Anda di halaman 1dari 70

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Tutorial Klinik

FAKULTAS KEDOKTERAN Mei 2021


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

PENERAPAN ERGONOMI DI PERUSAHAAN

Oleh:
Andi Eis Nurkhofifah, S.Ked
St. Nurchaliza D.P, S.Ked
Suci Ramadhani, S.Ked
Andi Nur Mutmainnah, S.Ked

Pembimbing :
drg. Andri Anwar Zainuddin, M.Kes

Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama :
Andi Eis Nurkhofifah, S.Ked
St. Nurchaliza D.P, S.Ked
Suci Ramadhani, S.Ked
Andi Nur Mutmainnah, S.Ked

Judul : Penerapan Ergonomi di Perusahaan

Telah menyelesaikan tugas Tutorial Klinik dalam rangka kepaniteraan klinik

pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Mei 2020

PEMBIMBING

drg. Andri Anwar Zainuddin, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan
hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Referat dengan judul
Penerapan Ergonomi di Perusahaan. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas ini, namun berkat


bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-teman
sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Penulis sampaikan terima kasih banyak kepada, drg. Andri Anwar


Zainuddin, M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi
selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari yang diharapkan oleh
karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan saran
demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.

Makassar, Mei 2021

Tim Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI……………………………………………………………….
4
B. SEJARAH ERGONOMI………………………………………………. 6
C. TUJUAN………………………………………………………………..
8
D. METODE METODE ERGONOMI …………………………………… 9
E. APLIKASI ERGONOMI DI TEMPAT KERJA………………………. 9
F. MASALAH AKIBAT LINGKUNGAN KERJA YANG TIDAK
ERGONOMI…………………………………………………………..
24
G. UPAYA PENANGGULANGAN KELELAHAN AKIBAT KERJA….
26
H. CONTOH KASUS……………………………………………………

BAB III KESIMPULAN ….………………………………………………….. 29

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan

untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, di samping itu K3 adalah hak

asasi setiap tenaga kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas Asean Free Trade

Ageement (AFTA) dan World Trade Organization (WTO) serta Asia Pacific

Ecomoic Community (APEC) yang akan berlaku tahun 2020, dan untuk

memenangkan persaingan bebas ternyata kesehatan dan keselamatan kerja juga

menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri di Indonesia.1

Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang

ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-

ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subjek dan objek pembangunan.

Ergonomi yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti

penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subjek maupun objek. Akan tetapi sering

kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomi bagi para pekerjanya,

hal ini tentunya sangat merugikan perusahaan dan para pekerja itu sendiri (Pusat

Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2010).

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

Kolumna vertebra membentang dari tengkorak hingga ke pelvis

dan berisi 26 tulang disebut vertebra. Tulang-tulang tersebut dipisahkian

oleh bantalan fibrokartilago disebut diskus intervertebralis. Diskus tersebut

berperan sebagai shock arbsorber dan membantu kolumna untuk

menekuk. Normalnya, ada empat lengkungan yang meningkatkan

kekuatan dari kolumna. Mereka dinamakan menurut wilayah dimana

mereka berada.14

Semua vertebra mempunyai pola struktural umum meskipun

terdapat variasi di antaranya. Bagian anterior yang tebal dan menahan

beban merupakan corpus atau pusat. Lengkungan vertebra dan corpus

mengelilingi sebuah bukaan pusat yang besar disebut foramen vertebra.

Ketika semua vertebra ditumpuk di kolumna, foramen-foramen vertebra

membuat sebuah saluran yang mengisi saraf tulang belakang. Prosessus

transversus berada secara lateral dari lengkungan verterbra dan di bagian

tengah posterior terdapat prossesus spinosus. Prossesus ini merupakan

tempat melekatnya otot-otot.14

6
1. Tulang servikal (Leher)

Leher memiliki fungsi untuk mendukung berat dari kepala

dan memproteksi saraf yang datang dari otak ke seluruh tubuh.

Bagian tulang belakang ini memiliki tujuh tulang vertebra yang

semakin kecil apabila sudah mendekati basis cranii. Kebanyakan

pergerakan rotasi tulang servikal datang dari dua segmen atas

manakala kebanyakan merupakan pergerakan fleksi/ekstensi

datang dari C5-C6 dan C6-C7.8

Gambar 2.1

2. Tulang Thorakal (Punggung Atas)

Tulang belakang thorakal terdiri dari 12 tulang vertebra di

punggung atas. Perlekatan kuat dari tulang iga dari setiap tingkat

tulang thorakal memberikan keseimbangan dan dukungan

struktural kepada punggung atas dan membenarkan pergerakan

yang kecil. Tulang thorakal memberikan proteksi kepada organ-

organ vital seperti paru-paru dan jantung. Punggung atas tidak

7
memiliki tujuan untuk pergerakan, maka jarang ditemukan cedera

pada tulang belakang thorakal.8

Gambar 2.2

3. Tulang Lumbal (Punggung Bawah)

Punggung bawah memiliki keterlibatan yang lebih dari

bagian thorakal dan menerima semua beban dari batang tubuh

sehingga menyebabkan bagian ini paling sering terjadi cedera.

Pergerakan pada tulang belakang lumbal dibagi antara 5 segmen

pergerakan walaupun jumlah pergerakan yang tidak seimbang

terpaksa diterima oleh segmen bawah (L3-L4 dan L4-L5). Oleh

karena itu, kedua segmen ini adalah yang paling rentan untuk

terjadi kerusakan. Dua diskus paling bawah (L4-L5 dan L5-S1)

menerima ketegangan dan paling rentan untuk terjadinya herniasi.

Ini bisa menyebabkan nyeri punggung bawah dan kebas yang

menyebar melalui tungkai bawah hingga telapak kaki.

8
Gambar 2.3

4. Tulang Sacrum dan Coccygeus (Bagian Dasar Tulang Belakang)

Di bawah tulang belakang lumbal terdapat tutlang yang

disebut sacrum yang merupakan bagian belakang dari pelvis.

Tulang ini berbentuk seperti segitiga yang menempati antara dua

tulang pelvis dan menyambungkan tulang belakang kepada bagian

bawah tubuh. Sacrum tersambung dengan bagian pelvis pada

sacroiliac joint dan lebih sering pada wanita berbanding pria.

Tulang coccygeus adalah bagian sacral yang terletak paling bawah

dari tulang belakang.

Gambar 2.4

9
B. Low Back Pain

1. Definisi

Nyeri merupakan cara tubuh untuk memberitahu kita

bahwa terjadi sesuatu yang salah. Nyeri bekerja sebagai suatu

sistem alarm yang merupakan sinyal untuk memberitahukan kita

untuk berhenti melakukan sesuatu yang bisa jadi menyakitkan kita

dan dengan cara ini melindungi kita dari keadaan bahaya.6

Punggung merupakan bagian penting dari diri kita.

Punggung dapat membantu kita berdiri, berjalan, berputar,

berbalik, membungkuk, atau mengangkat. Istilah punggung

menggambarkan batang tubuh mulai dari bawah leher hingga ke

tulang ekor. Nyeri punggung bukanlah penyakit tersendiri. Nyeri

punggung merupakan sekumpulan gejala yang menandakan bahwa

terdapat sesuatu yang salah dan jika ditangani segera secara tepat,

nyeri punggung dapat sembuh dalam beberapa hari atau minggu.6

Nyeri Punggung Bawah atau Low Back Pain merupakan

nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat berupa

nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya.7 Nyeri

punggung bawah adalah nyeri di daerah lumbosakral dan

sakroiliaka yang sering disertai dengan penjalaran ke tungkai

hingga kaki.9. Nyeri punggung bawah adalah keluhan rasa nyeri,

ketegangan pada otot, atau rasa kaku di daerah pinggang yaitu

pinggir bawah iga sampai lipatan bawah bokong (plica lutea

10
inferior), dengan atau tanpa disertai adanya penjalaran rasa nyeri

ke daerah tungkai. Rasa nyeri yang dirasakan meliputi 5 vertebra

yaitu pada L1-L5 yang merupakan penopang berat pada bagian

tubuh atas.7

Low Back Pain juga diartikan sebagai ketegangan otot,

kekauan yang berlokasi di bawah margin kosta dan di atas lipatan

glutea inferior dengan atau tidak dengan nyeri tungkai.18

2. Etiologi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya nyeri

punggung antara lain:8

a. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir

Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebra.

Kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat

berupa tulang vertebra yang hanya setengah bagian karena

ketika lahir tidak lengkap. Hal ini dapat menyebabkan

terjadinya nyeri punggung yang disertai dengan skoliosis

ringan. Selain itu, ditandai pula adanya dua buah vertebra yang

melekat menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan

nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra di bagian bawah

karena lamina tidak melekat dikenal sebagai Spina Bifida.

b. Nyeri Punggung Karena Trauma

Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama

nyeri punggung. Bagi orang-orang yang tidak biasa melakukan

11
pekerjaan otot maupun melakukan aktivitas dengan beban

yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah akut.

Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat

menyebabkan kekauan serta spasme yang tiba-tiba pada otot

punggung sehingga mengakibatkan terjadinya trauma

punggung dan akhirnya menimbulkan nyeri. Kekakuan otot

cenderung dapat sembuh sendiri dalam jang waktu tertentu.

Namun, pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan

medis agar tidak menimbulkan gangguan yang lebih lanjut.

c. Nyeri Punggung Karena Perubahan Jaringan

Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat

perubahan jaringan pada lokasi yang mengalami sakit.

Perubahan jaringan tersebut tidak hanya mengenai daerah

punggung bawah, tetapi terdapat juga di sepanjang punggung

dan anggota bagian tubuh lain. Beberapa jenis penyakit dengan

keluhan nyeri punggung akibat perubahan jaringan yaitu,

osteoartritis, penyakit fibrositis, ataupun penyakit infeksi.

d. Nyeri Punggung Karena Pengaruh Gaya Berat

Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan

berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan

dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubu yang lain,

misalnmya genu varum, genu valgum, coxa valgum, dan

sebagainya. Beberpa pekerjaan yang mengharuskan berdiri dan

12
duduk dalam jangka waktu yang lama juga dapat

mengakibatkan terjadinya nyeri punggung. Kehamilan dan

obesitas juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

nyeri punggung akibat pengaruh gaya berat. Hai ini disebabkan

oleh terjadinya penekanan ada tulang belakang akibat

penumpukan lemak, kelainan postur tubuh, dan kelemahan

otot.

3. Klasifikasi

Nyeri punggung bawah disebabkan oleh berbagai kelainan

atau perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organ

atau jaringan pada tubuh. Oleh karena itu, beberapa ahli membuat

klasifikasi berdasarkan kelainannya atau jaringan yang mengalami

kelainan tersebut. Klasifikasi Low Back Pain sebagai berikut:9

a. Low Back Pain Viserogenik

Low Back Pain Viserogenik adalah nyeri punggung yang

disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera

di area pelvis serta tumor retropeitoneal. Nyeri viserogenik ini

tidak bertambah nyeri dengan adanya aktivitas tubuh dan

sebaliknya tidak berkurang saat istirahat. Penderita Low Back

Pain Viserogenik yang mengalami nyeri hebat akan menggeliat

sebagai upaya untuk meredakan rasa nyeri yang dialaminya.

Adanya ulserasi atau tumor di dinding ventrikulus serta

duodenum akan menimbulkan induksi nyeri di area

13
epigastrium. Nyeri tadi biasanya terasa di garis tengah setinggi

lumbal pertama dan bisa jadi naik sampai thorakal ke-6.

b. Low Back Pain Vaskulogenik

Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat

menimbulkan nyeri punggung ataupun menyerupai iskialgia.

Aneurisma pada abnominal dapat menimbulkan Low Back

Pain di bagian dalam dan tidak memiliki hubungan dengan

aktivitas tubuh.

Gambar 2.5

c. Low Back Pain Neurogenik

Keadaan patologik yang mengenai saraf dapat

menyebabkan nyeri punggung bawah, yaitu:

1) Neoplasma

Neoplasma interkanalis spinal yang sering ditemukan

adalah neurioma, hemangloma, ependimoma, dan

meningioma. Nyeri yang ditimbulkan oleh neoplasma ini

sering sulit dibedakan dengan HNP. Pada umumnya gejala

14
pertama yang dirasakan berupa rasa nyeri lalu kemudian

timbul gejala neurologik yaitu gangguan motorik,

sensibilitas, dan vegetatif. Rasa nyeri tersebut sering timbul

saat sedang tidur sehingga dapat membangunkan penderita.

Rasa nyeri berkurang saat berjalan.

2) Araknoiditis

Pada araknoiditis terjadi perlekatan-perlekatan. Nyeri

timbul jika terjadi penjepitan terhadap radiks oleh

perlengketan tersebut.

Gambar 2.6

3) Stenosis Kanalis Spinalis

Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses

degenerasi diskus invertebralis dan biasanya disertai oleh

ligamentum. Gejala klinik yang timbul adalah klausdikasio

intermiten yang disertai rasa kesemutan dan rasa nyeri tetap

15
ada meski penderita sedang beristirahat. Bedanya

klausdikasio intermitten pada penyumbatan arteri adalah

denyut nadi yang menghilangdan tidak ada rasa kesemutan.

Gambar 2.7

d. Low Back Pain Spondilogenik

Low Back Pain Spondilogenik adalah nyeri yang

disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna

vertebralis yang terdiri dari unsur tulang, diskus invertebralis,

dan miofasial serta proses patologik di artikulasio sakroiliaka.

1) Low Back Pain Osteogenik sering disebabkan oleh:

a) Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral

dan spondilitis tuberkulosa masih sering dijumpai

meskipun jarang ditemui di area lumbal karena

predileksinya di bagian thorakal.

b) Trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun

spondilolistesis suatu keadaan dimana bergesernya

korpus vertebra terhadap corpus vertebra di

bawahnya.

16
Gambar 2.8

2) Low Back Pain Diskogenik disebabkan oleh:

a) Spondilitis, disebabkan oleh proses degenerasi yang

progresif pada diskus vertebalis sehingga

mengakibatkan menyempitnya jarak antara vertebra

dan akhirnya menyebabkan osteofit, penyempitan

kanalis spinalis dan foramen intervertebrale dan

iritasi persendian posterior. Rasa nyeri pada

spondilitis ini disebabkan oleh terjadinya

osteoarthritis dan adanya penekanan radiks oleh

kantong duramater yang mengakibatknya iskemi dan

radang.

b) Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan keadaan

dimana nukleus pulposus keluar menonjol yang

kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui

annulus fibrosus yang robek. Penonjolan dapat terjadi

di bagian lateral dan hal ini banyak terjadi maka

disebut HNP lateral. Penonjolan yang terjadi di bagian

17
tengah disebut HNP sentral. Dasar terjadinya HNP ini

adanya proses degenerasi diskus invertebralis

sehingga HNP banyak terjadi pada usia pertengahan.

Gambar 2.9

c) Spondilitis ankilosa, proses ini biasanya mulai dari

sendi sakroiliaka lalu menjalar ke atas ke daerah

leher. Gejala awal berupa rasa kaku di punggung

bawah ketika bangun tidur dan hilang setelah

mengandakan gerakan. Pada pemeriksaan foto

rontgen terlihat gambaran yang mirip dengan ruas-

ruas bambu sehingga disebut bamboo spine.

Gambar 2.10

18
e. Low Back Pain Miogenik

Disebabkan oleh kegiatan otot, spasme otot, hipersensitif,

dan defisiensi otot:

1) Ketegangan otot disebabkan oleh sikap tegang yang

konstan atau berulang-ulang dengan posisi yang sama

akan memendekan otot yang akhirnya akan menimbulkan

perasaan nyeri. Keadaan seperti ini tidak akan lepas dari

kebiasaan buruk seseorang atau sikap tubuh yang tidak

atau kurang fisiologik.

2) Spasme otot disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba

dimana kondisi otot sebelum gerakan dalam kondisi

tegang, kaku, atau kurang pemanasan. Spasme otot

memberikan gejala khas ialah dengan adanya kontraksi

otot disertai nyeri yang hebat. Setiap gerakan yang

dilakukan akan memperberat rasa nyeri serta menambah

kontraksi.

3) Otot yang hipersensitif akan menciptakan satu daerah

kecil jika dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan

menjalar ke daerah tertentu. Daerah kecil ini disebut

sebagai noctah picuh (trigger point).

19
4) Defisiensi otot dapat disebabkan oleh kurang latihan yang

merupakan akibat dari mekanisasi berlebihan, tirah baring

terlalu lama maupun imobilisasi.

f. Low Back Pain Psikogenik

Nyeri jenis ini sering ditemukan tetapi biasanya ditemukan

setelah dilaksanakan pemeriksaan yang lengkap dan hasilnya

tidak memberikan jawaban pasti. Hal ini dimana semua

kemungkinan faktor organik tidak dibuktikan sebagai faktor

etologi low back pain. Low back pain psikogenik umumnya

disebabkan oleh ketegangan jiwa, kecemasan dan depresi atau

keduanya.

4. Gejala klinis

Nyeri merupakan perasaan yang sangat subjektif dan tingkat

keparahannya sangat dipengaruhi oleh pendapat individu yang

mengalaminya dan bagaimana keadaan saat nyeri tersebut terjadi.

Gejala-gejala nyeri punggung dapat sangat bervariasi. Gejala

tersebut meliputi:6

a. Sakit

b. Kekakuan

c. Rasa baal

d. Kelemahan

e. Rasa kesemutan

20
Batuk atau bersin seringkali dapat memperberat nyeri

pinggung dengan menyebabkan spasme pada otot yang terasa

sangat nyeri. Nyeri tersebut dapat menjalar ke daerah lain

meskipun pada awalnya nyeri hanya pada punggung.6

Bila nyeri bertambah berat atau berlangsung dalam jang

waktu yang lama, maka penderita dapat mengalami:6

a. Kesulitan buang air kecil

b. Kesulitan tidur

c. Masalah seksual

d. Depresi

5. Patofisiologi

Nyeri punggung bawah umumnya disebabkan oleh trauma

akut tetapi bisa juga disebabkan oleh trauma kumulatif. Nyeri

punggung bawah akibat dari trauma kumulatif lebih sering di

tempat kerja misalnya karena duduk statis terlalu lama atau posisi

kerja yang kurang ergonomis. Beberapa struktur anatomis pada

tulang bunggung bawah antara lain: tulang, ligamen, diskus,

tendon, otot dan saraf yang diduga memiliki peran besar dalam

menimbulkan nyeri. Adapun struktus di sekitar diskus invertebralis

yang sensitif terhadap nyeri ialah: ligamentum longitudinal

anterior, ligamentum longitudinal posterior, akar saraf, corpus

vertebra, dan kartilago facet joint. Banyak dari komponen-

komponen di atas memiliki persarafan sensoris yang dapat

21
menghasilkan sinyal nosiseptif sebagai reaksi terhadap adanya

suatu kerusakan jaringan. Penyebab lainnya bisa neuropatik,

misalkan ischialgia. Secara biomekanik, pergerakan tulang

punggung bawah suatu gerakan kumulatif dari tulang-tulang

vertebra lumbalis, dimana 80-90% merupakan gerakan fleksi dan

ekstensi lumbal yang terjadi pada diskus invertebralis L4-L5 dan

L5-S1. Posisi gerakan pada tulang belakang yang paling berisiko

menyebabkan nyeri punggung bawah ialah fleksi ke depan

(membungkuk), rotasi (memutar), dan ketika mengangkat barang

berat dengan posisi tangan terentang ke depan. Pembebanan aksial

dalam durasi ditahan oleh serat kolagen annula diskus.

Pembebanan aksial dengan durasi lebih lama menimbulkan

tekanan ke annulus fibrosus lebih lama dan mengakibatkan tekanan

tersebut menyebar ke endplates. Jika annulus dan endplate dalam

kondisi baik, beban yang diberikan dapat ditahan dengan baik.

Namun tekanan yang dihasilkan dari suatu kontraksi otot lumbal

dapat bergabung dengan tekanan dari beban dan dapat

menyebabkan peningkatan tekanan intradiskal yang melebihi

kekuatan serat annular diskus invertebralis. Beban kompresi pada

diskus yang berulang seperti gerakan fleksi dan torsi lumbal saat

mengangkat suatu benda, membuat diskus berada pada resiko

untuk mengalami kerobekan annulus fibrosus. Serat paling dalam

dari annulus fibrosus tidak memiliki persarafan sehingga jika

22
terjadi robekan tidak menimbulkan rasa nyeri. Namun, apabila

nukleus pulposus sudah mencapai tepi luar annulus fibrosus,

kemungkinan akan menimbulkan rasa nyeri karea bagian tepi

aspek posterior annulus fibrosus mendapat persarafan dari

beberapa serabut saraf N.Sinuvertebral dan aspek lateral dari

diskus pada bagian tepinya disarafi oleh cabang dari rami anterior

dan gray rami communicants.10

Proses timbulnya nyeri berasal dari rangsangan yang dapat

menimbulkan nyeri bersifat destruktif terhadap jaringan yang

dilengkapi dengan serabut saraf penghantar impuls nyeri. Serabut

saraf tersebut dikenal sebagai serabut nyeri dan jaringan tersebut

dikenal sebagai jaringan peka nyeri. Reseptor untuk stimulus nyeri

disebut nosiseptor. Nosiseptor adalah ujung sarad tidak bermielin

A delta sedangkan ujung saraf C bermielin. Nosiseptor terletak di

jaringan subkutis, sendi, dan otot rangka. Nosiseptor yang

terangsangoleh stimulus potensial dapat menimbulkan kerusakan

jaringan. Stimulus ini disebut juga stimulus noksius. Kemudian

stimulus noksius ini ditransmisikan ke sistem saraf pusat lalu akan

menimbulkan emosi dan perasaan tidak menyenangkan seingga

timbul rasa nyeri dan reaksi menghindar.

Nyeri sendiri timbul melalu empat tahap yaitu:11

a. Transduksi

23
Tahap ini merupakan suatu proses dimana akhiran saraf

aferen menerjemahkan stimulus yang masukn ke dalam impuls

nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam tahap ini

yaitu, serabut A beta, A delta dan C.

b. Transmisi

Tahap ini merupakan proses dimana impuls disalurkan

menuju kornu dorsalis medula spinalis, lalu sepanjang traktus

sensorik menuju otak. Neuron aferen primer merupakan

pengiriman dan juga penerima aktif dari sinyal elektrik dan

kimiawi. Aksonnya akan berakhir pada kornu dorsalis medula

spinalis dan selanjutnya akan berhubungan dengan banyak neuron

spinal.

c. Modulasi

Tahap ini merupakan proses amplifikasi sinyal neural

terkait nyeri. Proses ini terjadi pada kornu dorsalis medula spinalis

dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Hasil dari inhibisi

desenden ini merupakan penguatan atau bahkan penghambatan

sinyak nosiseptif di kornu dorsalis.

d. Persepsi

24
Tahap ini merupakan saat dimana terjadi kesadaran akan

nyeri. Persepsi merupakan hasil dari transduksi, transmisi,

modulasi, aspek psikologis dan karakter individu lainnya.

6. Faktor risiko

Faktor-faktor yang berperan dalam mempengaruhi low back

pain, yaitu faktor individu, faktor pekerjaan, faktor lingkungan.12

Faktor individu bisa dilihat dari faktor-faktor berikut:12

a. Usia

Degenerasi pada tulang terjadi seiring berjalannya usia pada

seseorang dan hal ini mulai terjadi ketika individu menginjak usia

30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa

kerusakan jaringan, adanya penggantian jaringan menjadi jaringan

parut, dan pengurangan cairan. Hal-hal tersebut menyebabkan

stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua

individu tersebut maka semaki tinggi individu tersebut mengalami

penurunan elastisitas pada tulang sehingga menjadi pemicu

terjadinya nyeri punggung bawah.

b. Jenis Kelamin’

Prevalensi nyeri punggung bawah lebih tinggi pada wanita

dibandingkan dengan laki-laki. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja karena keluhan

25
low back pain. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan

otot pada wanita lebih rendah daripada pria.

c. Indeks MassaTubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan hasil dari kalkulasi

berat dan tinggi badan seseorang.12 Di Indonesia, ambang batas

IMT yang berlaku yaitu: underweight (<18,5), normal (>18,5-

25,0), overweight (>25,0).13 Salah satu penelitian menyatakan

bahwa seorang yang overweight berisiko 5 kali menderita nyeri

punggung bawah dibandingkan orang dengan berat badan ideal.12

d. Masa Kerja

Masa kerja ialah lamanya kerja seseorang bekerja di suatu

tempat. Terkait dengan hal tersebut, low back pain adalah penyakit

kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan

bermanifestasi. Maka dari itu, semakin lama durasi seseorang

bekerja maka semakin lama juga seseorang itu terpapar dengan

faktor risiko ini maka semakin besar risiko seseorang tersebut

menderita nyeri punggung bawah.

e. Kebiasaan merokok

World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah

kematian akibat merokok setiap tahunnya mencapai 4,9 juta dan

menjelang tahun 2020 akan mencapai 10 juta orang per tahunnya.

Hubungan signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan

otot pinggang terkhusus kepada pekerja yang membutuhkan

26
pengerahan otot yaitu dari nikotin dalam rokok yang menyebabkan

kurangnya aliran darah menuju ke jaringan. Bukan hanya itu,

merokok juga dapat mengurangi kandungan mineral dalam tulang

sehingga akan menimbulkan nyeri akibat dari kerusakan atau

keretakan pada tulang. Dari penelitian yang telah dilakukan,

penderita yang merokok lebih banyak menderita nyeri punggung

bawah dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok sama

sekali.

f. Riwayat pendidikan

Riwayat pendidikan berhubungan dengan tingkat

pengetahuan seseoran mengenai sikap dalam melakukan

pekerjaannya dengan postur yang benar. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseornag tersebut, diharapkan semakin banyak pula

pengetahuan yang dimilikinya.

g. Tingkat pendapatan

Pada beberapa perusahaan pendapatan berkaitan dengan

hari kerja. Di Indonesia, terdapat sistem 5 hari dan 6 hari kerja.

Namun, 5 hari kerja lebih dominan diterapkan di Indonesia. Akan

tetapi, penerapan 5 hari kerja bisa menjadi masalah tersendiri di

Indonesia. Hal ini disebabkan karena tingkat pengupahan yang

rendah sehingga kebutuhan tidak tercukupi. Hal ini juga menjadi

27
pemikiran dasar bagi pekerja dimana mereka berpikir bahwa

bekerja 5 atau 6 hari akan mempengaruhi pendapatan mereka.

Padahal, jika pekerja bisa mengefesienkan pekerjaan mereka dan

adanya peningkatan produktivitas maka pekerjaan akan selesai

tepat waktu dan mereka tidak harus melakukan kerja lembur. Akan

tetapi, mereka juga berpikir bahwa jika mereka tidak melakukan

kerja lembur maka tidak akan ada penambahan pendapatan bagi

mereka.

h. Aktivitas fisik

Pola hidup yang tidak aktif menjadi risiko timbulnya

keluhan dan penyakit, termasuk low back pain. Aktivtas fisik

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan

aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Aktivitas fisik yang

cukup dan dilakukan secara rutin dapat membantu mencegah

terjadinya keluhan low back pain. Olahraga yang teratur juga dapat

memperbaiki kualitas hidup. aktivitas fisik dapat dikatakan teratur

jika aktivitas tersebut dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu.

Kurangnya aktivitas fisik dapat mengurangi suplai oksigen ke otot

sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan otot. Pada umumnya,

keluhan otot jarang ditemukan pada seseorang yang aktivitas

kesehariannya memilki waktu istirahat yang cukup dan melakukan

aktivitas fisik yang cukup.

i. Riwayat penyakit terkait rangka dan riwayat trauma

28
Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelenguangan

tulang beakang merupakan salah satu faktor terjadinya keluhan low

back pain. Orang yang memiliki kasus spondylolisthesis akan lebih

berisiko mengalami low back pain pada jenis pekerjaan yang berat.

Riwayat trauma tulang belakang juga menjadi faktor terjadinya low

back pain karena trauma dapat merusak struktur tulang belakang

sehingga akan menyebabkan nyeri terus-menerus.

Faktor pekerjaan meliputi faktor-faktor di bawah ini:12

a. Beban kerja

Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, sosial, mental

yang harus diterima oleh seseorang dimana hal ini harus

diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik

dan keterbatasan pekerja dalam menerima beban tersebut.

Pekerjaan atau gerakan yang membutuhkan tenaga besar akan

memberikan beban mekanik yang besar terhadapa otot, sendi,

tendon, dan ligamen. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi,

kerusakan otot, tendon, dan jaringan lainnya serta kelelahan otot.

b. Posisi kerja

Posisi janggal merupakan posisi tubuh yang menyimpang

secara signifikan dari posisi tubuh normal ketika melakukan

pekerjaan. Bekerja dengan posisi janggal dapat meningkatkan

jumlah energi yang dibutuhkan ketika bekerja. Posisi janggal dapat

menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot menuju

29
jaringan rangka tidak efisien sehingga dapat menimbulkan

kelelahan otot dengan mudah. Termasuk dalam posisi janggal

adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai,

berputar, memiringkan badan, jongkok, berlutut, memegang dalam

posisi statis dan menjepit dnegan tangan. Posisi ini melibatkan

beberapat area tubuh, seperti bahu, punggung, dan lutut karen area

ini merupakan area yang sering mengalami cedera.

c. Repetisi

Repetisi merupakan pengulangan gerakan kerja dengan pola

yang sama. Frekuensi gerakan dengan pola yang terlalu sering akan

mendorong fatigue dengan ketegangan otot tendon. Dampak

gerakan berulang akan meningkat bila gerakan tersebut dilakukan

dengan postur yang janggal dengan beban yang berat dan waktu

yang lama.

d. Durasi

Durasi adalah jumlah waktu terpajannya faktor risiko.

Durasi didefinisikan ke dalam tiga kategori yaitu: durasi singkat

(<1 jam perhari), durasi sedang (1-2 jam), dan durasi lama (>2

jam).

Faktor-faktor lingkungan fisik meliputi:

a. Getaran

Getaran memiliki potensi menyebabkan keluhan low back

pain jika seseorang menghabiskan waktu lebih banyak di

30
kendaraan atau lingkungan kerja dengan hazard getaran. Getaran

dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat sehingga

menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam

laktat meningkat dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.

b. Kebisingan

Kebisingan yang terjadi di lingkungan kerja dapat

mempengaruhi performa kerja. Kebisingan secara tidak langsung

dapat memicu peningkatan rasa nyeri pada keluhan low back pain

karena dapat membuat pekerja merasa stres berada di lingkungan

kerja yang tidak baik.

7. Diagnosis

Walaupun nyeri sendiri sebenarnya tidak membutuhkan

diagnosis dokter, namun alasan mengapa kita dapat mengalami

nyeri punggung mungkin lebih sulit diketahui.6

Nyeri sangat sulit dijelaskan dengan kata-kata. Sebagian

besar kasus, dokter akan mencoba mencari tahu mengenai apa yang

terjadi dengan meminta penderita mendeskripsikan rasa nyeri yang

dirasakannya.6 Hal ini dikenal sebagai anamnesis. Beberapa

pertanyaan yang kemungkinan ditanyakan mengenai nyeri pada

penderita yaitu:

31
a. Di manakah nyeri dirasakan?

b. Apakah nyeri menetap pada tempat yang sama?

c. Apakah jenis nyeri yang dirasakan?

d. Berapa lama nyeri berlangsung?

e. Kapan nyeri punggung mulai terjadi?

f. Apa yang anda lakukan ketika nyeri terjadi?

g. Apakah anda sebelumnya pernah mengalami masalah

punggung?

h. Apakah anda merasakan gejala lain di bagian tubuh anda?

i. Apakah nyeri punggung membatasi gerakan anda?

Untuk memahami seberapa berat nyeri punggung, dokter

kadang menggunakan skala nol hingga sepuluh, atau dokter dapat

meminta penderita mengklasifikasikan nyeri yang dirasakan

sebagai ringan, sedang, berat, atau terasa menyiksa. Skala analog

visual juga dapat membantu untuk mengukur seberapa berat nyeri

yang penderita rasakan.6

Mengingat struktur punggung bawah cukup berdekatan

dengan organ lain yang letaknya di dalam rongga perut serta

rongga pelvis serta mengingat juga banyaknya faktor penyebab

LBP maka anamnesis terhadap keluhan LBP akan berupa sederet

daftar pertanyaan yang harus dilakukan kepada penderita atau

pengantarnya. Daftar pertanyaan tersebut dalam bentuk check list

32
dan diharapkan dapat mengurangi hal yang mungkin terlewatkan

dalam anamensis.9

Tabel 2.1 Daftar Periksa (Check List) untuk LBP

YA TIDAK

1. Akut atau mendadak

2. Bertahap atau kronis

3. Trauma langsung

4. Trauma tidak langsung

5. Gangguan tidur

6. Disertai nyeri pada tungkai

7. Disertai nyeri menjalar ke tungkai

8. Nyeri diperberat oleh batuk/bersin

9. Riwayat tuberkulosis

10. Riwayat kegananasan atau operasi

tumor

11. Riwayat kencing batu

12. Riwayatat klaudikasio intermitten

13. Gangguan menstruasi

14. Gangguan libido

15. Sikap duduk/bekerja yang salah

16. Bekerja dengan mengejan kuat

17. Perasaan cemas atau gelisah

18. Riwayat demam atau panas

33
19. Riwayat gangguang kencing/berak

20. Rasa kesemutan pada tungkai

Anamnesis low back pain mempunyai kerangka acuan

tertentu, minimal harus meliputi hal-hal sebagai berikut:9

a. Letak atau lokasi nyeri. Dalam hal ini penderita diminta untuk

menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya.

b. Penyebaran nyeri. Dalam hal ini sangat perlu dibedakan

apakah nyeri tersebut bersifat nyeri radikular atau reffered

pain.

c. Pengaruh aktivitas terhadap nyeri. Aktivitas tertentu dapat

menimbulkan nyeri yang luar biasa sehingga penderita

memiliki sikap tertentu untuk meredakan rasa nyeri.

d. Sifat nyeri. Biasanya sifat nyeri ini diutarakan oleh penderita

berbagai macam seperti ditusuk-tusuk, disayat, berdenyut,

nyeri tumpul, dan sebagainya.

e. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh. Perlu ditanyakan

posisi bagaimana sehingga hal itu akan memicu nyeri ataupun

meredakan nyeri tersebut.

f. Trauma. Penderita biasanya tidak menyadari bahwa LBP bisa

disebabkan oleh trauma. Trauma tidak langsung juga dapat

menyebabkan LBP.

g. Proses terjadi nyeri dan perkembangannya. Hal ini perlu

ditanyaka mengenai sifat akut, sub akut, perlahan, atau

34
bertahap hingga ditanyakan apa nyeri menetap atau hilang

timbul.

h. Obat-obat analgetik yang pernah diminum.

i. Kemungkinan adanya proses keganansan. Bisa ditanyakan

mengenai riwayat operasi tumur, riwayat terapi radiasi,

penurunan berat badan secara drastis dan sebagainya.

j. Riwayat menstruasi. Beberapa wanita ketika mengalami

menstruasi biasanya disertai dengan LBP yang dapat

mengganggu kegiatan sehari-hari.

k. Kondisi mental atau emosional.

Dokter juga dapat memeriksa penderita dan dokter akan

melihat kembali riwayat kesehatan penderita untuk mencari tahu

penyebab lain yang mungkin berperan atas nyeri yang dirasakan.

Hal-hal yang dokter akan lakukan dalam pemeriksaan ini yaitu:

a. Tes pinprick dilakukan untuk memriksa apaan sensasi rabaan

penderita berkerja dengan baik.

b. Tes kekuatan otot dengan meminta penderita mendorong

melawan tangan.

c. Tes refleks pada lutut dan juga pergelangan kaki dengan

mengetuk secara halus tepat bawah tempurung lutut dan di atas

tumit dengan palu khusus.

35
d. Melakukan straight leg test dimana penderita akan berbaring

dengan punggung menyentuh lantai dan menangkat tungkai

tanpa lutut penderita dilipat.

Meskipun jarang, dokter mungkin saja tidak mampu

menemukan penyebab nyeri sehingga dokter mungkin akan

merujuk penderita untuk melakukan tes lebih lanjut sebagai

pemeriksaan penunjang yang meliputi: sinar X, computed

tomography (CT), dan magnetic resonance imaging (MRI).6

Pada beberapa penderita bisa saja untuk disarankan

melakukan mielografi dan diskografi. Cara kerja mielografi sendiri

yaitu zat pewarna disuntikkan ke dalam kanalis spinalis lalu badan

penderita dimiringkan ke atas dan ke bawah pada meja sinar X

ketika gambaran radiografik diambil. Pemeriksaan diskografi

sendiri memiliki cara kerja dimana zat pewarna disuntikkan ke

dalam diskus yang memisahkan vertebra. Zat ini akan menandai

daerah diskus yang rusak dan dapat membantu untuk menentukan

penyebab nyeri.6

8. Penatalaksanaan

Ada beberapa penanganan untuk nyeri punggung, seperti

penanganan dengan obat, penanganan fisik, penanangan dengan

cara alternatif, dan pembedahan.

a. Penanganan dengan obat

36
Penghilang nyeri atau dikenal denga istilah analgesik adalah

obat yang bekerja dnegan mengacaukan transmisi nyeri.

Bergantung pada penyebab dan jenis nyeri punggung, beberapa

dari jenis analgesik mungkin lebih tepat dibandingkan lainnya.

Adapun jenis-jenis analgesik yaitu:6

1) Parasetamol. Parasetamol serta obat-obat serupa aspirin

secara umum memiliki efektivitas yang sama untuk

meredakan nyeri, namun parasetamol tidak terlalu

mengiritasi lambung. Karena alasan ini, parasetamol

sering diberikan pada lanjut usia, kelompok orang yang

rentan seperti ibu hamil, asma, dan orang dengan ulkus

lambung. Overdosis parasetamol sangat berbahaya karena

dapat menyebabkan kerusakan hati yang permanen serta

ireversibel. Setelah mengkonsumsi produk ini dan nyeri

masih berlangsung, sebaiknya konsultasikan dengan

dokter.

2) Obat anti-inflamasi nosnteroid (OAINS) seperti aspirin

dan ibuprofen adalah salah satu contoh dari obat pereda

nyeri yang paling banyak digunakan. Aspirin juga

digunakan secara luas sebagai pencegah pembentukan

bekuan darah pada orang yang berisiko mengalamai

penyakit kardiovaskular. Aspirin bekerja cepar seperti

parasetamol, maka OAINS sering digunkakan untuk

37
meredakan nyeri akut. Masalah utama terkait OAINS

adalah iritasi pada lambung dan sistem pencernaan

sehingga sebaiknya mengkonsumsi obat ini setelah makan.

3) Analgesik campuran merupakan tablet yang menganduk

analgesik sederhana seperti aspirin atau parasetamol serta

analgesik opioid seperti kodein dalam dosis rendah. Obat

ini dapat diperoleh secara bebas atau sesuai resep dokter

tergantung seberapa kuatnya.

4) Relaksan otot. Meskipun obat ini bukanlah obat analgesik

yang sebenarnya, namun relaksan otot seperti diazepam

dan baclofen dapat meredakan nyeri punggung dengan

cara merelaksasikan spasme otot. Meskipun diazepam

salah satu obat yang paling banyak digunakan namun,

terdapat sedikit risiko jika menggunakannya selama lebih

dari 2 minggu. diazepam dapat menyebabkan rasa kantuk.

Dari alasan tersebut, obat ini sering diberikan kepada

penderita nyeri punggung yang mengalami episode

spasme otot yang berat.

5) Analgesik opioid. Opioid merupakan obat yang berasal

dari tanaman opium dan obat ini telah digunakan selama

ratusan tahun dalam penanganan nyeri. Sebagian besar

opioid tersedia dalam bentuk tablet, namun opioid juga

dapat disuntikkan atau dihantarkan melalui suatu plester

38
yang ditempelkan pada kulit. Jika nyeri punggung yang

dirasakan penderita berat atau menetap, kemungkinan

dokter akan meresepkan opioid kuat jangka pendek

msekipun jenis obat ini merupakan pilihan terakhir karena

mengingat efek samping yang tidak menyenangkan.

Konsumsi alkohol tidak diprbolehkan selama

mengkonsumsi obat ini dan disarankan untuk tidak

mengendarai kendaraan bermotor meskipun dosis telah

disesuaikan.

b. Penanganan nyeri punggung secara fisik

Pengobatan secara fisik seperti fisioterapi, osteopati, dan

chiropractic dapat membantu untuk meredakan nyeri punggung.

Seluruh teknik ini mencakup manipulasi tulang belakang, dan

beberapa teknik seperti latihan, pemijatan, dan terapi

ultrasonografi.

1) Fisioterapi. Penanganan ini menggunakan cara-cara fisik ,

seperti pijatan, panas, latihan, atau listrik untuk

mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik dan

mental penderita. Fisioterapi adalah pegobatan aktif dan

bukan pasif serta biasanya memfokuskan untuk menjaga

sendi dan otot untuk tetap bergerak. Fisioterapi juga dapat

digunakan untuk mengobati sejumlah besar gangguan

39
umum lainnya, seperti cedera saat olahraga, otot yang

tertarik, inkontinensia, osteoporosis, asma, dan depresi.

2) Osteopati. Penanganan ini menggunakan manipulasi badan

dan tulang punggung dalam menyembuhkan penyakit.

Lebih dari setengah yang datang ke ahli osteopati dengan

keluhan nyeri punggung. Ahli osteopati menggunakan

tangan dan jari-jari untuk merasakan badan pasien dan

mengidentifikasi area yang mengalami gangguan. Jika

area yang mengalami cedera telah ditemukan maka

berbagai teknik manual digunakan untuk memperbaiki

masalah tersebut. Osteopati juga biasanya mencakup

bentuk khusus pemijatan yang dapat membantu relaksasi

otot dan membuat sendi lebih mudah bergerak. Osteopati

tidak direkomendasikan untuk beberapa orang dengan

nyeri punggung termasuk orang yang mengalami

kerapuhan tulang atau peradangan sendi serta wanita pada

tahap awal kehamilan.

3) Penanganan dengan terapi chiropractic. Layaknya ahli

osteopati, chiropractor bertujuan untuk mendiagnosis dan

memperbaiki gangguan sendi. Chiropractic menyatakana

bahwa terapinya memperbaiki fungsi saraf dan meredakan

nyeri dengan terapi ini. Chiropractic dapat

mengidentifikasi apakah kontraksi otot di sekitar kolumna

40
spinalis telah menarik tulang punggung sedikit sehingga

menyebabkan nyeri yang dirasakan. Setelah masalah

diketahui, chiropractic akan mencoba memperbaikinya

dengan mengurangi ketegangan dari otot-otot sehingga

kolimna spinalis menjadi lebih lurus dan memeberikan

tekanan lebih sedikit pada sendi, infeksi, atau kanker

tulang punggung.

c. Penanganan nyeri punggung dengan cara alternatif

1) Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS).

TENS merupakan suatu jenis pereda nyeri yang

ditempatkan secara mengelompok menggunakan aliran

listrik lemah untuk menghambat saraf yang

mentransmisikan perasaan nyeri yang dirasakan. Perasaan

nyeri akan terganti menjadi sensasi kesemutan yang lebih

dapat ditoleransi sebagai gantinya. Bantalan kecil

ditempatkan di atas atau di salah satu sisi area yang

memberi rasa nyeri dan hasilnya akan segera dirasakan.

2) Latihan untuk punggung. Penanganan ini dibimbing oleh

ahli fisioterapi atau dokter mengajari orang-orang yang

menderita nyeri punggung kronik tentang bagaimana

punggung bekerja, apa yang menyebabkan nyeri, dan

memberikan nasihat kepada penderita agar tetap hidup

aktif. Memberikan edukasi ke penderita bagaimana

41
ketegangan mekanis dan postur tubuh yang buruk dapat

memperburuk nyeri, menunjukkan cara yang benar untuk

mengangakat benda berat, naik dan turun dari tempat

tidur, atau berdiri yang benar. Semua itu dapat

memudahkan penderita untuk beradaptasi dalam upaya

mengurangi nyeri dan mencegah masalah punggung yang

dapat timbul ke depannya.

Akupuntur merupakan terapi kuno asal Cina yang meredakan nyeri dan

menyembuhkan penyakit dengan memasang jarum yang sangat halus ke dalam

tubuh pada titik-titik spesifik. Dengan memetakan jalur energi ke seluruh tubuh,

akupuntur akan mempengaruhi fungsi organ tertentu ke dalam tubuh.

A. Definisi

Ergonomi (ergonomics) berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang


berarti kerja dan nomos yang berarti hukum, dimana ergonomi sebagai
disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer digunakan oleh beberapa
negara Eropa Barat, dan di Amerika istilah ini lebih dikenal sebagai Human
Faktors Engineerings atau Human Engineering (Wignjosoebroto, 2003).
Istilah ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
engineering, manajemen dan desain peralatan (Nurmianto, 2003).

Dari survei pendahuluan yang dilakukan pekerja mengalami


gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak

42
ergonomis. Keluhan yang dialami antara lain: sakit pada pinggang, lelah
seluruh badan, nyeri lutut dan kaki, keluhan pada lengan dan tangan, dan
nyeri bahu dan punggung (Manuaba, 2000).

Beberapa prinsip kerja secara ergonomis agar terhindar dari cedera


antara lain:

1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus


dikurangi atau dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada
berat badan dan bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.

2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan


prinsip-prinsip ergonomi.

3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila susah harus
istirahat (jangan dipaksa) dan bila lapar atau haus harus makan /minum
(jangan ditahan).

4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah


maksimum yang diperbolehkan (Wignjosoebroto, 2003).

Ergonomi juga dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan


poduksi yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada
tenaga kerja dan yang mana kepada mesin. Dibawah ini dikemukakan beberapa
prinsip ergonomi sebagai pegangan, antara lain : (Suma’mur, 1996)

1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran
dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus
melayani mesin (macam, gerak, arah dan kekuatan).

2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.
Sedangkan dari sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar
punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih
sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat dan sedikit membungkuk.

43
3. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam
hal tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.

4. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37o kebawah. Arah


penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).

5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan
bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak
berubah.

6. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan


gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa
sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan, berilah papan
penyokong pada sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran
kuat pada kaki dan lengan.

7. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat


dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum
telah ditentukan oleh ILO sebesar 50kg. Cara mengangkat dan menolak
hendaknya memperhatikan hukum-hukum ilmu gaya dan dihindarkan
penggunaan tenaga yang tidak perlu. Beban hendaknya menekan langsung
pada pinggul yang mendukungnya.

8. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien
dan kualitas kerja sangat menurun.

Dalam ergonomi akan dipelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan, alat kerja


dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan kemampuan dan
keterbatasan manusia itu sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan
pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan kerja dan produktifitas kerja.

B. Sejarah Ergonomi

44
Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang

berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa

kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut: (Suma’mur, 1996)

a. C.T. Thackrah, England, 1831

Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan

pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan

yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan

oleh para operator di tempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada saat

bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Trackrah mengamati

seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi-meja yang kurang

sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga

mengakibatkan menbungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan.

b. F.W. Taylor, U.S.A., 1989

Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan

metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu

pekerjaan.

c. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911

Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih

mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya

Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana

postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang

dapat diatur turun-naik (adjustable).

45
d. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique Research

Board), England, 1918

Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik

amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output

setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.

e. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933

Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu

Perusahaan Listrik. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari

variabel fisik seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor

efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.

f. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A

Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang

secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang). Masalah yang ada pada saat itu

adalah penempatan dan identifikasi utnuk pengendali pesawat terbang, efektivitas

alat peraga (display), handel pembuka, ketidak-nyamanan karena terlalu panas

atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau

terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.

g. Pembentukan Kelompok Ergonomi

Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research

Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah

banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah

ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada November 1957.

46
Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association)

terbentuk pada 1957, dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun

yang sama.

Diketahui pula bahwa Konferensi Ergonomi Australia yang pertama

diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya

Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics Society of

Australian and New Zealand).

C. Tujuan Ergonomi

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang

sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan

dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat

menciptakan sistem serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat

(Nurmianto, 2003)

Secara umun tujuan dari penerapan Ergonomi adalah: (Nurmianto, 2003)

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

47
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak

sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun

setelah tidak produktif.

c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,

ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan hidup yang tinggi.

D. Metode - metode Ergonomi

a. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi

tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist

dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai

dari yang sederhana sampai kompleks (Nurmianto, 2003).

b. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada

saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak

pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan

demensi fisik pekerja (Nurmianto, 2003).

48
c. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya

dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan

siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan

parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain

(Nurmianto, 2003).

E. Aplikasi Ergonomi di Tempat Kerja

Terdapat beberapa aplikasi / penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomi.


Aplikasi / penerapan tersebut antara lain:

1. Sikap Kerja

Sikap kerja diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan


puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya. Kemudian pada saat bekerja
perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja
dengan nyaman dan tahan lama. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat
dikatakan sikap kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan oleh
anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang digunakan pada saat bekerja
(Darlis, 2009).

Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja


kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan
perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap
tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan
yang dibutuhkan (Nurmianto, 2003).

Dikenal dua sikap kerja, yaitu sikap duduk dan sikap berdiri.

1.1 Sikap Duduk

49
Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk karena sikap
kerja duduk merupakan sikap kerja dimana kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih
sedikit energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya
beban otot statis pada kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan
secara ergonomi sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja
(Ardana, 2005).

Sikap duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap
sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa
(sikap tulang punggung ke depan) pada pinggang dan sedikit mungkin
kifosa (sikap duduk ke belakang) pada punggung. Sikap demikian dapat
dicapai dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat. Dengan begitu otot
punggung terasa enak (Santoso, 2004).

Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung


lurus dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi.
Caranya, duduk diujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf
C. Setelah itu tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin.
Tahan untuk beberapa detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan
(sekitar 10 derajat). Posisi duduk seperti inilah yang terbaik. Duduklah
dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan
penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga
agar kedua kaki tidak menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang
sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan
pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Nurmianto, 2003; Darlis, 2009).

50
Gambar 1. Sikap Duduk

Keuntungan kerja sambil duduk adalah ; (1) Kurangnya kelelahan, (2)


Berkurangnya pemakaian energi, dan (3) Berkurangnya sikap keperluan
sirkulasi darah. Namun begitu terdapat pula kerugian-kerugian sebagai
akibat kerja sambil duduk antara lain (1) Melembekkan otot-otot perut, (2)
Melengkungkan punggung dan (3) Tidak baik bagi alat tubuh bagian dalam,
khususnya peralatan pencernaan, jika posisi dilakukan secara membungkuk
(Suma’mur, 1996) .

Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah –


masalah punggung. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang
belakang akan meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri
ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka
cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan
tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan

51
membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%
(Nurmianto, 2003).

Keterbatasan gerak akan akan membiasakan bekerja dengan sikap


tubuh yang salah. Postural/sikap posisi pekerjaan secara salah dan dilakukan
menahun akan menyebabkan keluhan yang dikenal sengan Low back pain
(LBP) yaitu otot-otot pingang menjadi lelah (fatique) menimbulkan
ketidakstabilan dari tulang belakang sehingga timbul proses degeberasi yang
dapat menimbulkan keluhan sakit/pegal di daerah pinggang. Apabila hal ini
tidak dikoreksi, maka gangguan kesehatan tersebut akan menyebabkan
penyakit/kelainan dan akhirnya menurunkan kemampuan melakukan
aktivitas (Abeysekera, 2002).

Sikap dan sistem kerja yang ergonomis memungkinkan peningkatan


produktivitas. Sikap tubuh dalam bekerja selalu diusahakan dilaksanakan
dengan duduk atau dalam sikap duduk dan sikap berdiri secara bergantian.
Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot
pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan
bila ini berlanjut terus akan menyebabkan penekanan pada hernia nucleus
polposus. Hernia polposus yaitu saraf tulang belakang sehingga
menyebabkan nyeri pinggang dan kesemutan yang menjalar ketungkai
sampai kaki (Abeysekera, 2002).

Sikap duduk ini sangat dipengaruhi oleh pemakaian kursi. Penerapan


ergonomi dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk mendapatkan sikap
tubuh yang ergonomi dalam bekerja. Dengan sikap yang ergonomi ini
diharapkan efisiensi kerja dan produktivitas meningkat. Tempat duduk
(kursi) harus dibuat sedimikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada
otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan
penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan
sensibilitas bagian-bagian tersebut (Sarmauly, 2009).

52
Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin merupakan
penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-
syarat bangku kerja yang benar adalah sebagai berikut (Manuaba, 2000):
a. Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan
mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil
ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area
kerja.
b. Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus
ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-
gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.
c. Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan
pemberian penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-
topangan tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di sesuaikan,
sehingga sesuai bagi pemakainya.

Kriteria dan ukuran kursi yang ergonomi berdasarkan antropometri


orang Indonesia adalah :

a. Tinggi alas duduk

Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas
duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-48 cm. Tinggi alas duduk harus
sedikit lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan telapak kaki
(Nurmianto, 2003).

b. Panjang alas duduk

Diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk


pada permukaan atas alas duduk sampai kebagian depan alas duduk.
Ukuran yang dianjurkan adalah 36 cm. Panjang alas duduk harus lebih
pendek dari jarak antara lekuk lutut dan garis punggung(Nurmianto,
2003).

c. Lebar alas duduk

53
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus
lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan adalah 44- 48 cm
(Nurmianto, 2003).

d. Sandaran pinggang

Bagian atas dari sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung
tulang belikat, dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul (Nurmianto,
2003).

e. Sandaran tangan

Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan (harus lebih lebar dari
pinggul dan tidak melebihi lebar bahu) (Nurmianto, 2003).

f. Tinggi Sandaran adalah setinggi siku

Panjang sandaran tangan: sepanjang lengan bawah. Ukuran yang


dianjurkan adalah jarak tepi dalam kedua sandaran tangan: 46-48 cm.
Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari alas duduk. Panjang sandaran
tangan : 21 cm (Nurmianto, 2003).

g. Sudut alas duduk

Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan


bagi pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan posisi. Alas
duduk hendaknya dibuat horisontal. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang
tidak memerlukan sikap sedikit membungkuk ke depan, alas duduk dapat
dibuat ke belakang (3-5 derajat). Bila keadaan memungkinkan,
dianjurkan penyediaan tempat duduk yang dapat diatur (Nurmianto,
2003).

1.2 Sikap Berdiri

Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di
perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang
belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan

54
bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk
(Darlis, 2009).

Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri


adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang
lengan. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan
mengakibatkan penumpukan darah dan beragai cairan tubuh pada kaki dan
ini akan membuat bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran sepatu
yang tidak sesuai, seperti pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket,
tukang cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja (Santoso, 2004).

Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi
bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Sepatu
yang baik adalah yang dapat manahan kaki (tubuh) dan kaki tidak
direpotkan untuk menahan sepatu, desain sepatu harus lebih longgar dari
ukuran telapak kaki dan apabila bagian sepatu dikaki terjadi penahanan yang
kuat pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan itu terjadi dalam
waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan
(Santoso, 2004).

Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada


tenaga kerja dengan posisi berdiri, contohnya yaitu seperti yang
diungkapkan Granjean (dalam Santoso, 2004) merekomendasikan bahwa
untuk jenis pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku.
Untuk jenis pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi
siku, dan untuk pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah
tinggi siku (Santoso, 2004).

2. Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi


waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur (Wignjosoebroto, 2003).

55
Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia
dan metri yang berarti ukuran. Anthropometri dapat didefinisikan sebagai
satu studi yang berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia. Data
anthropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara
mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara anthropometri pekerja
dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat
kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Anthropometri juga
dapat ditentukan dalam seleksi penerimaan tenaga kerja, misalnya orang
gemuk tidak cocok ditempat pekerjaan yang bersuhu tinggi, pekerjaan
yang memerlukan kelincahan, dll. Data anthropometri dapat digunakan
untuk mendesai pakaian, tempat kerja, lingkungan kerja, mesin, alat kerja
dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumer (Nurmianto, 2003).

Menurut Nurmianto (2003) dalam mengukur data anthropometri


banyak ditemui perbedaan-perbedaan atau sumber validitas yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran yang pada akhirnya akan digunakan
dalam perancangan suatu produk.

Adapun faktor-faktor yang turut mempengaruhi dimensi tubuh


manusia yang menyebabkan timbulnya perbedaan antar populasi yaitu
jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, dan faktor kehamilan pada wanita
(Nurmianto, 2003).

3. Mengangkat Beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan


kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu berat
dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan (Wignjosoebroto, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan


mengangkut adalah sebagai berikut : (Wignjosoebroto, 2003)

a. Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

56
b. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik
turun dll.
c. Keterampilan bekerja
d. Peralatan kerja beserta keamanannya

Harus diperhatikan juga cara mengangkut beban. Cara-cara


mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis
yaitu : (Wignjosoebroto, 2003)

a. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan


sebanyak mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah
dibebaskan dari pembebanan.
b. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

Berat beban maksimal yang boleh dipikul adalah:

Tabel 1. Berat Beban Maksimal yang Boleh Dipikul Pekerja

Dewasa Tenaga kerja muda


Jenis
Pria (kg) Wanita (kg) Pria (kg) Wanita (kg)

Sekali-sekali 40 15 15 10-12

Terus-menerus 15-18 10 10-15 6-9

Sumber: (Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2010)

Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik


dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip:
(Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2010)

a. Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung


b. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat
badan. Metoda ini termasuk 5 faktor dasar, yaitu posisi kaki yang benar,
punggung kuat dan kekar, posisi lengan dekat dengan tubuh,
mengangkat dengan benar, menggunakan berat badan.

57
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis
teratur, berupa pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan
beban kerjanya, pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai
dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan, serta nasehat harus
diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda
dan yang sudah berumur (Wignjosoebroto, 2003).

F. Masalah Akibat Lingkungan Kerja yang Tidak Ergonomi

Masalah terbesar yang dihadapi para pekerja setelah melakukan


pekerjaannya adalah kelelahan. Menurut Tarwaka (2004) kelelahan adalah suatu
mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut
sehingga terjadi pemuliham setelah istirahat.

Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan


kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya
kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (static
muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan
mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon,
dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang
(repetitive) (Nurmianto, 2003).

Sebab-sebab kelelahan yang utama adalah pekerjaan yang monoton, beban


dan lama kerja terlalu berat, lingkungan pekerjaan, sakit dan gizi yang buruk, dan
kurangnya waktu istirahat (Nurmianto, 2003).

Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya
untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal
lamanya kerja melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat
khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara khusus pula.pengaturan kerja
demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani
dapat dipertahankan (Nurmianto, 2003).

58
Dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya,
beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat


dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak
terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup
(Manuaba, 2000).

2. Kelelahan yang patologis

Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya


muncul tiba-tiba dan berat gejalanya (Manuaba, 2000).

3. Psikologis dan emotional fatique

Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan


sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita
psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi
angka kejadiannya di tempat kerja (Manuaba, 2000).

Gejala klinis dari kelelahan adalah perasaan lesu, ngantuk, dan pusing, sulit
tidur, kurang atau tidak mampu berkonsentrasi, menurunnya tingkat kewaspadaan,
persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada atau berkurangnya keinginan untuk
bekerja, dan menurunnya kesegaran jasmani dan rohani (Manuaba, 2000).

Jika kelelahan yang terjadi sudah dalam batas waktu kronis, maka gejala
yang ditimbulkan adalah meningkatnya ketidaksatbilan jiwa, depresi, dan
meningkatnya sejumlah penyakit fisik (Manuaba, 2000).

G. Upaya penanggulangan Kelelahan Akibat Kerja

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang


mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan
mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi : (Manuaba, 2000;
Nurmianto, 2003)

59
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi
harus memadai dan tidak ada gangguan bising,

b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup
saat makan siang.,

c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor,

d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus,

e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan,

f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan


semangat kerja,

g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja,

h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja,

i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;

- Pekerja remaja dan usia tua

- Wanita hamil dan menyusui

- Pekerja shift

Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat


stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.

H. CONTOH KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur (tahun) : 52 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam.
Pekerjaan : Buruh PT. Niagatama Inti Mulia
B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama

60
Nyeri punggung bawah.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien laki-laki berusia 52 tahun datang Poli Umum PKM Bira
dengan keluhan nyeri pada punggung bawah yang dirasakan sejang 5
tahun terakhir. Awalnya pasien merasa nyeri masih dapat ditahan namun
lama-kelamaan nyeri menetap pada pasien. Nyeri dirasakan memberat
saat duduk dan bekerja, membaik saat minum obat. Riwayat merokok
ada. Riwayat berobat sudah berjalan 2 bulan.
3. Anamnesis Okupasi
a. Uraian Tugas/Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai buruh angkat barang di PT. Niagatama Inti
Mulia selama 14 tahun. Pasien bekerja setiap hari dari pukul 08.00 –
16.00 WITA ( 8 jam kerja perhari dan 56 jam kerja perminggu).
Setiap hari pekerja melakukan distribusi menggunakan mobil
kampas dan mengangkat produk-produk yang akan didistribusikan.
b. Potensial Hazard

Bahaya Tempat Lama


c. H Masalah
u Kesehatan
b u n g a
Potensial Kerja Kerja
Fisiologi  Mengangkat beban berat berulang Pekerja ±8
(Ergonomi) dengan posisi yang sama. buruh jam/hari
 Duduk terus menerus dalam waktu angkat
yang lama.
 Faktor usia.

pekerjaan dengan penyakit yang dialami


Pekerjaan utama pasien adalah buruh angkat. Pasien melakukan
pekerjaan dengan berkendara dan mengangkat beban selama 8 jam/hari.
Berdasarkan teori, getaran pada berkendara bisa memicu terjadinya nyeri
punggung bawah serta posisi mengangkat beban secara berulang
terutama dengan posisi yang salah bisa memicu terjadinya nyeri

61
punggung bawah. Pasien juga telah memasuki usia degeneratif sehingga
bisa mempengaruhi postur tubuh dan fisiologi tubuh.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien sudah bekerja selama 14 tahun. Pasien mengaku beberapa teman
pasien memiliki gejala yang sama.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
 Riwayat penyakit keluarga tidak diketahui
6. Riwayat Pengobatan
 Natrium Diclofenac 2 x 1
 Vit B1 dan B12 2 x 1
 Omeprazole 2 x 1
 Loperamide 2 x 1
7. Riwayat Alergi
Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 68x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,3oC
BB : 48 Kg
TB : 166 cm
IMT : 17,4 kg/m2
Status Gizi : Gizi Kurang
a. Kepala
Bentuk : Tidak ada kelainan
Rambut : Tidak ada kelainan

62
Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva pucat (-/-)
Telinga : Liang lapang (+/+), serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir lembab, sianosis (-)
b. Leher
Bentuk : Simetris
Trakhea : Di tengah
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB
JVP : Tidak meningkat
c. Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan
dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus simestris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
d. Jantung
Inspeksi : Iktus kordisss tidak terlihat.
Palpasi : Iktus Kordis teraba di sela iga V linea mid
klavikularis kiri
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
e. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris, eritema (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : Peristaktik (+) normal
f. Ekstremitas
Superior : Tidak ada kelainan
Inferior : Sensibilitas (+/+), parestesi (-/-)

63
2. Status Lokalis
Inspeksi : Tanda – tanda radang (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (-)
Lasec : -/-
Patrick :-/+
Kontrapatrick : -/+
D. Diagnosis Kerja
Low Back Pain
E. Diagnosis Banding
 Spondylolisthesis
 Spondylosis
 Hernia Nucleus Pulposus
F. Terapi
 Natrium Diclofenac 2 x 1
 Vit B1 dan B12 2 x 1
 Omeprazole 2 x 1
 Loperamide 2 x 1
G. Edukasi
 Istirahat cukup, usahakan berbaring di tempat yang datar.
 Mengangkat barang atau beban sesuai dengan posisi yang benar.
 Segera ke dokter bila:
o Nyeri punggung yang lebih nyeri dari biasanya
o Kaki terasa melemah.
H. Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan,


pasien didiagnosa Low Back Pain. Dari anamnesis, pasien diketahui

64
mengalami dengan keluhan nyeri pada punggung bawah yang dirasakan
sejang 5 tahun terakhir. Awalnya pasien merasa nyeri masih dapat
ditahan namun lama-kelamaan nyeri menetap pada pasien. Nyeri
dirasakan memberat saat duduk dan bekerja, membaik saat minum obat.
Riwayat merokok ada. Riwayat berobat sudah berjalan 2 bulan. Riwayat
trauma tidak ada.
Pasien bekerja sebagai buruh angkat barang di PT. Niagatama Inti
Mulia selama 14 tahun. Pasien bekerja setiap hari dari pukul 08.00 –
16.00 WITA ( 8 jam kerja perhari dan 56 jam kerja perminggu). Setiap
hari pekerja melakukan distribusi menggunakan mobil kampas dan
mengangkat produk-produk yang akan didistribusikan.
Pekerjaan utama pasien adalah buruh angkat. Pasien melakukan
pekerjaan dengan berkendara dan mengangkat beban selama 8 jam/hari.
Berdasarkan teori, getaran pada berkendara bisa memicu terjadinya
nyeri punggung bawah serta posisi mengangkat beban secara berulang
terutama dengan posisi yang salah bisa memicu terjadinya nyeri
punggung bawah. Pasien juga telah memasuki usia degeneratif sehingga
bisa mempengaruhi postur tubuh dan fisiologi tubuh.
Pasien diberikan pengobatan berupa analgetik dan vitamin.
Kemudian, pasien juga dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut untuk
melakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.

65
BAB III

KESIMPULAN

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang


sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan
dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat
menciptakan sistem serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

Metode Ergonomi dilakukan dengan pendekatan diagnosis, treatment, dan


follow up. Sedangkan penerapannya dilakukan dalam mengatur sikap kerja, proses
kerja, tataletak tempat kerja, dan mengangkat beban.

Tujuan akhir dari ergonomi adalah menurunkan angka kecelakaan kerja,


penyakit akibat kerja serta meningkatkan produktivitas dari pekerja.

66
DAFTAR PUSTAKA

1. Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. The Epidemiology of Low

Back Pain. Best Practice & Research Clinical Rheumatology. 2010;24:77.

2. Meilani Patrianingrum, Ezra Oktaliansah, Eri Surahman et all. Prevalensi

dan Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah di Bawah Lingkungan Kerja

Anastesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anastesi

Perioperatif. Vol-3. No. 2015: 47-56

3. Munir S. Analisis Nyeri Punggung Bawah Pekerja Bagian Final Packing

dan Part Supply di PT.X Tahun 2012 [Tesis]. Jakarta: Universitas

Indonesia, 2012

4. Nijs, Jo PhD. Low Back Pain: Guideline for The Clinical Classification of

Predominant Neuropthic, Nociceptive, or Central Sensitization Pain.

Journal of Pain Physician. Vol-18. No. E333-346. 2015

5. Herry Koesyanto. Masa Kerja dan Sikap Kerja Duduk Terhadap Nyeri

Punggung. Jurnal Kesehatan Masyarakat.:9-14. 2013

6. Bull Eleanor. Graham Archard. Simple Guide Back Pain. Jakarta.

Erlangga. 2007

67
7. back pain: fact sheet. National Institute of Neurological Disorders and

Stroke (https://www.ninds.nih.gov/Disorders/Patient-Caregiver-

Education/Fact-Sheets/Low-Back-Pain-Fact-Sheet diakses 07 Mei 2021 11:00)

8. Wiarto, Giri. Nyeri Tulang dan Sendi. Yogyakarta. Gosyen Publishing.

2017

9. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: Gadjah

Mada Univerity Press. 2009

10. Everett C Hills. Mechanical Low Back Pain. 2018.

(https://emedicine.medscape.com/article/310353-overview#a5 diakses 07

Mei 2021 11.20)

11. Mochammad Bachrudin. Patofisiplogi Nyeri (Pain). Fakultas Kedokteran

Universitas Muhaammadiyah Malang. Vol-13. No. 1. 2017

12. Andini, fauzia. Risk Factors of Low Back Pain In Workers. Faculty of

Medicine, Universitas Lampung. 2015

13. Supariasa, I Dewa Nyoman. Bachyar Bakri. Ibnu Fajar. Penilaian Status

Gizi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2014

14. 14. Elsevier, Saunders. The Anatomy And Physiology Learning System. St.

Louis, Missouri: Library of Congress Cataloging in-Publication Data.

2014

15. Irena, Ria. Hubungan Durasi Mengemudi Dengan Keluhan Nyeri

Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Sopir Angukutan Umum

(Superben) di Bangkinang Tahun 2016. Universitas Pahlawan Tuanku

Tambusai. Riau. Vol-1, No-1. 2017

68
16. Amalia, Kiki. Pengaruh Posisi Duduk Saat Bekerja Terhadap Kejadian

Low Back Pain (LBP) Pada Karyawan Bank di Kota Makassar.

Universitas Muhammadiyah Makassar. Makassar. 2017.

17. I Dewa Putu Sutjana. 2006. Hambatan dalam Penerapan K3 Dan


Ergonomi di Perusahaan. Bagian Fisiologi Facultas Kedokteran / Program
Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja Program Pascasarjana Universitas
Udayana,
18. Abeysekera, J. 2002. Ergonomic and Industrially Developing Countries.
Jurnal Ergonomi Indonesia, Vol. 1(1):3-12
19. Ankrum, D.R. 2004. Computer Monitor Height, Angl, and Distance.
Available from URL:http://www. Google. Com/ ergonomics.
Guidelines.html.
20. Ardana, I. G.N. 2005. Ergonomi Indonesia. The Indonesian Journal of
Ergonomic, JEI 6(1): 1 – 38
21. Carayon, P. 1995. Effect of Computer System Performance and Other
Work Stressor on Strain of Office Workers. Dalam Anzai, Y.K. Ogawa
dan H. Mori (Eds), Preceeding of the Sixth International Conference on
Human Computer Interaction, Tokyo: Elsevier. Hal. 693-698
22. Cornell University. 2004. Arranging Your Workstation Eronomically.
Available from URL: http: //www.Google.Com/
CUergoweb/posturetyping.html
23. Darlis, dkk. 2009. Pertimbangan Ergonomi Pada Perancangan Stasiun
Kerja. Sigma Epsilon, vol 13 (4): 105-110
24. FEOSH. 2005. Creating a Healthy Workstation Environment. Available
from URl:http://www.eh.doe.gov/feosh/pubs/ergo-12-10.pdf
25. Manuaba, A. 2000. Ergonomi – Kesehatan dan Keselamatan kerja,
Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, Surabaya,6-7 juli.
26. Mashud. 2008. MGMP TIK SMA DKI Jakarta. Komputer Ergonomi dan
Kesehatan Kerja. Available from: http://www.mgmp-tik-dki.org/?
pilih=news&aksi=lihat&id=6

69
27. McCormick, E. J. and Sanders, M. S. 1987. Human Factors in
Engineering and Design. McGraw-Hill, Inc. 37-123;313-452
28. McDowell, J. 2005. Computer related Injury: How Information
Technology Mangers Help ease the Pain. Available
from:URL:http://cm.bell-labs.com/who/ches/me/index.
29. Nurmianto, E. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya:
PT. Guna Widya.
30. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2010. Ergonomi.
Available from: www.searo.who.int
31. Santoso, G. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
32. Sarmauly, S.R. 2009. Evaluasi Postur Tubuh di Tinjau Dari Segi
Ergonomi di Bagian Pengepakan Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia
Medan. Skripsi Teknik Industri. USU. Medan
33. Suma’mur. 1996. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: Yayasan
Swabhawa Karya
34. Sweere, H. C. 2005. Ergonom factors Involved in Optimum Computer
Workstation Design Pragmatic Approach.
35. Wignjosoebroto, S. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknik
Analisis untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Surabaya: PT. Guna
Widya. 72-92.
36. Yale University. 2005. Comfort and Health. Health Problems of VDT
Work. Available from: URL:http//www.theoffice.com/office/yale/html.
[Accessed: 5 Sept 2012]

70

Anda mungkin juga menyukai