Anda di halaman 1dari 48

KELOMPOK 9

SKENARIO
Seorang anak perempuan berumur 8
tahun diantar ibunya ke puskesmas
dengan keluhan lesu. Gejala ini juga
disertai dengan penurunan nafsu makan
dan tidak mempunyai keinginan belajar
dan bermain. Keadaan ini dialami oleh
anak tersebut sejak 8 bulan lalu sejak
pulang dari belibur dikampungnya di
kabupaten Mamuju selama 1 bulan.
Pertanyaan
1. Jelaskan definisi dan patomekanisme
lesu?
2. Penyakit endemik apa saja yang sering
terjadi di Kabupaten Mamuju
3. Jelaskan hubungan lesu terkait dengan
gejala?
4. Kondisi yang dapat menyebabkan lesu?
5. Jelaskan langkah-langkah diagnostik
terkait dengan skenario?
6. DD?
7. Pencegahan terkait dengan skenario?
Lesu

Lesu adalah keadaan yang ditandai dengan


perasaan lemah dan tidak bertenaga.

HB
Infeksi
Nafsu Makan
Penyebab Dehidrasi
Lesu Malabsorbsi
Stress
Metabolisme rendah
Aktifitas berlebih
Patomekanisme Lesu

Infeksi
Parasit/bakteri/virus

Anemia Nafsu
Makan

HB Intake
Dehidrasi
Makanan

Oksigen
Gangguan
Metabolisme Elektrolit
Malabsorps
i Nutrisi Nutrisi

Energi LESU Gangguan


Kondisi
Kesehatan
Gangguan
Metabolisme
Endemik di Mamuju :
1. Malaria, DBD, Filariasis (balai penelitian
dan pengembangan pengendalian
pernyakit 2014)
2. Malaria, TB paru, Filariasis (Dinkes
SULBAR 2015)
Langkah-langkah Diagnostik
Anamnesis
Apakah sebelumnya pernah demam?
Jika demam, berapa lama? Disertai menggigil?
Apakah sebelumnya pernah mengeluh sesak
napas?
Apakah sebelumnya ada gelaja mual muntah?
Apakah ada nyeri perut?
Apakah merasa gatal pada daerah anus?
Apakah ada pembengkakatan didaerah lipatan paha
atau ketiak?
Apa feses dilihat terdapat darah atau cacing?
Apakah merasa gatal pada telapak kaki?
Apakah ada penurunan berat badan?
Bagaimana kebiasaan lingkungan sekitar rumah?
Pemeriksaan fisis
Tanda tanda vital
Antropometri = BB menurun
Inspeksi = anemis pada konjunctiva,
sianosis dilihat pada bibir atau kuku
Perkusi = hepatomegali atau splenomegali
Palpasi = hepatomegali atau splenomegali
Auskultasi = bunyi gerakan peristaltik
menurun/meningkat
Pemeriksaan penunjang
Pem. Darah rutin : hb < , leukosit >
(eosinofil >2000/mm3)
Pem. Feses : warna feses, pada pem.
Hapusan feses terdapat larva
Limfosintografi
Pem. Serologis : antibodi igG, total igE
meningkat
USG , CT SCAN, MRI : lesi
granulomatos pada VLM
Differensial Diagnosis
Filariasis
Ascariasis
Nekatoriasis dan ankilostomiasis
Trichuriasis
Enterobiasis
DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
Filariasis Ascariasis Nekatoriasis & Trichuriasi enterobiasis
ankilostomiasis s

8 tahun - + +/- + +
Lesu + + + + +
Nafsu - + + + +
makan
Kab. + + - + +/-
mamuju
penyakit filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh
infestasi satu atau dua jenis cacing jenis filaria yaitu Wucheria
bancrofti atau Brugia malayi. Filariasis sering juga di sebut
penyakit kaki gajah.
Etiologi dan Penularan

Siklus hidup W. Bancrofti dan B. malayi dimulai saat filaria betina


dewasa dalam pembuluh limfe manusia memproduksi sekitar
50.000 mikrofilaria per hari ke dalam darah. Nyamuk kemudian
menghisap makrofilaria pada saat menggigit manusia. Selanjutnya
larfa tersebut akan berkembang dalam tubuh nyamuk, dan ketika
nyamuk menggigit manusia, larva infektif akan masuk kedalam
tubuh manusia. Larfa akan bermigrasi kesaluran limfe dan
berkembang menjadi bentuk dewasa. Mikrofilaria dapat ditemukan
dalam darah tepi setelah 6 bulan 1 tahun setelah terinfeksi dan
bisa bertahan 5-10 tahun. Vektor utama filaria adalah nyamuk
Anopheles, Culex, Mansonia, dan Aedes.
Gejala dan tanda

Gejala penyakit pada tahap awal (fase akut) bersifat tidak khas seperti
demam selama 3-4 hari yang dapat hilang tanpa di obati, demam berulang
lagi 1-2 bulan kemudian. Dapat timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipat
paha atau ketiak dengan tidak ada luka di badan. Dapat teraba seperti urat
dan berwarna merah, serta terasa sakit dari benjolan menuju kearah ujung
kaki atau tangan. Tanda klinis yang sering di temukan adalah
pembengkakan scrotum (hidrokel) dan pembengkakan anggota gerak
terutama kaki (elefantiasis). Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan
laboratorium dengan di temukannya mikrofilaria dalam darah.
Pengobatan

1. Dietilkarbamazin (DEC) 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari


2. Ivermectin (Mectizan)
3. Albendazol 400 mg dosis tunggal
Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing Ascaris
lumbricoides. Ascariasis sendiri termasuk penyakit cacing
yang paling besar prevelensinya diantara penyakit cacing
lainnya yang menginfeksi tubuh manusia. Manusia
merupakan hospes untuk A. Lumbricoides.
Epidemiologi

Infeksi A. Lumbricoides dapat terjadi pada semua


usia, namun cacing ini terutama menyerang anak usia
5-9 tahun dengan frekuensi kejadian sama antara laki-
laki dan perempuan. Prevelensi A. Lumbricoides
ditemukan tinggi dibeberapa pulau diIndonesia yaitu
dipulau sumatera (78%), kalimantan (79%), sulawesi
(88%), NTB (92%), dan jawa barat (90%).
Morfologi Ascariasis Lumbricoides

Berwarna merah, bntk silinder


Ukuran Cacing jantan < betina
Pd stadium dewasa berkembang di rongga usus
kecil.
Jangka waktu hidup cacing dewasa : 10-24 bulan
Cacing dewas memiliki pembungkus keras yang kaya
akan kolagen dan lipid serta menghasilkan enzim
protease inhibitor untuk melindungi cacing agar tidak
tercerna di sistemp pencernaan manusia.
Cacing betina bertahan hidup : 1-2 tahun dan
memproduksi 26 juta telur selama hidupnya.
Siklus hidup
3 stadium : stadium telur, larva, dan
dewasa.
Telur keluar brsama tinja telur infektif yg
mengandung larva cacing masuk kedalam
mulut melalui minuman & minuman yg tercemar
dalam usus halus atas (dinding telur akan pecah
sehingga larva dapat keluar) vena porta hati
jantung paru-paru dinding kapiler masuk
kedalam alveoli(10-14hari) penetrasi pada
dinding alveoli kecabang bronchi,
kerongkongan,dan selanjutnya tertelan usus
berkembang menjadi caxing dewasa
Cara penularan
Telur infektif A. Lumbricoides yang
masuk kedalam mulut melalui :
Makanan
Minuman
Udara
Tangan yang kotor
gejala klinis

1. Gejala akibat migrasi larva A. Lumbricoides


saat diparu perdarahan kecil di dinding alveolus timbul ggn
batuk dan demam.

2. Gejala akibat cacing dewasa


cacing dewasa yang tinggal dilipatan mukosa usus halus iritasi
mual, sakit perut yg tdk jelas.
cacing dewasa dapat menembus dinding usus peritonitis
Setiap 20 cacing dewasa perhari merampas 2,8 gr KH dan 0,7
gr protein pucat, lesu, badan kurus.
Pengobatan
Pirantel pamoat : 10mg/kg BB
Mabendazol : 100mg/kg 2xsehari
>3hari
Piperasin sitrat : 75mg/kg BB 2 hari
Albendazol : 400mg
Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Nekator
americanus dan ancylostoma duodenale yang merupakan
cacing tambang
Morfologi
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus,
dengan mulut yang besar melekat pada mukosa
dinding usus. Cacing betina N. americanus tiap
hari mengeluarkan telur 5000-10000 butir,
sedangkan A. duodenale kira-kira 10000-25000
butir. Cacing betina berukuran 1 cm, cacing
jantan 0,8 cm. Bentuk badan N. americanus
biasanya menyerupai huruf S dan A. duodenale
menyurupai huruf C. Rongga mulut kedua cacing
ini besar. N.americanus mempunyai benda kitin,
sedangkan A. duodenale ada dua pasang gigi.
Daur Hidup
Gejala Klinis
Stadium Larva
Bila banyak filariform sekaligus menembus kulit,
maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch.
Perubahan pada paru biasanya ringan. Infeksi larva
filariform A.duodenale secara oral menyebabkan
penyakit dengan gejala mual, muntah, iritasi faring,
batuk, sakit leher, dan seram
Stadium Dewasa
gejala tergantung pada (a) spesies dan jumlah
cacing dan (b) keadaan gizi penderita (fe dan
protein). Tiap cacing N. americanus menyebabkna
kehilangan darah sebanyak 0,005 0,1cc sehari,
sedangkan 0,08 0,34 cc. Cacing tambang
biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya
tahan kurang dan prestasi kerja turun.
Diagnosis
Pemeriksaan tinja
Pengobatan
Pirentel pamoat 10 mg/kgBB
Mempunyai prevalensi diseluruh dunia, terutama pada
daerah panas, lembab dan senitasi buruk seperti di
indonesia.
Morfologi dan Daur Hidup
Siklus hidup
Trichuris trichiura
Gejala Klinis
Sebagian besar infeksi asimptomatik
Nyeri perut
Diare biasa disertai darah
BB menurun
Anemia
Prolaps rektum
Diagnosis
Pemeriksaan tinja
Pengobatan

Albendazol 400 mg
Mabendazol 100 mg
Epidemiologi
1. Penyakit cacig kremi tersebar diseluruh dunia
dengan konsentras pada daerah yang faktor
perilaku sehatnya masih rendah
2. Menyerang semua usia, penderita terbanyak
usia 5-14 tahun, Hal ini karena perilaku
menggaruk dan daya tahan tubuh yang masih
rendah pada anak.
3. Penyebaran cacing kremi yang terbayak
diantara cacing lainya
4. Lebih banyak ditemukan pada daerah dingin
daripada panas
Etiologi
1. Cacing kecil (1 cm) berwarna putih
2. Dalam sekali reproduksi cacing dapat
mengasikan 11.000 butir telur. Telur
berbentuk asimetris, eclips pada satu
sisi dan datar pada sisi lainnya dengan
ukuran telur 30-60 nm
3. Setelah mengalami proses
pematangan, larva dapat bertahan
hidup dalam telur samapai 20 hari
Penularan

Telur
jTelur terdeposit berembrio
dilubang anus Larva menetas
tertelan oleh diusus halus
manusia

Cacing dewasa Larva tetap


betina bermigrasi tinggal sampai
da malam hari ke menjadi cacing
daerah anus untuk dewasa
bertelur
Penularan
1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah
menggaruk daerah perianal (autoinfeksi)
atau tanagn dapat menyebarkan telur
kepada orang lain maupu kepada diri
sendiri karena memegang benda maupun
pakaian yang terkntaminasi
2. Debu merupakan sumber infeksi karena
mudah diterbangkan oleh angin sehingga
telur melau debu dapat tertelan
3. Retroinfksi melaui anus : larva dari telur
yang enetas disekitar anus kembali masuk
ke usus
Gejala dan Tanda
1. Gejala khas sensasi gatal disekitar anus
2. Biasanya diikuti dengan gejaa gangguan
kurang tidur.
3. Kurang nafsu makan, berat badan
menurun, cepat marah, gigi menggertak,
insomnia.
4. Diagnosis dibuat berdasarkan gejala dan
ditemukannya telur dari apusan daerah
anus atau adanya cacing pada daerah
tersebut (anal swab)
Pengobatan
a. Mebendazol dosis tunggal 100 mg
b. Garam piperazin
c. Tiabendazol
d. Pirvinium pamoat
Referensi
Buku ajar Prasitologi Kedokteran fkui Jakarta
Lecture Notes Penyakit infeksi EMS

Anda mungkin juga menyukai