R
DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI (GANGGUAN
MENELAN), DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SALATIGA
NIM : P1337420620086
POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG 2022
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Nutrisi adalah zat kimia organik dan non organik yang ditemukan dalam makanan
dan di peroleh untuk penggunaan fungsi tubuh (alfiansyah, 2016) Nutrisi berfungsi untuk
membentuk. dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh,
sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. Dengan
demikian, fungsi utama nutrisi (suitor & hunter, 1980) adalah untuk memberikan energy
bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangkadan jaringan tubuh, serta mengatur
berbagai proses kimia dalam tubuh.
Menurut alimun (2015), nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat
makan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energy dan digunakan dalam aktivitas
tubuh. Fungsi utama nutrisi adalah memberi energy bagi aktivitas tubuh ,membentuk
struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses kimia dal,am di
dalam tubuh
Jadi masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme
tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang
mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme
basal, faktor patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan
atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
B. KARAKTERISTIK
-
IMT = Berat badan (kg) ATAU IMT = Berat badan (lb) x 704,5
Tinggi badan (m)2 Tinggi badan (in)2
Normal >18,5-25,0
E. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
1. Mulut
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh
gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
2. Tenggorokan (faring)
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan.
3. Kerongkongan (esofagus)
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah
terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya
diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan secret mukoid yang berguna untuk
perlindungan.
4. Lambung
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
- Lendir : Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan
yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
- Asam klorida : Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.
- Prekursos pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus
Terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6
meter dengan diameter 2,5 cm. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk
chyme (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrisi, potassium,
bikarbonat dan enzim.
6. Usus besar
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi, membuat zat-zat penting
seperti vitamin K.
7. Rektum/anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan
di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbahkeluar dari tubuh. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter.
H. PENGKAJIAN
a. Identitas
Dikaji tentang identitas klien, yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,
bangsa, suku, pendidikan terakhir, status perkawinan, alamat, nomor rekam
medik.
b. Riwayat Kesehatan
- Alasan masuk
Merupakan alasan yang mendasari klien dibawa kerumah sakit atau
kronologis yang menggambarkan klien dalam mencari pertolongan
- Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian
- Riwayat Kesehtatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dirasakan
- Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat penyakit yang lalu adalah riwayat penyakit yang sama yang
pernah dirasakan klien sebelumnya seperti jantung, ginjal.
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan wajah:
Kepala simetris terhadap terhadap bahu, ukuran normal, bentuk
kepala harus simetris dan garis kepala normal, tidak ada lesi, kulit kepala
tidak terdapat ketombe, tidak ada kutu rambut,nwarna rambut hitam,tidak
bau, distribusi rambut merata, tidak ada kerontokan dan tidak ada alopesia.
b. Mata :
Posisi mata sejajar dan simetris. Alis dengan kedua mata simetris,
kedua alis bergerak simetris. Tidak terdapat edema, kemerahan, Pada
kelopak mata atas posisi keduanya simetris, warna sama seperti kulit
sekitarnya, tidak terdapat edema dan benjolan, mampu menutup dan
membuka kelopak mata secara normal. Bulu mata melengkung ke arah
luar dan berdistribusi merata. sklera putih, kornea jernih dan
permukaannya halus. Bentuk pupil keduanya bulat dan simetris, berwarna
hitam dan mengecil saat diberi cahaya. Iris terlihat berwarna coklat.
c. Hidung :
Bentuk simetris, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat nafas
cuping hidung, tidak terdapat kotoran, tidak ada pengeluaran cairan dan
tidak terdapat edema maupun lesi. Bagian dalam hidung terdapat mukosa
merah muda, tidak terdapat pendarahan, dan tidak ada pembengkakan.
d. Telinga :
Posisi sejajar dengan mata, warna sama dengan kulit sekitar,
bentuk simetris, nampak bersih, tidak ada luka, tidak ada pengeluaran
cairan, pendengaran tajam.
e. Mulut :
Bibir simetris, mukosa tidak pucat, tidak ada lesi maupun edema.
Mukosa pipi bagian dalam tampak lembab, bewarna merah muda,
permukaannya rata dan tidak ada luka, uvula berada di tengah berwarna
merah muda bergerak ke atas saat mengatakkan ada getaran suara, dapat
membedakan rasa manis, asin, asam, dan pahit.
f. Leher :
Leher berada tegak di tengah dan simetris dengan kepala, tidak ada
lesi, tidak ada benjolan, tidak ada pembengkakan.
g. Jantung :
Bentuk jantung normal tidak mengalami pembesaran, Tidak ada nyeri
tekan saat dilakukan palpasi
h. Abdomen :
simetris ,tidak terdapat lesi atau bekas operasi, warna kulit merata,
tidak terdapat nyeri tekan saat dilakukan palpasi
i. Ekstremitas atas :
Lengan simetris sama panjang, warna lengan sama dengan kulit
lain, jumlah jari 10, tidak terlihat kelainan bentuk, warna kuku merah
muda, tidak ada edema, dan turgor kulit kembali dengan cepat
j. Ekstremitas bawah :
Kedua kaki simetris, bentuk normal, warna kaki sama dengan
sekitar, jumlah jari 10, warna kuku kuku merah muda, tidak terdapat luka.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Devisit Nurisi (D.0019) berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
2. Gangguan menelan (D.0063) berhubungan dengan pemberian makan enteral
J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan hasil yang Intervensi
keperawatan diharapkan
1. devisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (1.03119)
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
dengan diharapkan asupan nutrisi pasien - identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan dapat terpenuhi (L.03030): - identifikasi alergi dan intoleransi
menelan (D.0019) makanan
- Identifikasi makanan disukai
- identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastric
- monitor asupan makanan
- monitor berat badan
- monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
-lakukan oral hygiene sebelum makan
- fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan
suhu sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- berikan makanan tingi kalori dan
tinggi protein
- berikan suplemen makanan
- hentikan pemberian makanan melalui
selang nasogatric jika asupan oral dapat
di toleransi
Edukasi
-anjurkan posisi duduk jika mampu
- ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli giziuntuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
2. Gangguan menelan Setelah dilakukan tindakan Perawatan kenyamanan
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
dengan pemberian diharapkan pasien sudah bisa - memeriksa posisi nasogastric tube
makan enteral. menelan Kenyamanan dalam /NGT dengan memeriksa residu
(D.0063) makan dengan tidak lambung atau mengauskultasi hembusan
terpasangnya selang nasogastric. udara.
- Monitor tetesan pompa pada setiap jam
- Memonitor rasa mual dan muntah
- Monitor residu selama 4-6 jam selama
24 jam pertama, kemudian setiap 8 jam
selama pemberian makan via enteral
- Monitor pola buang air besat setiap 4-
8 jam jika perlu
Terapeutik
- Gunakan teknik bersih dalam
pemberian makan via selang
- Berikan tanda pada selang untuk
mempertahankan lokasi yang tepat.
- Tinggikan kepala tempat tidur 30-45
derajat setiap pemberian makan.
- Ukur residu sebelum pemberian makan
- Hindari pemberian makan lewat selang
1 jam sebelum prosedur pemindahan
pasien.
- Hindari pemberian makan jika residu
lebih dari 150cc
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan langkah-langkah
prosedur
Kolaborasi
-Kolaborasi pemilihan jenis dan jumlah
makanan enteral.
K. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitasaktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan
ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan ( Doenges E Marilyn, dkk. 2000 ).
L. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan
yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan. . Langkah – langkah evaluasi sebagai berikut:
1. Daftar tujuan tujuan pasien
2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu
3. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien
4. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
M. PATHWAYS
Kelebihan nutrisi
Asam lambung refleks
Kekurangan nutrisi