Oleh:
Nurul Qalbi, S.Ked Fizzilmi Dhahila Mansyur, S.Ked
Muthiah Hanun, S.Ked Farid Fauzi Ayyub M, S.Ked
Nurul Hidayah Hamzah, S.Ked Siska Syarif, S.Ked
Fida Annisa Pratiwi, S.Ked Arum Puspita Nur W, S.Ked
Wardaningsih, S.Ked Nurul Amaliyah, S.Ked
Andi Wahyuni, S.Ked Nur Indah Sari G, S.Ked
Pembimbing :
dr. H. Anwar Umar, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
1
HALAMAN PENGESAHAN
Nama :
Nurul Qalbi, S.Ked Fizzilmi Dhahila Mansyur, S.Ked
Muthiah Hanun, S.Ked Farid Fauzi Ayyub M, S.Ked
Nurul Hidayah Hamzah, S.Ked Siska Syarif, S.Ked
Fida Annisa Pratiwi, S.Ked Arum Puspita Nur W, S.Ked
Wardaningsih, S.Ked Nurul Amaliyah, S.Ked
Nur Indah Sari G, S.Ked
Muhammadiyah Makassar.
PEMBIMBING
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan
hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Referat dengan judul
Penerapan Ergonomi di Perusahaan. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari yang diharapkan oleh
karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan saran
demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.
Tim Penulis
3
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
asasi setiap tenaga kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas Asean Free Trade
Ageement (AFTA) dan World Trade Organization (WTO) serta Asia Pacific
Ecomoic Community (APEC) yang akan berlaku tahun 2020, dan untuk
menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri di Indonesia.1
kebolehan dan batasan tenaga kerja sehingga tercipta kondisi kerja yang sehat,
selamat, aman, nyaman dan efisien (3,4). Dalam hal ini ergonomi juga berupaya
menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja sehingga mampu
yaitu untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu
5
kesehatan daan keselamatan kerja tenaga kerja guna meningkatkan produktivitas
perusahaan terutama di perusahaan kecil dan menengah masih jauh dari yang
terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial
yang mungkin akan timbul (Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI,
2010).
Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya antisipasi berbagai risiko,
menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua
pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Ergonomi yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti
6
penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subjek maupun objek. Akan tetapi sering
kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomi bagi para pekerjanya,
hal ini tentunya sangat merugikan perusahaan dan para pekerja itu sendiri (Pusat
namun tidak disadarinya bahwa tanpa kesehatan dan keselamatan kerja segalanya
tidak berati apa-apa. Menyadari pentingnya ergonomi dan K3 bagi semua orang di
manapun berada maupun bekerja, serta adanya persyaratan yang harus dipenuhi
oleh setiap perusahaan di era globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untuk
komitmen semua pihak baik pemerintah maupun swasta dari tingkat pimpinan
kesehatan dan keselamatan kerja yang baik jelas mangkir kerja karena sakit akan
produktivitas yang lebih tinggi, keuntungan akan meningkat dan pada akhirnya
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
8
1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus
dikurangi atau dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada
berat badan dan bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.
3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila susah harus
istirahat (jangan dipaksa) dan bila lapar atau haus harus makan /minum
(jangan ditahan).
1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran
dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus
melayani mesin (macam, gerak, arah dan kekuatan).
2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.
Sedangkan dari sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar
punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih
sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat dan sedikit membungkuk.
9
5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan
bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak
berubah.
8. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien
dan kualitas kerja sangat menurun.
B. Sejarah Ergonomi
Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang
10
Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan
yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan
oleh para operator di tempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada saat
bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Trackrah mengamati
seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi-meja yang kurang
metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu
pekerjaan.
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih
postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang
11
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik
setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu
variabel fisik seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor
secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang). Masalah yang ada pada saat itu
atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau
Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah
banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah
12
terbentuk pada 1957, dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun
yang sama.
C. Tujuan Ergonomi
sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan
menciptakan sistem serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat
(Nurmianto, 2003)
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
13
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai
saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
14
c. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan
siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan
parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain
(Nurmianto, 2003).
1. Sikap Kerja
Dikenal dua sikap kerja, yaitu sikap duduk dan sikap berdiri.
15
Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk karena sikap
kerja duduk merupakan sikap kerja dimana kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih
sedikit energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya
beban otot statis pada kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan
secara ergonomi sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja
(Ardana, 2005).
Sikap duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap
sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa
(sikap tulang punggung ke depan) pada pinggang dan sedikit mungkin
kifosa (sikap duduk ke belakang) pada punggung. Sikap demikian dapat
dicapai dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat. Dengan begitu otot
punggung terasa enak (Santoso, 2004).
16
Gambar 1. Sikap Duduk
17
membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%
(Nurmianto, 2003).
18
Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin merupakan
penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-
syarat bangku kerja yang benar adalah sebagai berikut (Manuaba, 2000):
a. Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan
mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil
ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area
kerja.
b. Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus
ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-
gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.
c. Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan
pemberian penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-
topangan tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di sesuaikan,
sehingga sesuai bagi pemakainya.
Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas
duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-48 cm. Tinggi alas duduk harus
sedikit lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan telapak kaki
(Nurmianto, 2003).
19
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus
lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan adalah 44- 48 cm
(Nurmianto, 2003).
d. Sandaran pinggang
Bagian atas dari sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung
tulang belikat, dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul (Nurmianto,
2003).
e. Sandaran tangan
Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan (harus lebih lebar dari
pinggul dan tidak melebihi lebar bahu) (Nurmianto, 2003).
Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di
perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang
belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan
20
bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk
(Darlis, 2009).
Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi
bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Sepatu
yang baik adalah yang dapat manahan kaki (tubuh) dan kaki tidak
direpotkan untuk menahan sepatu, desain sepatu harus lebih longgar dari
ukuran telapak kaki dan apabila bagian sepatu dikaki terjadi penahanan yang
kuat pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan itu terjadi dalam
waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan
(Santoso, 2004).
2. Proses Kerja
21
Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia
dan metri yang berarti ukuran. Anthropometri dapat didefinisikan sebagai
satu studi yang berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia. Data
anthropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara
mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara anthropometri pekerja
dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat
kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Anthropometri juga
dapat ditentukan dalam seleksi penerimaan tenaga kerja, misalnya orang
gemuk tidak cocok ditempat pekerjaan yang bersuhu tinggi, pekerjaan
yang memerlukan kelincahan, dll. Data anthropometri dapat digunakan
untuk mendesai pakaian, tempat kerja, lingkungan kerja, mesin, alat kerja
dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumer (Nurmianto, 2003).
4. Mengangkat Beban
22
dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan (Wignjosoebroto, 2003).
Sekali-sekali 40 15 15 10-12
23
b. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat
badan. Metoda ini termasuk 5 faktor dasar, yaitu posisi kaki yang benar,
punggung kuat dan kekar, posisi lengan dekat dengan tubuh,
mengangkat dengan benar, menggunakan berat badan.
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis
teratur, berupa pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan
beban kerjanya, pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai
dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan, serta nasehat harus
diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda
dan yang sudah berumur (Wignjosoebroto, 2003).
Dewasa ini komputer adalah suatu sarana yang sangat penting dalam dunia
kerja, hampir setiap kantor baik pada kantor pemerintah atau kantor swasta,
lembaga pendidikan, tingkat rumah tangga atau dunia usaha pasti dijumpai
komputer. Pada awal munculnya alat ini, komputer hanya digunakan sebagai
sarana untuk pengolahan data. Seiring dengan perkembangan teknologi, sekarang
ini komputer juga mengalami kemajuan, yaitu sebagai sarana informasi yang
sangat cepat, murah, dan mudah yang tidak dimiliki oleh fasilitas informasi
lainnya seperti telepon, fax maupun via pos. Dapat dikatakan bahwa komputer
adalah suatu sarana yang dapat mempermudah manusia dalam beraktivitas baik
dalam menyelesaikan tugas (mengolah data) maupun untuk memperoleh
informasi (Ankrum, 2004).
24
Hal ini dimaksudkan dalam pencapaian ergonomi di lingkungan kerja (Mashud,
2008).
5.1. Mouse
25
Gambar 3. Cara Memegang Mouse
5.2. Keyboard
26
Gambar 4. Cara Menggunakan Keyboard
5.3. Layar/Monitor
27
merekomendasikan adaptasi pekerja dengan lingkungan kerja atau
menyesuaikan lingkungan kerja dengan pekerjanya (Abeysekera, 2002).
Bagian atas minimal sejajar dengan garis mata operator, karena posisi
istirahat melakukan fokus sekitar 5-76 cm di bawah garis mata (Cornell
University, 2004). Rekomendasi tinggi monitor sejajar atau sedikit di
bawah garis mata saat duduk rilaks, Kecuali pada pemakai kaca mata
dengan lensa ganda ketinggian monitor harus diatas garis mata. (Sweere
2005).
28
otot punggung dan leher menggunakan elektromyalgram sudah menjadi
ketetapan ISO 9241-5.
29
Sumber: McDowell, 2005
a. Tinggi meja
Tinggi permukaan atas dari meja kerja dibuat setinggi siku dan
disesuaikan dengan sikap tubuh pada waktu bekerja. Untuk sikap duduk,
tinggi meja yang diusulkan adalah 64 – 74 cm yang diukur dari permukaan
daun meja sampai ke lantai.
30
c. Permukaan meja
d. Lebar meja
Lebar meja tidak melebihi jarak jangkauan tangan pekerja. Ukuran yang
diusulkan adalah kurang dari 80 cm (Laurensia, 2004).
31
Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya
untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal
lamanya kerja melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat
khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara khusus pula.pengaturan kerja
demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani
dapat dipertahankan (Nurmianto, 2003).
Dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya,
beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
Gejala klinis dari kelelahan adalah perasaan lesu, ngantuk, dan pusing, sulit
tidur, kurang atau tidak mampu berkonsentrasi, menurunnya tingkat kewaspadaan,
persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada atau berkurangnya keinginan untuk
bekerja, dan menurunnya kesegaran jasmani dan rohani (Manuaba, 2000).
Jika kelelahan yang terjadi sudah dalam batas waktu kronis, maka gejala
yang ditimbulkan adalah meningkatnya ketidaksatbilan jiwa, depresi, dan
meningkatnya sejumlah penyakit fisik (Manuaba, 2000).
32
G. Upaya penanggulangan Kelelahan Akibat Kerja
b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup
saat makan siang.,
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan,
- Pekerja shift
33
H. CONTOH KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Nn. I
Umur (tahun) : 24 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Agama : Islam.
Pekerjaan : Admin Teknik Manajemen Kontruksi.
B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Nyeri kepala.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien mengeluh nyeri kepala yang dirasakan sejak 2 bulan
terakhir. Nyeri dirasakan seperti diikat mulai dari dahi hingga kepala
bagian tengah. Nyeri juga dirasakan pada bagian tengkuk kepala
hingga ke dua bahu. Nyeri kepala tidak dipengaruhi oleh konsumsi
cokelat, keju, ataupun susu. Pasien mengakui nyeri kepala berkurang
bila pasien beristirahat.
Pasien mengaku sering mengalami gejala tersebut terlebih ketika
pasien sedang bekerja dan pekerjaan yang sedang meningkat.
3. Anamnesis Okupasi
a. Uraian Tugas/Pekerjaan
Pasien bekerja di bagian admin teknik manajemen kontruksi. Pasien
telah bekerja selama satu tahun. Pasien bekerja dari hari senin
sampai sabtu (jam kerja 54 jam/minggu), sejak pukul 08.00 sampai
pukul 17.00 WITA (9 jam kerja dalam sehari). Setiap hari pasien
bekerja didepan komputer mengimput data dan mengerjakan
34
laporan. Pasien biasanya bekerja sekitar 7-8 jam di depan computer
dan 2-3 jam di lapangan.
b. Potensial Hazard
35
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
BB : 45 Kg
TB : 150 cm
IMT : 20 kg/m2
Status Gizi : Dalam batas normal
a. Kepala
Bentuk : Tidak ada kelainan
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva pucat (-/-)
Telinga : Liang lapang (+/+), serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir lembab, sianosis (-)
b. Leher
Bentuk : Simetris
Trakhea : Di tengah
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB
JVP : Tidak meningkat
c. Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan
dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus simestris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
36
d. Jantung
Inspeksi : Iktus kordisss tidak terlihat.
Palpasi : Iktus Kordis teraba di sela iga V linea mid
klavikularis kiri
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
e. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris, eritema (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : Peristaktik (+) normal
f. Ekstremitas
Superior : Tidak ada kelainan
Inferior : Sensibilitas (+/+), parestesi (-/-)
2. Status Lokalis
Kepala
Inspeksi : Tanda – tanda radang (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (+)
Perkusi : Tidak di evaluasi.
Auskultasi : Tidak di evaluasi.
D. Diagnosis Kerja
Tension Type Headache
E. Diagnosis Banding
Migrain
Cluster Headache
F. Terapi
Paracetamol 500 mg tab 3 x 1 tab
G. Edukasi
Istirahat dengan tenang, ruangan gelap hingga gejala berkurang dan hilang.
Konsumsi obat nyeri seperti aspirin, acetaminophen, NSAID.
37
Pijat leher, bahu dan punggung. Letakkan heat, an ice pack, or a cold
washcloth pada area yang nyeri.
Segera ke dokter bila:
o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya
o Muntah berulang.
o Numbness atau tingling wajah, lengan atau kaki.
o Lengan dan kaki lemah.
o Perubahan visual yang tidak segera hilang
H. Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam
38
Pada pasien ini dapat ditemukan sebab terjadinya penyakit akibat kerja
adalah ergonomis akibat Unsafe Action pada pasien ini yaitu posisi duduk di
depan computer waktu yang lama. Waktu istirahat yang kurang secara psikologis
yang dapat menimbulkan stres dapat meningkatkan resiko terjadinya Tension
Type Headache.
Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus (87%),
exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time
depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai
adanya defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya.
Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik (psikoterapi), fisiologik
(relaksasi) dan farmakologik (analgesik, sedativa dan minor transquilizers).
Dalam praktek, diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakang
munculnya nyeri agar penderita mengerti tentang permasalahan yang selama ini
kurang atau tidak disadarinya. Penjelasan tentang berbagai macam pemeriksaan
tambahan yang perlu dan yang tidak perlu akan sangat bermanfaat bagi penderita.
39
Beberapa pasien memberi respon terhadap ancillary measure seperti
massase, meditasi dan teknik biofeedback. Pengobatan analgesik yang lebih
kuat sebaiknya dihindari. Raski melaporkan berhasilnya terapi dengan
calcium channel blocker, phenelzine atau cyproheptadine. Ergotamin dan
propanolol tidak efektif kecuali jika terdapat gejala migren dan tension
headache. Teknik relaksasi sangat menolong pasien bagaimana cara
menghadapi anxietas dan stress
BAB III
KESIMPULAN
40
Metode Ergonomi dilakukan dengan pendekatan diagnosis, treatment, dan
follow up. Sedangkan penerapannya dilakukan dalam mengatur sikap kerja, proses
kerja, tataletak tempat kerja, dan mengangkat beban.
DAFTAR PUSTAKA
41
4. Ardana, I. G.N. 2005. Ergonomi Indonesia. The Indonesian Journal of
Ergonomic, JEI 6(1): 1 – 38
5. Carayon, P. 1995. Effect of Computer System Performance and Other
Work Stressor on Strain of Office Workers. Dalam Anzai, Y.K. Ogawa
dan H. Mori (Eds), Preceeding of the Sixth International Conference on
Human Computer Interaction, Tokyo: Elsevier. Hal. 693-698
6. Cornell University. 2004. Arranging Your Workstation Eronomically.
Available from URL: http: //www.Google.Com/
CUergoweb/posturetyping.html
7. Darlis, dkk. 2009. Pertimbangan Ergonomi Pada Perancangan Stasiun
Kerja. Sigma Epsilon, vol 13 (4): 105-110
8. FEOSH. 2005. Creating a Healthy Workstation Environment. Available
from URl:http://www.eh.doe.gov/feosh/pubs/ergo-12-10.pdf
9. Manuaba, A. 2000. Ergonomi – Kesehatan dan Keselamatan kerja,
Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, Surabaya,6-7 juli.
10. Mashud. 2008. MGMP TIK SMA DKI Jakarta. Komputer Ergonomi dan
Kesehatan Kerja. Available from: http://www.mgmp-tik-dki.org/?
pilih=news&aksi=lihat&id=6
11. McCormick, E. J. and Sanders, M. S. 1987. Human Factors in
Engineering and Design. McGraw-Hill, Inc. 37-123;313-452
12. McDowell, J. 2005. Computer related Injury: How Information
Technology Mangers Help ease the Pain. Available
from:URL:http://cm.bell-labs.com/who/ches/me/index.
13. Nurmianto, E. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya:
PT. Guna Widya.
14. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2010. Ergonomi.
Available from: www.searo.who.int
15. Santoso, G. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
42
16. Sarmauly, S.R. 2009. Evaluasi Postur Tubuh di Tinjau Dari Segi
Ergonomi di Bagian Pengepakan Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia
Medan. Skripsi Teknik Industri. USU. Medan
17. Suma’mur. 1996. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: Yayasan
Swabhawa Karya
18. Sweere, H. C. 2005. Ergonom factors Involved in Optimum Computer
Workstation Design Pragmatic Approach.
19. Wignjosoebroto, S. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknik
Analisis untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Surabaya: PT. Guna
Widya. 72-92.
20. Yale University. 2005. Comfort and Health. Health Problems of VDT
Work. Available from: URL:http//www.theoffice.com/office/yale/html.
[Accessed: 5 Sept 2012]
43