Anda di halaman 1dari 12

Asuhan Keperawatan Pada Lansia

Dengan Masalah Nutrisi

Disusun Oleh Kelompok 1


1. Siti Hardiyanti (2110182P)
2. Siti Zubaidah ( 2110184P )
3. Selvany ( 2110187P )
4. Suci Rahayu ( 2110186P )
5. Linda Ikasari ( 2110183P )
6. Rusdiani ( 2110185P )
7. Adriansyah ( 2110200P )
8. Suci Anggraini Lestari ( 2110203P )
9. Titin ( 2210205P )
10. Anggi Permatasari (2210195P )
11. Bena Tania ( 2210198P )
12. Anwar Saleh (2210199P )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS KONVERSI


STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
T.A 2022/2023
1. DEFINISI NUTRISI PADA LANSIA
Lanjut usia merupakan suatu proses alami yaitu bagian dari proses tumbuh kembang,
di tandai dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan, yang terjadi

pada setiap orang ketika mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
(Azizah, 2011). Gizi lansia merupakan bagian dari ilmu gizi yang mempelajari tentang
pencegahan dan pengobatan diet pada lansia. Pemenuhan nutrisi sangat penting bagi
lansia. Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun, nafsu makan menurun,
sehingga seringkali banyak lansia yang memilih makanan yang lebih manis atau asin,
untuk itu sangat penting diupayakan makanan yang bergizi. Proses penuaan ini dapat
diperlambat apabila lansia memiliki asupan gizi yang baik dan kesegaran jasmani.

2. JENIS NUTRISI PADA LANSIA


a. Makan aneka makanan yaitu lauk pauk, sayuran dan buah.(karbo, protein
b. Makanan yang memenuhi kecakupan energi dan terlebih mengandung zat besi
c. Batasi konsumsi lemak dan minyak
d. Biasakan makan pagi
e. Minum air besih yang cukup
f. Olahraga teratur
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NUTRISI PADA LANSIA
a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong
b. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan pada cita rasa manis,
asam, asin, pahit
c. Esophagus atau kerongkongan mengalami pelebaran
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
e. Gerakan peristaltik usus melemah dan bahkan biasanya menimbulkan kostipasi
4. MASALAH NUTRISI PADA LANSIA
Penurunan penyerapan zat gisi besi dan lainnya, akan menyebabkan penurunan
kemampuan fisik dan kekebalan tubuh. Terdapat beberapa masalah kekurangan gizi yang
terjadi pada lansia antara lain:

a. Penyakit kronis:
1) Kegemukan atau obesitas terjadi akibat konsumsi berlebih. Obesitas menjadi
pencetus terjadinya penyakit:
 Jantung koroner: akibat konsimsi lemak jenuh dan kolesterol yang
berlebih yang terdapat pada bahan makanan hewani.
 Diabetes melitus akibat kekurangan insulin yang tidak dapat
memetabolisme karbohidrat, lemak dan protein
 Hipertensi : obesitas akan menyebabkan kerja jantung akan meningkat
dalam memompa darah, selain itu pembuluh darah pada lansia lebih
tebal dan kaku sehingga menyebabkan tekana darah meningkat. Hal ini
akan mudah pula meneyabkan strok.
2) Anemia: karena kurang mengkonsumsi sat besi asam folat dan vit b12. Hal ini
menyebabkan tampak lelah, lesuh, lemah, pucat, berdebar-debar, sesak napas,
pusing, mata berkunang-kunang.
3) Kurang energi kronis(KEK): terjadi karena menurunnya nafsu makan yang
berkepanjangan, sehingga menyebabkan berat badan menurun drastis, jaringan
ikat menjadi keriput dan badan jadi kurus
4) Kekurangan vit A, B1, C, D, E, ZN
b. Problem like depresion: kehilangan daya ingat, arthritis yang dapat mengubah
nafsu makan
c. Kesehatan mulut buruk: penyakit gigi, susah menelan dan mulut kering
d. Obat: terkadang lansia suka menelan/ minum obat tanpa resep dokter
e. Kemiskinan
f. Hidup sendiri
g. Masalah dan morbiditas : yaitu tidak dapat melakukan kegiatannya sendiri.
5. PERENCANAAN NUTRISI
a. Secara umum makanan untuk lansia yaitu:
1) Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang
terdiri dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur
2) Penting memperhatikan porsi makan , diatur merata dalam sehari yaitu lebih
sering dengan porsi kecil dan tidak terlalu kenyang.
3) Minum yang cukup dan kurangi garam sehingga dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan dan mencegah tekanan darah tinggi
4) Makanan mudah di cerna, dan perlu makanan selingan seperti susu dan jus
buah
b. Perencanaan makanan untuk mengatasi perubahan saluran cernah:
1) Sarankan makanan yang berserat tinggi
2) Anjurkan minum lebih sering atau paling kurang 8 gelas sehari.
c. Bagi lanjut usia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut, harus diperhatikan
hal-hal seperti ini:
a. Mengkonsumsi makan yang mudah dicerna
b. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan gorengan
c. Bila kesulitan dalam mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu yang kurang
baik, makanan yang harus diberikan adalah makanan lunak/lembek atau
dicincang
d. Batasi minum kopi dan teh. Minuman tersebut dapat diberikan namun harus
diencerkan terlebih dahulu karena berguna untuk merangsang gerakan usus dan
menambah nafsu makan.
6. KEBUTUHAN NUTRISI
Kebutuhan gizi lansia di pengaruhui oleh:
a. Usia: kebutuhan energi dan lemak menurun
b. Jenis kelamin:pada umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak karena
postur tubuh, otot dan luas permukaan lebih luas
c. Aktifitas fisik dan pekerjan: penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada
penurunan kemampuan energi
d. Postur tubuh: postur tubuh lebih besar membutuhkan energi lebih besar
e. Suhu udara: suhu dingin memerlukan sat gizi tinggi untuk memperthankan suhu
tubuhnya.
f. Kondisi kesehatan(stress fisik dan psikososil): kebutuhan gizi disesuaikan dengan
kondisi lansia pada waktu sakit.

7. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
Pangkajian meliputi identitas klien, meliputi nama, umur, pendidikan terakhir,
pekerjaan, suku bangsa, penanggung jawab, agama, alamat.
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian, misalnya:
1). Sulit mengunyah makanan
2). Nafsu makan menurun
3). Badan terasa letih dan lemah
b. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit yang pernah diderita oleh klien tetapi masih berhubungan
dengan penyakit sekarang, misalnya penyakit gastritis, dyspepsia, dll.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berisi tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga klien, baik
berhubungan dengan penyakit yang diderita oleh klien maupun penyakit
keturunan dan menular lainnya.
2. Aktivitas sehari hari
Mencangkup pengkajian tantang miksi, defekasi, mandi, menggosok gigi, cuci
rambut, makan, minum,tidur dan lain-lain.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Kulit kepala
Inspeksi : lihat ada tidaknya lesi, warna kehitaman/ kecoklatan, edema.
Palpasi : raba dan tentukan turgor kulit elastis atau tidak, tekstur kasar atau
halus, akral hangat atau dingin, ada tidaknya benjolan dikepala.
b. Rambut
Inspeksi : penyebaran rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang,
warna rambut (hitam, merah, beruban atau menggunakan cat rambu)
ketombe ada atau tidak, bau rambut atau tidak.
Palpasi : mudah rontok atau tidak, tekstur kasar atau halus.
c. Kepala/ wajah
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan dan kiri berbeda itu
menunjukkan ada parase, lihat bentuk wajah.
Palpasi : cari adanya luka, tonjolan patologik dan respon nyeri dengan
menekan kepala sesuai kebutuhan.
d. Mata
Inspeksi : kesimetrisan mata (simetris/tidak, lengkap/tidak, cowong/tidak),
pada palpebra (odema/tidak, adakah ptosis, ada benjolan/tidak, bulu
mata rontok/tidak), konjungtiva merah muda atau pucat, sklera putih
atau kuning, pupil isokor atau anisokor, reflek pupil mengecil atau
melebar (miosis atau midriasis), gerakan bola mata normal atau
tidak.
Palpasi : tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra
okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras, kaji adanya nyeri
tekan.
e. Hidung
Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret,
terpasang O2 atau tidak.
Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan pada sinus, ada atau tidak benjolan pada
tulang mastoid.
f. Telinga
Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, ukuran, bentuk, kebersihan dan
terdapat lesi atau tidak.
Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, ketegangan daun
telinga.
g. Mulut dan faring
Inspeksi : amati bibir apakah ada kelainan congenital (bibir sumbing)
kesimetrisan, kelembaban, pembengkakan, lesi, amati jumlah dan
bentuk gigi, adakah karang gigi, adakah caries gigi, lidah (warna
merah/putih, tampak kotor/bersih ada bercak-bercak putih/ tidak).
Anjurkan klien membuka mulut lalu amati rongga mulut :
Adakah bau nafas, ada peradangan atau tidak, uvula simetris/tidak,
tonsil ada pembesaran atau tidak
Palpasi : pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan ada massa atau
tumor atau tidak, pembengkakan dan nyeri.
h. Leher
Inspeksi : amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, amati adanya
pembengkakan kelenjar tiroid, amati kesimetrisan leher.
Palpasi : adakah pembesaran kelenjar limfe (terutama pada leher,
submandibula, dan sekitar telinga), raba denyut nadi karotis.
i. Dada
1). Paru
Inspeksi : amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati retraksi interkosta, amari
pergerakan dada, bentuk dada ( normal chest, pigeon chest, funnel
chest, barrel chest)
Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan ,vocal fremitus teraba atau tidak.
Perkusi : biasanya didapatkan resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : ada atau tidak suara nafas tambahan yang abnormal seperti
ronki,wheezing,crackles.
2). Jantung
Inspeksi : amati area aorta dan pulmonal terdapat pulsasi atau tidak
Palpasi : teraba ictus cordis pada ICS 4 dan ICS 5 di midclavikula sinistra
Perrkusi : pekak (dullness)
Auskultasi : bunyi jantung I dan bunyi jantung II terdengar tunggal
j. Abdomen
Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, kesimetrisan, warna kulit, adanya
retraksi, adanya asites, terdapat umbilicus, apakah ada scar,
colostomy, ataupun kelinan lainnya.elastis dan turgor kulit menurun
(kering)
8. ANALISA DATA:
No Data Etiologi Masalah

1. D.0019 1. Ketidakmampuan menelan makanan Defisit nutrisi berhubungan


Gejala dan tanda mayor 2. Ketidakmampunan mencerna makanan dengan ketidakmampuan
Subjektif 3. ketidakmampuan mengabsorbsi menelan makanan ditandai
1. ( tidak tersedia) nutrien dengan otot menelan lemah
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
Objektif 5. Faktor ekonomi (mis, finansial tidak
1. Berat badan menurun mencukupi)
minimal 10% di 6. Faktor psikologis(stres, keengganan
bawah rentang ideal untuk makan)

Gejala dan tanda minor


Subjektif
1. Cepat kenyang
setelah makan
2. Kram dan nyeri
abdomen
3. Nafsu makan
menurun
Objektif
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot penggunya
lemah
3. Otot menelan lemah
4. Member mukosa
pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare
2. D. 0032 1. Ketidakmampuan menelan makanan Risiko defisit nutrisi
Gejala dan tanda mayor 2. Ketidakmampunan mencerna makanan berhubungan dengan
Subjektif 3. ketidakmampuan mengabsorbsi ketidakmampuan menelan
1. ( tidak tersedia) nutrien makanan ditandai dengan
4. Peningkatan kebutuhan metabolism kanker
Objektif 5. Faktor ekonomi (mis, finansial tidak
1. Berat badan menurun mencukupi)
minimal 10% di 6. Faktor psikologis(stres, keengganan
bawah rentang ideal untuk makan)

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d otot menelan
lemah
2. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d kanker

10. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1. I. 03119 Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Tindakan


Defisit nutrisi selama 3x24 jam, defisit nutrisi dapat Observasi:
berhubungan teratasi dengan kriteria hasil 1. Identifikasi status nutrisi
dengan penurunaan 1. Status Nutrisi Membaik 2. Monitor asupan makan
nafsu makan 2. Berat badan Meningkat 3. Monitor Berat Badan
3. Eliminasi fekal membaik Terapeutik:
4. Fungsi gastroestinal membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum
5. Nafsu makan menigkat makan jika perlu
6. Perilaku meningkatkan berat 2. Identifikasi makanan yang
badan membaik disukai
7. Status menelan membaik 3. Sajikan makanan secara
8. Tingkat depresi menurun menarik dan suhu yang
9. Tingkat nyeri menurun sesuai
4. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan
jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan Posisi duduk ,jika
mampu
Kalborasi :
Kalborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan , jika perlu
2. I. 12395 Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Tindakan
Risiko defisit nutrisi selama 3x24 jam, risiko defisit nutrisi Observasi
teratasi dengan kriteria hasil 1. Periksa status gizi, status
1. Berat badan Meningkat alergi, program diet, kebutuhan
2. Eliminasi fekal membaik dan kemampuan pemenuhan
3. Fungsi gastroestinal membaik kebutuhan gizi
4. Nafsu makan menigkat 2. Identifikasi kemampuan dan
5. Perilaku meningkatkan berat waktu yang tepat menerima
badan membaik informasi
6. Status menelan membaik Terapeutik
7. Tingkat depresi menurun 1. Persiapkan materi dan media
8. Tingkat nyeri menurun seperti jenis-jenis nutrisi, table
makanan penukar, cara
mengelola, cara menakar
makanan
2. Jadwalkan Pendidikan
Kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
1. Jelaskan pada pasien dan
keluarga alergi makanan,
makanan yang harus dihindari,
kebutuhan jumlah kalori, jenis
makanan yang dibutuhkan
pasien
2. Ajarkan cara melaksanakan
diet sesuai program ( misal
makanan tinggi protein, rendah
garam, rendah kalori)
3. Jelaskan hal-hal yang
dilakukan sebelum
memberikan makan ( misal
perawatan mulut, penggunaan
gigi palsu, obat-obat yang
harus diberikan sebelum
makan)
4. Demonstrasikan cara
membersihkan mulut
5. Demonstrasikan cara mengatur
posisi saat makan
6. Ajarkan pasien/keluarga
memonitor asupan kalori dan
makanan ( misal menggunakan
buku harian)
7. Ajarkan pasien dan keluarga
memantau kondisi kekurangan
nutrisi
8. Anjurkan mendemonstrasikan
cara memberi makan,
menghitung makanan sesuai
program diet
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Fatmah, D. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.

Kusharyadi. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.

Maas, M. L. dkk (2011). Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta: EGC.

Martono, H. H., & Pranaka, K. (2010). Geriatri. Jakarta: FKUI.

Maryam, R. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.

Meiner, S. E. (2015). Gerontologic Nursing. USA: Elsevier.

Nugroho, H. W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai