Disusun Oleh :
GEA BELA PRATIWI
P17321195025
A. Definisi
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan
atau dimulainya tanda inpartu(Kemenkes RI, 2013).
Menurut (Manuaba, 2001) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan mulai dari ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm diatas 37 minggu, sedangkan
dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak.
B. Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar cairan
yang banyak secara tiba-tiba. Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo
dengan spekulum steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau
menggenang di forniks posterior. Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah
janin, atau minta ibu untuk mengedan/batuk.
Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan
penanganan aktif (melahirkan bayi) karena dapat mengurangi latensi dan
meningkatkan kemungkinan infeksi.
Pastikan bahwa:
Cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan:
a. Bau cairan ketuban yang khas.
b. Tes Nitrazin: Ilihat apakah kertas lakmus berubah dan me menjadi biru. Harap
diingat bahwa darah, semen, dan inteksi dapet menyebabkan hasil positif palsu.
c. Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati seket
servikovaginal yang mengering .
d. Tidak ada tanda-tanda in partu.
e. Setelah menentukan diagnosis ketuban pecah dini, perhatikan tanda tande
mnionitis
C. Faktor predisposisi
Di dalam buku (Manuaba, 2001) Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi
obstetric, berkaitan:
1. sebab terjadinya
a. serviks inkompeten
b. overdestensi uterus
c. faktor keturunan, diantaranya:
serum ion Cu rendah
Vitamin C rendah
kelainan genetic
d. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban
infeksi genetalia
meningkatnya enzim proteolitik
e. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut phase
latent.
Makin panjang phase latent, makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin
muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin.
komplisaki ketuban pecah dini makin meningkat.
f. sebab umum ketuban pecah dini
multi grandemulti
overdistensi.
Hidramniom
hamil ganda.
sefalopelvik disproporsi
kelainan letak
lintang
sungsang
pendular abdomen
g. Mekanisme ketuban pecah dini
Terjadi pembukaan premature serviks
Membrane terkait dengan pembukaan terjadi :
Devaskularisasi
Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan.
Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin bert kurang.
Melemahnya daya tahan keuban dipercepat dengan infeksi yang
dikeluarkan enzim:
Enzim preteolitik.
Enzim kolagenase
D. Evaluasi kehamilan dengan ketuban pecah dini
1. Faktor infeksi
Amniosentesis dengan ultrasonografi:
Kultur beta streptokokus.
Kematangan paru janin.
Percobaan indigo karmin, apakah benar ketuban pecah dini dengan cairan
yang ada dalam vagina.
2. Ulirasonografi
Ketuban pecah dini sering ada kelainan kongenital.
Menentukan umur kehamilan.
Menentukan kesehatan janin dalam komposisi.
3. Melakukan pemeriksaan terhadap tingkat infeksi
a. Pemeriksaan laboratorium lengkap.
b. Pemeriksaan C protein reaktif (CRP)
CRP normal pada kehamilan 0,3-0,8 mg / maksimal 2 mg.
Peningkatan CRP di atas 2 mg menunjukkan infeksi "chorioamnioitis"
4. waktu dilakukan induksi persalinan
a. pertimbangan waktu induksi
setelah pecah 6 jam
setelah pecah 12 jam
setelah pecah 24 jam
Kiranya perlu dilakukan penelitian yang mana yang paling tinggi mencapai well
born baby dan well health mother.
b. Masalah yang berat menghadapi ketuban pecah dini.
Kehamilan di bawah 26 minggu.
Mempertahankannya memertlukan waktu lama.
Bila sudah mencapai 2.000 gr dapat disetujui untuk induksi.
kegagalan induksi disertai infeksi yang di ikuti histerektomi
c. Pemberian kortokosteroid dengan pertimbangan.
Akan menambah reseptor pematangan paru.
Menambah maturitas paru janin.
Pemberian betametason:
o 12 mg dengan interval 24 jam.
o 12 mg tambahan.
o Dosis maksimum 24 mg.
o Masa kerja sekitar 2-3 hari
Bila janin setelah satu minggu belum lahir pemberian beta- kortison dapat
diulangi lagi
d. Pemberian tokolitik, untuk mengurangi kontraksi uterus dapat diberikan bila
sudah dapat dipastikan tidak terjadi infeksi korioamnionitis.
e. Pemberian antibiotik profilaksis dengan Iriple drug untuk menghindari
terjadi sepsis
E. Indikasi untuk melakukan induksi pada ketuban pecah dini (PRM)
a. Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim.
Pertimbangan waktu
apakah 6,12, atau 24 jam
Berat janin diperoleh di atas 2.000 gr atau lebih.
b. Ada tanda infeksi intrauterin.
Temperatur naik di atas 38oC, dengan pengukuran rektal.
Tersedia tanda infeksi melalui hasil:
Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan kultur udara ketuban
F. Tatalaksana
1. Tatalaksana Umum
Berikan eritromisin 4x250 mg selama 10 hari.
Rujuk ke fasilitas yang memadai.
2. Tatalaksana Khusus
Di RS rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan:
>34 minggu:
0 Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada
kontraindikasi.
24-33 minggu:
o Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin,
lakukan persalinan segera.
o Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau
betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.
o Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.
o Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia
kehamilan 32-33 minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan
kematangan paru dan hasil menunjukkan bahwa paru sudah
matang (komunikasikan dan sesuaikan dengan fasilitas
perawatan bayi preterm).
<24 minggu:
o Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko ibu dan janin.
o Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan
mungkin menjadi pilihan
o Jika terjadi infeksi (koriomnionitis), lakukan tatalaksana
koriomnionitis.
POHON MASALAH
Konsepsi
Gravida
TM I TM II TM III
Patofisiologis :
Selaput ketuban kuat
Selaput ketuban mudah pecah
Tanda-tanda
Keluar air ketuban Janin mudah ada selaput Air ketuban Demam
- diraba ketuban sudah kering
- Infeksi
-
-
Komplikasi
Buku saku “pelayanan kesehatan ibu doi fasilitas kesehatan dasar dan rujukan”.
Kementrian kesehatan republik Indonesia.2013. jakarta
Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC
ASUHAN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN
Nama pasien : Ny. S Nama pasien : Tn. L
Umur : 40 tahun Umur : 53 tahun
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pemdidikan : SD
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : tidak menentu Penghasilan : + Rp. 900.000/bln
Alamat kantor : - Alamat kantor : Karangsuko
Alamat rumah : Mojoroto Alamat rumah : Mojoroto
1. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng sejak pagi tanggal 15 Agustus
2019 jam 15.00 keluar cairan jernih pervaginam.
2. RIWAYAT MENSTRUASI
Usia menarche : 12 tahun
HPHT : 20 november 2018
Lama : 3-4 hari
Banyaknya : 2x ganti pembalut
Siklus : 28 hari
Fluor albus : tidak
TP : 27 agustus 2019
Keluhan saat haid : Tidak ada
3. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS YANG LALU
Penyulit ANAK
Tgl Tmpt Usia Jenis
No Penolong Nifas Ket
Persal Persal kehamilan persal Khmln JK BB PB
1. RB 9 bln Spontan - ♀ 1900 - Anak I
2. RB 9 bln - 2100 kembar
♀
3. 2 bln Abortus
-
4. hamil ini
4. Riwayat dan Rencana KB
Metode yang pernah di pakai: Pil KB, Lama: 5 bulan
Komplikasi dari KB: Tidak ada, Rencana KB selanjutnya: suntik 3 bulan
5. Riwayat Ginekologi : Tidak ada
6. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu , Mertua) yang pernah menderita sakit:
tidak ada
7. Status perkawinan : ya kawin 1 kali, kawin usia 20 tahun, lama menikah 20
tahun
8. Riwayat psikososial
- Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Sangat baik,
keluarga dan ibu menantikan kelahiran bayi
- Pengguanaan alat kontrasepsi KB: Pil KB
- Dukungan Keluarga : Keluarga sangat mendukung dengan
menunggu ibu di ruang tunggu
- Pengambilan keputusan dalam keluarga: Suami
- Gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan: ibu makan
seperti biasa sebelum hamil
- Beban kerja sehari: Ibu hanya bekerja sebagai ibu rumah
tangga
- Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan: Di PBM
dengan bidan
- Penghasilan kelurga: sesuai UMR
9. Pola makan / minum/ eleminasi/ istirahat.
- Pola minum : 8 gelas/hari dengan air putih
- Pola eliminasi :
BAK : 5 kali/hari, BAK terakhir jam :15.30 wib
BAB : 1 Kali/ hari, BAB terakhir jam : 05.30 wib
- Pola istirahat : ±6-8 jam /hari, tidur terakhir jam : 22.00 Wib
- Dukungan keluarga : suami dan keluarga
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
KU : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : stabil
TD : 120/80 mmHg
Deyut Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x /mnt
Suhu tubuh : 37 0C
BB sekarang : 51 kg
2. Pemeriksaan Fisik
1) Mata : kelopak Mata : tidak oedema
Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih
2) Mulut dan gigi : Lidak : bersih
Gigi : tidak ada karies
Gusi : tidak epulis
3) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
4) Axilia : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
5) Dada : tidak ada kelainan
6) System respiratori : normal
7) System kardio : tidak ada kelainan
8) Punggung
Posisi tulang belakang : lordosis
9) Ekstremitas atas Ekstremites bawah
- Oedem : tidak ada - Oedem : tidak ada
- Varises : tidak ada - Varises : tidak ada
- Simetris : simetris - Simetris : simetris
3. Pemeriksaan Khusus
1. Abdomen
Inspeksi : terdapat linea nigra, tidak ada pembesaran abnormal, ada luka
bekas operasi
Palpasi : TFU : 24 cm, letak punggung : di sebelah kanan
Persentasi : kepala, penurunan : hodge I
TBJ : 2015 gram
Auskultasi : BJJ 136 x/menit. Regular
His/kontraksi : tidak teratur
2. Ginekologi
Anogenital: Keadaan perineum : utuh
Warna vulva : kebiruan
Odema : tidak
Pengeluaran pervaginam : cairan ketuban, sedikit, jernih
Pembekakan kel. bart holini : tidak ada
- Vulva, vagina tidak ada pembengkaakan - Eff. : 25%
- Cervik 2 cm - Presentasi kepala HI
- Ketuban (-)
4. Pemeriksaan Laboratorium
HB : 10 gram/dl
Protein urine : negatif
Glukosa : negatif
C. ANALISA/INTERPENSI DATA
1. Diagnosa : G4P3A1H2, UK 37 minggu,observasi inpartu dengan KPD, hidup, tunggal,
intra uterine, puka, presentase, kepala, penurunan kepala U, KU ibu cukup
2. Masalah
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 15 Februari 2019 pukul : 17.30 Wib
1. Observasi TTV dan CHPB untuk memantau setiap perubahan yang terjadi baik pada ibu maupun
janin
2. Berikan rehidrasi cairan infus diberikan untuk pengganti cairan dalam tubuh pasien yang hilang /
keluar
3. Batasi pemeriksaan dalam mengurangi kemungkinan terjadi infeksi
4. Lakukan tirah baring dengan posisi pasien miring ke kiri Miring ke kiri dapat memperlan car
sirkulasi darah ke uterus
5. Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan tindakan selanjutnya Menentukan tindakan yang
tepat apabila kemungkinan terjadi komplikasi
PENATALAKSANAAN LANJUTAN
Tgl/Jam : 15 Februari 2019 Pukul :20.05 WIB
Data Dasar
1. Mengobservasi TTV dan CHPB
KU : cukup
TD : 120/80 mmHg
Deyut Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x /mnt
Suhu tubuh : 372 0C
2. Memasang infus DS % 2 tetes/menit
3. Melakukan tirah baring pada pasien dengan posisi miring ke kiri
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter, dalam pemberian :
- Infus
- Injeksi : visillin 1 gr
dexa 1amp
PENATALAKSANAAN
Tanggal 15 Februari 2019 Pukul : 21.00
S : - Ibu mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan dokter bahwa akan dilakukan
operasi caesar untuk kelahiran anak ke-4nya dan bersedia untuk dilakukan
operasi.
O : TD : 120/80 mmHg
Deyut Nadi : 88 x/mnt
RR : 20x /mnt
Suhu tubuh : 37 0C
TFU : 29 cm
DJJ : (+) (11-12-12)
VT tetap 2 cm
KU : Cukup
A : G4P2A1 UK 38 minggu, TFU, 29 cm, dengan KPD
P : Lanjutkan intervensi
1) Observarsi TTV dan CHPB
2) Persiapan SC