Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN DENGAN KASUS DHF


DI RUANGAN CENDRAWASI ATAS RSU ANUTAPURA

DI SUSUN OLEH

Nama : ROSANTI

Nim : 2022032045

CI RUMAH SAKIT CI INSTITUSI

AGUSTIANA TUMANAN, S.Kep., Ns Ns. Yulta Kadang, S.Kep.,M.Kep


NIP. 198011232007012009 NIK.20220901145

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2023
A. Konsep Kebutuhan Dasar
1. Pengertian
Nutrisi adalah proses kebutuhan terbentuknya energi dari bahan

makanan yang diperlukan untuk memelihara pembentukan dan

penggantian sel tubuh. Nutrisi merupakan zat organik dan anorganik yang

terdapat di dalam makanan dan di butuhkan oleh tubuh untuk proses

pertumbuhan dan perkembangan. Aktivitas, untuk menjaga kesehatan dan

mencegah penyakit, dan memelihara fungsi-fungsi tubuh, serta

mempercepat penyembuhan, dan membentuk system kekebalan tubuh

(Tarwoto, 2019).

nutrisi merupakan jumlah semua interaksi antara suatu organisme dan

makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi adalah sesuatu

yang dimakan seseorang dan bagaimana tubuh menggunakannya

(Tarwoto, 2019).

2. Anatomi

3. fisiologi
1. mulut
Mulut adalah bagian awal dari sistem gastrointestinal. Mulut terdiri dari
dua bagian, bagian luar disebut ves- tibula yakni gigi, ruang antargusi, pipi
bagian dalam, dan bibir, dan bagian dalam yakni rongga mulut.
 Esofagus
Esofagus sendiri adalah bagian dari sistem pencernaan yang

berfungsi menghantarkan makanan dari faring ke lambung. Berbentuk sepeti


silinder yang memiliki rongga dengan panjang kurang lebih 2 cm dengan

kedua ujungnya di lindungin oleh sfinter. (Evelyn. 2019).

 Lambung
Lambung merupakan bagian dari sistem pencernaan. Lambung

adalah sebuah organ berongga yang ada didalam perut bagian atas, di

bawah tulang rusuk. Dinding lambung mempunyai lima lapisan. Dalam

proses pencernaan, makanan bergerak dari mulut dari esofagus untuk

kemudian menjangkau lambung. Didalam lambung, makanan menjadi

cair. Cairan tersebut selanjutnya bergerak masuk ke usus kecil untuk

dicerna lebih lanjut.(Evelyn 2019).

 Usus Halus
Usus halus Panjang usus halus kurang lebih 2,5 meter menyerupai

tabung yang berlipat-lipat. Usus berfungsi untuk mencerna dan

mengabsorbsi zat-zat makanan yang diperlukan tubuh. Zat makanan yang

telah berbentuk partikel halus diabsorbsi di bagian duodenum, seperti zat

besi, kalsium, dengan bantuan vitamin A, D, E, K serta empedu dan asam

fosfat.(Evelyn 2019).

 Usus besar
Koneksi antara ileum usus kecil dan usus besar adalah katup

ileocecal, atau ileocolic. Katup ini biasanya mencegah hasil dari usus

halus mema- suki usus besar sebelum waktunya dan mencegah produk

limbah kembali ke usus kecil. Usus besar adalah organ utama dari

eliminasi bowel yang terletak dibagian bawah, atau distal, dari saluran

pencernaan. Panjang usus besar pada orang de- wasa sekitar 5 kaki (1,5
m), Lebar juga bervariasi kurang lebih selebar 2,5 cm. Usus besar terdiri

atas tiga yakni colon asendens, tranvesium, dan desendes yang pada

bagian ujungnya terdapat sigmoid yang bermuara ke rektum, Rektum

seki- tar 12 cm (5 inci) panjangnya, 2,5 cm (1 inci) di antaranya adalah

anus. (Evelyn 2019).

 Rectum
Rectum merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh .

sebelim di buang lewat anus feses akan di tampung terlebih dahuluh pada bagian

rectum.

2. Perubahan fungsi
a. Obessitas
Pada kondisi obesitas, individu mengalami kelebihan berat badan lebih dari
20% berat badan normal. Hal ini terjadi ketika asupan kalori berlebih namun
penggu- naan kalori rendah (ketidak seimbangan nutrisi).
b. Malnutrisi
Berbeda dengan kondisi pada obesitas, malnutrisi merupakan kondisi

kekurangan nutrisi pada tingkat sel akibat dari ketidaksesuaian antara

asupan nutrisi de- ngan kebutuhan tubuh. Ditandai dengan berat badan di

bawah normal meskipun asupan makanan mencukupi, kelemahan otot,

penurunan energi, kulit tampak pucat, membrane mukosa dan konjungtiva

tampak pucar, dan lain-lain.(Tarwato, 2019).

3. Pemeriksaan fisik
1. Mulut
Kaji keberhihan mulut, apakan ada stomatistis, gigi yang tumbuh
mukosa pipi, mukosa bibir, lidah, dasar mulut, punggung dan dasar lidah,
pelatun keras dan lunak.
 rongga mulut
bibir dan rahang : warna, testur, lesi, dan pembenkakan.

 Mukosa/ bagian dalam mulut : kemerahan, pucat, bercak putih,

ulkus dan pendarahan.

2. Abdomen
inspeksi : bagaiaman bentuk abdomen (simetriks,adakah luka, apakah ada

pemebesaran abdomen).

 Auskultasi mendengarkan suara usus 5-35 dalam satu menit

 Perkusi : apakah ada kelainan pada suara abdomen hati (pekak)

lambung (timpani)

 Palpasi : adanya nyeri tekan atau nyeri lepas saat dilakukan palpasi.

 Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan


kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, hemoglobin,
glukosa, elektrolit.

4. Pemeriksaan Diagnostik
pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penderita deficit nutrisi
yaitu :

a. Pemeriksa laboratorium

 Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)

 Transferrin (N:170-25 mg/100 ml)

 Hb (N:12 mg%)

 BUN (N:10-20 mg/100 ml)


 Ekstreksi kreatinin untuk 24 jam (N:laki-laki : 0,6-1,3 MG/100 ml,

Wanita :0,5-1,0 MG/100 ML).

b. Pengukuran antropomentri :

 BB ideal : (TB-100) ± 10%

 Lingkar pergelangan tangan

 Lingkar lengan atas (LLA)

 Nilai normal wanita : 28,5 cm

 Pria : 28,3 cm

 Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)

 Nilai normal wanita : 16,5-18 cm

 Pria : 12,5-16,5 cm.

5. Tindakan penanganan
a. Penatalaksanaan defisit nutrisi
Penatalaksanaan defisit nutrisi dapat dilakukan dengan terapi non

farmakologis yaitu terafi gizi medis RKTP (rendah kalori tinggi protein)

(Pelmi 1. 2020).Tujuan dari mencegah terjadinya hipoglikemia dan

kotoasidosis sehingga mengontrol total kebutuhan kalori tubuh, intake

yang dibutuhkan dan mencapai kadar serum lipid normal. Komposisi

nutrisi pada diet defisit nutrisi adalah kebutuhan kalori, protein dan serat.

Untuk menentukan status gizi dipakai rumus body mass index

(BMI) atau indeks massa butuh (imt) yaitu:

BMI atau IMT = BB (kg) . adapun ketentuan untuk berat badan kurang
(TB(m))2
Adalah IMT < 18,5(Tarwoto,2019).
a. Kebutuhan kalori
Untuk menetukan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu: berat

badan idaman (BBI) = (TB(cm) – 100) – 10%. Apabila hasilnya < 90%

BB idaman maka disimpulkan berat badan kurang. Untuk pasien berat

badan kurang, kebutuhan kalorinya sekitar 2300-2500 kalori (Sukardji,

2019).

b. Kebutuhan karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kebutuhan kalori

tubuh, yaitu sekitar 50%-60%.

c. Kebutuhan protein
Untuk adekuatnya cadangan protein, diperlukan kira-kira 10%-20%

dari kebutuhan kalori atau 0,8 g/kg/hari.

d. Kebutuhan lemak
Kebutuhan lemak kuran dari 30% dari total kalori, sebaiknya dari

lemak nabati dan sedikit dari lemak hewani.

e. Kebutuhan serat
Serat dibutuhkan sekitar 20-30 g/hari dari berbagai bahan makanan atau

rata-rata 25 g/hari (Tarwoto, 2019).

A. Konsep keperawatan teori


1. Penkajian keperawatan
Penggunaan metode ABCD untuk melakukan pengka- jian status

nutrisi, yaitu:

1. Anthropolometric measurement

Pengukuran ini bertujuan umtuk melakukn evaluasi pertumbuhan dan

melakukan penkajian tentang ketersedian energy dan status nutrisi pasien.


 Pengukuran antropometri:
 Tinggi badan.

 Berat badan.

 Tebal lipatan kulit, normal pada wanita 16,5 – 18 cm dan pada

pria 12,5 – 16,5 cm

 Lingkar Tubuh.

2. Biochemical data
Untuk mengkaji status nutri pasien, diperlukan pemeriksaan

laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang, meliputi pemeriksaan darah dan

urin, seperti pemeriksaan haemoglobin, hematokrit, dan albumin.

a. Nilai normal

 haemoglobin pria : 13-16g/dl

 wanita : 12-14g/dl

b. Nilai normal hematrokri

 Pria : 40-48 vol%

 Wanita : 37-40 vol%

c. Nilai normal albumin

 Pria dan wanita : 4-5,2g/dl.


3. Clinical sign of nutritional status

Organ Tanda Normal Tanda Abnormal


Rambut Berkilau, licin, kering atau Rontok, tidak tumbuh dengan
berminyak. sempurna, tampak kusam
Kulit Sedikit lembab, halus, Kering, pecah-pecah, bersisik
turgor baik
Mata Bersih dan bersinar, Konjungtiva pucat, tidak
konjungtiva merah muda bercahaya
Kardiovask Denyut nadi dan tekanan Denyut nadi dan tekanan darah
uler darah normal, irama tidak normal, irama jantung
jantung regular irregular
Otot-otot Kuat dan berkembang Lembek dan tidak berkembang
dengan baik dengan baik
Gastrointest Nafsu makan baik, BAB Anoreksia, sulit menelan,
inal normal dan teratur konstipasi, diare
Aktifitas Bersemangat, tidur Kurang berenergi, kesulitan
normal untuk tidur, lemah
Neurologi Refleks normal, emosi Refleks kurang, iritable, perha- tian
dan perhatian baik tidak fokus, emosi labil

4. Dietery history
Umumnya masyarakat pernah melakukan diet tetapi tidak melakukan
perubahan kebiasaan. Kebiasaan makan dan pola makan dipengaruhi oleh
status so- sial ekonomi, latar belakang budaya, aspek psikolo- gis, dan
lain-lain.
Ada beberapa beberapa faktor yang penting untuk dikaji terkait
dengan riwayat nutrisi.
Poladiet/makan Vegetarian, tidak mengkomsumsi ikan laut,
dan sebagainya
Pengetahuan tentang nutrisi Menentukan tingkat pengetahuan klien terkait
kebutuhan nutrisi
Kebiasaan makanan Makan bersama, makan sambal melakukan
aktivitas lain, seperti mendengarkan music
atau menenton televise
Makanan kesukaan Suka makan lalap, suka sambel, suka coklat,
suka roti
Intake cairan Jumlah cairan tiap hari yang diminum, jenis
minuman, jarang minum
Problem diet Sukar menelan, kesulitan mengunyah
Tingkat aktivitas Jenis pekerjaan, waktu bekerja siang/malam,
perlu makanan tambahan atau tidak
Riwayat Adanya riwayat elergi, atau penyakit tertentu
kesehatan/pengkomsumsia seperti diabetes meletus
n obat
Refleks normal, emosi Refleks kurang, iritable, perhatian tidak fokus,
dan perhatian baik emosi labil

1. Diagnose keperawatan
1. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan adanya defisi insulin

detandai dengan klien mengatakan napsu makannya menurun dan makan

hanya 1-2 sendok. Keadaan umunya lemas, porsi makan menurun.

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan produksi energy

metabolic ditandai dengan klien mengatakan badannya terasa lemas,

keadaan umum lemah, kebutuhan sehari-hari dibantu perawat dan

keluarga.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun klien

mengatakan badanya terasa panas suhu tubuh 38c.

2. Perencanaan keperawatan
1. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan adanya penurunan napsu makan ditandai dengan berat badan

sebelum sakit 50kg, berat badan sakit 40kg.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energy

metabolic ditandai dengan badan yang terasa lemas.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan adanya penurunan nafsu makan ditandai dengan berat badan

sebelum sakit 50kg, berat badan 45kg.

 Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 kali 24jam diharapkan

kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

 Kreteria

Porsi makan yang disajikan diet 1900 kalori habis. Berat badan klien

ideal lebih kurang 50kg diet sesuai kebutuhan klien

 Intervensi :

 Lakukan pendekatan pada klien seserin mugkin

 Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi kesehatan

 Timbang berat badan setiap hari

 Tentukan proram diet dan pola makan klien serta bangdinkan dengan

makanan yang dihabiskan klien.


 Libatkan keluarga klien dalam pencernaan makanan sesuai indikasi

 Lakukan kaloborasi dengan ahli gizi dalam melakukan diet yang


sesuai.
 Rasional
 Melakukan pendekatan pada klien diharapkan lebih percaya dan lebih

konfraktif dalam pemberian tindakan keperawatan

 Menkaji pemasukan yang adekuat

 Mengedintifikasi kekurangan dan penyimpanan dari kebutuhan

tarepaotik

 Meningkatkan rasa keterlibatan keluargayang membantu keberhasilan


pengobatan
 Melakukan kaloborasi dengan ahli gizi diharapkan klien mendapatkan

diet yang sesuai dengan penyakitnya, klien terutaman dengan

perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi nutrisi klien.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energy

metabolic ditandai dengan badan yang terasa lemas.

 Tujuan
Setelah dilakukan asuan keperawatan dalam waktu kali 24jam diharapkan
kelelahan dapat teratasi
 Kreteria
Klien menunjukan perbaikan kemampuan untuk beradap tasi dalam
aktivitas yang diinginkan
 Intervensi
 Diskusikan dengan klien kebutuhan aktivitas buat jadwal perencanaan
dengan klien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
 Berikan aktivitas alternative dengan priode istirahat yang cukup atau
tampa diganggu
 Pantau nadi, prekuensi pernapasan dan tekanan darah sebelum atau

sesudah aktivitas

 Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

sesuai dengan yang dapat ditoleransi

 Rasional
 Pendidikan dapat memberikan motifsi untuk meningkatkan tingkat

aktivitas meskipun mungkin klien sangat lemah

 Mencengah kelelahan yang berlebihan

 Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara

psiologis

 Klien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan

kebutuhan akan energy pada setiap kegiatan

 Meningkatkan kepercayaan diri atau harga diri yang positif sesuai

tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi klien.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun

 Tujuan

Setelah dilakukan asupan keperawatan dalam jangka waktu kali 24jam

infeksi sekunder tidak terjadi

 Kreteria

Tidak adanya proses infeksi lebih langjut sushu tubuh norml 36c-37c

 Intervensi

 Opservasi adanya tanda-tanda infeksi

 Cuci tangn sebelum melkuksn konts tsngsn dengn klien

 Anjurkan makan dan minum adikuat. (3000cc/hari)


 Lakukan kabolarasi dengan dokter dalam pemberian terapi aktibiotika

yang sesuai.

 Rasional
 Deteksi dini infeksi memungkinkan penangan yang cepat untuk

meminimalkan keseriusan infeksi

 Mencui tangan dapat mencengah terjadi infeksi

 Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi

 Penganan awal dapat membantu mencegah terjadinya infeksi lanjut

ataudapat mencengah terjadinya sepsiss.(Hidayat. A 2020).


Daftar pustaka

Tarwoto, 2019. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta:

salemba madika.

Evelyn 2019. Anatomi dan psiologi untuk pramedi. Jakarta: PT Gramedia.

Pelmi, 1.2020 proses asuhan gizi standar pada pasien poltekes kemenkes riau

Febrianti, 2019 analisis status gizi pada pasien remaja. At diaskes 2oktober 2020.

Hidayat. A. (2020). Metode penelitian ilmu keperawatan dan kesehatan, Jakarta:

medikal salemba.

Anda mungkin juga menyukai