TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi
Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam dimana luka tusuk masuk
ke dalam jaringan tubuh dengan luka sayatan yang sering sangat kecil pada kulit,
misalnya luka tusuk pisau. Berat ringannya luka tusuk tergantung dari dua faktor
yaitu :
1.1.1.1 Lokasi anatomi injury.
1.1.1.2 Kekuatan tusukan, perlu dipertimbangkan panjangnya benda yang
digunakan untuk menusuk dan arah tusukan.
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar
rongga abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma penetrasi. Secara
umum organ-organ padat berespon terhadap trauma dengan perdarahan.
Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus
pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga peritoneal sehingga akan
mengakibatkan peradangan atau infeksi.
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. Trauma perut
merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya
dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan
dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. (Smeltzer, 2010).
1.1.2 Anatomi Fisiologi
1.1.2.1 Anatomi Luar dari Abdomen
1) Abdomen Depan
Definisi abdomen depan adalah bidang yang bagian superiornya
dibatasi oleh garis intermammaria, di inferior dibatasi oleh kedua
ligamentum inguinale dan simfisis pubis serta di lateral oleh kedua
linea aksilaris anterior.
2) Pinggang
Ini merupakan daerah yang berada diantara linea aksilaris anterior dan
linea aksilaris posterior, dari sela iga ke-6 diatas, ke bawah sampai
1
2
crista iliaca. Di lokasi ini adanya dinding otot abdomen yang tebal,
berlainan dengan dinding otot yang lebih tipis dibagian depan, menjadi
pelindung terutama terhadap lukas tusuk.
3) Punggung
Daerah ini berada dibelakang dari linea aksilaris posterior, dari ujung
bawah scapula sampai crista iliaca. Seperti halnya daerah flank, disini
otot-otot punggung dan otot paraspinal menjadi pelindung terhadap
trauma tajam.
1.1.2.2 Anatomi Dalam dari Abdomen
1) Rongga Peritoneal
Rongga peritoneal terdiri dari dua bagian, yaitu atas dan bawah. Rongga
peritoneal atas dilindungi oleh bagian bawah dari dinding thorax yang
mencakup diafragma, hepar, lien, gaster dan colon transversum. Bagian
ini juga disebut komponen thoracoabdominal dari abdomen. Pada saat
diafragma naik sampai sela iga IV pada waktu ekspirasi penuh, setiap
terjadi fraktur iga maupun luka tusuk tembus dibawah garis
intermammaria bisa mencederai organ dalam abdomen. Rongga
peritoneal bawah berisikan usus halus, bagian colon ascendens dan
colon descendens, colon sigmoid dan pada wanita, organ reproduksi
internal.
2) Rongga Intraperitoneal
Rongga yang potensial ini adalah rongga yang berada dibelakang
dinding peritoneum yang melapisi abdomen dan didalamnya terdapat
aorta abdominalis, vena cava inferior, sebagian besar dari duodenum,
pankreas, ginjal dan ureter serta sebagian posterior dari colon ascendens
dan colon descendens, dan juga bagian rongga pelvis yang
retroperitoneal. Cedera pada organ dalam retroperitoneal sulit dikenali
karena daerah ini jauh dari jangkauan pemeriksaan fisik yang biasa dan
juga cedera disini pada awalnya tidak akan memperlihatkan tanda
maupun gejala peritonitis. Disamping itu, rongga ini tidak termasuk
dalam bagian yang diperiksa sampelnya pada diagnostic peritoneal
lavage (DPL).
3
3) Rongga Pelvis
Rongga pelvis yang dilindungi oleh tulang-tulang pelvis, sebenarnya
merupakan bagian bawah dari rongga intraperitoneal, sekaligus bagian
bawah dari rongga retroperitoneal. Terdapat didalamnya rectum, vesica
urinaria, pembuluh-pembuluh iliaca dan pada wanita, organ reproduksi
internal. Sebagaimana halnya bagian thoracoabdominal, pemeriksaan
organ-organ pelvis terhalang oleh bagian-bagian tulang diatasnya.
1.1.2.3 Otot Penyusun Dinding Abdomen
Otot penyusun dinding abdomen bagian depan/ventral (dari dalam ke luar)
1) M. rectus abdominis (kiri-kanan linea mediana)
(1) Tersusun memanjang daricostae 5-7 ke symphisis pubis
(2) Dibungkus vagina m. recti abdominis
(3) Fungsi : Menarik dada saat ekspirasi, mengangkat pelvis,
antefleksi columna vertebralis, membantu rotasi rongga dada
2) M. transversus abdominis
3) M. obliquus internus abdominis
4) M. obliquus eksternus abdominis
1.1.2.4 Otot penyusun dinding abdomen bagian belakang/dorsal (dari dalam ke
luar)
1) M. psoas major dan m psoas minor
2) M. quadratus lumborum
3) M. erector trunci
4) M. latissimus dorsi
4
1.1.2.5 Vaskularisasi
1) Aorta abdominalis masuk ke rongga perut setinggi v thoracalis XII
berakhir setinggi lumbalis IV = bercabang menjadi arteri iliaca
communis.
2) A iliaca communis
(1) iliaca externa yang kemudian bercabang menjadi a epigastrica
inferior dan a circumflexa ilium profunda dan setelah masuk
lakuna vasorum menjadi a femoralis.
(2) hypogastrica bercabang menjadi a iliolumbalis.
3) Cabang aorta abdominal = arteri lumbalis.
4) a. femoralis bercabang menjadi a epigastrica superficialis dan a circum-
flexa ilium superficialis
1.1.2.6 Inervasi
Dinding abdomen :
1) Nervus intercostalis 7 s/d 12
(1) Kulit dinding perut
(2) Peritoneum parietale
(3) Muscle: transversus abdominis, obliquus internus dan externus
abdominis, rectus abdominis.
2) Nervus lumbalis
(1) Kulit sampai di daerah gluteus medial.
6
penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai
tumor.
1.1.4.2 Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2005)
terdiri dari :
1) Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera
pada dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli
bedah.
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
1.1.5 Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-penetrasi kemungkinan akan terjadi
pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda
iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran
klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-
tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam
trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan
distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.Bila syok
telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga
terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak.
Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila
terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus
dilakukan.
Trauma tajam atau tusukan benda tajam memberi jejas pada kutis dan
subkutis, bila lebih dalam akan melibatkan otot abdomen, dan tusukan lebih
dalam akan menembus peritoneum dan mampu mencederai organ intraperitoneal
8
atau mungkin langsung mencederai organ retroperitoneal bila trauma berasal dari
arah belakang. Sangat jarang ditemui trauma tajam yang menembus dari muka
sampai belakang dinding abdomen atau sebaliknya.
Trauma tajam dinding abdomen akan menimbulkan perdarahan in situ, bila
trauma menembus peritoneum, mungkin terdapat polas omentum.
Trauma tajam dapat dengan mudah mencederai hepar, mesenterium dan
mesokolon, gaster, pancreas atau buli-buli, namun karena sifat mobilitasnya,
jarang mencederai usus halus, kolon, limpa dan ginjal.
Akibat dari trauma tajam pada umumnya adalah perdarahan yang terpantau,
atau bila yang terkena cedera adalah gaster, akan didapati penyebaran asam
lambung dalam rongga peritoneum, yang akan memberi perangsangan yang cukup
hebat, berupa tanda-tanda peritonitis.
Luka tusuk akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi
ataupun terpotong. Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus (30%),
diafragma (20%) dan colon (15%).
Perdarahan pada
Luka tusuk / luka
rongga peritonium Ledakan, benturan,
tembak
pukulan
Tidak Bedrest
adekuatnya total Kerusakan sel / jejas
pertahanan jaringan
primer dan
Defisit
sekunder akibat Aspirasi isi lambung
perawata Pengeluaran media
gangguan
n diri kimia oleh sel mast
gastrointestinal
Tindakan intubasi
Stimulasi serabut saraf
Resiko infeksi
Masuknya isi lambung
kedalam esofagus Merangsang hormon
BPH (Bradikinin,
Prostaglandin dan
Motalitas usus Penumpukan cairan
Histamin)
atau sekret
Refluks usus
cairan berlebih Nyeri akut
Resiko kekurangan
9
volume cairan
1.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
1.1.6.1 Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium) :
1) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2) Respon stres simpatis
3) Perdarahan dan pembekuan darah
4) Kontaminasi bakteri
5) Kematian sel
1.1.6.2 Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
1) Kehilangan darah.
2) Memar/jejas pada dinding perut.
1.1.6.3 Kerusakan organ-organ
1) Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding
perut.
2) Iritasi cairan usus (FKUI, 2009).
1.1.7 Komplikasi
1) Segera : hemoragik, syok, dan cedera.
2) Lambat : infeksi
3) Trombosis Vena
4) Emboli Pulmonar
5) Stress Ulserasi dan perdarahan
6) Pneumonia
7) Tekanan ulserasi
8) Atelektasis
9) Sepsis
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1.1.8.1 Cedera thorax bagian bawah
Untuk pasien yang asimptomatik dengan kecurigaan cedera pada
diafragma dan struktur abdomen bagian atas diperlukan pemeriksaan fisik
maupun thorak foto berulang, thoracoskopi ataupun laparoskopi ataupun
pemeriksaan CT scan. Dengan pemeriksaan diataspun kita masih bisa
menemukan adanya hernia diafragma sebelah kiri karena luka tusuk
10
38
DAFTAR PUSTAKA