SKENARIO 1
“PATOLOGI KLINIS”
Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Dosen pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing
Anggota Kelompok :
Anggota =
SUBJECTIVE
OBJECTIVE
Pemeriksaan Hasil
Hb 7 g/dl
Eosinofil Meningkat
MCV Menurun
MCH Menurun
Hapusan darah Anemia hipokrom
mikrositik
Feses Telur cacing
positif
TABEL ASSESSMENT
PENGERTIAN
Infeksi cacing tambang adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing parasit
atau nematoda yang hidup pada usus kecil yang dapat berupa mamalia seperti kucing
anjing ataupun manusia ada dua spesies cacing tambang yang bisa menyerang
manusia, ancylostoma duodenale dan necator americanus banyak ditemukan di
Amerika sub Sahara Afrika Asia Tenggara Tiongkok dan Indonesia Ancylostoma
duodenale lebih banyak di Timur Tengah Afrika Utara India dan Eropa bagian
Selatan sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang infeksi
paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab dengan tingkat kebersihan
yang buruk (Knowles,1970)
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis penyakit cacing tambang berupa anemia yang diakibatkan oleh
kehilangan darah pada usus halus secara kronik jumlah darah yang hilang setiap hari
tergantung pada jumlah cacing terutama yang secara kebetulan melekat pada mukosa
yang berdekatan dengan kapiler arteri dua spesies cacing seekor A.duodenale lebih
besar dari N.americanus mengisap 5x lebih banyak darah Lamanya infeksi terjadinya
anemia tergantung pada keseimbangan zat besi dan protein yang hilang dalam usus
yang diserap dari makanan kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan terhadap
infeksi parasit beratnya penyakit cacing tambang tergantung pada beberapa faktor
antara lain umur lamanya penyakit dan keadaan gizi penderita penyakit cacing
tambang pertahun dapat dibagi dalam tiga golongan:
1. Infeksi ringan dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala
walaupun penderita mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyakit
lain.
2. Infeksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi dan
penderita kekurangan gizi mempunyai keluhan pencernaan anemia lemah fisik
dan mental kurang baik.
3. Infeksi berat yang dapat menyebabkan Keadaan fisik buruk dan payah jantung
dengan segala akibatnya gejala lainnya yang menonjol dan terasa gatal bisa
muncul di tempat masuknya Larva pada kulit demam batuk dan bunyi nafas
terjadi akibat berpindahnya Larva, paru-paru terdapat cacing dewasa
seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas, anemia karena kekurangan
zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa terjadi akibat
pendarahan usus kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama bisa
menyebabkan pertumbuhan yang lambat gagal jantung dan pembengkakan
jaringan yang meluas pada anak-anak. (Fine, 1979)
KOMPLIKASI
Traumatik action
Infeksi cacing dapat menyebabkan abses di dinding usus, perforasi dan
kemudian peritonitis. Yang lebih sering terjadi cacing-cacing tambang ini berkumpul
dalam usus, menyebabkan obstuksi usus dengan segala akibatnya. Anak dengan
gejala demikian segera dikirim ke bagian radiologi untuk dilakukan pemeriksaan
dengan barium enema guna mengetahui letak obstruksi. Biasanya dengan tindakan ini
cacing-cacing juga dapat terlepas dari gumpalannya sehingga obstruksi dapat
dihilangkan. Jika cara ini tidak menolong, maka dilakukan tindakan operatif. Pada
foto rontgen akan tampak gambaran garis-garis panjang dan gelap (filling defect).
Dalam siklusnya larva dapat masuk ke otak sehingga timbul abses-abses kecil;
ke ginjal menyebabkan nefritis; ke hati menyebabkan abses-abses kecil dan hepatitis.
Di indonesia komplikasi ini jarang terjadi tetapi di srilangka dan Filipina banyak
menyebabkan kematian.
DIAGNOSIS
TERAPI
1. Terapi Farmakologi
Creeping eruption di tatalaksana dengan liquid nitrogen atau kloretilen spray,
tiabendazol topikal selama 1 minggu. Selain itu, penggunaan albendazol 400 mg
selama 5 hari berturut-turut sudah terbukti memberikan hasil yang memuaskan.
Pengobatan terhadap cacing dewasa digunakan gabungan pirantel-pamoat dengan
mebendazol, dengan cara pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB diberikan pada
pagi hari diikuti dengan pemberian mebendazol 100 mg 2 kali sehari selama 3 hari
berturut-turut. Hasil pengobatan sangat memuaskan terutama bila terdapat infeksi
bersama dengan cacing-cacing lain.
2. Non Farmakologi
a. Mengatur pola makan
Makanan sangat berpengaruh agar tidak mudah terkena infeksi cacing, jenis
makanan yang disarankan adalah berupa sayuran dan buah-buahan serta
makanan yang tidak banyak mengandung gula dan karbohidrat.
b. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat
Dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat maka cacing tidak akan
muda masuk kedalam tubuh. Beberapa langkah yang dilakukan seperti
menerapkan cara mencuci tangan dengan benar sesering mungkin.
Menggunakan sabun anti bakteri, mencuci tangan dengan air hangat sebelum
tidur selalu membersihkan bagian bawah kuku dan kuku secara teratur.
c. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
d. Selalu berganti pakaian luar dan pakaian dalam setiap hari atau sesering
mungkin.
MONITORING
Secara garis besar terdapat tiga intervensi untuk mengendalikan infeksi STH,
yaitu pemberian obat, antelmintik dan sanitasi
Bukan hanya anak usia sekolah yang memperoleh manfaat dari pemberian
pengobatan antelmintik, anak usia pra-sekolah (1–5 tahun) juga sangat rentan untuk
mengalami anemia defisiensi zat besi yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan
dan perilaku anak. Infeksi cacing tambang terbukti merupakan kontributor utama
terhadap anemia defisiensi zat besi pada anak-anak pra sekolah. (Suriptiastuti,2006)
Ibu hamil di daerah endemik yang diberikan pengobatan satu atau dua kali
selama kehamilan terbukti dapat memperbaiki status anemia ibu dan berat lahir bayi
serta menurunkan angka kematian bayi pada 6 bulan pertama. Pada daerah di mana
infeksi cacing tambang sudah endemik, dianjurkan pemberian pengobatan antelmintik
selama kehamilan kecuali pada trimester pertama. (Suriptiastuti,2006)
2. Sanitasi
Perbaikan sanitasi bertujuan untuk mengendalikan penyebaran STH dengan
cara menurunkan kontaminasi air dan tanah. Sanitasi merupakan intervensi utama
untuk menghilangkan infeksi STH, tetapi supaya intervensi ini efektif harus
mencakup populasi yang luas. Namun strategi ini memerlukan biaya yang tidak
sedikit dan sulit dilaksanakan bila biaya yang tersedia sangat terbatas. Lagi pula bila
digunakan sebagai intervensi primer untuk mengendalikan infeksi STH diperlukan
waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun supaya dapat efektif.
Pengendalian baru
Pengobatan antelmintik secara teratur belum menjamin hilangnya infeksi
STH. Akhir-akhir ini ditemukan resistensi terhadap obat-obat tersebut. Untuk itu
diperlukan cara pengendalian yang baru. Vaksinasi tetap merupakan metode yang
tepat untuk mengendalikan infeksi STH, karena dapat memotong penyebaran infeksi
STH. Vaksin cacing tambang yang mengandung antigen larva Ancylosoma – secreted
protein (ASP)2 efektif pada model hewan (anjing dan tupai) dan studi epidemiologi
menunjukan adanya efek pencegahan. Vaksin cacing tambang Na ASP-2 saat ini
masih dalam tahap pengembangan untuk dapat digunakan pada manusia.
(Suriptiastuti,2006)
EDUKASI
DEFEK Fe
PENGERTIAN
Defek fe adalah suatu keadaan dimana terjadi kecacatan atau pengurangan zat
besi dalam tubuh yang akan menyebabkan produksi hemoglobin pada sel darah merah
akan menurun atau terganggu (depkes, 2000).
MANIFESTASI KLINIK
Gejala yang akan dialami oleh orang yang menderita defek fe biasanya Lesu,
Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L), sering mengeluh pusing dan mata berkunang-
kunang. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat dan sering kehilangan fokus, biasanya defek fe akan mengakibatkan si
penderita akan mengalami kekurangan darah atau biasa disebut anemia defisiensi
besi. (Mansjoer,2011)
Dari gejala-gejalan ini ditemukan bebrapa persaman gejala dari pasien pada
skenario Namun mengapa kelompok kami tidak memilih sebagai diagnosis utama,
karena dari gejala-gejala ini belum begitu spesifik dengan apa yang ditemukan pada
pasien.
DEMAM TIFOID
PENGERTIAN
Thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada
aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella typhosa atau Salmonella
paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (radang
lambung ).
MANIFESTASI KLINIK
1. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut
pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan
menurun, sakit perut, diare pada anak-anak atau sulit buang air pada orang
dewasa, dan suhu tubuh meningkat terutama sore dan malam hari.
2. Setelah minggu ke dua, gejala menjadi lebih jelas yaitu demam yang tinggi
terus-menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir
kering pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor, pembesaran hati dan
limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, dan perut kembung. Anak nampak
sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan, acuh tak acuh
(apatis), sampai berat (koma).
3. Gejala tifus endemik berkembang dalam waktu sekitar 1-2 minggu setelah
infeksi awal dan mungkin termasuk demam tinggi , sakit kepala, malaise,
mual, muntah, diare, dan ruam yang mulai sekitar empat sampai tujuh hari di
dada dan perut setelah gejala awal di atas berkembang; ruam sering menyebar.
Beberapa pasien juga mungkin memiliki batuk dan perut, nyeri sendi, dan
punggung. Gejala dapat berlangsung selama sekitar dua minggu, dan
komplikasi pembatasan atau kematian (kurang dari 2% meninggal), gejala
mereda. Namun, epidemi gejala tifus, meskipun awalnya mirip dengan tifus
endemik, menjadi lebih parah. Pasien mungkin mengalami gejala tambahan
perdarahan ke dalam kulit (petechiae), delirium, stupor, hipotensi, dan shock,
yang dapat menyebabkan kematian mereka. Penyakit tifus yang berat
menyebabkan komplikasi perdarahan, kebocoran usus, infeksi selaput usus,
renjatan bronkopneumonia (peradangan paru) dan kelainan di otak.
(Maramis,2004)
Dari gejala-gejalan ini ditemukan bebrapa persaman gejala dari pasien pada
skenario Namun mengapa kelompok kami tidak memilih demam tifoid sebagai
diagnosis utama, karena dari gejala-gejala ini belum begitu spesifik dengan apa
yang ditemukan pada pasien.
KOLITIS KRONIS
PENGERTIAN
MANIFESTASI KLINIK
Gejala utama colitis ulseratif adalah diare berdarah dan nyeri abdomen,
seringkali dengan demam dan penurunan berat badan pada kasus berat. Pada penyakit
ringan, bisa terdapat satu atau dua feses yang setengah berbentuk yang mengandung
sedikit darah dan tanpa manifestasi sistemik.
Derajat klinik colitis ulseratif dapat dibagi atas berat, sedang dan ringan,
berdasarkan frekuensi diare, ada/tidaknya demam, derajat beratnya anemia yang
terjadi dan laju endap darah (klasifikasi Truelove). Perjalanan penyakit colitis
ulseratif dapat dimulai dengan serangan pertama yang berat ataupun dimulai ringan
yang bertambah berat secara gradual setiap minggu. Berat ringannya serangan
pertama sesuai dengan panjangnya kolon yang terlibat. Pada colitis ulseratif, terdapat
reksi radang yang secara primer mengenai mukosa kolon. Secara makroskopik,, kolon
tampak berulserasi, hiperemik, dan biasanya hemoragik. Gambaran mencolok dari
radang adalah bahwa sifatnya seragam dan kontinu dengan tidak ada daerah tersisa
mukosa yang normal.
Soedarmo SSP, Gama H, Hadinegoro SSR, Satari HI. 2012. Penyakit Infeksi
Parasit. Dalam: Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis edisi kedua. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK UI. pp370–84.
Suhatman.2006.Diagnosa Infeksi Cacing Tambang.Media Litbang Kesehatan
XVI.Nomor 4