Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH DENGAN KASUS DISPEPSIA


DI RUANG ARAFAH DAN MINA RS RIZANI PAITON

Di susun oleh :
MUFIDAH
(14201.12.20025)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY


PESANTREN ZAINUL HASAN PROBOLINGGO
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH DENGAN KASUS DISPEPSIA
DI RUANG MINA RS RIZANI PAITON

PROBOLINGGO, ................................

MAHASISWA

.....................................

PEMBIMBING RUANGAN PEMBIMBING AKADEMIK

KEPALA RUANGAN
A. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi Gaster

Gambar 1. Anatomi gaster


Gaster adalah rongga seperti kantong berbentuk J yang terletak di antara
esofagus dan usus halus. Organ ini dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan
perbedaan struktur dan fungsi yaitu: fundus,korpus, dan antrum. Fundus
adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang esofagus. Bagian tengah
atau utama lambung adalah korpus. Antrum adalah bagian lapisan otot yang
lebih tebal di bagianbawah lambung.
2. Fisiologi Gaster
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan
elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh.
Sistem pencernaan melakukan empat proses pencernaan dasar yaitu: motilitas,
sekresi, digesti, dan absorpsi.
Ketika tidak ada makanan, mukosa lambung berbentuk lipatan yang
besar, disebut rugae, dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada saat terisi
makanan, rugae menghilang dengan lancar seperti alat musik akordion
dimainkan. Mukosa lambung terdiri dari tiga sel sekresi: sel chief, sel parietal,
dan sel mukus. Sel chief menyekresi enzim pepsinogen, sel parietal
menyekresi asam klorida yang mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin, dan
sel mukus menyekresi mukus untuk melindungi gaster.
Gaster bekerja dengan memperkecil partikel makanan menjadi larutan
yang dikenal dengan nama kimus. Kimus tersebut mengandung fragmen
molekul protein dan polisakarida, butiran lemak, garam, air, dan berbagai
molekul kecil lain yang masuk bersama makanan. Tidak ada ada molekul-
molekul tersebut yang dapat melewati epitel gaster kecuali air. Absorpsi
paling banyak terjadi di usus halus. Faktor di lambung yang memengaruhi laju
pengosongan gaster yaitu volume kimus dan derajat fluiditas. Faktor di
duodenum yang memengaruhi laju pengosongan lambung antara lain:
a) Respon saraf melalui pleksus saraf intrinsik dan saraf autonom.
b) Respon hormon dikenal dengan enterogastron yang dibawa darah dari
mukosa usus halus ke gaster tempat mereka menghambat kontraksi
antrum. Enterogastron tersebut yang penting adalah sekretin
(dihasilkan sel S) dan kolesistokinin (dihasilkan sel I).
c) Lemak paling efektif dalam memperlambat pengosongan lambung
karena lemak memiliki nilai kalori yang tinggi. Selain itu, pencernaan
dan penyerapan lemak hanya berlangsung di usus halus. Trigliserida
sangat merangsang duodenum untuk melepaskan kolesistokinin
(CCK). Hormon ini menghambat kontraksi antrum dan menginduksi
kontraksi sfingter pilorus, yang keduanya memperlambat pengosongan
lambung.
d) Asam dari kimus yang di dalamnya terdapat HCl dinetralkan oleh
natrium bikarbonat di dalam lumen duodenum. Asam yang belum
dinetralkan akan menginduksi pelepasan sekretin, yaitu suatu hormon
yang akan memperlambat pengosongan lebih lanjut isi gaster yang
asam hingga netralisasi selesai.
e) Hipertonisitas. Pengosongan gaster secara refleks jika osmolaritas isi
duodenum mulai meningkat.
f) Peregangan. Kimus yang terlalu banyak di duodenum akan
menghambat pengosongan isi lambung.
Emosi juga dapat memengaruhi motilitas lambung. Meskipun tidak
berhubungan dengan pencernaan, emosi dapat mengubah motilitas lambung
dengan bekerja melalui saraf autonom untuk memengaruhi derajat
eksitasbilitas oto polos lambung. Efek emosi pada motilitas lambung
barvariasi dari orang ke orang lain dan tidak selalu dapat diperkirakan, rasa
sedih dan takut umumnya mengurangi motilitas, sedangkan kemarahan dan
agresi cenderung meningkatkannya. Selain emosi, nyeri hebat dari bagian
tubuh manapun cenderung menghambat motilitas, tidak hanya di lambung
tetapi di seluruh saluran cerna. Respon ini ditimbulkan oleh peningkatan
aktivitas simpatis.

B. Definisi
Dispepsia merupakan salah satu gangguan pada saluran penernaan,
khususnya lambung. Dispepsia dapat berupa rasa nyeri atau tidak nyaman di
bagian ulu hati pada abdomen bagian atas atau dada bagian bawah. Dispepsia
merupakan gejala keganasan saluran cerna bagian atas. Pada pasien dewasa
muda, penyebab tersering dari dyspepsia adalah refluks gastroesofagus dan
gastritis. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme
dan seringkali menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50 tahun.

C. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat
organik (struktual) dan fungsional. Penyakityang bersifat organik antara lain
karena terjadinya gangguan di saluran pencernaan atau disekitar saluran cerna,
seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang
bersifat fungsional dapat dipicu karena factor psikologis dan factor intoleran
terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu. Etilogi dispepsia antara lain
adalah:
1) Idiopatik/dispepsia fungsional
2) Ulkuspeptikum
3) Gastroesophageal refluxdisease (GERD)
4) Kanker lambung
5) Gastroparesis
6) Infeksi Helicobacter pylori
7) Pankreastitis kronis
8) Penyakit kandung empedu
9) Parasite usus
10) Iskemia usus
11) Kanker pancreas atau tumor abdomen.
D. Manifestasi Klinis
Adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat
kenyang, mual, tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas. Rasa penuh,
cepat keyang, kembung setalah makan, mual muntah, sering bersendawa,
tidak nafsu makan, nyeri uluh hati dan dada atau regurgitas asam lambung
kemulut. Gejala dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga
bulan meliput: rasa sakit dan tidak enak di ulu hati, perih, mual, berlangsung
lama dan sering kambuh dan disertai dengan ansietas dan depresi. Indikasi
endoskopi bila ada gejala atau tanda alarm seperti gejala dispepsia yang baru
muncul pada usia lebih dari 55 tahun, penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya, anoreksia, muntah persisten, disfagia progresif,
odinofagia, perdarahan, anemia, ikterus, massa abdomen, pembesaran kelenjar
limfe, riwayat keluarga dengan kanker saluran cerna atas, ulkus peptikum,
pembedahan lambung, dan keganasan. Gejala dispepsia antara lain sebagai
berikut:
1. Epigastric pain merupakan sensasi yang tidak menyenangkan; beberapa
pasieni merasa terjadi kerusakan jaringan
2. Postprandiali fullness merupakan perasaan yang tidak inyaman seperti
makanan berkepanjangan di perut
3. Early satiation merupakan perasaan bahwa perut sudah terlalu penuh segera
setelah mulai makan, tidak sesuai idengan ukuran makanan yang dimakan,
sehingga makan tidak dapat diselesaikan. Sebelumnya, kata cepat kenyang”
digunakan, tapi kekenyangan adalah istilah yang lebih benar untuk hilangnya
sensasi nafsu imakan selama proses menelan makanan
4. Epigastrici burning merupakan rasa terbakar adalah perasaan subjektif yang
tidak menyenangkan dari panas.
5. dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like), Dengan gejal:
a. nyeri epigastrium terlokalisasi
b. nyeri hilang setelah makan
c. nyeri saat lapar
d. nyeri episodik
6. despepsia dengan gejala dismotilitas (dysmotility-like dispepsia) , dengan
gejala :
a. mudah kenyang
b. perut cepat terasa penuh saat makan
c. mual
d. rasa tak nyaman bertambah saat makan
7) dispepsia mixed/ gabungan, yang gejalanya gabungan antara nyeri di
ulu hati dan rasa mual, kembung dan muntah tapi tidak ada yang spesifik
atau dominan.

Klasifikasi
Nyeri atau tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang sering dirasakan
adanya gas, perasaan penuh atau rasa terbakar diperut. Disertai dengan sendawa dan
suara usus yang keras (borborigmi). Gejala lain meliputi :
1. Nafsu makan yang menurun,
2. Mual
3. Sembelit
4. Diare
5. flatulensi (perut kembung).

E. Patofisiologis
Dispepsi terbagi menjadi dua kelompok yaitu dyspepsia sturktural
(organic) dan dyspepsia fungsional (nonorganic). Disepsia organic terdapat
kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (ulkuspeptikum),
gastritis, stomach cancer, gastroesophageal refluxdisease, hyperacidity.
Dispepsia nonorganic merupkan Dispepsia Non Ulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya. Faktor penyebab dari dyspepsia antara lain adalah stress,pola
hidup seperti minum kopi, konsumsi alcohol dan merokok menjadi faktor
pemicu terjadinya rasa tidak nyaman pada perut. Hal tersebut dikarenakan adaya
peningkatan asam lambung (HCL) yang mengiritasi mukosa lambung. Sekresi
asam lambung Kasus dispepsia fungsional umumnya mempunyai tingkat sekresi
asam lambung, baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin, yang
rata-rata normal. Diduga terdapat peningkatan sensitivitas mukosa lambung
terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di iperut.
Peningkatan sensitivitas imukosa lambung dapat terjadi akibat polai
makan yang tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur iakan membuat
lambung sulit untuk iberadaptasi dalam pengeluaran sekresi asam lambung. Jika
hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, produksi asam lambung akan
berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung. Adanya
peingkatan asam lambung dapat menyebabkan respon mual dan muntah
sehingga menyebabkan deficit nutrisi dan risiko ketidakseimbangan cairan pada
tubuh. Peningkatan asam lambung (HCL) yang mengiritasi mukosa lambung
memicu nyeri epigastric sehingga terjadi nyeri akut. Nyeri akut menyebabkan
adanya perubahan Kesehatan yang mengakibatkan pasien cemas karena kurang
pengetahuan tentang respon tubuh terhadap penyakit

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan
organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu:
1) Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang
lengkapdan pemeriksaan darah dalam tinja, danurin. Jika ditemukan
leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair berlendir
ataubanyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja kemungkinan
menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dyspepsia
ulkus sebaiknya diperiksa derajat keasaman lambung. Jika diduga suatu
keganasan, dapat diperiksa tumor marker (dugaan karsinoma kolon),dan
(dugaan karsinoma pankreas)
2) Barium enema untukmemeriksa salurancerna pada orangyang mengalami
kesulitan menelan atau muntah, penurunan beratbadan atau mengalami
nyeri yang membaik ataumemburuk bila penderita makan
3) Endoskopi bias digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari
lapisan lambung melalui tindakan biopsi.Pemeriksaan nantinya di
bawahmikroskop untuk mengetahui lambung terinfeksi Helicobacter
pylori. Endoskopimerupakan pemeriksaan bakuemas, selain sebagai
diagnostic sekaligus terapeutik.
4) Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen,serologi
H.pylori,urea breath test,dan lain-lain dilakukan atasdasarindikasi.
P sonor/redup peranjakan hati 2 jari. Hati dan limpa tidak
teraba
A : bronkovesukuler +/ronkhi basah kasar-/+ whezing -/-. P: timpani shifting
dullnes (-)
Abdomen A: bissing usus
12×/menit
I: datar,lemes
Paru:
1.simetris statis dan dinamis
Jenis pemeriksaan 19,8 18,8 5,8 Nilai normal
Hb 9,9 8,7 100,2 12-14 g/dl
Ht 30,1 26,8 29 37-43 %
Eritrosit 3,48 3,04 4-5 juta/UI
MCV 86,5 88,2 85 82-89 fl
MCH 28,4 28,6 31 27-31 pg
MCHC 32,9 32,5 36 32-36 g/dl
Trombosit 270000 266000 34000 150000-40000 ul
Leukosit 10,270 8,400 12,200 5000-10000 ul
Basofil 0,3 0,4 0 0-1 %
Eosinofil 4,4 6,8 4 1-3 %
Netrofil 77,7 73,8 76 52-76 %
Limfosit 10,5 13,9 15 20-40 %
Monofosit 7,1 5,1 3 2,8 %
LED 120 120 120 0-20 mm

P: nyeri pada dada kiri atas, ekspensi dada simetris fremitus > kanan
11,8 Nilai rujukan
Warna Kuning Kuning muda
Kejernihan Keruh Jernih
Sedimen
Sel epitel 20-25 Negative
Leukosit Banyak 1-5
Eritrosit Hyaline 1-3
Silinder 1+ Negative
Kristal Negative Negative
Bakteri Negative Negative
Berat jenis 1,020 1,003-1030
PH 6 4-5,8
Protein 2+ Negative
Glukosa Negative Negative
Keton Negative Negative
Darah/HB 3+ Negative
Bilirubin Negative Negative
Ulobironugen 3,2 3,2-16
Nitrit Negative Negative
Leukosit esterase 2+ Negative
IV: pemeriksaan penunjang
Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium rutin
Tabel 2. Urinalisis
Pulsan garam (sputum) (11-8-2011). Tabel 4. Uji resistensi (17-8-2011)
Batang garam -: sedikit. Anti mikroba lini 1
Cocus garam +: sedikit. Oxacilin. R
Leukosit: 40-60/LPK. Penicilin. R
Epitel : 30-40/LPK. Ampicilin. R
Pulasan tahun Batam (11-8-2011). Cefoxitin. R
Sputum : BTA negatif. Chloramphinicol. R
Imonoserlogi (11-8-2011). Cotrimoxazola. R
Anti HIV penyaring : non aktif. Nalidic acid. R
Hepatitis marker (11-8-2011). Nitrofornation. R
HbsAg 0,58 : non reaktif. Tetracylne. R
Anti HCV 0,22 : non reaktif. Antimikroba lini 2
Tabel 3. Lab (12-8-2011). Sulbactum/Penicilin. R
Retikulosit absolute 22100. Pipemedic acid. R
Retikulosit relatif 0,63. Cephalotin. R
Serum iron. 45. Cefotaxime R
TBIC. 192. Amox-clavulanic acid. R
Sat.tranferin. 23 Ceftriaxone. R
Feritin. 253,5. Ceftazideme. R
SGOT/SPGT. 16,9. Cefoperazone. R
Protein total. 8,4. Ciprofloxacin. I
Albumin. 3,25. Piperacilin/tazobactam. R
Globulin. 5,15. Cefoperazone/Sulbactum. R
Albumin-globulin ratio 0,6. Antimikroba khusus
Ureum darah. 48. Cepefime. R
Kreatinin. 0,5. Cefpirome. R
Trigliserida 57. Vancomycin. S
Lab. Darah (18-8-2011) Tegecyline. S
Albumin. 2,7 g/dl (3,4-4,8) Fosfomycin. R
Na. 142 Meg/l. Teiclopanin. S
K. 3,56 Meg/l. Teroponem. R
Cl. 102 Meg/l. Imipenem. R
Linezolid S
Levofloxacin. I
Gatifloxacin. S
Makroskopik
Warna Coklat
Konsistensi Encer
Lendir Positif Negatif
Darah Positif Negatif
PUS Negatif Negatif
Mikroskopik
Leokosit Banyak/LPB
Introsit 30-35/LPB
Telur cacing Negatif Negatif
Amoeba + entameoba celi
bentuk kista
Pencenaan
Lemak Negatif Negatif
Serat tumbuhan Positif Negatif
Serat otot Positif Negatif
Serat samar tinja Positif Negatif
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non Farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam
perawatan pasien dengan gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien,
hipnoterapi, terapi relaksasi, manajemen nyeri dan terapi perilaku. Farmakologis
Pengobatan dyspepsia mengenal beberapa obat,yaitu: Antasida, Pemberian
antasida tidak dapatdilakukan terusmenerus,karenahanyabersifat simtomatis
untuk mengurangi nyeri. Obat yang termasuk golongan ini adalah simetidin,
ranitidin, dan famotidine. Pemasangan cairan pariental, pemasagan Naso Gastrik
Tube(NGT) jika diperlukan
a. penatalaksanaan organik
1. Simetichone
Obat-obatan yang mengandung simethicone dapat membantu
mengurangi gas dalam usus sehingga efektif untuk mengatasi perut
kembung akibat dispepsia fungsional,
2. Antagonis H2
Antagonis H2 dapat digunakan untuk mengurangi produksi
asam lambung. Jenis obat-obatan ini meliputi famotidine dan
ranitidine.
3. Penghambat pompa proton
Penghambat pompa proton bekerja dengan cara menghambat
sistem enzim yang memproduksi dan melepaskan asam lambung.
Jenis obat-obatan ini meliputi omeprazole, lansoprazole, dan
pantoprazole.
4. Agen prokinetik
Agen prokinetik dapat membantu mengosongkan lambung
lebih cepat dan juga memperketat katup di antara lambung dan
esofagus, sehingga lambung tidak terasa penuh dan asam lambung
tidak naik. Contoh obat ini adalah metoclopramide.
b. Penatalaksanaan non organik
5. Antidepresan dosis rendah
Antidepresan trisiklik dalam dosis rendah juga dapat
membantu mengurangi keluhan nyeri ulu hati pada dispepsia
fungsional, terutama yang diduga kuat berhubungan dengan tekanan
psikologis. Contoh obat ini adalah amitriptyline.
6. Antibiotik
Antibiotik bisa dikonsumsi apabila gejala dispepsia fungsional
yang muncul dipicu oleh infeksi bakteri H. pylori. Dalam hal ini,
Anda diharuskan untuk menghabiskan antibiotik guna memastikan
bakteri yang ada di lambung telah musnah sepenuhnya
J. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu
adanya komplikasi yang tidak ringan.komplikasi yang dapat terjadi antara lain,
pendarahan, kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus peptikus.
1. Dispepsia organik
Dispepsia organik terdiri dari gastritis, ulkus gaster, ulkus duodenum,
gastritis hemoragik, dan kanker.
a) Gastritis
Menurut Endang & Puspadewi gastritis merupakan penyakit pencernaan
yang adanya peradangan lapisan mukosa lambung.
b) Ulkus gaster
Ulkus gaster atau tukak lambung merupakan adanya kerusakan
dinding lambung akibat dari enzim yang dihasilkan oleh mukus
memakan bagian kecil lapisan dinding lambung sehingga
menyebabkan dinding lambung berlubang dan isinya terjatuh ke
dalam rongga perut
c) Ulkus duodenum
Ulkus duodenum atau tukak usus merupakan kerusakan pada
dinding usus yang menyebabkan nyeri pada pencernaan.
d) Gastritis erosif
Gastritis erosif merupakan kondisi dinding lambung yang
mengalami erosi yang telah mencapai pembuluh darah lambung
e) Kanker
Kanker dimulai di dalam sel membentuk jaringan hingga
sampai membentuk organ tubuh. Sel baru akan terbentuk walaupun
tubuh tidak membutuhkan dan sel-sel tua atau rusak tidak akan mati
sepenuhnya. Penumpukan sel ektrak akan membentuk suatu massa
dari jaringan yang disebut tumor.
2. Dispepsia fungsional
a) Postprandial distress syndrom
Prostprandial distress syndrom atau sindrom distres setelah
makan merupakan kondisi yang ditandai rasa tidak nyaman setelah
makan, cepat kenyang sehingga tidak menghabiskan porsi makanan,
dan gejala yang ditandai seperti kembung di perut bagian atas dan
merasa mual.
b) Epigastric pain syndrome
Epigastric pain syndrom atau sindrom nyeri epigastrium
adalah keadaan yang timbul rasa terbakar terlokalisasi di daerah perut
atau epigastrium.

K. Asuhan Keperawatan Teori


1) Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Data tersebut berasal
dari pasien (data primer), keluarga (data sekunder), dan catatan yang ada (data
tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui
wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan medis. Adapun data yang
diperlukan pada pasien gastritis yaitu sebagai berikut :
Data Dasar (Identitas Klien)
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
Data dasar pada pasien dengan gastritis yaitu :
a) Umur : Menurut Sukarmin dkk usia 26-36 tahun mempunyai resiko
lebih tinggi terkena gastritis.
b) Jenis kelamin: Perempuan mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-
laki untuk kejadian gastritis.
c) Alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal
pengkajian, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas.Keluhan utama
merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan
kesehatan, keluhan utama dalah alasan klien masuk rumah sakit. Pada pasien
gastritis, datang dengan keluhan mual muntah, nyeri epigastrum.Munculnya
keluhan diakibatkan iritasi mukosa lambung dan menyebabkan keluhan-
keluhan lain yang menyertai.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan klien
merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke rumah sakit. Pada gastritis,
pasien mengeluh tidak dapat makan, mual dan muntah. Terjadinya gejala
mual-muntah sebelum makan dan sesudah makan, setelah mencerna makanan
pedas, obat-obatan tertentu atau alkohol. Gejala yang berhubungan dengan
ansietas, stress, alergi, makan minum terlalu banyak atau makan terlalu cepat.
Gejala yang dirasakan berkurang atau hilang, terdapat muntah darah, terdapat
nyeri tekan pada abdomen.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita klien
yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin
dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat
ini. Pada beberapa keadaan apakah ada riwayat penyakit lambung
sebelumnya, pola makan tidak teratur atau pembedahan lambung.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan
adanya penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu keluarga,
penyakit menular akibat kontak langsung maupun tidak langsung. Pada
pasien gastritis, dikaji adakah keluarga yang mengalami gejala serupa,
penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit yang diderita
pasien.Apakah hal ini ada hubungannya dengan kebiasaan keluarga dengan
pola makan, misalnya minum-minuman yang panas, bumbu penyedap terlalu
banyak, perubahan pola kesehatan berlebihan, penggunanaan obat-obatan,
alkohol, dan rokok.
6) Riwayat Psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaiamana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima
keadaannya.
7) Genogram
Genogram umunya dituliskan dalam tiga generasi sesaui dengan
kebutuhan.Bila klien adalah seorang nenek atau kakek, maka dibuat dua
generasi dibawah, bila klien adalah anak-anak maka dibuat generasi keatas.
8) Pola Kebiasaan Sehari-hari
Menurut Gordon, pola kebiasaan sehari-hari pada pasien gastritis, yaitu :
a)Pola Nutrisi
Pola nutrisi dan metabolisme yang ditanyakan adalah diet
khusus/suplemen yang dikonsumsi dan instruksi diet sebelumnya, nafsu
makan atau minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual-mual,
muntah, stomatitis, fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik/turun, adanya
kesukaran menelan, penggunaan gigi palsu atau tidak, riwayat
masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam, kebutuhan zat gizinya,
dan lain-lain. Nafsu makan pada pasien gastritis cenderung menurun
akibat mual dan muntah, bisa juga karena terjadinya perdarahan saluran
cerna.
b)Pola Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan
defekasi perhari, ada tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuria,
retensi, inkontinensia, apakah kateter indwelling atau kateter eksternal,
dan lain-lain. Pada pasien dengan gastritis didapatkan mengalami susah
BAB, distensi abdomen, diare, dan melena. Konstipasi juga dapat terjadi
(perubahan diet, dan penggunaan antasida).

c)Pola Istirahat dan Tidur


Pengkajian pola istirahat tidur ini yang perlu ditanyakan adalah
jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang, apakah merasa tenang
setelah tidur, adakah masalah selama tidur, apakah terbangun dini hari,
insomnia atau mimpi buruk. Pada pasien dengan gastritis, adanya keluhan
tidak dapat beristirahat, sering terbangun pada malam hari karena nyeri
atau regurtisasi makanan.
d)Pola Aktivitas/Latihan
Pada pengumpulan data ini perlu ditanyakan kemampuan dalam
menata diri, apabila tingkat kemampuannya 0 berarti mandiri, 1 =
menggunakan alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang dengan
peralatan, 4 = ketergantungan/tidak mampu. Yang dimaksud aktivitas
sehari-hari antara lain seperti makan, mandi, berpakaian, toileting, tingkat
mobilitas ditempat tidur, berpindah, berjalan, berbelanja, berjalan,
memasak, kekuatan otot, kemampuan ROM (Range of Motion), dan lain-
lain. Pada pasien gastritis biasanya mengalami penurunan kekuatan otot
ekstremitas, kelemahan karena asupan nutrisi yang tidak adekuat
meningkatkan resiko kebutuhan energi menurun.
e)Pola Kognisi-Perceptual
Pada pola ini ditanyakan keadaan mental, sukar bercinta,
berorientasi kacau mental, menyerang, tidak ada respon, cara bicara
normal atau tidak, bicara berputar-putar atau juga afasia, kemampuan
komunikasi, kemampuan mengerti, penglihatan, adanya persepsi sensori
(nyeri), penciuman, dan lain-lain. Pada pasien gastritis biasanya
mengalami depresi dan intensitas nyeri tergantung pada penyebabnya
(pada gastritis akut dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada epigastrik
dan nyeri ulu hati).
f) Pola Toleransi-Koping Stress
Pada pengumpulan data ini ditanyakan adanya koping
mekanisme yang digunakan pada saat terjadinya masalah atau kebiasaan
menggunakan koping mekanisme serta tingkat toleransi stress yang pernah
dimiliki. Pada pasien gastritis, biasanya mengalami stress berat baik
emosional maupun fisik, emosi labil.
g)Pola Persepsi Diri/Konsep Koping
Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang
dirinya dari masalah yang ada seperti perasaan kecemasan, ketakutan, atau
penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran
diri, dan identitas tentang dirinya. Pada pasien gastritis, biasanya pasien
mengalami kecemasan dikarenakan nyeri, mual, dan muntah.
h)Pola Seksual Reproduktif
Pada pengumpulan data tentang seksual dan reproduksi ini dapat
ditanyakan periode menstruasi terakhir, masalah menstruasi, masalah pap
smear, pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan dan masalah seksual
yang berhubungan dengan penyakit.
i) Pola Hubungan dan Peran
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status
pekerjaan, kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga dan
gangguan terhadap peran yang dilakukan. Pada pasien gastritis, biasanya
tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung, namun bila bisa menyesuaikan
tidak akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan anggota keluarga.
j) Pola Nilai dan Keyakinan
Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama
sakit serta kebutuhan adanya rohaniawan dan lain- lain.Pada pasien
gastritis, tergantung pada kebiasaan, ajaran, dan aturan dari agama yang
dianutnya.
9) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi. Menurut Doengoes, data dasar pengkajian pasien gastritis
meliputi :
a. Keadaan Umum
1)Tanda-tanda vital
a)Tekanan darah mengalami hipotensi (termasuk postural)
b)Takikardia, disritmia (hipovolemia/hipoksemia), kelemahan/nadi
perifer lemah.
c)Pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokonstriksi).
d)Pada respirasi tidak mengalami gangguan.

2)Kesadaran
Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung tidur,
disorientasi/bingung, sampai koma (tergantung pada volume
sirkulasi/oksigenasi)
b. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1. Kepala dan Muka
Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah berkerut (Sukarmin,
2013).
2. Mata
Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan oksigen ke
jaringan), konjungtiva pucat dan kering.
3. Mulut dan Faring
Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel mukosa), bibir pecah-
pecah, lidah kotor, bau mulut idak sedap (penurunan hidrasi bibir dan
personal hygiene).
4. Abdomen
Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab, besar dan
bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat
lutut sampai dada sering merubah posisi, menandakan
pasien nyeri.
Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan,
dan hipoaktif setelah perdarahan.
Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan
hypertimpani (bising usus meningkat).
Palpasi : Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang. Terdapat
nyeri tekan pada regio epigastik (terjadi karena distruksi
asam lambung).
5. Integumen
Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah),
kelemahan kulit/membran mukosa berkeringan (menunjukkan status syok, nyeri
akut, respon psikologik).
10) Diagnosa Keperawatan
1) Risiko ketidakseimbangan cairan
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi mukosa
lambung)
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kondisi perubahan Kesehatan pasien
4) Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi Kesehatan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, K. (2018). Keperawatan Gawat darurat dan Bencana Sheehy. Jakarta


ELSEVIER.
Abdullah dan Gunawan 2019.
Black et al., 2018.
Carpenito, L.J.2019. Diagnosis keperawatan aplikasi pada praktik klinis. Edisi
9.Jakarta : EGC
Costanzo, 2018.
Davey, Patrick. 2015. Medicine At A Glance. Alih Bahasa: Rahmalia. A,dkk.Jakarta:
Erlangga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Profil Kesehatan
Indonesia.Jakarta: Depkes RI.
Djojoningrat, 2009
Doengoes 2014.
Guyton, 2017.
Gordon, 2011.
IDAI. 2017. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 2
cetakan pertama. Jakarta. Badan Penerbit IDAI
Ida, M. (2016). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.
Kementrian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta: Sekretaris
Jenderal.
Misniadiarly, 2019.
Purnamasari, L. (2017). Faktor risiko, klasifikasi, dan terapi sindrom dispepsia. 870.
Pamela, K. (2016). Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Pamela, K. (2016). Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Potter & Perry. 2018. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.
Edisi 9. Vol. 3. Jakarta : EGC

PPNI. 2016. Standar DiagnosaKeperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Ihuldanindonesia: Definisi dan tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Rizzo, 2016
Rahmayanti, 2016
Rani et al., 2011
Sherwood, 2017
Suzuki, 2017
Shanty, 2011
Setiadi, 2012
Widmaier, Raff, dan Strang, 2016

Anda mungkin juga menyukai