Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DEMAM BERDARAH DENGUE
DI RUANG FLAMBOYANT RSUD DR. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

Oleh :

Nama : Friska Amelia

Nim : 2017.C.09a.0888

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Friska amelia

NIM : 2017.C09a.0888

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan An.A dengan


Diagnosa Medis Demam Berdarah Dengue di ruang Flamboyant
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan 3 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Nia Pristina, S.Kep,Ners


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan
pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

Palangka Raya, 28 Mei 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit .....................................................................................................1
1.1.1 Definisi .........................................................................................................1
1.1.2 Etiologi .........................................................................................................1
1.1.3 Klasifikasi ....................................................................................................2
1.1.4 Patofisiologi (Patway) ..................................................................................2
1.1.5 Manifestasi Klinis ........................................................................................5
1.1.6 Komplikasi ...................................................................................................6
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................7
1.1.8 Penatalaksanaan Medis .................................................................................9
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................................................10
1.2.1 Pengkajian keperawatan..............................................................................10
1.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................11
1.2.3 Intervensi Keperawatan...............................................................................11
1.3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................14
1.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................14
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian ............................................................................................................15
2.2 Diagnosa ...............................................................................................................24
2.3 Intervensi .............................................................................................................24
2.4 Implementasi.........................................................................................................27
2.5 Evaluasi ...............................................................................................................27
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................30
3.2 Saran ....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit virus yang
tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya terutama adalah
anak-anak berusia dibawah 15 tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa
terserang penyakit ini. Sumber penularan utama adalah manusia dan primata
sedangkan penularnya adalah nyamuk Aedes.
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit  penyakit menular yang
disebabkan oleh oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty, yang
ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa sebab yang jelas, nyeri otot,
lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda pendarahan dikulit berupa bintik
pendarahan (petechiae, lebam (enchymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang
mimisan, berak berdarah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (schok)
(Kemenkes RI, 2011).
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan infeksi penyakit akut yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui vector nyamuk Aedes aegypty
dan Aedes albopictus. DBD dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak
dibawah 15 tahun (Widyanto, 2013).
Dari beberapa pengertian penyakit DBD di atas didapat kesimpulan DBD
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari orang ke
orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty yang ditandai dengan nyeri otot,
demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan dapat berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari dan kejadian kesadaran menurun.
1.1.2 Etiologi 2
Penyebab terjadinya DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam genus
Flavivirus grup family Togaviridae. Virus ini mempunyai ukuran diameter sebesar 30
nm dan terdiri dari 4 serotip yaitu dengue (DEN) 1, (DEN) 2, (DEN) 3, dan (DEN) 4.

1
DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Pada
suhu 30o C nyamuk memerlukan waktu lama 8-10 hari untuk menyelesaikan masa
inkubasi ekstrinsik dari lambung sampai kelenjar ludah nyamuk. Sebelum demam
muncul pada penderita yang telah terinfeksi, virus sudah terlebih dahulu berada
dalam darah selama 1-2 hari. Selanjutnya selama 4-7 hari penderita berada dalam
kondisi viremia. Nyamuk Aedes aegypti memiliki kebiasaan hinggap pada pakaian
yang bergantungan di kamar dan mengigit atau menghisap darah pada siang hari
dengan waktu puncak gigitan pukul 09.00-11.00 dan pukul 16.00-17.00. nyamuk
jantan tidak dapat mengigit dan meghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga
tumbuh-tumbuhan (Mharsell, 2009).
1.1.3 Klasifikasi
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 tingkatan, menurut Kemenkes
(2011):
1.1.3.1 Derajat 1
Demam dan satu-satunya manifestasi pendarahan adalah uji tourniquet
positif.
1.1.3.2 Derajat 2
Terdapat perdarahan spontan antara lain perdaran di kulit (petekie),
pendarahan gusi, epitaksis atau pendarahan lain. (menstruasi berlebihan,
pendarahan saluran cerna).
1.1.3.3 Derajat 3
Derajat I atau II disertai kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lambat, tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin,lembab, dan menjadi gelisah.
1.1.3.4 Derajat 4
Seperti derajat III disertai syok berat (profound syok), nadi tidak teraba
dan tekanan darah tidak dapat diukur
1.1.4 Patofisiologi
Infeksi virus dengue, akan mengeluarkan toksin, reaksi imunologis,
trombositoposis destruksi trombosit dalam darah naik.
3

Saat virus mengeluarkan toksin dapat melepaskan pirogen ke dalam darah


yang menstimulasi pusat termoregulasi (Hipothalamus) dan mengirim impuls ke
pusat vasomotor sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Dari peningkatan
suhu tubuh tersebut terjadi kesalahan interpretasi dan mukosa mulut/lidah kotor dan
tidak nyaman. Kesalahan interpretasi tersebut dikarenakan kurang pengetahuan dan
membutuhkan hospitalisasi sehingga menyebabkan ansietas (kecemasan), sedangkan
dari mukosa yang kotor menyebabkan mual muntah atau anoreksia sehingga intake
nutrisi tidak adekuat yeng kemudian bisa terjadi penurunan daya tahan tubuh dan
beresiko terjadi infeksi, sementara perubahan nutrisi bisa terjadi dan kondisi tubuh
dapat melemah selanjutnya akan terjadi intoleransi aktivitas.
 Reaksi imunologis menyebabkan permeabilitas vaskuler meningkat dan dapat
terjadi ekstraksi cairan yang menimbulkan kebocoran plasma yaitu hemokonsentrasi,
hipoproteinuria, efusi pleura, serta acites. Kemudian hipovolemia yang terjadi dapat
menyebabkan hipotensi dan vasodilatasi arteri sehingga kulit menjadi panas dan
terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh yang berujung pada deficit volume cairan
tubuh.
Sedangkan dari kerusakan trombosit, agregasi trombosit akan meningkat
sehingga terjadi trombositopenia yang menyebabkan menurunnya faktor koagulasi
akan memanifestasikan perdarahan ringan – berat yang beresiko terhadap perdarahan
lebih lanjut sehingga vaskositas darah menurun dan dapat terjadi perdarahan dan
suplai O2 dalam zat makanan ke dalam tubuh menurun yang menyebabkan
penumpukan asam laktat dalam otak dan sendi yang berujung pada nyeri yang akut.
WOC
4
Penyebab terjadinya DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus grup family Togaviridae

DBD

B1/BREATHING B2/BLOOD B3/BRAIN B4/BLADDER B5/BOWEL B6/BONE

Kebocoran plasma Proses inflamsi Vakoasitas Hipovelemia Aktivitas koagulasi Intake nutrisi
ke ekstravaskuler endotel menurun
tidak adekuat
paru
Pengeluaran Hipotensi Indra pengecap
O2 menurun dan
Efusi pleura prostaglandin terganggu
zat makana ke
tubuh menurun Cadangan protein
Vasolidatasi arterial otot terpakai terus
Mual anoreksia menerus
Peningkatan kerja
Pola napas Penumpukan
thermostat
tidak efektif asam laktat di Kulit menjadi
otak panas
Tidak mau makan Perubahan nutrisi

Peningkatan suhu Penguapan cairan


tubuh Nyeri akut permukaan tubuh Defisit nutrisi Kondisi tubuh
meningkat
yang lemah
Hipertemia
Penurunan produksi
urin
Intoleransi aktivitas

Gangguan
eliminasi urin
5

1.1.5 Manifestasi Klinis


1.1.5.1 Masa inkubasi biasanya berkisar antar 4-7 hari.
1.1.5.2 Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari. Panas
dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau
ke-7 panas mendadak turun.
1.1.5.3 Tanda-tanda pendarahan.
1) Pendarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk pendarahan dapat hanya
berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk salah
satu atau lebih manifestasi pendarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura,
Ekimosis, Pendarahan Konjungtiva, Epistaksis, Pendarahan gusi,
Hematemesis, Melena dan Hematuri. Petekie sering sulit dibedakan
dengan bekas gigitan nyamuk.
2) Untuk membedakannya regangkan kulit, jika hilang berarti bukan
peterkie. Uji Tourniquet positif sebagai tanda pendarahan ringan, dapat
dinilai sebagai presumptive test ( dugaan keras) oleh karena uji Tourniquet
positif pada hari-hari pertama demam terdapat pada sebagian besar
penderita DBD. Namun uji Tourniquet positif dapat juga dijumpai pada
penyakit virus lain (campak, demam chikungunya), infeksi bakteri
(Typhus abdominalis) dan lain- lain. Uji Tourniquet dinyatakan positif,
jika terdapat 10 atau lebih petekie pada seluas 1 inci persegi (2,5x2,5 cm)
di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa cubiti).
1.1.5.4 Pembesaran hati (hematomegali)
1) Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit.
2) Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit.
3) Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus.
1.1.5.5 Renjatan (syok)
6

1) Kulit teraba dingin dan lembab terutaman  pada ujung hidung, jari tangan
dan kaki.
2) Penderita menjadi gelisah.
3) Sianosis di sekitar mulut.
4) Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.
5) Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang.
1.1.5.6 Trombositopeni
1) Jumlah trombosit   100.000/.   biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7
sakit.
2) Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti Hemukonsentrasi
(peningkatan hematokrit).
3) Peningkatannya nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi
selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya
perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara
berkala.
4) Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningktan hematokrit.
Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit > 20% (misalnya 35%
menjadi 42%: 35/100 x 42 = 7,  35+7=42), mencerminkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian,
bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggatian cairan atau
pendarahan. Penurunan nilai hematokrit  >  20%  setelah pemberian cairan
yang adekuat, nilai Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.
1.1.5.7 Manifestasi lain
1) Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD adalah nyeri otot,
anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan
kejang.
2) Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan
kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis.
3) Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahulyi pendarahan
gastroinstestinal dan renjatan.
7
1.1.6 Komplikasi
Komplikasi dari demam berdarah dengue menurut Indartoas (2009 : 7) yaitu :
1) Perdarahan luas : Karena peningkatan suhu yang tinggi, pecahan-pecahan
pembuluh darah terjadi pada sebagian besar tubuh.
2) Syok (rejatan) : Rejatan dapat terjadi pada pasien DSS (Dengue Shock
Syndrome).
3) Pleural Effusion : Efusi pleura terjadi disebabkan oleh permeabilitas
vaskuler yang meningkat sehingga menyebabkan ekstrasi cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
4) Penurunan kesadaran : Terjadi karena hipovolemia yang hebat sehingga
sel darah berkurang dan tidak mampu membawa oksigen secara adekuat
ke dalam otak.
1.1.7 Penatalaksanaan Medis
1.1.7.1 Penatalaksanaan pada saat pencegahan
Untuk mencegah serangan, tentunya dengan membasmi nyamuk Aedes yang
menjadi media virus dengan tidak menyediakan tempat perkembangbiakanya
di tempat lembab dan berair.
1) Untuk memberantas nyamuk, jentik-jentik atau sarang-saranng nyamuk
harus diberantas. Jentik nyamuk dapat berkembang biak di tempat-tempat
di banyak air yang tergenang, baik di pot-pot bunga atau kolam ikan yang
jernih airnya, maka setiap keluarga harus menutup peluang bagi nyamuk
untuk berkembangbiak dengan cara melaksanakan pemberantasan sarang
nyamuk secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali.
2) Ciptakan lingkungan yang sehat dan bersih. Tanami halaman di sekitar
rumah dengan tanaman yang dapat mengusir nyamuk seperti tumbuhan
sereh, lavender, dan zodiac.
3) Kontrol dan bersihkan secara rutin tempat-tempat yang terdapat genangan
air seperti pas bunga, dispenser, kloset, tong sampah, ember, bak mandi,
bak kontrol atau penampung air, bawah kulkas, kolam ikan hias, botol ban
bekas, dan barang-barang bekas lainnya.
8

4) Bila seseorang terserang DBD, pertolongan pertama yang bisa dilakukan


adalah memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah
dimasak, seperti air susu, teh, air bening, oralit, atau air minum lainnya.
Sementara itu si penderita dapat dikompres dengan air dingin atau air es,
dan diberi obat penurun panas seperti parasetamol. Selanjutnya, si
penderita harus segera di bawa kerumah sakit.
5) Pemberantasan sarang nyamuk meliputi kegiatan 3M-Plus yaitu :
1) Menguras tempat penampungan air secara teratur.
2) Mengubur barang bekas yang dapat menampung air.
3) Menutup rapat tempat penampungan air, dan memberikan abate untuk
membunuh jentik-jentik nyamuk.
1.1.7.2 Penatalaksanaan pada saat di rumah sakit.
1) Tirah bening.
2) Diet makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan  perangsang.
3) Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCI 0,9% dengan tetesan
20 cc / Kg/ BB/  jam di guyur, atau secara praktis : 1-1,5 liter di guyur
(cor), selanjutnya 5 cc/ Kg BB / Jam atau 50 cc/ Kg BB/ 24 jam, atau
secara praktis 40 tetes/menit, sebagai kebutuhan cairan rumatan. Cairan
oral sebanyak mungkin. Larutan Oralit lebih baik.
4) Keadaan klinis di monitor : TD. Nadi, Pernafasan tiap 30 menit, Suhu
(minimal 2 kali sehari, pagi dan sore dan dicatat pada grafik suhu ada
status), jumlah urine perjam (sebaiknya ≥ 50 cc / jam).
5) Obat-obat simtomatik hanya diberikan bila benar-benar diperlukan, seperti
parasetamol atau Xylomidon/Novalgin injeksi bila suhu tubuh ≥ 38,5 o C
dan Metoklopramide bila terjadi muntah – muntah.
6) Bila TD sistolik menurun ≥ 20 mmHg, atau Nadi ≥ 110 x / menit, atau
tekanan nadi (TD sistol – TD diastol ≤ 20 mmHg), atau jumlah urin  ≤ 40
cc / jam, pertanda adanya kebocoran plasma (plasma leakage) tambahkan
cairan infus guyur 5 cc / KgBB / Jam sampai keadaan kembali stabil.
Setelah tekanan darah dan nadi stabil, kembali ke tetesan rumatan.
9

7) Monitor Laboratorium tergantung keadaan klinis. Bila terjadi penurunan


TD, peningkatan Nadi, atau penurunan volume urin yang berlanjut, atau
terjadi pendarahn massif, atau pnurunan  kesadaran, perlu di periksa  Hb,
Ht, Trombsit. Penurunan jumlah trombosit perlu dipantau secara
laboratorium dan kondisi klinis. Dan bila diperlukan periksa
Haemorrhagic  test.
8) Bila Selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin
memberat atau respons pemberian cairan minimal, maka penderita
dinyatakan untuk dirujuk ( bila dirawat di Puskesmas atau di klinik atau
rumah sakit daerah) atau dilakukan tindakan yang lebih intensif, kalau
perlu di rawat di ICU.
9) Infus trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah trombosit yang
menyolok disertai dengan tanda-tanda pendarahan massif. Bila terjadi
pendarahan yang massif dengan penurunan kadar Hb dan Ht, segera beri
tansfusi Whole blood.
10) Bila keadan syok masih belum teratasi dengan pemberian cairan yang
cukup sesuai perhitungan, tanda-tanda pendarahan tidak nyata, dan
pemantauan laboratorium tidak menunjukan perbaikan, maka pilihan kita
adalah pemberian FPP ( Fresh Frozen Plasma) atau Plasma biasa.
11) Bila keadaan klinis stabil, pemeriksaan ulangan laboratorium  pada fase
penyembuhan.
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa jumlah trombosit dan adanya
rembesan plasma karena peningkatan permeabilitas vaskuler atau dikenal dengan
haemoconcenrantion. Pada penderita DBD, ditemukan jumlah trombosit dalam tubuh
mengalami penurunan yang drastis sampai mencapai 100.000 sel/mm 3 atau bahkan
dapat lebih rendah. Adapun pada pemeriksaan haemoconcenrantion  akan ditandai
dengan peningkatan hematocrit sama atau > 20% diatas rata-rata usia, jenis kelamin,
dan populasi. Selain itu terdapat rembesan plasma seperti efusi pleura, asites dan
hipoproteinemia.
10
1.1.8.1 Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan serologi dilakukan dengan HaemoagglutinationI Inhibition Test
(HIT) yang berguna untuk mengetahui terjadinya peningkatan titer atau serum
penderita. Adapun hasil pemeriksaan serologi adalah sebagai berikut
1) Apabila titer antybody kurang dari 1/20 dan titer antybody fase
konvelesen  meningkat 4 kali atau lebih tetapi kurang dari 1/2560, berarti
infeksi primer.
2) Apabila titer antybody akut kurang dari 1/20 atau lebih sedangkan titer
antybody fase konvelesen  meningkat lebih besar sama dengan 1/2560,
berarti merupakan infeksi ulang.
3) Apabila titer antybody akut kurang dari 1/20 atau lebih sedangkan titer
antybody fase konvelesen  naik atau lebih dari atau sama dengan 4 kali,
berarti merupakan infeksi ulangan.
4) Apabila titer antybody akut lebih atau sama dengan dari 1/1280 dan titer
antybody fase konvelesen  tetap atau naik, berarti merupakan infeksi baru.
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, komunikasi dan data tentang pasien. Pengkajian ini didapat dari dua tipe
yaitu data subyektif dan persepsi tentang masalah kesehatan mereka dan data obyektif
yaitu pengamatan/pengukuran yang dibuat oleh pengumpulan data.
Berdasarkan klasifikasi NANDA (Herdman, 2010), fokus pengkajian yang
harus dikaji tergantung pada ukuran, lokasi, dan etiologi kalkulus:
1) Aktivitas/ Istirahat
Gejala: keterbatasan aktivitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya,
pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi.
2) Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD, HR, nadi, kulit hangat dan kemerahan.
3) Eliminasi
11
Gejala: riwayat ISK, obstruksi sebelumnya, penurunan volume urin, rasa
terbakar.
Tanda: oliguria, hematuria, piouria, perubahan pola berkemih.
4) Pencernaan
5) Tanda: mual-mual, muntah.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Hipertemia berhubungan dengan kerusakaan hipotalamus
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen inflamasi
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan
4) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peradangan
pankreas
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
6) Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
1.2.3 Intervensi Keperawatan
1) Hipertemia berhubungan dengan kerusakaan hipotalamus
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan 1 x 7 jam diharapkan suhu tubuh pasien
dapat berkurang/ teratasi.
Kriteria hasil: Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman, Suhu
0 0
36,8 C-37,5 C, Tekanan darah 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/mnt,
Nadi 60-100 x/mnt.
Intervensi
1. Monitor suhu tubuh
2. Berikan cairan oral
3. Lakukan pendinginan dingin di bagian dahi atau leher
4. Anjurkan klien melakukan tirah baring
5. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen inflamasi
Tujuan :
12
Setelah dilakukan perawatan 1 x 7 jam diharapkan nyeri pasien dapat
berkurang dan menghilang.
Kriteria hasil: Pasien mengatakan nyerinya hilang, nyeri berada pada skala
0 0
0-3, tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,8 C-37,5 C, respirasi 16-24
x/mnt, nadi 60-100 x/mnt (Judith, 2009).
Intervensi
1. Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi), rasional
mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda
perkembangan/resolusi komplikasi
2. Atur waktu pemantauan sesuai dengan kondisi nyeri klien
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi, rasionalnya relaksasi akan
memindahkan rasa nyeri ke hal lain.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam diharapkan
perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria hasil:
Mencerna jumlah kalori dan nutrisi yang tepat, menunjukkan tingkat
energi biasanya, berat badan stabil atau bertambah (Judith, 2009).
Intervensi
1. Observasi TTV klien
2. Identifikasi kebiasaan makan dan perilaku makan yang akan diubah
3. Monitor intake dan output cairan, nilai hemoglobin, kenaikan berat
badan, dan kebiasaan membeli membeli makanan.
4. Gunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam mengavaluasi
kecukupan asupan makanan.
5. Ajarkan ibu mengidentifikasi makanan dengan gizi seimbang.
6. Kolaborasi dengan dokter dan asli gizi tentang diet yang tepat.
13

4) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peradangan


pankreas
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 7 jam diharapkan kebutuhan
cairan terpenuhi
Kriteria hasil:
TD 120/80 mmHg, RR 16-24 x/mnt, Nadi 60-100 x/mnt, Turgor kulit
baik, Haluaran urin tepat secara individu, Kadar elektrolit dalam batas
normal (Judith, 2009).
Intervensi
1. Monitor statatus hidrasi (Frekuensi nadi, kekuatan nadi, turgor kulit)
2. Monitor berat badan sesudah dan sebelum dialisis
3. Monitor hasil pemerikaan hasil laboratorium
4. Beriakn memberikan asupan cairan sesuai kebutuhan
5. Berikan pemberian cairan melalui intervena
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 7 jam diharapkan pasien dapat
mencapai kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria hasil:
Pergerakan pasien bertambah luas, Pasien dpt melaksanakan aktivitas
sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri, berjalan), Rasa nyeri berkurang,
Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan
kemampuan (Judith, 2009).
Intervensi
1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien
2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas
3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah
sesui kemampuan, rasionalnya melatih otot – otot kaki sehingga
berfungsi dengan baik
14

4. Ajarkan cara mengidentifikasi kemampuan kekuatan, rentang gerak.


5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter (pemberian analgesic),
rasionalnya analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri.
6) Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan 1 x 7 jam diharapkan tidak terjadi perdarahan.
Kriteria hasil:
Tekanan darah 120/80 mmHg, Trombosit 150.000-400.000 (Judith, 2009).
Intervensi Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis,
rasionalnya penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh
darah.
1. Monitor TTV klien
2. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya
3. Kolaborasi pemberian transfusi darah
1.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang
telah direncanakan oleh perawat untyuk dikerjakan dalam rangka membantu klien
untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Zaidn Ali, 2014)
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai
pengukuran evaluasi dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan.
1) Tujuan tercapai
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standar yang telah di
tetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai
Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali bahkan
timbul masalah baru.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas pasien
Nama Klien : An. A
TTL : Palangka Raya, 1 Februari 2006 (14 tahun)
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Dayak
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Wisata 2
Diagnosa medis : Demam Berdarah Dengue
2.1.2 Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny. D
TTL : Palangka Raya, 20 November 1968
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :Islam
Suku : Dayak
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Wisata 2
Hubungan keluarga : Ibu
2.1.3 Keluhan utama
Klien mengatakan badannya panas
2.1.4 Riwayat Kesehatan
16
2.1.4.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 26 mei 2020 pukul 12:00 WIB, klien mengalami demam serta
bintik merah di sebagaian tubuh, lalu klien di bawa ke RSUD Doris Sylvanus
Palangka Raya. Pasien masuk melalui IGD, di IGD terpasang infus ringer

15
laktat 26 tpm pada tangan kiri, injeksi Cefriaxone 3 x 3 cc (IV) dan di beri
antipiretik, lalu klien dianjurkan untuk melakukan rawat inap di ruang
flamboyant.
2.1.4.2 Riwayat kesehatan lalu
1. Riwayat prenatal : Selama kehamilan, hanya mengeluh mual dan muntah
2. Riwayat natal : Persalinan ibu normal, dengan usia kelahiran yang
cukup
3. Riwayat postnatal : Tidak ada masalah keluhan setelah melahirkan
4. Penyakit sebelumny : An. A sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit
5. Tabel 2.1 Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio campak Hepatitis TT
Usia 1 2, 3,4 1, 2, 3, 9 bulan 24 jam -
bulan bulan 4
bulan

2.1.4.3 Riwayat kesehatan keluarga


Ibu klien mengatakan jika keluarganya memiliki riwayat hipertensi
2.1.4.4 Susunan genogram 3 (tiga) generasi

Ket:
: Laki-laki : Tinggal Serumah
: Perempuan : Meninggal
: Pasien
17
2.1.5 Pemeriksaan fisik
2.1.5.1 Keadaan umum
Klien terbaring lemas, kesadaran compos mentis, terpasang infus ringer laktat
58 tpm di tangan kiri.
2.1.5.2 Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 94x/ m
o
Suhu : 37.8 C
Respirasi : 22 x/menit
2.1.5.3 Kepala dan wajah
Rambut berwarna hitam, tidak ada benjolan pada kulit kepala. Keadaan
hidung bersih tidak ada sekret. Penglihatan baik, dan pendengaran cukup
baik, An.A kadang tampak menoleh ketika dipanggil namanya, pada leher An.
A tidak terjadi penebalan kulit.
2.1.5.4 Leher dan tengorokan
Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran limfa. Reflek
menelan cukup bagus.
2.1.5.5 Dada
Bentuk dada simetris. Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada sesak nafas. Bunyi
nafas vesikuler. Pola nafas teratur dengan frekuensi 22 x/menit.
2.1.5.6 Abdomen
Bentuk perut simetris. Tidak ada benjolan atau massa pada abdomen
2.1.5.7 Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot dapat mengikuti perintah. Keadaan kulit/turgor elastic.
2.1.5.8 Genetalia
Keadaan genetalia bersih dan tidak terdapat lesi. Pengeluaran urine normal ±5
kali/hari, urine berwarna kuning bening.
2.1.6 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
2.1.6.1 Gizi 18
Selera makan An.A berkurang, dapat menghabiskan 3 sendok makan dalam
sehari dengan reflex menelan baik.
BB : 35 kg
TB : 149 cm
IMT : 15.8
2.1.6.2 Kemandirian dalam bergaul
Sudah terlampui
2.1.6.3 Motorik halus
Sudah terlampui
2.1.6.4 Motorik kasar
Sudah terlampui
2.1.6.5 Kognitif dan bahasa
Sudah terlampui
2.1.6.6 Psikososial
An.A mampu berinteraksi dengan orang Pola Aktifitas sehari-hari Tabel 2.4
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi 3 x sehari / 1 porsi Klien hanya makan 3
a. Frekuensi Baik sendok makan dalam
b. Nafsu Nasi, Ikan, Sayur sehari
makan/selera
c. Jenis makanan
2 Eliminasi 4 x sehari / lunak 2 x sehari / keras
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
b. BAK 2 x sehari 1 x sehari
Frekuensi
Konsistensi

3 Istirahat/tidur Siang = 3 jam Siang = 1 jam


a. Siang/ jam Malam = 8 jam Malam = 7 jam
b. Malam/ jam
4 Personal hygiene 2 x sehari Klien mengatakan
a. Mandi klien mandi 2 kali
b. Oral hygiene sehari.
19
2.1.7 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainya)
1. Terapi
Aturan
No Terapi Jalur Indikasi
Pakai
1 Ringer Laktat 58 tpm IV Pengganti cairan elektrolit dalam
tubuh
2 Omeprazole 2 x 30 mg IV Untuk mengatasi masalah gangguan
lambung, seperti penyakit asam
lambung dan tukak lambung.
3 500 mg IV Obat yang di gunakan sebagai
analgetik (pereda nyeri) dan
Paracetamol
antipiretik (penurun panas atau
demam)
4 3 x 3 cc IV Digunakan untuk mengobati infeksi
Cefriaxone bakteri dan mencegah
pertumbuhannya.

2. Lab
No Parameter Hasil Nilai Normal
1 WBC 10.00/ul 4.50 – 11.00
2 HGB 13.8 gr/dl 10.5 –18.0
3 HCT 41.8% 37.0 - 48.0
5 PLT 298 150 - 400
6 Ureum 54 21-53
7 0.78 0,17-1,5
Kreatinin
8 Glukosa – sewaktu 94 <200
9 Na 138 135 – 148
10 K 4.1 3,5 – 5,3
11 Ca 1.06 0,98 – 1,2

Palangka Raya, 28 Mei 2020

Mahasiswa,
20

(Friska amelia)

21
2.2 ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN


MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
1. DS : Klien mengatakan kurang nafsu DBD Defisit
makan dan mual muntah
Nutrisi
DO :
- Klien tampak lemas Aktivitas koagulasi
- Nafsu makan berkurang
- Porsi makan ½ porsi (nasi +
ikan) Rasa pengecap
- BB : 35 kg
terganggu
- TB : 149 cm
- IMT : 15.8
- Tanggal 28 mei 2020
Tidak enak untuk
- HB = 13.8 gr/dl
- Creatinin = 0.78 mg/dl makan
- Natrium = 138 mmol/dl
- Kalium = 4.1 mmol/dl
- Calsium = 1.06 mmo/dl Tidak mau makan
- turgor kulit <2 detik
- Bibir kering
- DIIT diet TKKP/lembek Defisit nutrisi
frekuensi 3x sehari makan
habis 3 sendok (nasi + ikan)
- TD : 90/70 mmHg
- N : 94x/ menit
- S : 37.5 oC
- RR : 22x/ menit
22

2. DS : Klien mengatakan jika DBD


aktivitasnya di bantu keluarga
Intoleransi
DO :
- Klien tampak lemas Perubahan nutrisi aktivitas
- Aktivitas klien di bantu
keluarga
- Skala aktivitas 2 (memerlukan
bantuan orang lain dan Kondisi lemas
pengawasan orang lain)

Intoleransi aktivitas
DBD
3. DS: Ibu klien dan klien tidak
mengerti akan gejala dan penyebab
dari DBD Kurang informasi Kurang
DO :
pengetahuan
- Ibu klien tampak bingung
kenapa anak bisa terkena Kurang tanggapan
DBD menerima informasi
- Ibu klien bertanya apa warna
nyamuk yang mengigit
anaknya
- Pendidikan terkahir ibu klien Kurang pengetahuan
SD
23
PRIORITAS MASALAH

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan ditandai dengan


nafsu makan klien berkurang, makan hanya ½ porsi sehari (nasi + ikan).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai aktivitas klien
di bantu keluarga.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang tanggapan menerima
informasi di tandai dengan ibu klien tampak kebingungan.
24
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.A


Ruang Rawat : Flamboyant

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


Diagnosa kep. 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV klien
keperawatan 1 x 7 jam, 2. Identifikasi kebiasaan makan klien dan perilaku makan
Defisit nutrisi berhubungan diharapkan nutrisi klien yang akan di ubah
dengan keengganan untuk terpenuhi, dengan kriteria 3. Berikan makanan hangat sedikit tapi sering.
makan ditandai dengan nafsu hasil 4. Jadwalkan pendidkan kesehatan.
makan klien berkurang, makan 1. IMT meningkat 5. Berikan kesempatan untuk bertanya.
hanya ½ porsi sehari (nasi + 2. Nafsu makan meningkat 6.Ajarkan ibu mengidentifikasi makanan dengan gizi seimbang.
ikan) 3. Tidak ada mual muntah 7.Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang tepat.
4. Badan tidak tampak kurus
25
Pasien : An.A
Ruang Rawat : Flamboyant

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


Diagnosa kep. 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV klien.
keperawatan 1 x 7 jam 2. Catat respon emosi terhadap aktivitas mobilisasi.
Intoleransi aktivitas berhubungan
diharapkan aktivitas klien 3. Berikan aktivitas sesuai keadaan klien.
dengan kelemahan ditandai
dapat di lakukan secara 4. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak terganggu
aktivitas klien di bantu keluarga.
mandiri dengan kriteria istrahat.
hasil : 5. Ajarkan latihan gerak pasif dan aktif.
1. Klien tidak lemas.
2. Klien dapat beraktivitas
dengan mandiri.
3. Skala aktivitas klien 1
( mandiri).
26
Pasien : An.A
Ruang Rawat : Flamboyant

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


Diagnosa kep. 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
keperawatan 1 x 7 jam diharapkan informasi
Kurang pengetahuan berhubungan
orang tua klien memahami 2. Identifikasi faktor – faktor yang dapat
dengan kurang tanggapan
1. Pertanyaan tentang masalah yang meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
menerima informasi di tandai
di hadapi menurun. hidip bersih sehat.
dengan ibu klien tampak
2. Persepsi yang keliru menurun. 3. Sediakan materi dan pendidikan kesehatan.
kebingunan.
3. Perilaku sesuai pengetahuan 4. Berikan kesempatan umtuk bertanya.
meningkat. 5. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
27

Nama Pasien : An. A


Ruang Rawat : Flamboyant
Tanda Tangan
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Dan
Nama Perawat
kamis, 28 Mei 2020 Diagnosa kep. 1 S : Klien mengatakan kurang nafsu makan
1. Mengobservasi TTV klien O : - Klien tampak lemas
2. Mengindentifikasi kebiasaan makan klien - Nafsu makan berkurang
dan perilaku makan yang akan di ubah - Porsi makan ½ porsi (nasi + ikan)
3. Memberikan makanan hangat sedikit tapi - BB 35 KG
sering. - TB : 149 cm
4. Menjadwalkan pendidkan kesehatan. - IMT 15 Friska amelia
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya. - Bibir kering
6. Mengajarkan ibu mengidentifikasi A : Masalah nutrisi An. A belum teratasi
makanan dengan gizi seimbang. P : Lanjutkan Intervensi nomor 1,2,3,4,6 dan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet 7
yang tepat.

28
Nama Pasien : An. A
Ruang Rawat : Flamboyant
Tanda Tangan
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Dan
Nama Perawat
kamis, 28 Mei 2020 Diagnosa kep. 2 S : Klien mengatakan aktivitas di bantu
1. Mengobservasi TTV klien. keluarga
2. Mencatat respon emosi terhadap O: TTV : TD : 90/70 mmHg, N : 94
aktivitas mobilisasi. x/menit, S : 37.8oC dan RR : 19 x/ menit Friska amelia
3. Memberikan aktivitas sesuai keadaan 1. Klien tampak lemas
klien. 2. Aktivitas klien di bantu keluarganya
4. Menjadwalkan perawatan pasien 3. Skala aktivitas 2
sehingga tidak terganggu istrahat. A : Masalah belum teratasi
5. Mengajarkan latihan gerak pasif dan P : Lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,4 dan
aktif. 5

29
Nama Pasien : An. A
Ruang Rawat : Flamboyant
Tanda Tangan
Dan
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama
Perawat
kamis, 28 Mei 2020 Diagnosa kep. 3 S:
- Orang tua mengatakan kurang mengerti
1. Mengidentifikasi kesiapan dan
dengan keadaan anaknya
kemampuan menerima informasi
O:
2. Mengidentifikasi faktor – faktor yang
- Ibu pasien sudah siap menerima informasi
dapat meningkatkan dan menurunkan
yang di sampaikan
motivasi perilaku hidip bersih sehat.
- Ibu An. A tampak tidak mengetahui tentang
3. Menyediakan materi dan pendidikan Friska amelia
penyakit anaknya
kesehatan.
- Ibu An.A bertanya tentang penyakit
4. Memberikan kesempatan umtuk bertanya.
anaknya
5. Menjelaskan faktor resiko yang dapat
A : Masalah teratasi sebagian
mempengaruhi kesehatan.
P : Intervensi dihentikan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Hemrrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegyti dan Aedes albbopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di
seluruh pelosok Indonesia kecuali ditempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut (Ginanjar, 2008).
Penyakit ini ditujukan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit
kepala berat, sakit pada sendi otot (myalgias dan arthralgias) dan ruam. Ruam
Demam Berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya muncul
dulu pada bagian bawah, badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga
menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut juga bisa muncul dengan
kombinasi sakit perut, rasa mual, muntah-muntah/ diare.
Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan
primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan tingkat pertama
ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
3.2 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui
konsep penyakit demam berdarah dengue dan dapat menerapkan pola hidup bersih
dan sehat. Pembaca sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD
tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu
menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.

30
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bapenas. 2006. Laporan Kajian Kebijaksanaan Penanggulangan (wabah) Penyakit
Menular (Studi Kasus DBD). Jakarta: Direktorat Kesehatan&Gizi
Masyarakat.
Chahaya, I. 2011. Pemberantasan Vektor Demam Berdarah Di Indonesia. Diunduh: 8
Maret 2011. http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678 9/
3715/1/fkm-indra%20c5.pdf
Kementrian Kesehatan RI. Demam Berdarah Dengue, Situasi 2011 dibanding 2010.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2011.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012.
Semarang: Dinkes Kota Semarang, 2013
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013.
Semarang: Dinkes Kota Semarang, 2014
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2014.
Semarang: Dinkes Kota Semarang, 2015
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015.
Semarang: Dinkes Kota Semarang, 2015
Hernandez-Gaytan SI,Diaz-Vasquez FJ, Duran-Arenas LG, et al. 20 Years Spatial-
Temporal Analysis of Dengue Fever and Hemorrhagic Fever of Mexico.
Archive of Medical Research. 48, 2017: hlm 653

Anda mungkin juga menyukai