampsia
3. Ibu dengan diabetes militus.
4. Ibu mempunyai penyakit bawaan.
(2) Riwayat kelahiran
1. Persalinan lama.
11

2. Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vakum, seksio


sesarea)
3. Bayi kurang mendapat cairan dan kalori.
4. Ketuban pecah dini
5. Air ketuban hijau kental
6. Riwayat bayi baru lahir
7. Trauma lahir.
8. Lahir kurang bulan.
9. Hipotermia pada bayi.
1.2.1.4 Data psikologi
1) Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya.
2) Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali
pusat
2) Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat
infeksi atau inflamasi
3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus
4) Risiko ketidak seimbangan Cairan berhubungan dengan diare, muntah,
dan malas minum (intake cairan tidak adekuat)
1.2.3 Intervensi Keperawatan
1.2.3.1 Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat
Tujuan: tidak terjadi infeksi pada tali pusat
Intervensi:
1) Kaji adanya bau atau cairan pada tali pusat
R: Cairan pada tali pusat dapat menunjukkan adanya infeksi
2) Lakukan perawatan pada tali pusat dengan alcohol
R: Alcohol dapat mencegah infeksi yang terjadi pda tali pusat
3) Ganti nouvel gauze pada tali pusat setiap habis mandi
R: Nouvel gauze diganti untuk mencegah terjadinya infeksi
4) Kaji adanya tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh,
kemerahan disekitar tali pusat.
12

R: Peningkatan suhu tubuh, kemerahan disekitartali pusat dapat


menunjukkan adanya infeksi
5) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R: mencuci dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial
6) Jaga lingkungan tetap bersih
R: Lingkungan yang bersih dapat menjaga kesehatan janin
1.2.3.2 Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat
infeksi atau inflamasi
Tujuan : suhu tubuh kembali normal
Intervensi :
1) Monitoring tanda-tanda vital setiap dua jam dan pantau warna kulit
R : Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi
proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.
2) Observasi adanya kejang dan dehidrasi
R : Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang akan
semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat menyebabkan
pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien masuk ke dalam kondisi
dehidrasi.
3) Berikan kompres denga air hangat pada aksila, leher dan lipatan paha,
hindari penggunaan alcohol untuk kompres.
R : Kompres pada aksila, leher dan lipatan paha terdapat pembuluh-
pembuluh dasar besar yang akan membantu menurunkan demam.
Penggunaan alcohol tidak dilakukan karena akan menyebabkan
penurunan dan peningkatan panas secara drastis.
4) Kolaborasi: Berikan antipiretik sesuai kebutuhan jika panas tidak
turun.
R : Pemberian antipiretik juga diperlukan untuk menurunkan panas
dengan segera.
1.2.3.3 pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan: pola nafas kembali efektif
Intervensi :
13

1) Bersihkan muka dengan kasa/ kain bersih dari darah dan lendir segera
setelah kepala bayi lahir.
R: Mengurangi resiko terjadinya aspirasi dan usaha untuk
membebaskan jalan nafas bayi.
2) Hisap lendir dengan menggunakan penghisap lendir atau kateter pada
sisi mulut atau hidung.
R: Membersihkan jalan nafas sehingga kebutuhan O2 dapat terpenuhi
dengan pola nafas yang efektif.
3) Miringkan bayi kekanan untuk mencegah regurgitasi
R: Mencehah terjadinya aspirasi yang dapat menimbulkan terjadinya
gagal nafas pada bayi.
4) Bersihkan jalan nafas
R: Membebaskan jalan nafas bayi.
5) Pertahankan suplai oksigen adekuat
R: Memeuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan bayi.
1.2.3.4 Risiko ketidak seimbangan Cairan berhubungan dengan diare, muntah,
dan malas minum (intake cairan tidak adekuat)
Tujuan : volume cairan kembali normal.
Intervensi :
1. Anjurkan pada ibu tetap memberikan ASI.
R : ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi dapat memberikan
imunitas.
2. Awasi masukan dan pengeluaran, catat dan ukur frekuensi diare, dan
kehilangan cairan.
R : Perubahan pada kualitas susu sangat mempengaruhi kebutuhan
cairan dan peningkatan risiko dehidrasi.
3. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan dan terapi
cairan.
R : Terapi cairan dapat membantu mengurangi gangguan cairan tubuh.
14
1.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain Tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain.
1.2.5 Evaluasi keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak di capai.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

GAMBARAN KASUS
Seorang ibu usia kehamilan 37 minggu berinisal Ny.M umur 33 tahun melahirkan
anak keduanya perempuan di RS Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, 3 hari yang
lalu dengan Berat badan 2800 gram, Panjang badan 44 cm. Plasenta lahir spontan.
Hasil pengkajian pada By. Ny. M keadaan umum Klien tampak lemah, bayi
menggunakan alat bantu napas/oksigen nasal kanul 1/2 lpm, menggunakan alat
Oxymetry dengan SpO2 95%, frekuensi denyut nadi 136 x/menit, Frekuensi nafas
98 x/menit dan di Sekitar tali pusat berwarna kemerahan, tali pusat tampak basah,
Warna kulit kemerahan, akral hangat, suhu : 37,4oC/axila. Masalah keperawatan
yang timbul adalah Resiko infeksi Pola Nafas Tidak Efektif dan Hipertermia.
tindakan yang telah dilakukan adalah Observasi tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik, Berikan perawatan kulit pada area tali pusat,Kolaborasi pemberian
imunisasi .Mengukur tanda-tanda vital pasien, Observasi frekuensi kedalaman
pernapasan dan ekspansi dada, Kolaborasi dalam pemberian terapi O 2, Monitor
suhu tubuh, Kolaborasi: Berikan antipiretik sesuai kebutuhan jika panas tidak
turun. Evaluasi keperawatan, tujuan sebagian tercapai dan tindakan keperawatan
dilanjutkan.
Berdasarkan hasil pengkajian pada 8 Juni 2020 & 14.00 WIB di dapatkan hasil :
2.1 Pengkajian Keperawatan
2.1.1 Identitas
Nama Klien : By. Ny.M Diagnosa medis : Omfalitis
Tanggal lahir : 11/6/2020 Ruang : Mawar
Jam Kelahiran: 11.53 WIB Tanggal Pengkajian : 14/6/2020
Umur Bayi Saat Dikaji : 3 Hari
Nama Ayah : Tn. K Nama Ibu : Ny. M
Umur : 44 tahun Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Rajawali V Alamat : Jl. Rajawali V 16

Agama : Islam Agama : Islam


Pendididikan : SMA Pendidikan : SMA
15
Genogram 3 (tiga) generasi

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Hubungan keluarga
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Sudah meninggal
2.1.2 Riwayat Persalinan
1) Awal Persalinan (hari/tgl/jam): Kamis, 11 Juni 2020, Pukul: 11.53 WIB.
2) Cara Melahirkan: dilakukan secara spontan
3) Tempat Melahirkan: Di OK RS Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
4) Usia Kehamilan: 37 minggu
5) Riwayat Kesehatan Ibu: Klien mengatakan selama kehamilan tidak ada
penyakit yang diderita, seperti hipertensi, klien tidak mengalami anemia,
sering juga memeriksa kehamilan dibidan/puskesmas tiap 1 bulan sekali,
klien tidak pernah mengalami trauma fisik seperti jatuh saat kehamilan ke
pertama.
2.1.3 Pemeriksaan Fisik
17
Keadaan Umum:
Klien tampak lemah, terpasang infus D10% 10 tpm, bayi menggunakan alat
bantu napas/oksigen nasal kanul 1/2 lpm, menggunakan alat Oxymetry
dengan SpO2 95%, frekuensi denyut nadi 136 x/menit.
1) Antropometri
Berat badan 2800 gram, Panjang badan 44 cm, Lingkar kepala 32 cm,
Lingkar dada 28 cm, Lingkar lengan atas 12 cm, lingkar perut 32 cm.
2) Pernapasan
Frekuensi nafas 98 x/menit, type pernafasan dada dan perut, tampak sesak
nafas saat inspirasi, irama pernafasan tidak teratur, ada suara tambahan
rengi, terdapat retraksi dinding dada, terdapat pernafasan cuping hidung.
Masalah keperawatan: Pola Nafas Tidak Efektif
3) Kepala/Leher
Simetris, tampak bersih, tidak peradangan maupun kelainan.
4) Mata
Simetris, tidak ada perdarahan, konjungtiva tidak pucat, dan tidak ada
kelainan pada mata.
5) THT
Telinga normal, tidak ada kelainan, hidung bilateral, tidak ada obtruksi,
tidak ada kelainan, palatum normal, tidak ada kelainan.
6) Thoraks
Simetris, klavikula normal, ada retraksi dinding dada.
7) Abdomen
Sekitar tali pusat berwarna kemerahan, tali pusat tampak basah, bentuk
abdomen simetris, tidak ada kelainan pada abdomen, terdapat bising usus.
Masalah keperawatan: Resiko Infeksi
8) Spina/ tulang belakang
Normal, tidak ada tanda-tanda abnormalitas.
9) Kulit
Warna kulit kemerahan, akral hangat, suhu : 37,4oC/axila, turgor baik,
capillary refill <2 detik, dirawat didalam inkubator.
Masalah keperawatan: Hipertermia
10) Makanan, Cairan dan Elektrolit 18

Diit ASI dan susu formula 10 kali 20 cc, klien dapat menghisap dengan
baik, lidah klien lembab, mukosa lembab, turgor baik, muntah tidak ada.
11) Alat genital
Tampak bersih, tidak ada peradangan.
12) Eliminasi
Buang air kecil 1 kali ganti popok selama 7 jam dinas, keadaan saat ini
pengkajian urine jernih, tidak menggunakan alat bantu berupa kateter.
Anus ada, konsistensi Feses lembek, berwarna kecoklatan.
13) Keadaan kelengkapan tubuh dan ekstremitas
Tubuh lengkap, ekstremitas atas dan bawah lengkap, gerakan aktif,
keadaan saat ini masih lemah, tidak ada kelainan.
14) Tali Pusat
Tali pusat(-), tidak bersih, adanya tanda-tanda infeksi, berwarna
kemerahan
Masalah keperawatan: Resiko Infeksi
15) Anus
Lubang anus ada, tidak ada kelainan.
16) Reflek (moro, menggenggam, menghisap,berjalan)
Reflek moro saat diberi rangsangan yang mengagetkan terjadi terjadi
reflek tangan dan lengan terbuka serta diakhiri dengan aduksi lengan.
Reflek mengenggam saat jari-jari bayi diletakan ditelapak tangan reflek
menggenggam lemah. Reflek menghisap ketika diberikan susu
menggunakan dot reflek menghisap baik dan kuat. Reflek berjalan bila
kaki dan lutut ditekan/ditahan ada reflek melawan, bergerak, seperti
berjalan.
17) Tidur dan istirahat
Siang dan malam pola tidur klien tidak ada masalah.
18) Agama orang tua
Orang tua pasien beragama islam, tidak ada hal-hal yang dipengaruhi oleh
agama dan tidak ada tindakan keperawatan yang menyimpang dari
keyakinan keluarga.
2.1.4 Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 11-06-2020
Hasil Lab Nilai Normal
1) WCB: 31,75 x 10^3/UL 4000-10000 uL
2) RBC: 4.81 x 10^6/UL 3.50-5.50 uL
3) PLT: 70 x 10^3/UL 150-400 uL
19

4) HGB: 12.4 g/dl 12-24 g/dl


5) Glukosa S: 46 mg/dl <200
Tanggal 12-06-2020
Hasil Lab Nilai Normal
1) Glukosa S: 63 mg/dl <200 mg/dl
2) Bilirubin total :9,00 mg/dl < 1,1 mg/dl
3) Bilirubin Direk: 6,35 mg/dl <0,25 mg/dl

2.1.5 Terapi
Tanggal 11-06-2020
Terapi Cara Indikasi
pemberian
1) Infus D10% tpm IV 1) Infus perife untuk memberikan
IV kalori pada kondisi yang
P/O membutuhkan penggantian cairan
dan kalori.
2) Omeprazol 2x3 2) Pengobatan jangka pendek tukak
3) Urdahek lambung.
3) Digunakan untuk klien dengan
kandung empedu yang tidak
mengeras.

Palangka Raya,14 juni 2020


Mahasiswa

Friska amelia
20
2.1.6 Analisa Data
Data Subjektif dan Kemungkinan Masalah
Data Objektif Penyebab
DS : - Masuknya Resiko Infeksi
kuman/bakteri ke tali
DO:
pusar
- Sekitar tali pusat
berwarna kemerahan kerusakan integritas
- tali pusat tampak basah kulit
- terdapat bising usus.
- tidak bersih Perawatan luka yang
kurang tepat
- adanya tanda-tanda
infeksi
Supresi respon
- berwarna kemerahan
inflamasi

Resiko Infeksi
DS : - penurunan energi Pola Nafas Tidak
DO: Efektif
- Frekuensi nafas 98 Terjadi inflamasi
x/menit.
- Pernafasan cuping posisi tubuh yang
hidung (+). menghambat
- Type pernafasan dada ekspansi paru
dan perut.
- Suara napas tambahan kecemasan
mengi.
- Tampak sesak nafas saat Pola nafas tidak
efektif
inspirasi.
- Irama pernafasan tidak
teratur.
- Retraksi dinding dada
(+).
- Bayi menggunkan alat
bantu napas/oksigen
nasal kanul 1/2 lpm.

DS : - Bayi baru lahir Hipertermia


DO:
Terpapar lingkungan
- Warna kulit panas
kemerahan
Ketidaksesuaian
- akral hangat pakaian dengan suhu
lingkungan
- suhu :
37,4oC/axila, Peningkatan laju
metabolisme
- turgor baik
- capillary refill <2 proses infeksi
detik 21
Resiko hipertermi

22
2.1.7 Prioritas Masalah
1) Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali
pusat
2) pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
3) Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat
infeksi atau inflamasi
23

2.2 Intervensi Keperawatan


Diagnosa keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
1) Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi tanda dan gejala infeksi 1) Untuk mengetahui tanda dan gejala
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 7 jam lokal dan sistemik infeksi
sumbatan atau diharapkan tidak terjadi infeksi 2) Berikan perawatan kulit pada area 2) untuk membunuh kuman penyebab
kotoran pada tali pada tali pusat dengan tali pusat infeksi
pusat Kriteria Hasil : 3) Cuci tangan sebelum dan sesudah 3) untuk pencegahan infeksi
1) RR : 30-60X/menit kontak dengan pasien dan 4) mempercepat proses penyembuhan
2) Irama napas teratur lingkungan klien
3) Integritas kulit baik 4) Lakukan perawatan luka steril 5) untuk penyembuhan tali pusat klien
4) Integritas nukosa baik 5) Kolaborasi pemberian imunisasi
24

pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1) Mengukur tanda-tanda vital pasien 1) Untuk mengetahui apakah itu tanda-
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 7 2) Observasi frekuensi kedalaman tanda vital pasien dalam batas
penurunan ekspansi jam diharapkan pola nafas pernapasan dan ekspansi dada. normal
paru. yang efektif. 3) Berikan posisi kepala sedikit 2) Untuk mempermudah intervensi
Kriteria Hasil : ekstensi selanjutnya.
1) Kebutuhan oksigen 4) Kolaborasi dalam pemberian terapi 3) dapat melancarkan jalan nafas.
menurun. O2. 4) Agar pemberian terapi benar dan
2) Tidak sesak. tepat juga untuk menurunkan sesak
3) Tidak ada retraksi. napas.
4) Respirasi dalam rentang
normal (40-60 x/menit)
5) Nadi dalam rentang
normal (100-160x/menit)
25

Hipertermia Dalam waktu 1 x 7 jam 1) Monitor suhu tubuh 1. Untuk mengidentifikasi pola
berhubungan dengan setelah dilakukan tindakan 2) Lakukan pendinginan dingin di demam pasien
kerusakan control suhu keperawatan, Hipertermia bagian dahi di bagian dahi atau 2. Untuk menurunkan suhu tubuh
sekunder akibat infeksi tidak terjadi. leher pasien
atau inflamasi Kriteria Hasil : 3) Berikan kompres dengan air hangat 3. Kompres pada aksila, leher dan
1) Suhu tubuh dalam pada aksila, leher dan lipatan paha, lipatan paha terdapat pembuluh-
rentang normal (36,5– hindari penggunaan alcohol untuk pembuluh dasar besar yang akan
37,5ºC). kompres. membantu menurunkan demam.
2) Akral hangat 4) Kolaborasi: Berikan antipiretik 4. Pemberian antipiretik juga
sesuai kebutuhan jika panas tidak diperlukan untuk menurunkan
turun. panas dengan segera.
26
2.3 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari, tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat
dan jam
minggu,14-6- Diagnosa 1 S : ibu pasien mengatakan “tali pusat anaknya
2020 1) Mengobservasi tanda dan gejala infeksi masih basah dan sekitar tali pusat masih
Pukul: 10.00 lokal dan sistemik kemerahan”
2) Memberikan perawatan kulit pada area O:
tali pusat - Sekitar tali pusat berwarna kemerahan
3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah - tali pusat tampak basah
kontak dengan pasien dan lingkungan - terdapat bising usus. Friska amelia
4) Melakukan perawatan luka steril - tidak bersih
5) Berkolaborasi pemberian imunisasi - adanya tanda-tanda infeksi
- berwarna kemerahan
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi ke 1, 2, 3, 4 dan 5.
senin,14-6- Diagnosa 2 S : ibu pasien mengatakan “anaknya masih sesak”
2020 1) Mengukur tanda-tanda vital pasien O:
Pukul: 12.00 2) Mengobservasi frekuensi kedalaman - Frekuensi nafas 65 x/menit.
pernapasan dan ekspansi dada. - Terdapat pernafasan cuping hidung.
3) Memberikan posisi kepala sedikit ekstensi - Tampak sesak nafas saat inspirasi.
27

4) Berkolaborasi dalam pemberian terapi O2. - Ada suara nafas tambahan yaitu mengi
- Bayi menggunkan alat bantu napas/oksigen
nasal kanul 1/2 lpm. Friska amelia
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi ke 1, 2, 3 dan 4.
senin,14-6- 1) Memonitor suhu tubuh S: ibu pasien mengatakan “ suhu badan mulai
2020 2) Melakukan pendinginan dingin di bagian menurun”
Pukul: 12.00 dahi di bagian dahi atau leher O:
3) Memberikan kompres denga air hangat - Warna kulit kemerahan
pada aksila, leher dan lipatan paha, - Akral teraba hangat Friska amelia
hindari penggunaan alcohol untuk - Suhu : 36,2oC/axial
kompres. - Dirawat didalam inkubator
4) Berkolaborasi: Berikan antipiretik sesuai A : Masalah teratasi sebagian
kebutuhan jika panas tidak turun. P : Lanjutkan intervensi ke 1,2,3

28

Catatan Perkembangan
Hari, tanggal
Implementasi Evaluasi TTD
dan jam
Selasa,16 - 6- Diagnosa 1 S : ibu pasien mengatakan “tali pusat
2020 1) Mengobservasi tanda dan gejala infeksi lokal dan anaknya sedikit mengering dan sekitar
Pukul 08:00 sistemik tali pusat masih kemerahan berkurang”
2) Memberikan perawatan kulit pada area tali pusat O:
3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak - Sekitar tali pusat berwarna
dengan pasien dan lingkungan kemerahan berkurang
4) Melakukan perawatan luka steril - tali pusat tampak sedikit kering Friska amelia
5) Berkolaborasi pemberian imunisasi - tampak mulai bersih
- adanya tanda-tanda infeksi
A: Masalah teratasi sebagian
29
P: Lanjutkan intervensi ke 1, 2, 3, 4 dan 5.
Selasa,16 - 6- Diagnosa 2 S: ibu pasien mengatakan “sesak nafas
2020 1) Mengukur tanda-tanda vital pasien anaknya berkurang dan sudah mulai bisa
Pukul 09:00 2) Mengobservasi frekuensi kedalaman pernapasan tidur”
dan ekspansi dada. O: Friska amelia
3) Memberikan posisi kepala sedikit ekstensi - Frekuensi nafas 60 x/menit.
4) Berkolaborasi dalam pemberian terapi O2. - Tidak ada pernafasan cuping hidung.
- Sesak nafas berkurang
- Tidak ada suara napas tambahan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi ke 1, 2 dan 3.
Selasa,16- 6- 2020 Diagnosa 3 S: ibu pasien mengatakan “ suhu badan
Pukul: 08:30 1) Memonitor suhu tubuh mulai menurun”
2) Melakukan pendinginan dingin di bagian dahi O:
di bagian dahi atau leher - Warna kulit kemerahan
3) Memberikan kompres denga air hangat pada - Akral teraba hangat Friska amelia
aksila, leher dan lipatan paha, hindari - Suhu : 36,2oC/axial
30
penggunaan alcohol untuk kompres. - Dirawat didalam inkubator
Berkolaborasi: Berikan antipiretik sesuai A : Masalah teratasi sebagian
kebutuhan jika panas tidak turun. P : Lanjutkan intervensi ke 1,2,3
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Omfalitis dapat menyebar ke vena porta dan menyebabkan berbagai macam
komplikasi akut yang memerlukan intervensi medis serta bedah. Meskipun
kondisi ini jarang terjadi di negara maju, maka tetap menjadi penyebab morbiditas
dan mortalitas yang signifikan di Afrika dan bagian lain di dunia, dimana
perawatan kesehatan kurang tersedia. Infeksi tali pusat memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap infeksi bayi baru lahir dan kematian neonatus di Afrika.
3.2 Saran
1) Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan sebaiknya memberikan konseling dan
mendemonstrasikan kepada pasien tentang perawatan tali pusat yang
benar agar mengerti dan paham tentang faktor resiko yang dapat terjadi
akibat perawatan tali pusat yang tidak benar seperti apa itu omfalitis, tanda
dan gejala omfalitis sehingga pasien dapat mengantisipasi terjadinya
omfalitis.
2) Bagi Puskesmas
Disarankan agar Puskesmas dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada neonatus dengan omfalitis
secara optimal melalui penangan segera pada kasus neonatus dengan
omfalitis.
3) Bagi Pasien
Pasien diharapkan dapat memiliki pengalaman dan meningkatkan
pengetahuan sehingga dapat lebih hati-hati dan lebih memperhatikan
perawatan tali pusat bayinya dan tidak terulang kembali kejadian omfalitis.
4) Bagi Penulis
Diharapkan tulisan ini menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis
tentang kasus omfalitis dan diharapkan dapat melaksanakan asuhan
kebidanan sesuai dengan teori dan prosedur, karena teori dan prosedur
yang mendasari setiap praktik dapat menghindari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Baety, A.N. (2011). Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Edisi
I. Yogyakarta: Graha
31Ilmu.
Dempsey, A.D & Dempsey , A.P., Widyastuti, Palupi (Alih Bahasa), Adiningsih,
Dian (Editor). (2002). Riset keperawatan. Jakarta : EGC
Dewi. M., Wawan. A. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan
keluarga berencana. EGC. Jakarta
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2012). Profil kesehatan propinsi jawa tengah
tahun 2012. From: http//www.dinkesjateng.com. Diakses
tanggal: 4 Juli 2013.
Dinas Kesehatan. (2012) . Kota Semarang Profil kesehatan 2012.
Dinas Kesehatan. (2012) . Provinsi Jawa Tengah Profil Kesehatan 2012.
Iriani, N. R. A (2012). Uji Beda Lama Pelepasan Tali Pusat Antara
Perawatan Topikal Asi Dan Kasa Steril Studi
Eksperimental Pada Bayi Baru Lahir Di Sub Bagian
Neonatologi / Smf Ika Rsi Sultan Agung Semarang.
Fromhttp://202.91.8.162/perpus/katalog/flash.aspx/d53348
50-7371-451f-81b9- a02200e4627f. Diakses tanggal : 23
maret 2014.
Januarsih & Atik. (2008). Perbandingan Penyembuhan Luka Terbuka
Menggunakan Balutan Madu Atau Balutan Normal
Saline-Providone Iodine. Jurnal Keperawatan Indonesia,
Volume 12. No 1. Jakarta : FKUI
Jitowijoyo, S., Kristiyanasari, W. (2010). Asuhan Keperawatan Neonatus
dan Anak.
Kasiati., Mustayah., Ririn. (2009). Perbedaan Penyembuhan Pusat Pada
Bayi Baru Lahir Antara Yang Dirawat Alkohol 70%
Dan Tanpa Alkohol Di Wilayah Kerja Puskesmas
Purwosari Kabupaten Pasuruan. From : http :
umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/417/42
0_umm_scientific _journal.pdf. Diakses tanggal : 23
Oktober 2013.

Anda mungkin juga menyukai