Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau kadar
glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat
terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa
darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma
(koma hipoglikemik).
Pada sebagian besar kasus koma hipoglikemik yang ditemukan di tempat pelayanan
kesehatan umum (klinik/RS) penyebab utamanya adalah karena terapi pemberian insulin pada
pasien penderita diabetes mellitus. Pada penelitian survei yang dilakukan oleh Department of
Neurology and Neurological Sciences, and Program in Neurosciences, Stanford University
School of Medicine, terdapat setidaknya 93,2% penyebab masuknya seseorang dengan gejala
koma hipoglikemik adalah mereka yang menderita diabetes mellitus dan telah menjalani
terapi pemberian insulin pada rentang waktu sekitar 1,5 tahunan. Berdasarkan data tersebut
maka penulis menulis makalah kegawatdaruratan hipoglikemia ini dan menampilkan tinjauan
kasus dalam bentuk jurnal tentang hipoglikemia.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pembahasan makalah ini difokuskan pada
pemahaman tentang:
1. Apakah pengertian hipoglikemia?
2. Apa saja etiologi hipoglikemia?
3. Bagaimana patofisiologi hipoglikemia?
4. Apa saja manifestasi klinis hipoglikemia?
5. Apasaja pemeriksaan diagnostik hipoglikemia?
6. Apa komplikasi hipoglikemia?
7. Bagaimana penatalaksanaan hipoglikemia?
8. Bagaimana pengkajian hipoglikemia?
9. Apasaja diagnosa keperawatan yang muncul pada hipoglikemia?
10. Apa intervensi keperawatan pada hipoglikemia?
1.3. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar:
1. Mampu melakukan pengkajian dengan diagnosa medis Hipoglikemia.
2. Mampu menentukan diagnosa dengan diagnosa medis Hipoglikemia
3. Mampu menentukan Intervensi dengan diagnosa medis Hipoglikemia
4. Mampu menentukan Implementasi dengan diagnosa medis Hipoglikemia
5. Mampu melakukan evaluasi dengan diagnosa medis Hipoglikemia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa)
yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-
110- mg/dl ( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah rendah secara abnormal,
terjadi jika gula darah turun dibawah 50-60mg/dl (2,7 sampai 3,3 mmol/L) (Smelltzer &
Bare, 2009).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita
diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang
merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi
karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan
yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak
jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl,
2009).
2.1.2 Anatomi Fisiologi Hipoglikemia
Pengaturan Kadar Glukosa Darah Peristiwa glukoneogenesis berperan penting dalam
penyediaan energi bagi kebutuhan tubuh, khususnya sistem saraf dan peredaran darah
(eritrosit). Kegagalan glukoneogenesis berakibat Fatal, yaitu terjadinya Disfungsi otak yang
berakibat Koma dan kematian. Hal ini terjadi bilamana kadar glukosa darah berada di bawah
nilai kritis. Pengaturan kadar glukosa darah dilakukan melalui mekanisme metabolik dan
hormonal. pengaturan tersebut termasuk bagian dari homeostatik. Aktivitas metabolik yang
mengatur kadar glukosa darah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :

1. Mutu dan Jumlah Glikolisis dan glukoneogenesis, Aktivitas enzim-enzim, seperti


glukokinase dan heksokinase.hormon penting yang memainkan peranan sentral
dalam pengaturan kadar glukosa darah adalah insulin. insulin dihasilkan dari sel-sel
b dari pulau-pulau langerhans pankreas dan disekresikan langsung ke dalam darah
sebagai reaksi langsung bila keadaan hiperglikemia. Proses pelepasan insulin dari
sel B pulau Langerhans Pankreas dijelaskan sebagai berikut:
a. Glukosa dengan bebas dapat memasuki sel-sel B Langerhans karena adanya
Transporter glut 2. glukosa kemudian difosforilasi oleh enzim glukokinase yang
kadarnya tinggi. Konsentrasi glukosa darah mempengaruhi kecepatan
pembentukan ATP dari proses glikolisis, glukoneogenesis, siklus Kreb dan
Electron Transport System di mitokondria.
b. Peningkatan produksi ATP akan menghambat pompa kalium ( K+ pump)
sehingga membran sel-sel B mengalami depolarisasi sehingga ion-ion Kalsium
( Ca2+ ) masuk ke dalam membran dan mendorong terjadinya eksositosis insulin.
Selanjutnya insulin dibawa darah dan mengubah glukosa yang kadarnya tinggi
menjadi glikogen.
c. Enzim yang kerjanya berlawanan dengan insulin adalah glukagon. glukoagon
dihasilkan oleh sel-sel a langerhans pankreas. sekresi hormon ini distimulasi oleh
keadaan hipoglikemia. bila glukoagon yang dibawa darah sampai di hepar maka
akan mengaktifkan kerja enzim fosforilase sehingga mendorong terjadinya
glukoneogenesis.
2.1.3 Etiologi Hipoglikemia
1. Usia
Penderita diabetes usia lanjut memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami
hipoglikemia daripadaa penderita diabetes usia lanjut yang sehat dan memiliki
fungsi yang baik.
2. Kelebihan (ekses) Insulin
Dosis insulin atau obat penurun gula darah yang terlalu tinggi, konsumsi glukosa
yang berkurang, produksi glukosa endogen berkurang misalnya setelah konsumsi
alkohol, peningkatan penggunaan glukosa oleh tubuh misalnya setelah
berolahraga, peningkatan sensitivitas terhadap insulin, penurunan ekskresi insulin
misalnya pada gagal ginjal.
3. Ekses Insulin Disertai Mekanisme Kontra Regulasi Glukosa yang Terganggu
Hipoglikemi merupakan interaksi antara kelebihan (ekses) insulin dan
terganggunya mekanisme kontra regulasi glukosa. Kejadian ekses insulin saja
belum tentu menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
4. Frekuensi Hipoglikemia
Pasien yang sering mengalami hipoglikemi akan mentoleransi kadar gula darah
yang rendah dan mengalami gejala hipoglikemia pada kadar gula darah yang lebih
rendah daripada orang normal
5. Obat Hipoglikemi Oral yang Berisiko Menyebabkan Hipoglikemia
Penggunaan obat hipoglikemik oral yang memiliki cara kerja meningkatkan
sekresi insulin pada pankreas dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia. Obat-
obat tersebut antara lain dipeptydil peptidase-4 inhibitor, glucagon-like peptide-1,
golongan glinide, golongan sulfonylurea: glibenclamide, glimepiride.
6. Terapi Salisilat
Salisilat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sekresi insulin yang
distimulasi glukosa (glucose-stimulated insulin secretion) pada orang normal dan
pasien diabetes
7. Terapi Insulin
Terapi insulin dapat menyebabkan hipoglikemia karena apabila kadar gula darah
turun melampaui batas normal, tidak terjadi fisiologi penurunan kadar insulin dan
pelepasan glukagon, dan juga refleks simpato adrenal.
8. Aktivitas Fisik/ Olahraga
Aktivitas fisik atau olahraga berperan dalam pencegahan dan penanganan
diabetes. Olahraga dapat memicu penurunan berat badan, meningkatkan
sensitivitas insulin pada jaringan hepar dan perifer, meningkatkan pemakaian
glukosa, dan kesehatan sistem kardiovaskuler.
9. Keterlambatan Asupan Glukosa
Berkurangnya asupan karbohidrat atau glukosa pada pasien hiperglikemia karena
terlambat makan atau menjalani puasa dengan tidak mengurangi dosis obat –
obatan antidiabetes, dapat terjadi hipoglikemia karena berkurangnya asupan
glukosa dari saluran cerna.
10. Gangguan Ginjal
Hipoglikemia pada gangguan fungsi ginjal dapat diakibatkan oleh penurunan
glukoneogenesis, kerja insulin yang berlebih atau berkurangnya asupan kalori.
2.1.4 Klasifikasi
1. Ringan
Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari- hari yang
nyata
2. Sedang
Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari- hari
yang nyata.
3. Berat
Sering tidak simtomatik, pasien tidak dapat mengatasi sendiri karena adanya
gangguan kognitif (Setyohadi, 2012)
2.1.5 Pathofisiologi
Ketergantungan otak menit demi menit pada suplai glukosa melalui sirkulasi
diakibatkan oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam lemak bebas rantai panjang,
kekurangan kadar cadangan glukosa sebagai glikogen di dalam otak orang dewasa, dan
ketidaktersediaan keton. Otak mengenali defisiensi energi tersebut ketika kadar glukosa
serum turun secara tiba-tiba sampai kadar sekitar 45mg/ dl.
Gejala ditimbulkan dari respon sistem saraf simpatik terhadap hipoglikemia atau dari
respon neurogliopenik. Hipotalamus bereaksi terhadap kadar glukosa yang rendah untuk
meningkatkan respons adrenergik, yang mencakup takikardia, palpitasi, tremor, dan
kecemasan. Tujuannya adalah mengaktifkan hormon pengatur keseimbangan (glukagon,
katekolamin, kortisol, hormon pertumbuhan) untuk meningkatkan kadar glukosa darah dan
melindungi organ-organ vital dari hipoglikemia. Hal ini dicapai dengan glikogenolisis dan
glukoneogenesis. (Morton, Fontaine, Hudak, & Gallo, 2013).
2.1.6 Manisfestasi Klinis ( Tanda dan Gejala )
1. Adrenergik
Pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah, sakit kepala,
mengantuk.
2. Neuroglikopenia
3. Bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah, disorientasi,
penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya. (Setyohadi,
2012).

2.1.7 Komplikasi
Hipoglikemia dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga
dapat mengakibatkan kerusakan otak akut, hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat
menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis
berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai
oleh perilaku dan pola bicara abnormal (jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011)
hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen,
hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.

1. Kejang
2. Hilang kesadaran
3. Kematian
4. Terjatuh
5. Cedera
6. dan kecelakaan saat berkendara

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Gula Darah Puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa sebelum diberi glukosa 75
jam gram oral dan nilai normalnya antara 70-110mg/ dl
2. Hemoglobin Glikosilasi (HbAIc)
Memberikan indeks rata-rata pengendalian glukosa darah selama 2-3 bulan
sebelumnya, target 7% atau kurang
3. Glukosa darah 2 jam post prandial (normal < 140 mg/dl/2 jam), kreatinin
4. Skrining lipid, target kadar kolesterol total <5,2 mmol/L dan trigliserida puasa
<2,0 mmol/L
5. Urin untuk mencari albumin dan mikroalbumin, serta leukositosis (Rubenstein,
Wayne, & Bradley, 2007).
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Glukosa 40% IV, atau glukosa 10% IV setelah 6 jam
2. Glukagon 1-3 mg IM/SC namun jarang dilakukan
3. TKTP
4. Bila tidak ada gangguan sistem syaraf pusat, diberi minuman cairan yang
mengandung karbohidrat
5. Monitor gula darah tiap jam jika perlu

Diet pilihan makanan untuk gula darah rendah ( Hipoglikemia )

1. Roti gandum utuh dengan selai kacang


Roti gandum yang mengandung gandum utuh memiliki indeks glikemik yang rendah.
Sedangkan selai kacang mengandung protein dan lemak. Mengombinasikan makanan
yang berasal dari biji-bijian dengan protein dan lemak akan membuat gula darah Anda
stabil untuk waktu yang lebih lama sehingga menghindari kekambuhan gejala yang
mungkin terjadi.
2. Buah dan keju
Buah termasuk dalam sumber serat yang baik  yang dapat memperlambat penyerapan
glukosa ke dalam aliran darah. Beberapa buah memang mengandung karbohidrat
yang cukup tinggi. Namun, Anda bisa memilih apel, pir, dan jeruk sebagai buah yang
aman dikonsumsi untuk orang yang memiliki kadar gula darah yang rendah.
Menambahkan protein dan lemak yang terdapat dalam sepotong keju ke potongan
buah Anda dapat membantu kadar gula darah tetap stabil.
3. Kacang-kacangan
Kacang merupakan makanan ringan yang sangat baik untuk orang dengan
hipoglikemia. Kacang mengandung sejumlah zat yang dapat memperlambat
penyerapan glukosa. Camilan yang satu ini kaya akan protein dan lemak yang dapat
memperlambat penyerapan glukosa di dalam tubuh. Usahakan untuk membawa
kacang sebagai camilan wajib di tas Anda.
4. Yoghurt dengan buah
Konsumsilah yoghurt bebas gula (biasanya yang plain, bukan yang ada rasanya).
Untuk menambah kenikmatan dan serat dalam camilan Anda, tambahkan buah segar
seperti mangga, pisang, dan stroberi. Campuran keduanya akan menghasilkan
karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Sedangkan lemak dan serat yang
terkandung di dalamnya berperan untuk memperlambat metabolisme glukosa.

2.2 Menejemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
1) Persepsi – managemen kesehatan
 Riwayat DM
 Riwayat pemakaian insulin, oral hipoglikemic
 Riwayat diet dan olah raga.
 Riwayat periksa.
2) Nutrisi – metabolik
 Merasa lapar
 Mengeluh mual
3) Eliminasi
 Mengeluh banyak mengeluarkan keringat.
4) Aktivitas – exercise
 lelah, lemas.
 Pingsan
5) Kognitif
 Tidak ada konsentrasi.
 Penglihatan kabur.
b. Pemeriksaan fisik
1) Cardiovaskular
 Tachycardia, palpitasi, sinkope.
2) Integumen
 Pucat, diaphoresis.
3) Neurologi
 Iritable, perilaku tidak terkontrol, kejang, coma.
4) Muskuloskeletal
 Kelemahan
c. Pemeriksaan diagnostik
 Glukosa serum kurang dari 50 mg/ dl.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Kurangnya suplai oksigen ke
otak
4. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status kesehatan fisik
(ketidakmampuan ginjal mensekresi insulin)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan (00032)
Setelah dilakukan tindakan 3x7 jam diharapkan pasien menunjukkan pola napas
yang efektif dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal, RR 16-20 kali/ menit
b. Klien tidak kesulitan bernapas
c. Tidak ada otot bantu pernapasan
d. Tidak ada pernapasan cupping hidung
e. Saturasi oksigen dalam batas normal
f. Saat diauskultasi tidak terdengar bunyi napas tambahan
Interveni keperawatan:
a. Airway management (3140)
1) Buka jalan nafas
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
6) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
b. Oxygen therapy (3320)
1) Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea
2) Pertahankan jalan nafas yang paten
3) Atur peralatan oksigenasi
4) Monitor aliran oksigen
5) Pertahankan posisi pasien
6) Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
7) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
c. Vital signs monitoring (6680)
1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2) Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3) Monitor kualitas dari nadi
4) Monitor frekuensi dan irama pernafasan
5) Monitor sianosis perifer
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas (00029)
Setelah dilakukan tindakan 3x7 jam diharapkan masalah penurunan curah
jantung teratasi dengan kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, respirasi)
b. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
c. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
d. Tidak ada penurunan kesadaran
Intervensi Keperawatan:
Cardiac Care (4040)
a. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, dan durasi)
b. Catat adanya distritmia jantung
c. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
d. Monitor status kardiovaskular
e. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
f. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
g. Monitor balance cairan
h. Monitor adanya perubahan tekanan darah
i. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
j. Atur periode latihan dan sitirahat untuk menghindari kelelahan
k. Monitor toleransi aktivitas pasien
l. Monitor adanya dyspnea, fatigue, takipnea, dan ortopnea
m. Anjurkan untuk menurunkan stress Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
b.d Kurangnya suplai oksigen ke otak (00201)
Setelah dilakukan tindakan 3x7 jam diharapkan masalah penurunan curah
jantung teratasi dengan kriteria hasil:
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b. Tidak ada ortostatikhipertensi
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
d. Menunjukan fungsi sensori motori cranial yang utuh: tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan involunter
Intervensi Keperawatan
Peripheral Sensation Management (2660)
a. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/ dingin/ tajam/
tumpul
b. Monitor adanya paretese
c. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
d. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung
e. Monitor kemampuan BAB
f. Kolaborasi pemberian analgetik
g. Monitor adanya tromboplebitis
h. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
3. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status kesehatan fisik
(ketidakmampuan ginjal mensekresi insulin) (00179)
Intevensi Keperawatan
Management Hipoglikemia (20130)
a. Mengenali pasien dengan resiko hipoglikemia
b. Memantau gejala hipoglikemia seperti:tremor, berkeringat, gugup, takikardi,
palpitasi, mengigil, perubahan perilaku, coma.
c. Memberikan karbohidrat sederhana yang sesuai
d. Memberikan glukosa yang sesuai
e. Melaporkan segera pada dokter
f. Memberikan glukosa melalui IV
g. Memperhatikan jalan nafas
h. Mempertahankan akses IV
i. Lindungi jangan sampai cedera
j. Meninjau peristiwa terjadinya hipoglikemia dan faktor penyebabnya
k. Memberikan umpan balik mengenai manajemen hipoglikemia
l. Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai gejala, faktor resiko, pencegahan
hipoglikemia, dan manajemen diabetes.
m. Menganjurkan pasien memakan karbohidrat yang simple setiap waktu
(Dochterman, 2008; Nurarif & Kusuma, 2015).
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimana
rencana keperawatan dilaksanakan yaitu untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien. Agar implementasi
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama harus mengidentidikasi
prioritas keperawatan klien kemudian bila perawatan telah dilaksanakan perawat mencatat
dan memantau respon klien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan kepada
tenaga kesehatan lainnya.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti
penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
1. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
2. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
3. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tepat.
4. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
5. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetik yang mengancam, sebagai
akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Gejala biasanya muncul bila kadar
glukosa < 40 mg/dL dan mulai memunculkan tanda – tanda yang sesuai dengan tingkatan
hipoglikemia yang dialami penderita. Pada kasus kegawatdaruratan situasi yang harus
diwaspadai adalah apabila pasien datang dengan atau telah mengalami gejala hipoglikemia
yang berat, maka pada saat itu penderita perlu mendapatkan pertolongan segera, karena
apabila tidak dilakukan pertolongan segara akan berdampak pada terganggunya fungsi otak ,
karena otak merupakan organ vital yang sangat tergantung pada ketersediaan glukosa dalam
melakukan aktivitasnya, jika kerja otak terganggu maka akan berdampak pada seluruh organ
dan sistem lainnya dalam tubuh dan ini akan menyebabkan keadaan yang bisa menimbulkan
kecacatan atau kematian.
Dari studi kasus yang ditemukan bahwa ada penelitian yang membahas
tentang “Efek Lama Pemberian Vitamin C Dosis Tinggi terhadap Aktivitas Hipoglikemia
Glibenklamida pada Tikus” didapatkan kesimpulan bahwa Lama perlakuan pemberian
vitamin C dosis tinggi meningkatkan aktivitas hipoglikemia glibenklamida. Hal ini terlihat
pada penurunan AUC dan aktivitas penurunan kadar gula darah yang lebih rendah
dibandingkan kontrol posisif yaitu glibenklamida dosis 5 mg/Kg BB; po. (p<0,05). Semakin
lama perlakuan pemberian vitamin C dosis tinggi tidak meningkatkan aktivitas hipoglikemia
glibenklamida (p>0,05).
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, J. M. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC) (5th ed.). Mosby:
Elseiver.

Fluide, G. (2009). Emergency Medicine (5th ed.). Australia: Elseiver.

Graham, C. ., & Parke, T. R. . (2004). Critical Care in The Emergency Department:


Shock and Circulatory Support. Emerg Med, 22(1), 17–21.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan dan Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta: EGC.

Lefebvre PJ, & Scheen AJ. (2003). Hypoglycemia (6th ed.). New York: Mc Graw Hill.

Morton, P. ., Fontaine, D., Hudak, C. ., & Gallo, B. . (2013). Keperawatan Kritis (8th
ed.). Jakarta: EGC.

Nurarif, A. ., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.

Rubenstein, D., Wayne, D., & Bradley, J. (2007). Kedokteran Klinis. Jakarta: Erlangga.

Setyohadi, D. (2012). Kegawatdaruratan Penyakit Dalam ( Emergency in Internal


Medicine). Jakarta: pusat penerbit ilmu penyakit dalam interna publishing.

Smelltzer, S. ., & Bare, B. . (2009). Textbook of Medical Surgical Nursing. Lippincot:


Williams & wilkins.

Anda mungkin juga menyukai