A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DEMAM BERDARAH DENGUE
DI RUANG FLAMBOYANT RSUD DR. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA
Oleh :
Nim : 2017.C.09a.0888
NIM : 2017.C09a.0888
Pembimbing Akademik
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan
pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
1
DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Pada
suhu 30o C nyamuk memerlukan waktu lama 8-10 hari untuk menyelesaikan masa
inkubasi ekstrinsik dari lambung sampai kelenjar ludah nyamuk. Sebelum demam
muncul pada penderita yang telah terinfeksi, virus sudah terlebih dahulu berada
dalam darah selama 1-2 hari. Selanjutnya selama 4-7 hari penderita berada dalam
kondisi viremia. Nyamuk Aedes aegypti memiliki kebiasaan hinggap pada pakaian
yang bergantungan di kamar dan mengigit atau menghisap darah pada siang hari
dengan waktu puncak gigitan pukul 09.00-11.00 dan pukul 16.00-17.00. nyamuk
jantan tidak dapat mengigit dan meghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga
tumbuh-tumbuhan (Mharsell, 2009).
1.1.3 Klasifikasi
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 tingkatan, menurut Kemenkes
(2011):
1.1.3.1 Derajat 1
Demam dan satu-satunya manifestasi pendarahan adalah uji tourniquet
positif.
1.1.3.2 Derajat 2
Terdapat perdarahan spontan antara lain perdaran di kulit (petekie),
pendarahan gusi, epitaksis atau pendarahan lain. (menstruasi berlebihan,
pendarahan saluran cerna).
1.1.3.3 Derajat 3
Derajat I atau II disertai kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lambat, tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin,lembab, dan menjadi gelisah.
1.1.3.4 Derajat 4
Seperti derajat III disertai syok berat (profound syok), nadi tidak teraba
dan tekanan darah tidak dapat diukur
1.1.4 Patofisiologi
Infeksi virus dengue, akan mengeluarkan toksin, reaksi imunologis,
trombositoposis destruksi trombosit dalam darah naik.
3
DBD
Kebocoran plasma Proses inflamsi Vakoasitas Hipovelemia Aktivitas koagulasi Intake nutrisi
ke ekstravaskuler endotel menurun
tidak adekuat
paru
Pengeluaran Hipotensi Indra pengecap
O2 menurun dan
Efusi pleura prostaglandin terganggu
zat makana ke
tubuh menurun Cadangan protein
Vasolidatasi arterial otot terpakai terus
Mual anoreksia menerus
Peningkatan kerja
Pola napas Penumpukan
thermostat
tidak efektif asam laktat di Kulit menjadi
otak panas
Tidak mau makan Perubahan nutrisi
Gangguan
eliminasi urin
5
1) Kulit teraba dingin dan lembab terutaman pada ujung hidung, jari tangan
dan kaki.
2) Penderita menjadi gelisah.
3) Sianosis di sekitar mulut.
4) Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.
5) Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang.
1.1.5.6 Trombositopeni
1) Jumlah trombosit 100.000/. biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7
sakit.
2) Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti Hemukonsentrasi
(peningkatan hematokrit).
3) Peningkatannya nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi
selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya
perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara
berkala.
4) Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningktan hematokrit.
Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit > 20% (misalnya 35%
menjadi 42%: 35/100 x 42 = 7, 35+7=42), mencerminkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian,
bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggatian cairan atau
pendarahan. Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan
yang adekuat, nilai Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.
1.1.5.7 Manifestasi lain
1) Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD adalah nyeri otot,
anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan
kejang.
2) Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan
kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis.
3) Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahulyi pendarahan
gastroinstestinal dan renjatan.
7
1.1.6 Komplikasi
Komplikasi dari demam berdarah dengue menurut Indartoas (2009 : 7) yaitu :
1) Perdarahan luas : Karena peningkatan suhu yang tinggi, pecahan-pecahan
pembuluh darah terjadi pada sebagian besar tubuh.
2) Syok (rejatan) : Rejatan dapat terjadi pada pasien DSS (Dengue Shock
Syndrome).
3) Pleural Effusion : Efusi pleura terjadi disebabkan oleh permeabilitas
vaskuler yang meningkat sehingga menyebabkan ekstrasi cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
4) Penurunan kesadaran : Terjadi karena hipovolemia yang hebat sehingga
sel darah berkurang dan tidak mampu membawa oksigen secara adekuat
ke dalam otak.
1.1.7 Penatalaksanaan Medis
1.1.7.1 Penatalaksanaan pada saat pencegahan
Untuk mencegah serangan, tentunya dengan membasmi nyamuk Aedes yang
menjadi media virus dengan tidak menyediakan tempat perkembangbiakanya
di tempat lembab dan berair.
1) Untuk memberantas nyamuk, jentik-jentik atau sarang-saranng nyamuk
harus diberantas. Jentik nyamuk dapat berkembang biak di tempat-tempat
di banyak air yang tergenang, baik di pot-pot bunga atau kolam ikan yang
jernih airnya, maka setiap keluarga harus menutup peluang bagi nyamuk
untuk berkembangbiak dengan cara melaksanakan pemberantasan sarang
nyamuk secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali.
2) Ciptakan lingkungan yang sehat dan bersih. Tanami halaman di sekitar
rumah dengan tanaman yang dapat mengusir nyamuk seperti tumbuhan
sereh, lavender, dan zodiac.
3) Kontrol dan bersihkan secara rutin tempat-tempat yang terdapat genangan
air seperti pas bunga, dispenser, kloset, tong sampah, ember, bak mandi,
bak kontrol atau penampung air, bawah kulkas, kolam ikan hias, botol ban
bekas, dan barang-barang bekas lainnya.
8
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas pasien
Nama Klien : An. A
TTL : Palangka Raya, 1 Februari 2006 (14 tahun)
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Dayak
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Wisata 2
Diagnosa medis : Demam Berdarah Dengue
2.1.2 Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny. D
TTL : Palangka Raya, 20 November 1968
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :Islam
Suku : Dayak
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Wisata 2
Hubungan keluarga : Ibu
2.1.3 Keluhan utama
Klien mengatakan badannya panas
2.1.4 Riwayat Kesehatan
16
2.1.4.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 26 mei 2020 pukul 12:00 WIB, klien mengalami demam serta
bintik merah di sebagaian tubuh, lalu klien di bawa ke RSUD Doris Sylvanus
Palangka Raya. Pasien masuk melalui IGD, di IGD terpasang infus ringer
15
laktat 26 tpm pada tangan kiri, injeksi Cefriaxone 3 x 3 cc (IV) dan di beri
antipiretik, lalu klien dianjurkan untuk melakukan rawat inap di ruang
flamboyant.
2.1.4.2 Riwayat kesehatan lalu
1. Riwayat prenatal : Selama kehamilan, hanya mengeluh mual dan muntah
2. Riwayat natal : Persalinan ibu normal, dengan usia kelahiran yang
cukup
3. Riwayat postnatal : Tidak ada masalah keluhan setelah melahirkan
4. Penyakit sebelumny : An. A sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit
5. Tabel 2.1 Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio campak Hepatitis TT
Usia 1 2, 3,4 1, 2, 3, 9 bulan 24 jam -
bulan bulan 4
bulan
Ket:
: Laki-laki : Tinggal Serumah
: Perempuan : Meninggal
: Pasien
17
2.1.5 Pemeriksaan fisik
2.1.5.1 Keadaan umum
Klien terbaring lemas, kesadaran compos mentis, terpasang infus ringer laktat
58 tpm di tangan kiri.
2.1.5.2 Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 94x/ m
o
Suhu : 37.8 C
Respirasi : 22 x/menit
2.1.5.3 Kepala dan wajah
Rambut berwarna hitam, tidak ada benjolan pada kulit kepala. Keadaan
hidung bersih tidak ada sekret. Penglihatan baik, dan pendengaran cukup
baik, An.A kadang tampak menoleh ketika dipanggil namanya, pada leher An.
A tidak terjadi penebalan kulit.
2.1.5.4 Leher dan tengorokan
Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran limfa. Reflek
menelan cukup bagus.
2.1.5.5 Dada
Bentuk dada simetris. Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada sesak nafas. Bunyi
nafas vesikuler. Pola nafas teratur dengan frekuensi 22 x/menit.
2.1.5.6 Abdomen
Bentuk perut simetris. Tidak ada benjolan atau massa pada abdomen
2.1.5.7 Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot dapat mengikuti perintah. Keadaan kulit/turgor elastic.
2.1.5.8 Genetalia
Keadaan genetalia bersih dan tidak terdapat lesi. Pengeluaran urine normal ±5
kali/hari, urine berwarna kuning bening.
2.1.6 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
2.1.6.1 Gizi 18
Selera makan An.A berkurang, dapat menghabiskan 3 sendok makan dalam
sehari dengan reflex menelan baik.
BB : 35 kg
TB : 149 cm
IMT : 15.8
2.1.6.2 Kemandirian dalam bergaul
Sudah terlampui
2.1.6.3 Motorik halus
Sudah terlampui
2.1.6.4 Motorik kasar
Sudah terlampui
2.1.6.5 Kognitif dan bahasa
Sudah terlampui
2.1.6.6 Psikososial
An.A mampu berinteraksi dengan orang Pola Aktifitas sehari-hari Tabel 2.4
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi 3 x sehari / 1 porsi Klien hanya makan 3
a. Frekuensi Baik sendok makan dalam
b. Nafsu Nasi, Ikan, Sayur sehari
makan/selera
c. Jenis makanan
2 Eliminasi 4 x sehari / lunak 2 x sehari / keras
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
b. BAK 2 x sehari 1 x sehari
Frekuensi
Konsistensi
2. Lab
No Parameter Hasil Nilai Normal
1 WBC 10.00/ul 4.50 – 11.00
2 HGB 13.8 gr/dl 10.5 –18.0
3 HCT 41.8% 37.0 - 48.0
5 PLT 298 150 - 400
6 Ureum 54 21-53
7 0.78 0,17-1,5
Kreatinin
8 Glukosa – sewaktu 94 <200
9 Na 138 135 – 148
10 K 4.1 3,5 – 5,3
11 Ca 1.06 0,98 – 1,2
Mahasiswa,
20
(Friska amelia)
21
2.2 ANALISA DATA
Intoleransi aktivitas
DBD
3. DS: Ibu klien dan klien tidak
mengerti akan gejala dan penyebab
dari DBD Kurang informasi Kurang
DO :
pengetahuan
- Ibu klien tampak bingung
kenapa anak bisa terkena Kurang tanggapan
DBD menerima informasi
- Ibu klien bertanya apa warna
nyamuk yang mengigit
anaknya
- Pendidikan terkahir ibu klien Kurang pengetahuan
SD
23
PRIORITAS MASALAH
28
Nama Pasien : An. A
Ruang Rawat : Flamboyant
Tanda Tangan
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Dan
Nama Perawat
kamis, 28 Mei 2020 Diagnosa kep. 2 S : Klien mengatakan aktivitas di bantu
1. Mengobservasi TTV klien. keluarga
2. Mencatat respon emosi terhadap O: TTV : TD : 90/70 mmHg, N : 94
aktivitas mobilisasi. x/menit, S : 37.8oC dan RR : 19 x/ menit Friska amelia
3. Memberikan aktivitas sesuai keadaan 1. Klien tampak lemas
klien. 2. Aktivitas klien di bantu keluarganya
4. Menjadwalkan perawatan pasien 3. Skala aktivitas 2
sehingga tidak terganggu istrahat. A : Masalah belum teratasi
5. Mengajarkan latihan gerak pasif dan P : Lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,4 dan
aktif. 5
29
Nama Pasien : An. A
Ruang Rawat : Flamboyant
Tanda Tangan
Dan
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama
Perawat
kamis, 28 Mei 2020 Diagnosa kep. 3 S:
- Orang tua mengatakan kurang mengerti
1. Mengidentifikasi kesiapan dan
dengan keadaan anaknya
kemampuan menerima informasi
O:
2. Mengidentifikasi faktor – faktor yang
- Ibu pasien sudah siap menerima informasi
dapat meningkatkan dan menurunkan
yang di sampaikan
motivasi perilaku hidip bersih sehat.
- Ibu An. A tampak tidak mengetahui tentang
3. Menyediakan materi dan pendidikan Friska amelia
penyakit anaknya
kesehatan.
- Ibu An.A bertanya tentang penyakit
4. Memberikan kesempatan umtuk bertanya.
anaknya
5. Menjelaskan faktor resiko yang dapat
A : Masalah teratasi sebagian
mempengaruhi kesehatan.
P : Intervensi dihentikan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Hemrrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegyti dan Aedes albbopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di
seluruh pelosok Indonesia kecuali ditempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut (Ginanjar, 2008).
Penyakit ini ditujukan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit
kepala berat, sakit pada sendi otot (myalgias dan arthralgias) dan ruam. Ruam
Demam Berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya muncul
dulu pada bagian bawah, badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga
menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut juga bisa muncul dengan
kombinasi sakit perut, rasa mual, muntah-muntah/ diare.
Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan
primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan tingkat pertama
ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
3.2 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui
konsep penyakit demam berdarah dengue dan dapat menerapkan pola hidup bersih
dan sehat. Pembaca sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD
tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu
menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
30
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bapenas. 2006. Laporan Kajian Kebijaksanaan Penanggulangan (wabah) Penyakit
Menular (Studi Kasus DBD). Jakarta: Direktorat Kesehatan&Gizi
Masyarakat.
Chahaya, I. 2011. Pemberantasan Vektor Demam Berdarah Di Indonesia. Diunduh: 8
Maret 2011. http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678 9/
3715/1/fkm-indra%20c5.pdf
Kementrian Kesehatan RI. Demam Berdarah Dengue, Situasi 2011 dibanding 2010.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2011.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012.
Semarang: Dinkes Kota Semarang, 2013
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013.
Semarang: Dinkes Kota Semarang, 2014
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2014.
Semarang: Dinkes Kota Semarang, 2015
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015.
Semarang: Dinkes Kota Semarang, 2015
Hernandez-Gaytan SI,Diaz-Vasquez FJ, Duran-Arenas LG, et al. 20 Years Spatial-
Temporal Analysis of Dengue Fever and Hemorrhagic Fever of Mexico.
Archive of Medical Research. 48, 2017: hlm 653