Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health
Organitation (WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar
penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi
terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90%
kasus TB dan kematian berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia
(Depkes RI, 2012).
Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di
Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah
61.000. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai
528.063 penderita TB paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis
Profile, 2012).
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita TB
Paru dengan kematian 3 juta orang.Di Negara berkembang, kematian karena TB
merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah.
Diperkirakan 95% penderita TB berada di Negara berkembang dan 75% penderita
TB adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun). WHO menyatakan bahwa
setiap detik satu orang terinfeksi TB dan setiap sepuluh detik satu orang
meninggal karena TB. (Bambang Ruswanto,2010)
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB paru antara lain :
1.1.1 Kondisi sosial ekonomi yang menurun pada berbagai kelompok
masyarakat, setiap pada Negara-negara berkembang, sehingga dapat
menimbulkan dampak yang buruk kepada lingkungannya.
1.1.2 Kondisi lingkungan dalam dan luar rumah yang yang sangat
mendukung untuk terjadinya penyakit tuberkulosis paru, seperti
kurangnya vemtilasi.
1.1.3 Belum optimalnya program TB paru selama ini, hal ini diakibatkan
oleh :
1.1.3.1 Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
1.1.3.2 Tidak memadainya organisasi pelayanan Tuberkulosis
(kurang terakses oleh masyarakat), penemuan kasus atau 2
diagnosis yang tidak standar, Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan,
pencatatan dan pelaporan yang tidak standar dan sebagainya.
1.1.3.3 Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan panduan
1
obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang
telah didiagnose).
1.1.3.4 Salah persepsi terhadap manfaat dan efektivitas vaksin BCG
1 buruk pada Negara-negara yang
1.1.3.5 Infrastruktur kesehatan yang
mengalami krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat.
1.1.4 Perubahan demografik karena meningkatnya pendududk dunia dan
perubahan struktur umur kependudukan.
1.1.5 Dampaka pandemic HIV/AIDS
(Bambang Ruswanto,2010)
Berdasarkan hal tersebut diatas, mengingat besarnya masalah yang
dihadapi program penanggulangan TB maka penulis mengangkat
judul “TUBERKULOSA PARU”
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah hubungan perilaku pasien
dengan keterlambatan pasien (patient delay) dalam pengoobatan tuberculosis
paru di Kota Padang tahun 2018?
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan perilaku
pasien dengan keterlambatan pasien (patient delay) dalam pengobatan
tuberculosis paru di Kota Padang tahun 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui distribusi frekuensi keterlambatan pasien (patient
delay) dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang
tahun 2018.
1.3.2.2 Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan pasien dalam
pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018.
1.3.2.3 Mengetahui distribusi frekuensi sikap pasien dalam pengobatan
3
tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018.
1.3.2.4 Mengetahui distribusi frekuensi tindakan pasien dalam
pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018.
1.3.2.5 Mengetahui hubungan pengetahuan pasien dengan
keterlambatan pasien (patient delay) dalam pengobatan
tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018.
1.3.2.6 Mengetahui hubungan sikap pasien dengan keterlambatan
(patient delay) dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota
Padang tahun 2018.
1.3.2.7 Mengetahui hubungan tindakan pasien dengan keterlambatan
(patient delay) dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota
Padang tahun 2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.4.1.1 Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
sumber informasi dan sebagai referensi untuk meningkatkan
pendidikan kesehatan tentang perilaku.
1.4.1.2 Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat
sekaligus menambah wawasan mengenai penyakit tuberkulosis
dan pentingnya melakukan pengobatan tuberkulosis secara cepat
dan tepat.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk tambahan ilmu,
literatur, pengetahuan dan wawasan dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit tuberkulosis.
1.4.2.2 Bagi Dinas Kesehatan penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang keterlambatan diagnosis pada pasien
tuberkulosis paru, sehingga dapat dijadikan sebagai masukan
dalam penyusunan langkah dan strategi pencegahan
keterlambatan pengobatan tuberkulosis di Kota Padang.
1.4.2.3 Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk
pengembangan penelitian lebih lanjut tentang hubungan perilaku 4
pasien dengan keterlambatan pasien (patient delay) dalam
pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padan tahun 2018.
1.4.2.4 Bagi Masyarakat hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
informasi yang bermanfaat mengenai faktor yang berhubungan
dengan penyakit tuberkulosis sehingga masyarakat dapat
mengetahui tentang pencegahan serta penularan penyakit
tuberkulosis dan pentingnya melakukan pengobatan bagi
anggota keluarga yang sudah positif tuberkulosis dan tidak
menunda nunda dalam melakukan pengobatan bagi pasien yang
sudah positif tuberkulosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam, yang ditularkan
melalui udara (airbone). Menurut (Imran Somantri, 2007) tuberkulosis paru – paru
merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru – paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini juga dapat menyebar
ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus linfe.
Menurut (Elizabeth J Corwin, 2009) tuberkulosis (TB) merupakan contoh
lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme
Mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan
ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi
di bronkiolus atau alveolus, kuman juga dapat masuk ketubuh melalui saluran
cerna, melalui ingesti susu tercemar yang tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang
melaui lesi kulit.
Menurut (Chris Brooker, 2009) tuberkulosis adalah infeksi granulomatosa
kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis (tipe manusia), suatu
basil tahan asam (BTA). Jenis lainnya meliputi M. Bovis (sapi) dan
mikobakterium altipis misalnya M. Avium intracellulare dan M. Kansasii.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Paru-paru terletak pada rongga dada yang ujungnya berada di atas tulang iga
pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru
kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru
kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas.
Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh
unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru dibungkus oleh
selaput tipis yaitu pleura. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang
disebut mediastinum (Sherwood, 2001).

5
6

Bagian paru paru terdiri dari beberapa organ sebagai berikut :


2.1.2.1 Trakea
Trakea atau tenggorokan merupakan bagian paru-paru yang
berfungsi menghubungkan larynk dengan bronkus. Trakea pada manusia
teridiri dari jaringan tulang rawan yang dilapisi oleh sel bersilia. Silia yang
terdapat pada trakea ini berguna untuk menyaring udara yang akan masuk ke
dalam paru-paru.
2.1.2.2 Bronkus
Bronkus merupakan saluran yang terdapat pada rongga dada, hasil
dari percabangan trakea yang menghubungkan paru-paru bagian kiri dengan
paru-paru bagian kanan. Bronkus bagian sebelah kanan bentuknya lebih
lebar, pendek serta lebih lurus, sedangkan bronkus bagian sebelah kiri
memiliki ukuran lebih besar yang panjangnya sekitar 5cm. Jika dilihat dari
asalnya bronkus dibagi menjadi dua, yaitu bronkus premier dan bronkus
sekunder.
2.1.2.3 Bronkiolus
Bronkiolus merupakan bagian dari percabangan saluran udara dari
bronkus. Letaknya tepat di ujung bronkus. Bronkiolus mempunyai diameter
kurang lebih 1mm atau bisa lebih kecil. Bronkiolus berfungsi untuk
menghantarkan udara dari bronkus masuk menuju ke alveoli serta juga
sebagai pengontrol jumlah udara yang akan nantinya akan di distribusikan
melalui paru-paru oleh konstriksi dan dilatasi
7
2.1.2.4 Alveolus
Alveolus merupakan kantung kecil yang terletak di dalam paru-
paru yang memungkinkan oksigen dan karbondioksida untuk bisa bergerak
di antara paru-paru dan aliran darah. Di dalam tubuh manusia terdapat
kurang lebih hampir 300 juta alveoli untuk menyerap oksigen yang berasal
dari udara. Alveolus berfungsi untuk pertukaran karbon dioksida (CO2)
dengan oksigen (O2).
2.1.2.5 Pleura
Pleura adalah selaput yang fungsinya membungkus paru-paru serta
melindungi paru-paru dari gesekan-gesekan yang ada selama proses
terjadinya respirasi. Ada dua lapisan pada Pleura paru-paru manusia
diantarnya adalah:
(1) Pleura visceral adalah bagian dalam yang membungkus
langsung paru
(2) Pleura parietal adalah pleura bagian luar yang menempel di
rongga dada.
2.1.3 Etiologi
Penyakit Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobakterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Sumber penularan
adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam
saluran pernafasan.Setelah kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari
seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman),
maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi tuberkulosis
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
2.1.4 Klasifikasi
8
Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu menurut Depkes (2007) yaitu:
2.1.4.1 Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
(1) Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru)
dan kelenjar pada hilus.
(2) Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2.1.4.2 Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :
(1) Tuberkulosis Paru BTA positif.
(2) Tuberkulosis Paru BTA negative.
2.1.4.3 Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American
Thorasic Society memberikan klasifikasi baru:
(1) Karegori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi,
riwayat kontak tidak pernah, tes tuberculin negatif.
(2) Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti
adanya infeksi, disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin
negatif.
(3) Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit.
(4) Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit.

2.1.4.4 Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4


kategori :
(1) Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum
positif dan kasus baru dengan batuk TB berat.
(2) Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal
dengan sputum BTA positf.
8

(3) Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan


kelainan paru yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain
dari yang disebut dalam kategori I.
(4) Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.

2.1.5 Patofisiologi (Pathway) 9


Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju
alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan
Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari
paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke
bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru
(lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis
(menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan
(melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam
waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara Mycobacterium
tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk
sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas
gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding.
Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa.
Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri
atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk
materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi
klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri
menjadi nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awal jika respons sistem imun
tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian
parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif
kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi
sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus.
10

2.1.5.1 Pathway
Mycrobacterium Tuberculosis

Alveolus

Respon radang

Leukosit Demam Pelepasan bahan tuberkel


memfagosit bacteri dari dinding kavitas

Leukosit digantikan Trakeobronkial

oleh makrofag
Bersihan jalan
Penumpukan sekret
napas tidak efektif
Makrofag mengadakan
infiltrasi
Penumpukan sekret

Terbentuk Sel tuberkel


epiteloid Batuk Anoreksia, mual,
muntah

Nekrosis kaseosa Nyeri droplet

Gangguan keseimbangan
Granulasi Resiko tinggi nutrisi kurang dari
penyebaran kebutuhan
infeksi
Jaringan parut kolagenosa

Kerusakan membran
Sesak
alveolar Gangguan pola tidur
nafas

Inadekuat oksigen untuk


Gangguan
pertukaran beraktivitas
Gas Intoleransi aktivitas
11
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Tanda dan gejala yang sering ditemui pada tuberkulosis adalah batuk yang
tidak spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan tidak ada
dahak. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sifat batuk dimulai dari
batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Selain gejala batuk disertai dengan gejala dan
tanda lain seperti tersebut di bawah ini :
2.1.6.1 Demam. Terjadi lebih dari sebulan, biasanya pada pagi hari.
2.1.6.2 Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
2.1.6.3 Keringat malam hari tanpa kegiatan.
2.1.6.4 Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah berlanjut,
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
2.1.6.5 Nyeri dada. Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis. Gejala ii jarang ditemukan.
2.1.6.6 Kelelahan.
2.1.6.7 Batuk darah atau dahak bercampur darah
2.1.7 Komplikasi
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi.Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan
menjadi dua, yaitu:
2.1.7.1 Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
2.1.7.2 Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang
sering terjadi pada penderita stadium lanjut adalah:
(1) Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas
atau syok hipovolemik
(2) Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
(3) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau
reaktif) pada paru
(4) Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep
yang pecah
12

(5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi,


ginjal, dan sebagainya.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
2.1.8.1 Anamnesis pada pemeriksaan fisik
2.1.8.2 Laboratorium darah rutin ( LED normal atau
meningkat,limfositosis)
2.1.8.3 Foto thoraks PA dan lateral.gambaran foto toraks yang menunjang
diagnosis TB, yaitu :
(1) Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen
apikal lobus bawah.
(2) Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
(3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda
(4) Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru
(5) Adanya klasifikasi
(6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu
kemudian
(7) Bayangan milier
2.1.8.2 Pemeriksaan sputum BTA
pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 persen pasien TB
yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
2.1.8.3 Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)
merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
imunoperoksidase staning untuk menentukan adanyan IgG spesifik
terhadap basil TB
2.1.8.4 Tes mantoux / tuberkulin
2.1.7.7 Teknik polymerase chain reaction
deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplifikasi dalam
berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1
mikroorganisme dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya
retensi
2.1.7.8 Becton Dickinson Diagnostik Instrumen System (BACTEC)
deteksi grouth index berdasarkan CO2 yang di hasilkan dari
metabolisme asam lemak oleh M. Tuberculosis
13
2.1.7.9 Enzyme Linked Immunosorbent Assay
deteksi respon humoral memakai antigen-antibody yang terjadi.
Pelaksanaannya rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu
lama sehingga menimbulkan masalah.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
2.1.9.1 Pengobatan TBC paru
Tujuan pemberian obat pada penderita tuberkulosis paru yaitu;
untuk menyembuhkan, mencegah kematian dan kekambuhan. Obat yang
sekarang digunakan adalah Fix Drugs Combination (FDC) 4 obat ini
merupakan obat baru yang memiliki kandungan sama dengan obat lama
yaitu; Rivampisin, Isoniazid (INH), Etambutol, dan Pyrazinamid. Dengan
adanya obat FDC 4 ini penderita hanya cukup satu butir saja. Menurut
Endang Nuraini (2009), dengan model pengobatan lama, yaitu dengan
banyaknya obat yang harus dikonsumsi, tingkat kegagalan penyembuhan
sangat tinggi. Sebab, banyak obat yang dikonsumsi menimbulkan beberapa
efek samping yaitu; mual, pusing, diare. Akibatnya, banyak penderita yang
menghentikan konsumsi obat. Prinsip di dalam penyembuhan penyakit
TBC adalah kerajinan minum obat.
Dalam pembarian obat ada beberapa macam cara pengobatan :
2.1.9.2 Pengobatan untuk penderita aktif selama 6 bulan, dilakukan dua
tahap yaitu:
(1) Tahap awal : obat diminum tiap hari, lama pengobatan 2 atau 3
bulan tergantung berat ringannya penyakit.
(2) Obat lanjutan : diminum 3 kali seminggu lama pengobatan 4
atau 5 bulan tergantung berat ringannya penyakit.
2.1.9.3 Pengobatan untuk penderita kambuhan atau gagal pada pengobatan
pertama yang dilakukan selama 8 bulan, yaitu :
(1) Obat diminum setiap hari selama 3 bulan
(2) Suntikan Streptomicyn setiap hari selama 2 bulan
(3) Obat diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan (Depkes RI,
2006).
Untuk keberhasilan pengobatan, oleh badan kesehatan dunia
(WHO) dilakukan strategi DOTS (Dyrecly Observed Treatment
Shortcourse). Strategi ini merupakan yang paling efektif untuk mengontrol
pengobatan tuberkulosis 14

Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua


kalangan, semua orang yang batuk dalam tiga minggu harus diperiksa
dahaknya, harus ada obat yang disiapkan oleh pemerintah, pengobatan
harus dipantau selama enam bulan oleh Pengawas Minum Obat dan ada
sistem pencatatan/pelaporan.
2.1.9.4 Perawatan bagi penderita TBC
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberkulosis adalah :
(1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah
orang terdekat penderita yaitu keluarga.
(2) Mengetahui adanya gejala samping obat dan rujuk bila
diperlukan.
(3) Mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang penderita.
(4) Istirahat teratur minimal 8 jam perhari.
(5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan
kedua, kelima, dan keenam.
2.1.9.5 Pencegahan penularan TBC
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
(1) Menutup mulut bila batuk.
(2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada
wadah tertutup yang diberi lysol 5% atau kaleng yang berisi pasir
1/3 dan diberi lysol.
(3) Makan makanan bergizi.
(4) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita.
(5) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang
baik.
(6) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI,2006).
18

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah
keluarga.
2.2.1.2 Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
2.2.1.3 Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-
tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
2.2.1.4 Riwayat penyakit dahulu 15
2.2.1.5 Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
(1) Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
(2) Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,
menarik diri.
(3) Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.Tidak
bersemangat dan putus harapan.
(4) Lingkungan:
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang
padat, ventilasi rumah yang kurang sehingga pertukaran udara
kurang, daerah di dalam rumah lembab, tidak cukup sinar
matahari, jumlah anggota keluarga yang banyak.
Pola fungsi kesehatan.
1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkan PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah
anggota keluarga banyak, lingkungan dalam rumah lembab,
22
jendela jarang dibuka sehingga sinar matahari tidak dapat
masuk, ventilasi minim menybabkan pertukaran udara kurang,
sejak kecil anggita keluarga tidak dibiasakan imunisasi.
2) Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit
jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan
sakit menelan.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada
kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran
kiri atas dan splenomegali.
4) Pola aktifitas – latihan
Pola aktivitas pada pasien TB Paru mengalami penurunan
karena sesak nafas, mudah lelah, tachicardia, jika 16
melakukan aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
5) Pola tidur dan istirahat
Sulit tidur, frekwensi tidur berkurang dari biasanya, sering
berkeringat pada malam hari.
6) Pola kognitif – perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang
umum, sedangkan dalam hal daya panca indera (perciuman,
perabaan, rasa, penglihatan dan pendengaran) jarang ditemukan
adanya gangguan
7) Pola persepsi diri
Pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah, selain itu
Ketakutan dan kecemasan akan muncul pada penderita TB paru
dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang pernyakitnya yang
akhirnya membuat kondisi penderita menjadi perasaan tak
berbedanya dan tak ada harapan. (Marilyn. E. Doenges, 2000)
8) Pola peran – hubungan
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan dalam
hal hubungan dan peran yang dikarenakan adanya isolasi untuk
menghindari penularan terhadap anggota keluarga yang lain.
(Marilyn. E. Doenges, 1999).
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan dan kelelahan
Tanda : Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari
dan berkeringat pada malam hari
Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Tanda : Penurunan BB
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk, gangguan tidur pada
malam hari
Tanda : pasien meringis, tidur tidak nyenyak
Pernapasan
Gejala : batuk berdarah, Batuk produktif, Sesak nafas, Takipnea 17
Cardiovaskuler Gejala : takikardia (Doengoes, 2006)
Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan Umum dan Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan
secara selintas pandang dengan menilai keadaaan fisik tiap
bagian tubuh. Selain itu, perlu di nilai secara umum tentang
kesadaran klien yang terdiri atas compos mentis, apatis,
somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.
TTV :
Suhu : Terjadi peningkatan suhu tubuh
Nadi : Denyut nadi meningkat seirama dengan frekuensi napas
dan suhu tubuh
RR : frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas
TD : tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyulit
seperti hipertensi.
a. B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru merupakan
pemeriksaan fokus yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.
(1) Inspeksi
Bentuk dada dan pergerakan pernapasan. Sekilas pandang klien
dengan TB paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya
penurunan proporsi diameter bentuk dada antero-posterior
dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila ada penyulit dari
TB paru seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihat
adanya ketidaksimetrian rongga dada, pelebar intercostals space
(ICS) pada sisi yang sakit. TB paru yang disertai atelektasis paru
membuat bentuk dada menjadi tidak simetris, yang membuat
penderitanya mengalami penyempitan intercostals space (ICS)
pada sisi yang sakit. Pada klien dengan TB paru minimal dan
tanpa komplikasi, biasanya gerakan pernapasan tidak mengalami
perubahan. Meskipun demikian, jika terdapat komplikasi yang
melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru biasanya klien 18
akan terlihat mengalami sesak napas, peningkatan frekuensi
napas, dan menggunakan otot bantu napas.
Batuk dan sputum.
Saat melakukan pengkajian batuk pada klien dengan TB paru,
biasanya didapatkan batuk produktif yang disertai adanya
peningkatan produksi secret dan sekresi sputum yang purulen.
Periksa jumlah produksi sputum, terutama apabila TB paru
disertai adanya brokhiektasis yang membuat klien akan
mengalami peningkatan produksi sputum yang sangat banyak.
Perawat perlu mengukur jumlah produksi sputum per hari sebagai
penunjang evaluasi terhadap intervensi keperawatan yang telah
diberikan.
(2) Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB paru
tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada saat
bernapas biasanya normal seimbang antara bagian kanan dan kiri.
Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya
ditemukan pada klien TB paru dengan kerusakan parenkim paru
yang luas. Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa
ketika perawat meletakkan tangannya di dada klien saat klien
berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam
laring arah distal sepanjang pohon bronchial untuk membuat 25

dinding dada dalam gerakan resonan, teerutama pada bunyi


konsonan. Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada
disebut taktil fremitus.
(3) Perkusi
Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya
akan didapatkan resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
Pada klien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi
pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang
sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila
disertai pneumothoraks, maka didapatkan bunyi hiperresonan
terutama jika pneumothoraks ventil yang mendorong posisi paru
ke sisi yang sehat.
(4) Auskultasi
19
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan
(ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa
untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana
didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui
stetoskop ketika klien berbica disebut sebagai resonan vokal.
Klien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi
pleura dan pneumopthoraks akan didapatkan penurunan resonan
vocal pada sisi yang sakit.
b. B2 (Blood)
Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:
(1) Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan
kelemahan fisik.
(2) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.
(3) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran pada
TB paru dengan efusi pleura masif
mendorong ke sisi sehat.
(4) Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal. Bunyi
jantung tambahan biasanya tidak
didapatkan.
c. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis dengan GCS (4-5-6),
ditemukan adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi
jaringan berat.
Pada pengkajian objektif, klien tampak dengan meringis, menangis,
merintih, meregang, dan menggeliat. Saat dilakukan pengkajian
pada mata, biasanya didapatkan adanya kengjungtiva anemis pada
TB paru dengan gangguan fungsi hati
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria
karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Klien
diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga
pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal
sebagai ekskresi karena meminum OAT terutama rifampisin.
e. B5 (Bowel)
20
Klien biasanya mengalami mual, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
f. B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru.
Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia,
pola hidup menetap, jadwal olahraga menjadi tak teratur.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
bronkospasme
2.2.2.2 Gangguan pertukaan gas berhubungan dengan kongesti paru,
hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan
asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
2.2.2.3 Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi
2.2.2.4 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan reflek
batuk
2.2.2.5 Ketidakefektifan regime terapeutik keluarga berhubungan dengan
ketidakteraturan minum obat (Nanda, 2015)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
2.2.3.1 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan 1 x 24 jam bersihan jalan napas
efektif
Kriteria Hasil :
(1) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal (18-20 x/menit), tidak
ada suara nafas tambahan (abnormal).
(2) Mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah.
Intervensi :
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji  ulang fungsi pernapasan: 1. Rasional : Penurunan bunyi
bunyi napas, kecepatan, irama, napas indikasi atelektasis, ronki
kedalaman dan penggunaan otot indikasi akumulasi
aksesori. secret/ketidakmampuan
21
membersihkan jalan napas
2. Observasi kemampuan untuk sehingga otot aksesori
mengeluarkan secret atau batuk digunakan dan kerja pernapasan
efektif, catat karakter, jumlah meningkat
sputum, adanya hemoptisis. 2. Rasional: Pengeluaran sulit bila
sekret tebal, sputum berdarah
3. Berikan pasien posisi semi fowler akibat kerusakan paru atau luka
(senyaman pasien), Bantu/ajarkan bronchial yang memerlukan
batuk efektif dan latihan napas evaluasi/intervensi lanjut
dalam. 3. Rasional: Meningkatkan
ekspansi paru, ventilasi
24

4. Bersihkan sekret dari mulut dan maksimal membuka area


trakea, suction bila perlu. atelektasis dan peningkatan
gerakan sekret agar mudah
5. Pertahankan intake cairan dikeluarkan.
minimal 2500 ml/hari kecuali 4. Rasional:Mencegah
kontraindikasi. obstruksi/aspirasi. Suction
dilakukan bila pasien tidak
mampu mengeluarkan sekret.
6. Lembabkan udara/oksigen
5. Rasional:Membantu 28
inspirasi.
mengencerkan secret sehingga
mudah dikeluarkan
7. Kolaborasi pemberian obat: agen
6. Rasional: Mencegah
mukolitik,bronkodilator,
pengeringan membran mukosa
kortikosteroid sesuai indikasi.
7. Rasional:Menurunkan
kekentalan sekret, lingkaran
ukuran lumen trakeabronkial,
berguna jika terjadi hipoksemia
pada kavitas yang luas 25

22
2.2.3.2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan 1 x 24 jam pertukaran gas
efektif
Kriteria Hasil :
(1) Tidak terjadi dispnea.
(2) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan BGA dalam rentang normal.
(3) Bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi :
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji dispnea, takipnea, 1. Rasional: Tuberkulosis paru dapat
bunyi pernapasan abnormal. rnenyebabkan meluasnya jangkauan
Peningkatan upaya dalam paru-pani yang berasal dari
respirasi, keterbatasan bronkopneumonia yang meluas
ekspansi dada dan menjadi inflamasi, nekrosis, pleural
kelemahan. effusion dan meluasnya fibrosis dengan
2. Evaluasi perubahan-tingkat gejala-gejala respirasi distress.
kesadaran, catat tanda-tanda 2. Rasional: Akumulasi secret dapat
sianosis dan perubahan menggangp oksigenasi di organ vital 29
warna kulit, membran dan jaringan
mukosa, dan warna kuku 3. Rasional: Mengurangi konsumsi
3. Anjurkan untuk bedrest, oksigen pada periode respirasi.
batasi dan bantu aktivitas 4. Rasional : Mengetahui kadar
sesuai kebutuhan. Oksigen ke jaringan
4. Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemeriksaan
analisa gas darah

2.2.3.3 Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakadekuatan intake nutrisi, batuk yang sering, adanya
produksi sputum, dispnea 23
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisiterpenuhi dan adekuat
Kriteria Hasil :
(1) Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan
nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
(2) Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi :
Intervensi Rasionalisasi
1. Catat status nutrisi paasien: 1.Rasional: Berguna dalam
turgor kulit, timbang berat mendefinisikan derajat masalah
badan, integritas mukosa mulut, dan intervensi yang tepat.
kemampuan menelan, adanya 2.Rasional: Membantu intervensi
bising usus, riwayat kebutuhan yang spesifik,
mual/rnuntah atau diare. meningkatkan intake diet pasien.
2. Kaji ulang pola diet pasien yang 3.Rasional: Mengukur keefektifan
disukai/tidak disukai. nutrisi dan cairan.
3. Monitor intake dan output secara 4.Dapat menentukan jenis diet dan
periodik. mengidentifikasi pemecahan
4. Catat adanya anoreksia, mual, masalah untuk meningkatkan
30
muntah, dan tetapkan jika ada intake nutrisi.
hubungannya dengan medikasi. 5.Rasional: Mengurangi rasa tidak
Awasi frekuensi, volume, enak dari sputum atau obat-obat
konsistensi Buang Air Besar yang digunakan yang dapat
(BAB). Rasional: merangsang muntah.
5. Lakukan perawatan mulut 6.Rasional: Memaksimalkan intake
sebelum dan sesudah tindakan nutrisi dan menurunkan iritasi
pernapasan. gaster.
6. Anjurkan makan sedikit dan
sering dengan makanan tinggi
protein dan karbohidrat. 24
2.2.4 Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervesi dan aktivitas yang
telahdicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan
perencanaan ini tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi
yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
2.2.5 Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan (Tarwoto&Wartonah, 2011).
Cara untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi
atau muncul masalah baru adalah membandingkan antara SOAP dengan tujuan,
kriteria hasil yang telah ditetapkan. Format evaluasi menggunakan:
S: subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari pasien
setelah tindakan diperbaiki.
O: onjektive adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan.
A: analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.
P: planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan
ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak / Indonesia
Agama : Kristen Prostestan
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Sd
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Desa Tekaras
Tgl MRS : 12 November 2019
Diagnosa Medis : TB Paru

B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan demam yang kadang naik turun
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluarga Pasien mengatakan dirujuk dari rumah ke Rumah Sakit
RSUD Doris dikarenakan sesak nafas pada hari selasa 18 November
2019 , masuk UGD terpasang infus Nacl 0,9 % da nada suntikan anti
nyeri serta terpasang oksigen nasal lalu berap jam kemudian dibawa
keruang gardenia untuk mendapat tindakan.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahuku dan tidak ada
riwayat operasi
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan seperti Hipertensi,
DM dan penyakit lainnya

16
GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= Tinggal Serumah
= Hubungan Keluarga
= Meninggal

C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasen tampak pucat dan sedikit berantakan ,pasien terpasang infus
Nacl 0,9 % 20 tpm dan spring pam ,serta pasien agak muran dan sedih.
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Composmenthis
b. Ekspresi wajah : Tampak pucat, meringis
c. Bentuk badan : Sedang
d. Cara berbaring/bergerak : Bisa bergerak ke kiri dan ke kanan
e. Berbicara : bisa berkomunikasi dengan baik
f. Suasana hati : Baik
g. Penampilan : Agak berantakan
h. Fungsi kognitif :
 Orientasi waktu : Pasien mengetahui pagi, siang dan malam

17
 Orientasi Orang : Pasien mengetahui keluarga dan
orang di sekitarnya
 Orientasi Tempat : Pasien mengetahui bahwa dia berada
di RS
i. Halusinasi :  Dengar/Akustic  Lihat/Visual  Lainnya Tidak
Ada Kelainan
j. Proses berpikir :  Blocking  Circumstansial  Flight oh ideas 
Lainnya
k. Insight :  Baik  Mengingkari  Menyalahkan orang lain
m. Mekanisme pertahanan diri :  Adaptif  Maladaptif
n. Keluhan lainnya : ………………….
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 38 0C  Axilla  Rektal  Oral
b. Nadi/HR : 91 x/mt
c. Pernapasan/RR : 19 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 130/70 mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simentris
Kebiasaan merokok : Pasen mengatakan tidak merokok
 Batuk, sejak Tidak ada...........................................
 Batuk darah, sejak Tidak ada………………………………………
 Sputum, warna Tidak ada.......................................
 Sianosis
 Nyeri dada
 Dyspnoe nyeri dada  Orthopnoe  Lainnya Tidak ada kelainan
 Sesak nafas  saat inspirasi  Saat aktivitas  Saat istirahat
Type Pernafasan  Dada  Perut  Dada dan perut
 Kusmaul  Cheyne-stokes  Biot
 Lainnya
Irama Pernafasan  Teratur  Tidak teratur
Suara Nafas  Vesukuler  Bronchovesikuler

18
 Bronchial  Trakeal

Suara Nafas tambahan  Wheezing  Ronchi kering


 Ronchi basah (rales)  Lainnya……
Keluhan lainnya :
Tidak ada
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
 Nyeri dada  Kram kaki  Pucat
 Pusing/sinkop  Clubing finger  Sianosis
 Sakit Kepala  Palpitasi  Pingsan
 Capillary refill  > 2 detik  < 2 detik
 Oedema :  Wajah  Ekstrimitas atas
 Anasarka  Ekstrimitas bawah
 Asites, lingkar perut ……………………. cm
 Ictus Cordis  Terlihat  Tidak melihat
Vena jugularis  Tidak meningkat  Meningkat
Suara jantung  Normal, Iup-Dup
 Ada kelainan
Keluhan lainnya :
Tidak ada
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E :4
V :5
M :6
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran :  Compos Menthis  Somnolent  Delirium
 Apatis  Soporus  Coma

19
Pupil :  Isokor  Anisokor
 Midriasis  Meiosis
Refleks Cahaya :  Kanan  Positif  Negatif
 Kiri  Positif  Negatif
Nyeri, lokasi ………………………………..
 Vertigo  Gelisah  Aphasia  Kesemutan
 Bingung  Disarthria  Kejang  Trernor
 Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Pasien dapat mencium aroma minyak kayu
putih
Nervus Kranial II : Pasien dapat melihat sekitarnya
Nervus Kranial III : Pasien dapat menggerakkan mulutnya
Nervus Kranial IV : Pasien dapat menggerakkan matanya ke atas /
ke bawah
Nervus Kranial V : Pasien dapat mengunyah dengan baik
Nervus Kranial VI : Pasien dapat membedakan rasa makanan
Nervus Kranial VII : Pasien dapat tersenyum
Nervus Kranial VIII : Pasien dapat mendengar dengan baik
Nervus Kranial IX : Pasien dapat menelan dengan baik
Nervus Kranial X : Pasien dapat berbicara dengan baik dan lancar
Nervus Kranial XI : Pasien dapat menggerakkan leher ke kiri dn ke
kanan
Nervus Kranial XII : Pasien dapat mengecap makanan dengan baik
Uji Koordinasi :
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari  Positif  Negatif
Jari ke hidung  Positif  Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki  Positif  Negatif
Uji Kestabilan Tubuh :  Positif  Negatif
Refleks :

20
Bisep :  Kanan +/-  Kiri +/- Skala………….
Trisep :  Kanan +/-  Kiri +/- Skala………….
Brakioradialis :  Kanan +/-  Kiri +/- Skala………….
Patella :  Kanan +/-  Kiri +/- Skala………….
Akhiles :  Kanan +/-  Kiri +/- Skala………….
Refleks Babinski :  Kanan +/-  Kiri +/-
Refleks lainnya : Pasien tidak bersedia di kaji
Uji sensasi : Pasien tidak bersedia di kaji
Keluhan lainnya :
Pasien tidak bersedia di kaji
Masalah Keperawatan :
Pasien tidak bersedia di kaji
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi Urine : 2.000 ml 1 x/hr
Warna : Jernih
Bau : Khas (omoniak)
 Tidak ada masalah/lancer  Menetes  Inkotinen
 Oliguri  Nyeri  Retensi
 Poliuri  Panas  Hematuri
 Dysuri  Nocturi
 Kateter  Cystostomi
Keluhan Lainnya :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :

21
Mulut dan Faring
Bibir : Kering
Gigi : Lengkap
Gusi : Tidak ada Peradangan
Lidah : Lembab dan Pucat
Mukosa : Lembab
Tonsil : Tidak ada Peradangan
Rectum :
Haemoroid :
BAB : ….x/hr Warna :..……… Konsistensi : …………
 Tidak ada masalah  Diare  Konstipasi  Kembung
 Feaces berdarah  Melena  Obat pencahar  Lavement
Bising usus : Tidak ada
Nyeri tekan, lokasi : Tidak ada
Benjolan, lokasi : Tidak ada
Keluhan lainnya :
Tidak ada
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :
 Kemampuan pergerakan sendi  Bebas  Terbatas
 Parese, lokasi
 Paralise, lokasi Tidak ada
 Hemiparese, lokasi Tidak ada
 Krepitasi, lokasi Tidak ada
 Nyeri, lokasi
 Bengkak, lokasi Tidak ada
 Kekakuan, lokasi Tidak ada
 Flasiditas, lokasi Tidak ada
 Spastisitas, lokasi Tidak ada
 Ukuran otot  Simetris

22
 Atropi
 Hipertropi
 Kontraktur
 Malposisi
Uji kekuatan otot :  Ekstrimitas atas 4/ 4 Ekstrimitas bawah 4/4 
Deformitas tulang, lokasi Tidak ada
 Peradangan, lokasi Tidak ada
 Perlukaan, lokasi Tidak ada
 Patah tulang, lokasi Tidak ada
Tulang belakang  Normal  Skoliosis
 Kifosis  Lordosis
10. KULIT-KULIT RAMBUT
Riwayat alergi  Obat Tidak ada
 Makanan......................................................
 Kosametik....................................................
 Lainnya........................................................
Suhu kulit  Hangat  Panas  Dingin
Warna kulit  Normal  Sianosis/ biru  Ikterik/kuning
 Putih/ pucat  Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor  Baik  Cukup  Kurang
Tekstur  Halus  Kasar
Lesi :  Macula, lokasi
 Pustula, lokasi Pasien tidak bersedia dikaji
 Nodula, lokasi Pasien tidak bersedia dikaji
 Vesikula, lokasi Pasien tidak bersedia dikaji
 Papula, lokasi Pasien tidak bersedia dikaji
 Ulcus, lokasi Pasien tidak bersedia dikaji
Jaringan parut lokasi................................................................................
Tekstur rambut .....................................................................................
Distribusi rambut.....................................................................................
Bentuk kuku  Simetris  Irreguler

23
 Clubbing Finger  Lainnya............
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
11. SISTEM PENGINDERAAN :
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan :  Berkurang  Kabur
 Ganda  Buta/gelap
Gerakan bola mata :  Bergerak normal  Diam
 Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) :..............................................
Mata kiri (VOS) :..............................................
Selera  Normal/putih  Kuning/ikterus 
Merah/hifema Konjunctiva  Merah muda 
Pucat/anemic
Kornea  Bening  Keruh
Alat bantu  Kacamata  Lensa kontak 
Lainnya…….
Nyeri : ...................................................................................
Keluhan lain : Tidak ada
b. Telinga / Pendengaran :
Fungsi pendengaran :  Berkurang  Berdengung  Tuli
c. Hidung / Penciuman:
Bentuk :  Simetris  Asimetris
 Lesi
 Patensi
 Obstruksi
 Nyeri tekan sinus
 Transluminasi
Cavum Nasal Warna…………………..
Integritas……………..
Septum nasal  Deviasi  Perforasi  Perdarahan

24
 Sekresi, warna ………………………
 Polip  Kanan  Kiri  Kanan dan Kiri
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Massa  Ya  Tidak
Jaringan Parut  Ya  Tidak
Kelenjar Limfe  Teraba  Tidak teraba
Kelenjar Tyroid  Teraba  Tidak teraba
Mobilitas leher  Bebas  Terbatas
13. SISTEM REPRODUKSI
a. Reproduksi Pria
Kemerahan, Lokasi......................................................
Gatal-gatal, Lokasi.......................................................
Gland Penis .................................................................
Maetus Uretra ..............................................................
Discharge, warna ........................................................
Srotum ....................................................................
Hernia ....................................................................
Kelainan ……………………………………………
Keluhan lain ………………………………………….
a. Reproduksi Wanita
Kemerahan, Lokasi......................................................
Gatal-gatal, Lokasi.......................................................
Perdarahan .................................................................
Flour Albus ..............................................................
Clitoris .......................................................................
Labis ....................................................................
Uretra ....................................................................
Kebersihan :  Baik  Cukup  Kurang
Kehamilan : ……………………………………

25
Tafsiran partus : ……………………………………
Keluhan lain Tidak dikaji
Payudara :
 Simetris  Asimetris
 Sear  Lesi
 Pembengkakan  Nyeri tekan
Puting :  Menonjol  Datar  Lecet  Mastitis
Warna areola ......................................................................................
ASI  Lancar  Sedikit  Tidak keluar
Keluhan lainnya Pasien tidak bersedia dikaji
Masalah Keperawatan :
Pasien tidak bersedia dikaji

D. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan sehat itu penting, dimana dapat beraktivitas secara
mandiri. Sedangkan kalau sakit tidak dapat beraktivitas secara mandiri
dan klien ingin cepat sembuh supaya dapat mengurus anaknya
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 149 Cm
BB sekarang : 44 Kg
BB Sebelum sakit : 48 Kg
Diet :
 Biasa  Cair  Saring  Lunak
Diet Khusus :
 Rendah garam  Rendah kalori  TKTP
 Rendah Lemak  Rendah Purin  Lainnya
Tidak ada
 Mual
 Muntah…………….kali/hari
Kesukaran menelan  Ya  Tidak

26
Rasa haus
Keluhan lainnya Tidak ada keluhan lainnya
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
1 – 2 kali sehari 4 – 5 kali sehari
Frekuensi/hari (Pagi, Siang, dan (Pagi, Siang, dan
Malam) Malam)
Porsi ½ Porsi 2 Porsi
Nafsu makan Kurang Baik
Nasi, Sayur, Ayam,
Jenis Makanan Nasi, Sayur, Buah
Buah
Jenis Minuman Air Putih The dan Air Putih
Jumlah minuman/cc/24
1.100 – 1.200 ml 1.100 – 1.200 ml
jam
Pagi, Siang, Sore,
Kebiasaan makan Pagi dan Malam
Malam
Keluhan/masalah
Masalah Keperawatan
………………………………………………………………………
3. Pola istirahat dan tidur
Saat sakit : 5 – 7 jam (Malam) – 1 jam (Siang)
Sebelum sakit : 7 – 8 jam (Malam) – 2 jam (Siang)
Masalah Keperawatan
Tidak ada maslah keperawatan
4. Kognitif :
Pasien dan keluarganya paham penyakit apa yang diderita
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri : Klien adalah ibu rumah tangga
Ideal diri : Klieningin sembuh, pulang dan beraktivitas
kembali
Identitas diri : Klien dapat menerima keadaan dirinya sekarang
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
6. Aktivitas Sehari-hari

27
Sebelum sakit : Pasien adalah ibu rumah tangga dan
membantu suami dengan membuat bertani
Selama sakit : Klien tidak bisa beraktivitas seperti biasa
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah

7. Koping –Toleransi terhadap Stress


Bila ada masalah pasien selalu bercerita kepada suami untuk mencari
solusi terbaik
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Selama pengobatan tidak ada yang bertentangan dengan keyakinan
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan

E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari
Pasien berbahasa Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Klien dapat bekerjasama dengan baik, kepada keluarganya, serta
teman-temannya dengan harmonis dan bersahaja
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerjasama dengan dokter dan perawat serta tim medis
lainnya
5. Orang berarti/terdekat :
Orang tua, anak dan suami
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :

28
Pasien mengatakan bahwa dia menggunakan waktu luang dengan
membuat kue
7. Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit = Klien mengatakan rutin ibadah
Selama sakit = Pasien susah beribadah rutin

F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,


PENUNJANG LAINNYA)
HASIL PEMERIKSAAN KLINIK (PEMERIKSAAN
PENUNJANGAN) Pemeriksaan rapid Anti HIV
NAMA : Ny .m
Tanggal : 12 November 2019
Parameter Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hasil 1 Non Reaktif Non Reaktif
(SD DIAGNOSTIC)

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


No Parameter Hasil Satuan Nilai Normal

1. Glukosa – sewaktu 85 Mg/dl < 200

G. HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI


NAMA : Ny.M
TANGGAL : 12/ 11/ 2019
Hasil pemeriksaan X-Ray Fhoto Thorax Ap :
- Jantung tidak membesar, CTR < 50 %, Oarta normal ,trakea ditengsh
- Hili normal , corakan bronkovaskular meningkat
- Jaringan lunak dan tulang dinding dada tidak tampak kelainan
-
- KESAN
- TB paru Aktif lesi luas
- Tidak tampak kardiomegali

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Terpasang infus NaCl 0,9%
2) Injeksi obat anti nyeri ranitidine 2x50 mg
3) Ambroxol 3 x 1
4) Inj omz 1x 40 g

29
Palangka Raya, 19 November 2019

Mahasiswa,

( Oski Ria Anggraini )


DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Klien menyatakan Infeksi atau cidera Hipertermi
demam naik turun jaringan
DO : TTV Pasien :
TTV : 
TD : 38,0 oC Inflamsi
HR : 91 x/mt 
RR : 19 x/tm Akumulasi monosit
TD : 130/70mmHg makrofag ,selt helper
- Tubuh pasien teraba dan fibroblast
panas 
- turgor kulit kering Pelepasn pyrogen
- Mukosa muut lembab endogen (sitokin)

Interleukin1
Interlekin2

Merasang saraf vagus

Meningkatkan suhu
basal

Hipertermi

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH


DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : - Pasien Tidak kesimbangan Intoleransi aktifitas
aktifitas dan istirahat
mengatakan bahwa

merasa lemas Kelemahan otot
DO : - Pasien tampak

lemas
 Pasien tampak dibantu Mobilisasi

keluarga untuk 
kebutuhan aktifitas

30
(seperti : BAB/BAK, Intoleransi aktifitas
makan & minum)

31
PRIORITAS MASALAH
1.Hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit dibuktikan dengan
DS : Klien menyatakan demam naik turun
DO : TTV Pasien :
TTV :
TD : 38,0 oC
HR : 91 x/mt
RR : 19 x/tm
TD : 130/70mmHg
- Tubuh pasien teraba panas
- turgor kulit kering
- Mukosa muut lembab

2.)Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot dibuktikan dengan

DS : - Pasien mengatakan bahwa merasa lemas

DO : - Pasien tampak lemas


- Pasien tampak dibantu keluarga untuk kebutuhan aktifitas (seperti :
BAB/BAK, makan & minum)

32
33
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. M


Ruang Rawat : Gardenia

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1) Hipertermi berhubungan dengan - Setelah dilakukan tindakan 1) Mengkaji keluhan yang dialami 1) Untuk mengetahui keluhan yang
Proses penyakit keperawatan 2x24 jam pasien dialami pasien
diharapkan demam yang 2) Melakukan observasi tanda- 2) Untuk mengetahui tanda-tanda
dialami pasien berkurang dan tanda vital pasien vital pasien
pasien bisa merasa nyaman 3) Lekukan pengukuran suhu 3) Untuk mengurangi nyeri yang
kembali 4) Anjurkan keluarga untuk dialami pasien
kompres air hangat 4) Untuk penyembuhan dan
5) Kolaborasi pemberian mengurangi rasa nyeri
analgetik dengan dokter dan
tim medis

2.) Intoleransi aktifitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1.)Evaluasi nyeri secara teratur 1) Memberikan informasi
dengan kelemahan otot
keperawatan selama 2x24 jam 2.)Anjurkan menggunakan teknik tentang kebutuhan untuk
diharapkan : relaksasi, seperti nafas dalam ketidakefektivitas intervensi
Kriteria hasil : 3).Posisikan sesuai indikasi 2) Menghilangkan ketegangan
misalnya semifowler
1) Melaporkan nyeri otot dan dapat meningkatan
berkurang atau teratasi kemampuan
3) Dapat menghilangkan nyeri
dan data penunjang

34
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. m
Ruang Rawat : Gardenia

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
1) Mengkaji keluhan yang dialami pasien S : Pasien mengatakan suhu nya turun
Selasa,19 November 2019 2) Melakukan observasi tanda-tanda vital O : Pasen tampak segar
(6.30 wib ) pasien TD = 130/70 mmHg, N = 91 x/menit, S
3) Melakukan pengukuran suhu = 37 OC, RR = 19 x/menit
4) Menganjurkan keluarga untuk kompres -Tubuh pasien teraba dingin
air hangat A : Masalah Teratasi Oski Ria A.
5) Berkolaborasi pemberian analgetik P : Hentikan intervensi
dengan dokter dan tim medis

Selasa,19 November 2019 1) Mengevaluasi nyeri secara teratur S : Pasien mengatakan masih lemas
(6.30 wib) 2) Menganjurkan untuk menggunakan O : Pasien tampak lemah
teknik relaksasi, seperti nafas dalam. - Pasien tidak ada dispenia
3) Mengatur posisi sesuai indikasi misalnya - Pasien tampak baring terlentang Oski Ria A.
semi fowler - pasien sebagian aktifitas dibantu
keluarga
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

35

Anda mungkin juga menyukai