LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR “NUTRISI”
DI RUANG “GATOT KACA”
RSUP DR.SITANALA TANGERANG
Diajukan guna memenuhi Tugas Praktek Klinik:
Keperawatan Dasar Profesi
Dosen pembimbing
ALIF NURUL, S.Kep, Ners, M.Kep
Disusun Oleh:
ABDUL SHALIK
(P27906123001)
Pencernaan dimulai dari mulut, dimana pengunyahan secara mekanik akan meng
hancurkan makanan. Makanan dicampur dengan saliva, yang terdiri atas ptialin
(amilase), enzim yang bekerja pada pati yang telah dimasak untuk mulai diubah
menjadi maltosa. Semakin lama seseorang mengunyah makanan, maka semakin
banyak pati yang dicerna dalam mulut. Protein dan lemak dipecah secara
fisik tetapi tetap tidak diubah secara kimiawi karena enzim dalam mulut tidak ber
eaksi dengan zat gizi ini. Mengunyah akan membuat partikel makanan menjadi u
kuran yang baik untuk ditelan, dan saliva memberikan lubrikasi sehingga proses
mengunyah dan menelan dapat dilakukan dengan mudah. Epiglotis adalah penutu
p kulit yang menutup trakea saat seseorang menelan untuk mencegah aspirasi.
atau bagian yang paling atas dari mulut. Sel utama lambung menyekresikan pepsi
nogen; sedangkan kelenjar pilorik menyekresikan gastrin, yaitu hormon yang me
micu sel parietal untuk menyekresikan asam hidroklorida (HCI). Sel parietal juga
menyekresikan HCl dan faktor intriksik, yang dibutuhkan untuk absorpsi vitamin
B12 dalam ileum. HCl mengubah pepsinogen menjadi pepsin, yaitu enzim pemec
ah protein. Tubuh memproduksi enzim lipase untuk pemecahan lemak, dan amila
se untuk pemecahan pati. Lapisan mukus yang tebal melindungi dinding gastrik y
ang berasal dari pencernaan sendiri. Alkohol dan aspirin adalah dua substansi ya
ng langsung dicerna melalui dinding lambung. Lambung bertindak sebagai reserv
oir di mana makanan akan tetap berada di sana selama kurang lebih 3 jam, denga
n rentang antara 1 hingga 7 jam. Makanan meninggalkan lambung distal, melalui
sfingter pilorik dan memasuki duodenum. Makanan saat ini bersifat asam, dan be
rbentuk massa yang lembek yang disebut kimus. Kimus bergerak dari duodenum
dan dicampur dengan cepat dengan empedu, enzim usus, dan sekresi pankreatik.
Lambung kecil menyekresi hormon sekretin dan kolesistokinin (CCK). Sekretin
mengaktifkan pelepasan bikarbonat dari pankreas, sehingga menaikkan pH kimu
s. CCK menghambat sekresi gastrin dan menginisiasi pelepasan enzim pencernaa
n tambahan dari pancreas dan kandung empedu. Empedu dihasilkan oleh hati dan
disimpan dalam kandung empedu. Empedu berperan sebagai deterjen, karena em
pedu mengemulsi lemak agar lemak dapat bekerja sementara menunda asam lem
ak dalam larutan. Sekresi pankreatik terdiri atas enam enzim, yaitu: amilase untu
k mencerna pati; lipase untuk menghancurkan lemak yang teremulsi; serta tripsin
elastase, kimotripsin, dan karboksipeptidase untuk menghancurkan protein.
Peristaltik terus terjadi dalam usus halus, dimana terjadi pencampuran sekresi us
us halus dengan kimus. Campuran menjadi bersifat lebih alkali sehingga mengha
mbat kerja enzim gastrik dan mendukung kerja sekresi duodenal. Sel epitel dala
m vili usus halus menyekresikan enzim untuk memfasilitasi pencernaan. Enzim t
ersebut meliput sukrase, laktase, maltase, lipase, dan peptidase. Bagian pencerna
an yang paling besar terjadi dalam usus halus, memproduksi glukosa, fruktosa, d
an galaktosa dari karbohidrat; asam amino dan dipeptida dari protein; serta asam
lemak, gliserida, dan gliserol dari lipid. Peristaltik biasanya terjadi kurang lebih 5
jam melewatkan makanan dari usus halus.
4
Adapun faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi anatara lain sebagai berikut:
a. Penurunan laju pertumbuhan, misalnya lansia.
b. Penurunan basal metabolisme rate (BMR).
c. Hipotermi
d. Jenis kelamin. Umumnya kebutuhan nutrisi pada wanita lebih rendah diban
ding laki-laki. Hal ini karena pada wanita BMRnya lebih rendah dibanding l
aki-laki.
e. Gaya hidup pasif
f. Bedrest
kondisi. Sebutan lain sakit maag adalah dispepsia. Sakit maag bisa disebabka
n akibat luka terbuka yang muncul di lapisan dalam lambung (tukak lambun
g), infeksi bakteri Helicobacter pylori, efek samping penggunaan obat antiinfl
amasi nonsteroid (OAINS), dan stress.
c. Tukak Lambung
Tukak lambung adalah luka yang muncul pada dinding lambung akibat terkik
isnya lapisan dinding lambung. Luka ini juga berpotensi muncul pada dindin
g bagian pertama usus kecil (duodenum) serta kerongkongan (esofagus).
d. Gastroporesis
Gastroparesis adalah suatu kondisi dimana otot-otot di perut tidak berfungsi s
ecara normal. Biasanya, kontraksi otot yang kuat mendorong makanan melal
ui saluran pencernaan. Ketika terjadi gastroparesis, otot-otot dinding perut be
kerja buruk atau tidak bekerja sama sekali. Hal ini mencegah perut untuk me
ngosongkan dirinya secara total. Gastroparesis dapat mengganggu pencernaa
n, menyebabkan mual dan muntah, dan menyebabkan masalah dengan kadar
gula darah dan nutrisi.
e. Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah infeksi yang terjadi pada usus atau perut yang disebabk
an oleh beberapa jenis virus. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah flu perut,
flu lambung, atau virus perut. Infeksi ini menyebabkan terjadinya mual, munt
ah, diare, kram perut, dan terkadang demam. Gastroenteritis menyebar melal
ui kontak jarak dekat dengan orang yang sudah terinfeksi atau karena mengo
nsumsi makanan dan/atau minuman yang terkontaminasi.
f. Usus buntu
Penyakit usus buntu adalah peradangan atau pembengkakan apendiks atau us
us buntu. Sedangkan usus buntu adalah organ berbentuk kantong kecil dan tip
is berukuran 5 hingga 10 cm yang terhubung pada usus besar.
g. Tifus
Tifus (tipes) atau demam tifoid adalah penyakit yang terjadi karena infeksi ba
kteri Salmonella typhi dan umumnya menyebar melalui makanan dan minum
an yang telah terkontaminasi.
h. Gerd
Penyakit asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adala
h masalah yang cukup umum terjadi di masyarakat. Kondisi ini disebabkan ol
6
eh naiknya asam lambung menuju esofagus dan menimbulkan nyeri pada ulu
hati atau sensasi terbakar di dada.
i. Iritasi Usus Besar
Iritasi usus besar merupakan sebuah gangguan yang paling banyak terjadi pad
a kolon atau usus besar manusia. Gangguan ini menyebabkan munculnya rasa
sakit dan ketidaknyamanan pada perut. Kebanyakan orang tidak menyadari b
ahwa mereka menderita IBS atau syndrome iritasi usus besar, sebab gejalany
a sangat mirip dengan sakit perut biasa.
Data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien, apakah keluarg
a ada yang memiliki riwayat penyakit menurun maupun menular.
7) Tingkat Aktifitas sehari-hari:
a) Pola Istirahat /Tidur
Waktu tidur: Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum sakit
dan dilakukan di rumah, waktu tidur yang diperlukan oleh pasien untu
k dapat tidur selama di rumah sakit. Waktu bangun: Waktu yang diper
lukan untuk mencapai dari suatu proses NREM ke posisi yang rileks,
waktu bangun dapat dikaji pada saat pasien sebelum sakit dan pada sa
at pasien sudah di rumah sakit. Masalah tidur: Apa saja masalah-masa
lah tidur yang dialami oleh pasien pada saat sebelum sakit dan pada sa
at sudah masuk di rumah sakit. Hal-hal yang mempermudah tidur: Ha
l-hal yang dapat membuat pasien mudah untuk dapat tidur secara nye
nyak. Hal-hal yang mempermudah pasien terbangun: Hal-hal yang me
nyangkut masalah tidur yang menyebabkan pasien secara mudah terba
ngun (Nursalam. 2011).
b) Pola Eliminasi
Buang Air Kecil: Berapa kali dalam sehari, adakah kelainan, berapa b
anyak, dibantu atau secara mandiri Buang Air Besar: Kerutinan dalam
eliminasi alvi setiap harinya, bagaimanakah bentuk dari BAB pasien
(encer, keras, atau lunak) Kesulitan BAK / BAB: Kesulitan-kesulitan
yang biasanya terjadi pada pasien yang kebutuhan nutrisinya kurang,
diet nutrisi yang tidak adekuat Upaya mengatasi BAK / BAB: Usaha
pasien untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pola eliminasi.
c) Pola Makan dan Minum
Jumlah dan jenis makanan: Seberapa besar pasien mengkonsumsi ma
kanan dan apa saja makanan yang di konsumsi Waktu pemberian mak
anan: Rentang waktu yang diperlukan pasien untuk dapat mengkonsu
msi makanan yang di berikan Jumlah dan jenis cairan: Berapakah jum
lah dan apa sajakah cairan yang bisa dikonsumsi oleh pasien yang seti
ap harinya di rumah maupun dirumah sakit Waktu pemberian cairan:
Waktu yang di butuhkan pasien untuk mendapatkan asupan cairan Ma
salah makan dan minum: Masalah-masalah yang dialami pasien saat a
kan ataupun setelah mengkonsumsi makanan maupun minuman.
8
BB (kg)
b) BMI (Body Mass Index):
TB × TB (m)
c) Lingkar pergelangan tangan
d) Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal: wanita (28,5 cm) dan Pria (28,3 cm).
e) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal: wanita (16,5 ─ 18 cm) dan pria (12,5 ─ 16,5 cm).
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan Laboratorium:
1) Albumin (N: 4─ 5,5 mg/100ml)
2) Transferin (N:170 ─ 25 mg/100 ml)
3) Hb (N: 12 mg %)
4) BUN (N:10 ─ 20 mg/100ml)
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-lak: 0,6 ─ 1,3 mg/100 ml, wanit
a: 0,5 ─ 1,0 mg/100 ml)
3. Perencanaan Keperawatan
a. Defisit Nutrisi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status nutrisi terpe
nuhi.
Kriteria hasil:
1) Porsi makan dihabiskan
2) Berat badan atau IMT normal
3) Frekuensi makan meningkat
4) Nafsu makan meningkat
Intervensi:
Manajemen gangguan makan
10
1) Observasi:
a) Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan k
alori
2) Terapeutik:
a) Timbang berat badan secara rutin.
b) Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahr
ga) yang sesuai.
c) Lakukan kontak perilaku (mis.target berat badan, tanggung jawab per
ilaku).
d) Didampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahk
an kembali makanan.
e) Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubaha
n perilaku.
f) Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak.
g) Rencanakan program pengobatan untuk perawatan dirumah (mis.med
is,konseling).
3) Edukasi
a) Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situai pemicu
pengeluaran makanan (mis.pengeluaran yang disengaja, muntah, akti
vitas berlebihan).
b) Ajarkan pengaturan diet yang tepat.
c) Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian maslah perilaku ma
kan.
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kal
ori dan pilihan makanan
Manajemen Nutrisi
1) Observasi:
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric.
d) Monitor asupan makanan.
e) Monitor berat badan
11
2) Terapeutik:
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu.
b) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
c) Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika asupan
oral dapat ditoleransi.
3) Edukasi
a) Posisi duduk, jika mampu
b) Ajarkan diet yang diprogramkan.
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
Intervensi:
Manajemen gangguan makan
1) Observasi:
12
Manajemen Nutrisi
1) Observasi:
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric.
d) Monitor asupan makanan.
e) Monitor berat badan
2) Terapeutik:
13
c. Obesitas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berat badan menurun
Kriteria Hasil:
1) Berat badan membaik
2) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik
3) Mengontrol porsi makan meningkat
4) Memilih makanan dan minuman bergizi meningkat
Intervensi Keperawatan:
Manajemen Berat Badan
1) Observasi
a) Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang dapat mempengaruhi berat
badan
2) Terapeutik
14
Intervensi Keperawatan:
Edukasi Diet
1) Observasi:
a) Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi.
b) Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini § Identifikasi kebiasaan pola
makan saat ini dan masa lalu.
c) Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu.
d) Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang diet yang diprogram
kan.
e) Identifikasi keterbatasan finansial untuk menyediakan makanan.
2) Terapeutik:
a) Persiapkan materi, media, dan alat peraga.
b) Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan Kesehata
n.
c) Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya.
d) Sediakan rencana makan tertulis, jika perlu
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap Kesehatan.
b) Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang.
c) Informasikan kemungkinan interaksi obat dan makanan, jika perlu.
d) Anjurkan mempertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat ) 20-30
menit setelah makan.
e) Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai diet yang diprogramkan.
f) Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi.
g) Ajarkan cara membaca label dan memilih makanan yang sesuai.
h) Ajarkan cara merencanakan makanan yang sesuai program.
i) Rekomendasiakn resep makanan yang sesuai dengan diet, jika perlu
4) Kolaborasi
a) Rujuk pada ahli gizi dan setakan keluarga, jika perlu
Konseling nutrisi
1) Observasi:
a) Identifikasi kebiasaan makan dan perilaku makan yang akan diubah.
b) Identifikasi kemajuan modifikasi diet secara regular
16
Daftar Pustaka
Haroen, H. (2012). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Ma’rifati, I. S. (2018). PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR MENDETEKSI PENYAKI
T PENCERNAAN. Jurnal Evolusi Volume 6 No 1 , 41-48.
Potter, P. A. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Kep
erawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil K
eperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
18
LAMPIRAN 2
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. RIWAYAT KESEHATAN
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSUP Dr. Sitanala dengan keluhan BAB hitam sejak 1
hari SMRS. Keluhan disertai muntah – muntah sejak 3 hari. Muntah sebanyak
3x/hari berisikan makanan, muntah darah atau hitam disangkal. Mual (+),
lemas (+). Pasien tidak nafsu makan sejak lama. Demam, batuk, pilek dan
sesak disangkal. Terdapat benjolan pada perut yang tidak diketahui waktu
munculnya.
Genogram :
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
b. Pola Nutrisi
belum Sakit
1) Frekuensi : 3 – 4 kali sehari
2) Jenis : Nasi + lauk + sayur
3) Porsi : 1 piring
4) Keluhan : tidak ada
Sakit Selama
1) Frekuensi : 2 kali sehari
2) Jenis : bubur
3) Porsi : setengah porsi
4) Keluhan : nafsu makan menurun
.
c. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAB : 1 – 2 kali sehari
2) Konsistensi : padat
3) Warna : coklat
4) Keluhan Dan Kesulitan BAB : tidak ada
5) Penggunaan Obat Pencahar : tidak ada
Selama Sakit
1) Frekuensi BAB : 1 kali sehari
2) Konsistensi : padat
3) Warna : coklat
4) Keluhan Dan Kesulitan BAB : tidak ada
5) Penggunaan Obat Pencahar : tidak ada
21
b. BAK
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAK : 4 – 5 kali sehari
2) Jumlah Urine : tidak terkaji
3) Warna : kuning
4) Keluhan/ Kesulitan BAK : tidak ada
Selama Sakit
1) Frekuensi BAK : 3 kali sehari
2) Jumlah Urine : 1500cc
3) Warna : kuning
4) Keluhan/ Kesulitan BAK : tidak ada
e. Peran : pasien seorang ayah, pasien mengatakan sejak sakit sudah tidak bisa
bekerja.
f. Pola koping
a. Masalah utama selama masuk RS ( keuangan, dll) : tidak ada
b. Kehilangan/ perubahan yang terjadi sebelumnya : tidak ada
c. Pandangan terhadap masa depan : baik
d. Koping makanisme yang digunakan saat terjadi masalah : tidak ada
2) Hidung
a) Fungsi penghidu : dapat mengenali bebauan
b) Sekret : tidak ada
24
3) Mulut
a) Kemampuan bicara : berbicara kurang jelas
b) Keadaan bibir : tidak simetris
c) Selaput mukrosa : lembab
d) Warna lidah : merah
e) Keadaan gigi : tidak memakai gigi palsu
f) Bau nafas : berbau
g) Dahak : tidak ada
4) Gigi
a) Jumalah : 20
b) Kebersihan : kotor
c) Masalah : terdapat gigi berlubang
5) Telinga
a) Fungsi pendengaran : baik
b) Bentuk : simetris
c) Kebersihan : bersih
d) Serumen : berwarna kuning gelap
e) Nyeri Telinga : tidak ada
c. Leher
1) Bentuk : normal
2) Pembesaran tyroid : tidak ada
3) Kelenjar getah bening : tidak ada
4) Nyeri waktu menelan : tidak ada
5) JVP : normal
d. Dada (Thorax)
1) Paru-paru
Inspeksi : simetris
25
2) Jantung
Inspeksi : tidak ada jejas, udema dan lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada pembesaran
Auskultasi : terdengar suara lub-dub tanpa ada suara tambahan
e. Abdomen
Inspeksi : tidak ada jejas, udema dan lesi
Aukultusi : bising usus 14x/menit
Perkusi : hepar teraba 2 jari
Palpasi : tidak ada pembengkakan atau nyeri tekan
f. Genetalia : tidak ada kelainan
g. Anus dan rectum : tidak ada kelainan
h. Ekstremitas
1) Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri : kanan 3, kiri 5
ROM kanan dan kiri : kanan lemah, kiri aktif
Perubahan bentuk tulang : tidak ada
Pergerakan sendi bahu : kanan lemah
Perabaan Akral : hangat
Pitting edema : tidak ada
Terpasang infus : terpasang Infus pada tangan sebelah kiri
2) Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri : kanan 3, kiri 5
ROM kanan dan kiri : kanan lemah, kiri aktif
Perubahan bentuk tulang : tidak ada
Varises : tidak ada
Perabaan Akral : hangat
Pitting edema : tidak ada
i. Intergumen : turgor kulit elastis
26
Senin, 27/2/2023
DARAH LENGKAP
MCV 81 fL 78-100
MCH 27 pg 27-31
ELEKTROLIT
2. Pemeriksaan diagnostik
Tanggal pemeriksaan 27/2/2023
V. TERAPI MEDIS
/Tanggal Kandungan
22/2/2023 Cairan
IV: 500cc/8 1. Larutan isotonik. 1. untuk mengatasi depresi
1. Ringer Lactat jam 2. Larutan elektrolit volume berat saat tidak
2. Dextrose 5% dan nutrisi dapat diberikan rehidrasi
3. Aminofluid 3. Larutan nutrisi oral.
2. Untuk mengatasi
hipoglikemia atau kondisi
kadar gula darah terlalu
rendah.
3. Untuk menyuplai nutrisi ke
dalam tubuh pengguna yang
kesulitan untuk menelan
ataupun mengunyah
makanan.
Obat Perenteral :
1. 2 x 1. Mengandung
1. Omeprazole
40mg omeprazole 40mg 1. Untuk digunakan dalam
2. Ondansetron
2. 3 x 2. Antiemetik pengobatan penyakit refluks
3. Asam tranexamat
28
2. Pemberian Analgesik
Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus,
Pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi).
Identifikasi riwayat alergi obat.
Identifikasi kesesuaian jenis analgesic dengan
tingkat keparahan nyeri.
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesic.
Monitor efektifitas analgesic.
Terapeutik
Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencap
31
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
No
Keperawatan Tujuan/KH Intervensi
ai analgesia optimal, jika perlu.
Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus
opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum.
Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptim
alkan respons pasien.
Dokumentasikan respons terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan.
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.
Kolaborasi
LAMPIRAN 4
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
O:
Pasien tampak meringis
K/u Lemah
TTV :
TD: 100/80mmHg
N: 89x/menit
RR: 20x/menit
36
No Tanggal Implementasi Keperawatan (Responnya) Hasil Paraf
S: 36.5 C
o
LAMPIRAN 5
EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
O:
Pasien tampak meringis
38
2 1. Memonitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta keb S: Shalik
utuhan kalori - Tn. J mengatakan masih mual dan
2. Menyajikan makan dengan suhu yang sesuai muntah
3. Memonitor berat bada - Tn. J mengatakan makan hanya 2
4. Menganjurkan makan porsi kecil dan sering secara bertahap sendok
O:
-Tn. J tampak menerima anjuran
perawat untuk makan porsi kecil
dan sering secara bertahap
- Tn. J tampak hanya menghabiskan
2 sendok
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
39
O:
Pasien tampak meringis
K/u Lemah
TTV :
TD: 98/75mmHg
N: 85x/menit
RR: 20x/menit
S: 36.5oC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
40
O:
Pasien tampak meringis
K/u Lemah
TTV :
TD: 112/88mmHg
N: 81x/menit
RR: 20x/menit
S: 36.5oC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
42