Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PADA KOMPLIKASI PERSALINAN PREMATURE DAN POST DATE

Dosen Pembimbing:
Ni Ketut Alit Armini., S. Kep., Ns., M. Kep

Disusun oleh :
Kelompok 5
Sutianingsih (132011123026)
Iwan Budiyanto (132011123027)
Rosita Faradilah (132011123028)
Ririn Yuliarti (132011123029)
Sultan Nur Fahmi (132011123030)
Aken Larasati (132011123031)
Syarifah Qurrotu A (132011123032)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Daftar Isi................................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Persalinan Prematur............................................................................................3
2.1.1 Pengertian Persalinan Prematur.............................................................................3
2.1.2 Penyebab Persalinan Prematur...............................................................................3
2.1.3 Patofisiologi Persalinan Prematur..........................................................................5
2.1.4 Penatalaksanaan Persalinan Prematur....................................................................9
2.2 Konsep Persalinan Postdate...........................................................................................12
2.2.1 Pengertian Persalinan Postdate............................................................................12
2.2.2 Penyebab Persalinan Postdate.............................................................................12
2.2.3 Patofisiologi Persalinan Postdate........................................................................13
2.2.4 Penatalaksanaan Persalinan Postdate...................................................................14
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Persalinan Prematur......................................................17
3.2 Konsep Asuhan Keperawatan Persalinan Postdate........................................................24
BAB 4 PENUTUP..............................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator
yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut World Health
Organization (WHO) kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau periode 42
hari setelah berakhirnya kehamilan, yang terkait dengan kehamilan atau penanganannya,
tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera, sedangkan kematian bayi adalah
kematian anak yang tidak menunjukkan tanda – tanda hidup waktu dilahirkan dan anak
yang meninggal dalam minggu pertama dalam kehidupannya (Saifuddin. 2011). Beberapa
ahli dapat menyatakan bahwa persalinan preterm dan postterm akan meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi.
Persalinan prematur merupakan penyebab utama yaitu 60-80% morbiditas dan
mortalitas neonatal di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar
19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Kelahiran di Indonesia
diperkirakan sebesar 5.000.000 orang per tahun, maka dapat diperhitungkan kematian bayi
56/1000 KH, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi
meninggal. Penyebab kematian tersebut antara lain asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%),
BBLR (15-20%), trauma persalinan (2-7%), dan cacat bawaan (1-3%) (Kurniasih, 2009).
Penyebab lain dikarenakan oleh kehamilan post date, karena post date dapat berpengaruh
pada ibu antara lain dapat menyebabkan partus lama, kesalahan letak, inersia uteri dan
perdarahan post partum. Sedangkan pengaruh pada kematian bayi kehamilan 43 minggu 3
kali lebih besar dari pada kehamilan 40 minggu. Kejadian persalinan lama pada
primigravida berkisar antara 4 – 8 %, sedangkan multigravida 2 – 4%.
Penyebab kematian ibu dibagi menjadi 2 yaitu kematian langsung yang disebabkan
oleh komplikasi – komplikasi kehamilan, persalinan,masa nifas dan segala intervensi atau
penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut, sedangkan kematian ibu tidak langsung
disebakan oleh penyakit-penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu
kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan.
Dalam menyikapi tingginya AKI di Indonesia sendiri pemerintah membentuk suatu
program yaitu Safe Motherhood Initiatif yang terdiri dari 4 pilar yang diantaranya adalah
Keluarga Berencana, Asuhan Antenatal, Persalinan yang Aman atau Bersih serta
Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial atau Emergensi (Prawirohardjo, 2010). Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sendiri yang

1
2

bersifat menyeluruh dan bermutu untuk ibu dan bayi adalah melakukan asuhan secara
komprehensif (continuity of care). Mengingat pentingnya hal ini, maka penulis tertarik
untuk melakukan pengkajian tentang kasus persalinan prematur dan post matur.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah konsep teori dari persalinan ibu hamil dengan premature?
2. Bagaimanakah konsep teori dari persalinan ibu hamil dengan postdate?
3. Bagiamanakah asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan persalinan premature dan
postdate?
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi konsep persalinan ibu hamil dengan premature,
2. Mengidentifikasi konsep persalinan ibu hamil dengan postdate,
3. Menjelaskan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan persalinan premature dan
postdate.
1.4 Manfaat
Sebagai masukan dalam memberikan pelayanan kesehatan / asuhan keperawatan pada
ibu bersalin dengan komplikasi premature dan postdate.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP PERSALINAN PREMATUR


2.1.1 Pengertian Persalinan Premature
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan
37 minggu (Alston, 2012). Organisasi Kesehatan Dunia yaitu WHO (2013)
membagi persalinan prematur menjadi tiga kategori berdasarkan umur kehamilan,
yaitu:
a. extremely preterm bila kurang dari 28 minggu
b. very preterm bila kurang dari 32 minggu
c. moderate to late preterm antara 32 dan 37 minggu
2.1.2. Penyebab Persalinan Prematur
Persalinan prematur dapat disebabkan oleh banyak faktor. Cunningham,
et.al., (2004) menyatakan bahwa penyebab persalinan prematur dapat dibagi
menjadi:
1. Komplikasi medis dan obstetric
Kurang lebih 1/3 dari kejadian persalinan prematur disebabkan oleh halhal
yang berkaitan dengan komplikasi medis atau obstetrik tertentu misalnya pada kasus-
kasus perdarahan antepartum atau hipertensi dalam kehamilan yang sebagian besar
memerlukan tindakan terminasi saat kehamilan preterm. Akan tetapi, 2/3 dari kejadian
persalinan prematur tidak diketahui secara jelas penyebabnya karena persalinan
prematur pada kelompok ini terjadi persalinan yang spontan atau idiopatik (Feryanto,
2011).
2. Faktor gaya hidup
Perilaku seperti merokok, gizi buruk, penambahan berat badan yang
kurang baik selama kehamilan, serta penggunaan obat seperti kokain atau alkohol
telah dilaporkan memainkan peranan penting pada kejadian premature dan hasil
akhir bayi dengan berat lahir rendah (Cunningham et al, 2004).Penyalahgunaan
alkohol tidak hanya dikaitkan dengan kelahiran premature melainkan dengan
peningkatan cedera otak pada bayi yang lahir prematur. Konsumsi alkohol yang
berlebihan selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan fetus dan harapan
hidup neonatus. Wanita yang mengonsumsi alkohol lebih dari satu gelas per hari
dapat meningkatkan risiko persalinan prematur sementara jika mengosumsi akohol
kurang dari 4 gelas tiap miggu tidak memberikan efek meningkatkan risiko
persalinan premature (Offiah, Donoghue, dan Kenny, 2012)
Faktor usia juga diduga berhubungan dengan kejadian persalinan prematur. Wanita
usia muda cenderung mempunyai pasangan seksual yang lebih banyak dan infeksi
pada vagina, sementara wanita usia yang lebih tua cenderung mengalami kontaksi
uterus yang rregular, seperti mioma (Chalermchockcharoenkit, 2002).
3. Faktor genetic
Kelahiran prematur juga diduga sebagai suatu proses yang terjadi secara
familial karena sifat persalinan prematur yang berulang dan prevalensinya
yang berbeda-beda antar ras (Cunningham et al, 2004).
4. Infeksi cairan amnion dan korion
Infeksi koriamnion yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
telahmuncul sebagai penyebab kasus pecah ketuban dini dan persalinan prematur.
Proses persalinan aterm diawali dengan aktivasi dari fosfolipase A2 (PLA-2) yang
melepaskan bahan asam arakidonat dari selaput amnion janin sehingga
meningkatkan penyediaan asam arakidonat benas untuk sintesis prostaglandin.
Banyak mikroorganisme yang menghasilkan fosfolipase A2 sehingga mencetuskan
persalinan prematur. Endotoksin bakteri (liposakarida) dalam cairan amnion
merangsang sel desidua untuk memproduksi sitokin dan prostaglandin yang
memicu persalinan (Cunningham, 2004). Drife dan Magowan dalam Prawirohardjo
(2011) menyatakan bahwa proses persalinan prematur yang dikaitkan dengan
infeksi diperkirakan diawali denganpengeluaran produk sebagai hasil dari aktivasi
monosit. Berbagai sitokin termasuk interleukin-1, tumor nekrosing faktor (TNF),
dan interleukin 6 adalah produk sekretorik yang dikaitkan dengan persalinan
prematur. Sementara itu, Platelet Activating Factor (PAF) yang ditemukan dalam
air ketuban terlibat secara sinergik pada aktivasi jalinan sitokin tadi. PAF diduga
dihasilkan dari paru dan ginjal janin. Dengan demikian janin memerankan peran
sinergik dalam mengawali proses persalinan prematur yang disebabkan oleh
infeksi. Bakteri sendiri mungkin menyebabkan kerusakan membrane melalui
pengaruh langsung dari protease.
Sedangkan Prawirohardjo (2011) menyatakan bahwa kondisi yang terjadi
selama kehamilan dapat berisiko terhadap kejadian persalinan prematur yang dibagi
dalam dua faktor, yaitu:
1. Janin dan plasenta
a. Perdarahan trimester awal
b. perdarahan antepartum (plasenta previa, solution plasenta, vasa previa)
c. Ketuban pecah dini (KPD)
d. Pertumbuhan janin terhambat
e. Cacat bawaan janin
f. Kehamilan ganda/gemeli
g. Polihidramnion
2. Ibu
a. Penyakit berat pada ibu
b. Diabetes mellitus
c. Preeklamsia/hipertensi
d. Infeksi saluran kemih/genital/intrauterin
e. Ienyakit infeksi dengan demam
f. Stress psikologik
g. Kelainan bentuk uterus/serviks
h. Riwayat persalinan prematur/abortus berulang
i. Inkompetensia serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
j. Pemakaian obat narkotik
k. Trauma perokok berat
l. Kelainan imunologik/kelainan resus

2.1.3. Patofisiologi Persalinan Prematur


Persalinan prematur dapat terjadi secara spontan atau karena ada indikasi.
Persalinan Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam
4 golongan yaitu :
1) Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
2) Inflamasi/infeksi
3) Perdarahan plasenta
4) Peegangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi
pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya stres fisik
maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-
Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan
mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan
mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon Corticotropin Releasing Hormone
(CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin,
reseptor oksitosin, matrix metaloproteinase (MMP), interleukin-8,
cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen plasenta dan
pembesaran kelenjar adrenal.
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi bakteri
yang menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan penyebab
potensial terjadinya persalinan prematur. Infeksi intraamnion akan terjadi pelepasan
mediator inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α ).
Sitokin akan merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang aksis HPA janin
dan menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini bertanggung jawab
untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan endotelin) yang akan menimbulkan
kontraksi. Sitokin juga berperan dalam meningkatkan pelepasan protease (MMP)
yang mengakibatkan perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban.
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan
plasenta dengan ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan mengakibatkan
kontraksi miometrium. Perdarahan pada plasenta dan desidua menyebabkan
aktivasi dari faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase akan mengubah
protrombin menjadi trombin dan pada beberapa penelitian trombin mampu
menstimulasi kontraksi miometrium.
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa
disebabkan oleh kehamilan kembar, polyhydramnion atau distensi berlebih yang
disebabkan oleh kelainan uterus atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini
dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin, dan COX-2
Gambar 1. Patofisiologi prematur
2.1.4 Pathway Prematur

2.1.5. Penatalaksanaan Persalinan Prematur


1. Tujuan utama pengelolaan persalinan prematur adalah sebagai berikut:
a. Menghambat atau mengurangi kekuatan dan kontraksi uterus untuk menunda proses
persalinan.
b. Untuk meningkatkan kualitas janin sebelum dilahirkan
c. Menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal (Goldenberg, 2002)
2. Prinsip pengelolaan persalinan prematur bergantung pada:
a. Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak dihambat bilamana
selaput ketuban sudah pecah.
b. Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan mencapai 4 cm.
c. Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah persalinanmakin
perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan berlangsung bila TBJ > 2.000
atau kehamilan > 34 minggu.
d. Penyebab/komplikasi persalinan premature
e. Kemampuan neonatal intensive care facilities.
f. Ada atau tidaknya gejala klinis dari infeksi intrauterine
g. Ada atau tidaknya pertanda-pertanda yang meramalkan persalinan dalam waktu yang
singkat ini (Prawirohardjo, 2001)
Pengelolaan pada kasus persalinan prematur dengan ketuban yang masih intak
dimana tidak didapatkan bahaya pada ibu dan janin maka pengelolaannya adalah
konservatif, yang meliputi:
a. Menunda persalinan prematur dengan tirah baring dan pemberian obat obat tokolitik.
b. Memberikan obat-obat untuk pematangan paru janin.
c. Memberikan obat-obat antibiotik untuk mencegah risiko infeksi perinatal.
d. Merencanakan cara persalinan prematur yang aman dan dengan trauma yang
minimal.
e. Mempersiapkan perawatan neonatal dini yang intensif untuk bayi-bayi
prematur (Fadlun dan Feryanto, 2013).

Menurut Goldenberg (2002), pengelolaan persalinan prematur dapat mencakup:


1. Tirah Baring
Tirah baring adalah salah satu intervensi yang digunakan sebagai pencegahan atau
pengobatan pada persalinan prematur yang mengancam.
2. Hidrasi/Sedasi
Alasan diberikannya hidrasi adalah karena wanita dengan risiko persalinan
prematur memiliki volume plasma di bawah normal. Namun, pemberian hidrasi ataupun
sedasi masih belum memilki data yang mendukung. Hidrasi atau punsedasi belum
memperlihatkan efek menurunkan kejadian persalinan prematur.
3. Progesteron
Adanya hipotesis persalinan prematur karena progesterone withdrawal, maka
salah satu pencegaan atahupun pengobatan persalinan prematur adalah dengan
pemberian progesteron. Namun, penggunaan progersteron ini belum berhasil
menghentikan persalinan prematur.
4. Tokolisis
Pemberian tokolisis untuk menghambat persalinan masih belum efektif.
Namun, pemberian tokolisis masih perlu dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi
uterus yang regular dengan perubahan serviks. Alasan pemberian tokolisis dalam
pengelolaan persalinan prematur adalah:
a. Mencegah mortalitas dan morbiditas bayi prematur
b. Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan paru
janin
c. Memberi kesempatan transfer intrauterine pada fasilitas yang lebih lengkap.
Beberapa jenis obat yang dapat digunakan sebagai tokolisis adalah:
1) Obat β-mimetik
Ada tiga reseptor β mimetik di tubuh manusia. β1 di jantung, usus halas,
da jaringan adiposit, β2 di uterus, β3 di jaringan lemak coklat. Stimulasi di
reseptor β2 menyebabkan relaksasi otot polos uterus. Contoh obat β2 selektif
adalah ritrodin dan terbutalin.
2) Sulfas magnesikus
Sulfas magnesikus belum efektif dalam menghentikan persalinan
prematur. Kontraindikasi absolut dalam pemberian sulfas magnesikus adalah
miastenia gravis dan blokade jantung. Kontra indikasi relatif adalah penyakit
ginjal dan infark miokardial. Walaupun terdapat efek samping pada ibu dan janin,
sulfas magnesikus masih kurang berbahaya dibandingkan obat β-mimetik. Oleh
karena itu, banyak tim medis yang menggunakan obat ini sebagai obat tokolisis
utama.
3) Prostaglandin Synthetase Inhibitors
Contoh obatnya adalah indometasin. Namun, penggunaan ini tidak banyak
dilakukan karena efek samping pada ibu dan janin.
4) Calcium Channel Blockers
Calcium Channel Blockers adalah obat untuk mengurangi masuknya
kalsium sehingga dapat mengontrol kontraktilitas otot dan aktivitas pacemaker di
jantung dan jaringan uterus. Obat yang digunakan adalah nifedipin. Nifedipin
dilaporkan dapat memperpanjang usia kehamilan dibandingkan ritrodin atau
plasebo. Nifedipin juga sama efektifnya dengan sulfas magnesikus dalam
menunda persalinan. Kontraindikasi dalam menggunakan Nifedipin adalah
hipotensi, gagal jantung, dan stenosis aorta. Efek samping pada ibu dalam
penggunaan Nifedipin adalah sebagai hasil vasodilatasi pembuluh darah yaitu
sakit kepala dan edeman perifer. Efek samping untuk janin masih perlu diteliti
lebih lanjut. Penggunaan Nifedipin sebagai tokolisis yang lebih baik daripada
sulfas magnesikus masih memilki bukti yang sedikit.
5) Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid dapat menurunkan kejadian Respiratory
Distress Syndrome (RDS) sehingga dapat menurunkan morbiditas perinatal pada
nonatus yang lahir sebelum usia 34 minggu. Efek ini diperolah hanya pada
persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam setelah pemberian dosis pertama dan
sebelum 7 hari. Ibu hamil yang berada pada usia kehamilan antara 23 dan 34
minggu yang berisiko mengalami persalinan prematur sebaiknya diberikan
kortikosteroid. Pada pasien yang megalami ketuban pecah dini, kortikosteroid
direkomendasikan untuk diberi pada kehamilan 30-32 minggu. Kortikosterid yang
paling sering digunakan adalah:
 Betametason : 2 x 12 mg intramuskular dengan jarak pemberian 24 jam
 Deksametason : 4 x 6 mg intravena dengan jarak pemberian 6 jam.
Betametason dilaporkan lebih efektif dalam menurunkan perdarahan
intraventrikular dibandingkan dengan deksametason.

6) Antibiotika
Antibiotika diberikan hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung
risiko terjadinya infeksi, seperti ketuban pecah dini. Obat diberikan per oral,
yangdianjurkan adalah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain
adalahampisilin 3 x 500 mg selama tiga hari atau antibiotka lain klinsdamisin .
7) Proses persalinan
Pada kasus yang melahirkan di usia 24 minggu, sebaiknya melakukan
operasi sesar
2.2 KONSEP PERSALINAN POSTDATE
2.2.1 Pengertian Persalinan Postdate
Kehamilan postdate adalah kehamilan yang berakhir antara 40 dan 42 minggu
(Julie,et al, 2010). Menurut WHO (2006) kehamilan postdate adalah suatu kehamilan
yang berlangsung apada atau melebihi 42 minggu atau 294 hari. akhir-akhir ini istilah ini
digunakan untuk menunjukkan kehamilan yang berlangsung melbihi 41 minggu.
Penatalaksanaan yang diberikan untuk mengakhiri kehamilan ini sama tergantung dari
umur kehamikan ibu.
2.2.2 Penyebab Persalinan Postdate
Sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan postdate belum jelas. Beberapa teori
yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan postdate sebagai
akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain
sebagai berikut:
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipeercaya merupakankejadian
perubahan endoktrin yang penting dalam memacu prosesbiomolekuler pada persalinan
dan meningkatkan sensitivitas uterusterhadap oksitosin. Sehingga menduga bahwa
terjadinya kehamilan karenaberlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post termmemberi
kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peran pentingdalam menimbulkan
persalinan dan pelepasan dari neurohipofisis ibuhamil yang kurang pada usia
kehamilan lanjut

3. Teori Kortisol/ ACTH janin


Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesterone
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen selanjutnya berpengaruhpada
meningkatnya produksi prostaglandin. Kadar kortisol rendahmerupakan tidak
timbulnya HIS.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus Frankenhauser akanmembangkitkan
kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak terjaditekanan pada fleksus ini seperti
pada kelainan letak, tali pusat pendek, danbagian bawah maasih tinggi diduga sebagai
penyebab kehamilan posterm.
5. Heriditer
Morgen (1999) seperti dikutip dalam Cuningham, menyatakan bahwabilamana
seorang ibu mengalami kehamilan post term saat melahirkananak perempuan, maka
besar kemungkinan anak permpuannya akanmengalami kehamilan pos term,
(Sarwono,2008)
6. Kurangnya air ketuban
7. Insufisiensi plasenta
2.2.3 Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan estriol dan
plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat
janin dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak
sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/ O2 akibat tidak timbul his sehingga
pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri spiralis
menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi
darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan
penurunan berat disebut dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan
tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban
berkurang dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin.
2.2.4 Penatalaksanaan Persalinan Postdate
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalahmonitoring janin
sebaik-baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontandapat ditunggu
dengan pengawasan ketat
c. Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan, induksi persalinan atau persalinan
anjuran.
Persalinan induksi tidak banyak menimbulkan penyulitbayi, asalkan dilakukan di
rumah sakit dengan fasilitas yang cukup.Dalam pertolongan persalinan lewat waktu,
pengawasan saat persalinaninduksi sangat penting karena setiap saat dapat terancam gawat
janin, yangmemerlukan pertolongan segera.Persalinan anjuran/induksi persalinan dapat
dilakukan dengan metode :
1. Persalinan anjuran dengan infuse pituitrin (sintosinon) 5 unit dalam 500 cc glukosa 5 %.
a. Teknik induksi dengan infuse glukosalebih sederhana, dan mulai dengan 8 tts/mnt,
denganmaksimal 40 tts/mnt. Kenaikan tetesan setiap 15 menitsebanyak 4-8 tts
sampai kontraksi optimal tercapai.
b. Bila dengan 30 tts kontraksi maksimaltelah tercapai, maka tetesan tersebut
dipertahankan sampaiterjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangipersalinan
anjuran dengan selang waktu 24-48 jam.
2. Amniotomi
a. Memecah ketuban merupakan salah satu metode untukmempercepat persalinan.
Setelah ketuban pecah, ditunggusekitar 4-6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim
akanberlangsung.
b. Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapatdiikuti induksi persalinan
dengan infuse glukosa yangmengandung 5 IU oksitosin.
3. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
a. Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirnagsang oleh prostaglandin
sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infuse intravena (Nalator) dan
pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria)
b. Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks selama induksi persalinan.
c. Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, danperiksa DJJ.
d. Kaji ulang indikasi
e. Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3 mg/gel 2-3 mgditempatkan pada forniks
posterior vagina dan dapat diulangi6 jam kemudian (jika his tidak timbul)

f. Hentikan pemberian prostaglandin dan mualilah infuseoksitosin, jika :


Ketuban,pecah, pematangan serviks telah tercapai, prosespersalinan telah
berlangsung, pemakaian prostaglandin telah24 jam.
4. Pemberian misoprostol
a. Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya pad kasus-kasus tertentu
misalnya:
Pre-eklamsi berat/eklamsi dan serviks belum matang sedangkan seksio sesarea belum
dapat segera dilakukan atau bayi terlalu premature untuk bisa hidup. Kematian janin
dalam rahim lebih dari 4 minggu beluminpartu dan terdapat tanda-tanda gangguan
pembekuan darah.
b. Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniksposterior vagina dan jika his tidak
timbul dapat diulangi setelah 6 jam.
c. Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberiaan 25mcg, naikkan dosis sampai 50 mcg
tiap 6 jam
d. Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai danjangan lebih dari 4 dosis/200 mcg.
e. Misoprostol mempunyai resiko meningkatkan kejadian rupture uteri. Oleh karena itu,
hanya dikerjakan dipelayanan kesehatan yang lengkap (ada fasilitas operasi).
f. Jangan berikan oksitosin dalam 8 jam sesudahpemberian misoprostol.
5. Kateter Foley
a. Kateter foley merupakan alternative lain disamping pemberian prostaglandin untuk
mematangkan serviks dan induksi persalinan.
b. Jangan lakukan kateter foley jika ada riwayat perdarhan, ketuban pecah,
pertumbuhan janin terlambat, atau infeksi vaginal.
c. Kaji ulang indikasi
d. Pasang speculum DTT di vagina
e. Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui serviks dengan menggunakan forseps
DTT. Pastikan ujung kateter telah melewati ostium uteri internum
f. Gembungkan balon kateter dan letakkan di vagina
g. Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau sampai 12 jam.
h. Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan kateter, kemudian lanjutkan dengan
infuse oksitosin.
6. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memeriksa kematangan servik, kalau sudah matang
boleh dilakukan induksi persalinan denganatau tanpa amniotomi
7. Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim, terjadi hipertensi,
preeklamsi, kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas atau pada kehamilan
lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat di rumah sakit.
8. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbang kanpada insufisiensi plasenta
dengan keadaan serviks belum matang, pembukaan belum lengkap, persalinan lama dan
terjadi tanda gawat janin, atau pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,
pereklamsi, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas dan kesalahan letak janin).
9. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar, dan kemungkinan disproporsi
sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih
peka terhadap sedativedan narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi. Jangan lupa,
perawatan neonatus postmaturitas perlu dibawah pengawasan dokter anak.

2.2.5 Pathway Persalinan Postdate


BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PARTUS PREMATUR


1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Persalinan prematur terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu.
Umur ibu yang sangat muda yaitu yang berusia kurang dari 19 tahun atau yang
berusia 35 tahun terbukti memiliki insiden persalinan prematur yang lebih tinggi.
b. Riwayat Kesehatan
1. Kehamilan saat ini
Mengkaji adanya penyakit hipertensi, paru, jantung, diabetes gestasional,
anemia berat, plasenta previa, dan solusio plasenta karena penyakit tersbut
dapat menyebabkan persalinan preterm.
2. Kehamilan dahulu
Ibu yang pernah mengalami persalinan prematur sebelumnya
akanberisiko 3,65 kali terjadi persalinan prematur kembali dan memiliki
riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim.
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng, adanya pengeluaran cairan
dan merasakan nyeri
4. Riwayat ginekologi
Ibu usia sangat muda (remaja yang mendapatkan haid pertamanya
kurang dari 2 tahun sebelum kehamilannya) akan meningkatkan kejadian
persalinan preterm pada usia kehamilan kurang dari 33 minggu.
5. Riwayat Medis
Mengkaji adanya riwayat penggunaan obat dengan dosis tinggi, riwayat
operasi khususnya yang berhubungan dengan struktur panggul yang
sekiranya dapat mengganggu dalam proses persalinan ini.
6. Riwayat medis keluarga
Mengkaji adanya penyakit yang diturunkan kepada ibu hamil
7. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan sangat mempengaruhi kondisi psikososial ibu hamil yang
bekerja, apabila ibu hamil dalam kondisi stress berat maka dapat
menyebabkan persalinan prematur.
8. Pola fungsi kesehatan
1) Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui bagaimana nafsu makannya, jumlah makanan,
minuman atau cairan yang masuk
2) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui berapa kali BAK dan BAB dalam sehari, adakah
kaitannya dengan obstipasi atau tidak
3) Pola istirahat
Istarahat yang cukup untuk mencegah terjadinya kelelahan yang
berlebihan, tidur siang kurang lebih dari 1 jam, tidur malam kurang lebih 7
jam
4) Personal hygine
Untuk mengetahui kebersihan pada ibu bersalin dengan partus prematur
5) Pola aktifitas
Dikaji untuk mengetahui aktifitas yang dilakukan ibu sehari-hari, apabila
aktifitas yang terlalu berat dapat menyebabkan kelelahan akan berdampak
pada perkembangan janin
c. Pemeriksaan Fisik
1. Umum
Untuk mengetahui keadaan baik dan buruk pada ibu hamil
2. Kepala
Untuk mengetahui kebersihan rambut, rontok atau tidak
3. Mata
Untuk mengetahui konjungvita pucat atau merah muda, sklera kuning atau
tidak
4. Mulut, gigi dan gusi
Untuk mengetahui ada caries gigi atau tidak, lidah bersih atau kotor, ada
stomatitis atau tidak
5. Kelenjar tiroid
Untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar tiroid atau tidak
6. Dada
Dada terlihat simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada benjolan atau tidak.
Hal ini untuk mengetahui adanya tumor atau kanker. Aerola
hyperpigmentasiatau tidak, puting susu menonjol atau tidak, colostrum sudah
keluar atau belum
7. Abdomen
Ada bekas operasi atau tidak, strie ada atau tidak, ada linea nigra, linea alba
atau tidak
8. Ekstremitas
Ada oedema atau tidak, hofman sign untuk mengetahui adanya tanda
trombophlebitis
9. Dengan inersia sekunder
Status gizi ibu hamil akanmenentukan status kesehatan bayi yang akan
dilahirkan. Apabila lila <23,5 cmmaka ibu tersebut termasuk kekurangan
energi kronis sehinggan kebutuhan nutrisiuntuk tumbuh kembang janin
terhambat. Penambahan berat badan selamakehamilan yang tidak sesuai akan
memungkinkan terjadinya keguguran, kelahiranprematur, bayi berat badan
lahir rendah dan perdarahan sebelum persalinan.
d. Pemeriksaan diagnostik
1. Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai
2500gram)
2. Tes nitrazin : menentukan KPD
3. Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu
menandakanadanya infeksi amniosentesisyaitu radiolesitin terhadap
sfingomielin(L/S)mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin,
atau infeksi amniotik
4. Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus/status janin.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik, biologis, kimia,
psikologis),kontraksi otot dan efek obat-obatan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipersensitivitas otot/seluler,
tirahbaring, kelemahan
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yangdirasakan
atau aktual pada diri dan janin.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi nyeri secara komprehensif termasuk
injuri (fisik, biologis, kimia, selama 1x24 jam klien tidak mengalami lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
psikologis), kontraksi otot dan efek nyeri, dengan kriteria hasil: dan faktor presipitasi
obat-obatan. 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 2. Observasi tanda vital
penyebab 3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri, mampu menggunakan tehnik nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
nonfarmakologi untuk mengurangi kebisingan
nyeri, mencari bantuan) 4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang intervensi
dengan menggunakan manajemen 5. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi: napas
nyeri dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/
3. Mampu mengenali nyeri (skala, dingin
intensitas, frekuensi dan tanda 6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
5. Tandavital dalam rentang normal
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
6. Tidak mengalami gangguan tidur
Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
dengan hipersensitivitas otot/seluler, selama 1x24 jam klien bertoleransi melakukan aktivitas
tirah baring, kelemahan terhadap aktivitas dengan kriteria hasil : 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
tanpa disertai 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
peningkatan tekanan darah, nadi emosi secara berlebihan
2. Mampu melakukana ktivitas sehari 5. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
hari (ADLs) Medik dalam merencanakan progran,terapi yang
secara mandiri tepat.
3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat 6. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
Ansietas berhubungan dengan krisis Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Jelaskan pada pasien tentang proses penyakit
situasional, ancaman yang dirasakan selama 1x24 jam klien tidak merasa 2. Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien
atau aktual pada diri dan janin. cemas dengan kriteria hasil : dan keluarga
1. Memiliki informasi untuk mengurangi 3. Sediakan reinforcement positif ketika pasien
takut melakukan perilaku untuk mengurangi takut
2. Menggunakan tehnik relaksasi 4. Sediakan perawatan yang berkesinambungan
3. Mempertahankan hubungan sosial dan 5. Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat
fungsi peran menyebabkan misinterprestasif.
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Mengontrol respon takut 6. Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan,
persepsi dan rasa takut yang sama
7. Dorong klien untuk mempraktekan tehnik
relaksasi
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam tahap pelaksanaan keperawatan penulis dapat melaksanakan semua
rencana keperawatan sesua dengan perencanaan yang telah di buat dan semua
pelaksanaan keperawatan didokumentasikan dalam catatan perkembangan
keperawatan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini tidak semua dilakukan oleh
penulis tetapi dibantu oleh perawat ruangan danpenanggung jawab pasien
sehingga walupun penulis tidak memantau perkembangan pasien selama 24
jam, penulis juga dapat mengikuti perkembangan pasien dengan melihat
catatan perawat ruangan dan catatan perkembangan pasien dari dokter yang
menangani.
5. EVALUASI
Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk
mengevaluasi keberhasilan pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan
evaluasi yang penulis lakukan sesuai dengan teori yang menggunakan metode
SOAP karena dapat ditarik kesimpulan berhasil tidaknya asuhan keperawatan
yang diberikan berdasarkan pengkajian baik dari data subjektif maupun data
objektif sehingga dapat menganalisa kemudian membuat perecanaan sesuai
dengan hasil kesimpulan.

3.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PARTUS


POSTDATE
1. PENGKAJIAN
a. Data subyektif
Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien
dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien dan menurut
keterangan dari pasien.
1) Nama pasien
Dimaksud agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi
kekeliruan dengan pasien lain.
2) Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya
faktor resiko kehamilan karena faktor umur sehingga dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan kehamilan serotinus
selanjutnya.
3) Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien sehingga dapat
mempermudah dalam melaksanakan tindakan kebidanan.
4) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu dalam
memberi informasi tentang kehamilan serotinus.
5) Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui pola aktifitas pasien berhubungan dengan pekerjaan.
6) Alamat
Untuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari
kekeliruan bila ada dua orang pasien dengan nama yang sama serta untuk
keperluan kunjungan rumah bila perlu.
7) Identitas suami
Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila sewaktu –
waktu dibutuhkan dan dalam pengambilan keputusan didalam keluarga.
Selain itu juga selama proses perawatan.
8) Alasan datang ke rumah sakit
Untuk mengetahui pasien tersebut datang untuk berobat, periksa,
konsultasi atau rujukan.
9) Keluhan utama
Keluhan pasien terutama dikaji mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan lamanya usia kehamilan yang tidak sesuai dengan perkiraan
persalinan. Dilihat dari gejala klinik pasien apakah gerakan janin berkurang
dari biasanya.
10) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan atau kondisi pasien serta ditanyakan
apakah saat ini sedang menderita penyakit, sejak kapan, upaya apa
yang telah dilakukan, apakah sudah periksa, hal ini untuk mendeteksi
penyakit dalam kehamilan yang dapat mempengaruhi proses
persalinan.
b. Riwayat kesehatan lalu
Dikaji mengenai pernah atau tidaknya ibu mengalami
kehamilan serotinus sebelumnya karena serotinus cenderung terjadi
lagi pada wanita yang mempunyai riwayat kehamilan serotinus
sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan keluaga
Untuk mengetahui kemungkinan ada yang menderita penyakit
menular, menurun, kejiwaan yang dapat mempengaruhiproses
kehamilan dan persalinan pasien, infeksi dapat berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan janin sewaktu ibu mengandung.
d. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya infertilitas
yang membantu dalam pertimbangan pelaksanaan tindakan.

e. Riwayat menstruasi
Teratur / tidaknya haid untuk mengetahui HPHT hal ini perlu
dikaji untuk menentukan umur kehamilan yang sebenarnya apabila
tidak jelas bisa ditanyakan mulai kapan terasa gerakan janin.
f. Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui riwayat antenatal ibu apakah teratur atau
tidak, apakah sudah mendapat imunisasi TT, obat-obat apa saja yang
dikonsumsi ibu selama hamil dan apakah terdapat keluhan ataupun
penyakit penyerta kehamilan.
g. Riwayat kontrasepsi
Ditanyakan metode yang dipakai dan keluhannya karena salah
satu efek samping kontrasepsi adalah haid yang tidak teratur atau
tidak haid sehingga dapat menimbulkan ketidaktepatan dalam
menentukan HPHT.
11) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan, tersedianya nutrisi
berkaitan dengan kebutuhan metabolisme tubuh, karena masalah yang
berkaitan dengan pemenuhan nutrisi dan penyebabnya biasanya saling
berkaitan.
b. Eliminasi
Menjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting diketahui pola
eliminasi dalam keadaan sebelum dan selama hamil karena merupakan
proses penting dalam tubuh.
c. Personal hygiene
Untuk mengetahui pola hidup bersih dalam kehidupan sehari- hari
ibu apakah kurang atau tidak karena pada masa selama hamil sampai
melahirkan rentan terhadap penyakit.
d. Pola aktivitas dan istirahat
Untuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil , pola istirahat ibu
selama hamil apakah cukup atau tidak karena kecapaian dan kurang
istirahat dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu selanjutnya.
e. Pola kebutuhan seksual
Untuk mengetahui apakah ada masalah dalam pemenuhan
kebutuhan seksual dan frekuensinya terutama dalam akhir kehamilan
karena sperma mengandung prostaglandin yang dapat membantu
kontraksi uterus karena hal ini baik jika dilakukan pada kehamilan
serotinus.
f. Data psikososial, spiritual dan emosional
Bertujuan untuk mengetahui hubungan ibu dengan suami dan
keluarga, hubungan kasih sayang, dukungan dari pihak keluarga. Dan juga
perlu dikaji apakah ibu dan keluarga berdoa sesuai dengan
kepercayaannya demi kelangsungan dan kelancaran persalinan dan
bagaimana emosi ibu selama hamil stabil atau tidak karena kemua hal
tersebut dapat membantu proses penyelarasan masalh ibu.
g. Keadaan sosial ekonomi
Untuk mengetahui kemampuan pasien berkaitan dengan biaya
perawatan dan pengobatan yang akan diberikan di RS.
b. Data obyektif
1. Keadaan umum
Baik atau lemah, tampak kesakitan atau tidak, kesadarnnya
bagaimana, badannya kurus atau gemuk, berapa tekanan darahnya,
respirasinya, suhunya, tinggi badan, berat badannya apakah normal atau
tidak, hal ini untuk mengetahui adanya ketidaknormalan keadaan umum
yang dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinan ibu.
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.
b. Muka: pucat atau tidak, skelera ikterik atau tidak, terdapat gerakan
otot wajah atau tidak.
c. Mata: apakah pucat atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak, sclera
ikterik tidak, penglihatan baik atau tidak.
d. Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau tidak, terdapat
lendir atau tidak, ada polip atau tidak.
e. Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat cairan
atau tidak.
f. Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat
stomatitis atau tidak.
g. Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah
berdarah atau tidak.
h. Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
i. Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
j. Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada tidak,
pernafasan teratur atau tidak, bunyi jantung bagaimana.
k. Payudara: terdapat benjolan atau tidak.
l. Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran
atau nyeri tekan atau tidak.
m. Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi pada
genetalia.
n. Anus: terdapat hemoroid atau tidak.
o. Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat
kelainan anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.
3. Pemeriksaan obstetrik
1) Muka: terdapat kloasma gravidarum atau tidak, oedem atau tidak.
2) Payudara: bentuknya bagaimana, aerola menghitam atau tidak, papilla
menonjol atau tidak, kolostrum sudah menonjol atau belum.
3) Perut:
a) Inspeksi: bentuknya bagaimana, terdapat strie gravidarum atau
tidak,ada linea atau tidak, ada bekas operasi atau tidak.
b) Palpasi:
- Leopod I: tinggi fundus uteri berapa sesuai dengan umur
kehamilan tidak, pada bagian atas teraba bagian apa dan
bagaimana.
- Leopod II: bagian kanan perut ibu teraba apa dan bagaimana,
kiri perut ibu teraba apa, ini untuk menentukan posisi punggung
janin.
- Leopod III: bagian bawah perut ibu teraba apa, masih bisa
digoyang atau tidak,ini untuk menentukan presentasi bagain
bawah janin dalam panggul ibu dan sudah masuk pintu atas
panggul belum.
- Leopod IV: untuk mengetahui apakah bagian bawah janin
sudah masuk pintu atas panggul ( PAP ) belum dan seberapa
masuknya.
c) Auskultasi:
- DIJ
DIJ perlu dikaji untuk mengetahui denyut jantung janin
dalam keadaan normal atau distrees. Dengan adanya
insufisiensi plasenta maka janin mengalami hipoksia atau
kekurangan oksigen dan tekanan vena umbilicus. Hal ini
disebut gawat janin. Pentingnya DIJ adalah ada kaitanya dengan
tindakan segera yaitu pengakhiran kehamilan.
d) TBJ (taksiran berat janin)
Pada kehamilan serotinus pada umumnya ditemukan TBJ
tidak sesuai dengan umur kehamilan, ini dimungkinkan bayi
menjadi besar atau makin kecil.
e) TFU (tinggi fundus uteri)
TFU pada kehamilan serotinus perlu dijkaji untuk
mengetahui apakah bertambah tinggi atau malah mengalami
penurunan. Jika mengalami penurunan dimungkinkan terjadi
pertumbuhan janin yang terlambat karena adannya insufisiensi
plasenta.
f) Gerakan janin
Ditanyakan apakah gerakan janin berkurang atau tidak, pada
kehamilan serotinus biasanya disertai dengan oligohidramnion
sehingga gerakan janin terbatas.
g) Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina, penipisan
serviks, konsistensi serviks, kulit ketuban, penurunan kepala,
denominator dan apakah ada bagian yang menumbung.
Pemeriksaan dalam pada kehamilan serotinus penting dilakukan
untuk mengetahui nilai Bishop score sebagai syarat dilakukannya
induksi persalinan dan tindakan selanjutnya.
h) Pemeriksaan penunjang
Data penunjang merupakan data yang memperjelas atau
menguatkan data subyektif yang telah ada untuk menegakkan
diagnosa. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah USG,
KTG, dan pemeriksaan penunjang yang lainnya seperti
amniosintesis, pemeriksaan serologi air ketuban.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Diagnosa pada Bayi
1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia.
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan pasokan
oksigen.
3) Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan pasokan nutrisi dan terhentinya pertumbuhan janin.
4) Gangguan termoregulasi : hipotermi berhubungan dengan suhu tubuh
tidak stabil karena hilangnya lemak subkutan.
5) Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan distress janin.
6) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
pengelupasan kulit.
b. Diagnosa pada Ibu
1. Ansietas berhubungan dengan pertus macet
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanyaintrauterin
dengan ekstrauterin
3. INTERVENSI
1) Diagnosa I : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia.
a. Tinjau ulang informasi yang berhubungan dengan kondisi bayi, seperti
lamanya persalinan, Apgar scor, obat-obatan yang digunankan ibu
selama kehamilan, termasuk betametason.
Rasional :Persalinan lama meningkatkan resiko hipoksia, dan depresi
pernapasan dapat terjadi setelah pemberian atau penggunaan obat oleh
ibu
b. Perhatikan usia gestasi, berat badan, dan jenis kelamin.
Rasional :Neonatus lahir lebih dari 42 minggu beresiko terjadinya
aspirasi mekonium
c. Kaji status pernapasan, perhatikan tanda-tanda distress pernapasan (mis.,
takipnea, pernapasan cuping hidung, ronki, atau krakels).
Rasional :Takipnea menandakan distress pernapasan, khususnya bila
pernapasan lebih besar dari 60x/menit setelah 5 jam kehidupan pertama
d. Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai kebutuhan.
Rasional :Mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan napas.
e. Observasi terhadap tanda dan lokasi sianosis
Rasional :Sianosis adalah tanda lanjut dari PaO2 rendah
2) Diagnosa II :Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan distress
janin.
a. Auskultasi dan laporkan irama jantung janin, perhatikan kekuatan ,
regularitas, dan frekuensi. Perhatikan adanya perubahan pada gerakan
janin. Catat perkiraan tanggal kelahiran ( PTK ) dan tinggi fundus.
Rasional : Menandakan kesejahteraan janin. PTK membantu
memberikan perkiraan kasar tentang usia janin untuk membantu
merencanakan kesempatan viabilitas
b. Kaji kondisi ibu dan adanya kontraksi uterus atau tanda-tanda lain dari
ancaman kelahiran
Rasional : Bila dilatasi servik berlanjut ( 4 cm atau lebih ) atau terjadi
kontraksi uterus teratur, kemungkinan mempertahankan kehamilan
adalah kecil.
c. Pantau tanda vital. Catat kehangatan, pengisian kapiler.
Rasional :Perubahan menunjukkan penurunan sirkulasi/hipoksia yang
meningkatkan oklusi kapiler.
d. Kaji ekstremitas bawah untuk tekstur kulit, edema, luka.
Rasional :Penurunan sirkulasi perifer sering menimbulkan perubahan
dermal dan pelambatan penyembuhan
e. Pertahankan suhu lingkungan dan kehangatan tubuh
Rasional :Mencegah vasokonstriksi, membantu dalam mempertahankan
sirkulasi dan perfusi
3) Diagnosa III : Ansietas berhubungan dengan pertus macet
a. Jelaskan prosedur intervensi keperawatan dan tindakan. Pertahankan
komunikasi terbuka, diskusikan dengan klien kemungkinan efek samping
dan hasil, pertahankan sikap optimis.
Rasional :Pengetahuan tentang alasan untuk aktifitas ini dapat
menurunkan rasa takut dari ketidaktahuan.
b. Orientasikan klien dengan pasangan pada lingkungan persalinan.
Rasional :Membantu klien dan orang terdekat merasa mudah dan lebih
nyaman pada sekitar kita.
c. Anjurkan tehnik relaksasi seperti teknik distraksi atau napas dalam
Rasional :Memungkinkan klien untuk merileksasikan otot-otot supaya
tidak tegang
d. Anjurkan penggungkapan rasa takut atau masalah
Rasional :Dapat membantu menurunkan ansietas dan merangsang
identifikasi perilaku koping.
e. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional :TTV dapat berubah karena ansietas
4. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direcanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi
5. EVALUASI
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.
3.1 Contoh Asuhan Keperawatan Kasus Semu Prematur
Seorang wanita bernama Ny. A berusia 33 tahun beragama islam,
tinggal di Sidoarjo, Surabaya, dengan pekerjaan sebagai seorang perawat di
salah satu rumah sakit di Surabaya. Saat ini Ny. A sedang mengandung anak
ke 3 dan usia kehamilan 30 minggu pada tanggal 30 maret 2019, saat berkerja
ia mengalami pecah ketuban dini lalu segera dibawa ke IGD RSUD
SOETOMO pada pukul 10.00 WIB, Ny S dalam kondisi cemas dengan
keadaan yang dialaminya saat itu dengan keluarnya cairan per vagina lendir
bercampur darah, perut terasa mules dan nyeri pada abdomen seperti di
remas-remas karena kontraksi di uterus dan air ketuban telah pecah. Setelah
dilakukan pengkajian di triage IGD lantai 1 Ny. A dipindahkan ke IGD VK
lantai 2 dan pemeriksaan di dapat data, Servix telah terbuka sampai 3 cm dan
pemeriksaan USG didapat panjang servik kurang dari 2 cm. Pada 29 Maret
2019 Ny.S pernah bercerita kepada suaminya bahwa ia merasa sering
mengalami kontraksi selama 30 detik dalam kurun waktu setiap 10 menit dan
distensi pada abdomen. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
anak pertama : 9 bulan 1 minggu / perempuan / 15 tahun / dokter / 2300gram /
spiral 1,5 tahun dan anak kedua 9 bulan 2 minggu
/ perempuan / 13 tahun / dokter / 3100 gram /-. Ny.S riwayat obesitas dan
jarak kehamilan antara anak kedua dan anak ketiga terlalu dekat. Status nutrisi
tidak pernah diperhatikan, pola makan tidak diatur, porsi makannya lebih
dominan pada karbohidrat dengan sedikit sayuran dan lauk-pauk.
A. Pengkajian
1. Identitas
- Nama : Ny. A
- Umur : 35 tahun
- Alamat : Sidoarjo
- Pekerjaan : Perawat
- Agama : Islam
- Status perkawinan: sudah menikah
2. Keluhan utama
Ny. A mengatakan mules dan nyeri seperti di remes-remes.
3. Riwayat obstetri
Usia kehamilan 30 minggu, dan pada 30 Maret 2020 pukul 10.00
WIB terjadi pecah ketuban
4. Riwayat kesehatan
Ny. A riwayat obesitas dan jarak kehamilan antara anak kedua dan
anak ketiga terlalu dekat.
5. Tanda-tanda persalinan
 Merasa sering mengalami kontraksi selama 30 detik dalam kurun
waktu setiap 10 menit sejak 29 Maret 2020
 Adanya pengeluaran lender kemerahan atau cairan pervagina dan
diikuti pembukaan 3 cm, serta hasil USG panjang servik kurang dari
2 cm
6. Riwayat kehamilan
- HPHT 1 September 2019
- Perdarahan antepartum
7. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
- 9 bulan 1 minggu/perempuan/15tahun/dokter/2300gram/ spiral 1,5
tahun
- 9 bulan 2 minggu/perempuan/13tahun/dokter/3100gram/ -
8. Makan dan cairan
Status nutrisi tidak pernah diperhatikan, pola makan tidak diatur,
porsi makannya lebih dominan pada karbohidrat dengan sedikit
sayuran dan lauk-pauk.
9. Seksualitas
Uterus distensi berlebihan

10. Psikologis
Kecemasan atau ketakutan dan gelisah atas apa yang sedang dialami
menjelang persalinan preterm.
B. Pemeriksaan penunjang
USG : Menunjukkan panjang servik kurang dari 2 cm
C. Pemeriksaan fisik
1. Observasi
- Keadaan umum: penampilan pasien saat datang, tampak takut dan
gelisah
- Kesadaran: Compos mentis
- TD :130/80 mmHg,
- N : 85 X/menit
- RR : 26 X/menit
- S : 36,5 C
2. Kepala dan leher
Simetris dan pada leher KGB tidak teraba, kelenjar tiroid tidak
membesar.
3. Dada (thoraks)
Simetris
4. Abdomen
- Palpasi Leopold I : TFU 20 cm
- Palpasi Leopold II : Letak punggung janin membujur dari atas ke
bawah
- Palpasi Leopold III : Letak kepala belum masuk PAP
- Palpasi Leopold IV : Janin Belum masuk PAP, DJJ : 13-14-13
5. Genetalia
Servik sudah terbuka sampai 3 cm
6. Ekstrimitas
Tidak ditemukan kelainan
D. Analisis data

No Data Etiologi Diagnosa


Keperawatan
1 DS : Pecah ketuban dini Nyeri
. - Pasien mengeluh nyeri berhubungan
bagian abdomen Rangsangan dengan agen
DO : kontraksi pencedera
- Pasien menunjukkan uterus biologis
mimik meringis atau (kontraksi uterus)
menahan dan Nyeri

merasakan nyeri, terjadi


pecah ketuban dini.
- TD 130/80 mmHg, N :
85 X/menit, RR : 26
x/menit, T: 36,5 C
2 DS : Pecah ketuban dini Ansietas berhubungan

. - Pasien mengatakan dengan Ancaman pada

cemas Tindakan status terkini

persalina (persalinan premature


DO :
n dan potensial neonatus
- Pasien terlihat cemas
premature)
dan gelisah , TD 130/80 prematur

mmHg, N : 85 X/menit,
RR : 26 x/menit, T: 36,5 Ansietas

C
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan agen pencedera biologis
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengkajian tanggal: 30 Mei 2019 Jam : 10.00 Wib


Tanggal MRS : 29 Mei 2019 No. RM : 367079
Ruang/Kelas : ruang vk bersalin
RSUD Dr.Soetomo Surabaya Dx. Medis: Komplikasi persalinan premature dan postdate.

Nama Ibu: Ny.S Nama Suami: Tn.R Ke:


Umur: 33 th Umur: 35 Th
Identitas

Agama: Islam Agama: Islam


Pendidikan: S1 Pendidikan: S1
Pekerjaan: Perawat Pekerjaan: PNS
Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia Suku/Bangsa: Jawa/ Indonesia
Alamat: Sidoarjo Alamat: Sidoarjo
Keluhan Utama:

Ny. S mengatakan mules dan nyeri seperti di remes-remes.


Riwayat Sakit dan Kesehatan

Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum (coret yang tidak perlu) saat ini:

Penyakit/operasi yang pernah diderita:


Tidak ada
Penyakit yang pernah diderita keluarga:
Tidak ada
Riwayat alergi: O ya (x) tidak Keterangan:

Lain-lain:
MenstruasiRiwayat

Menarche: Siklus:
Banyaknya: Lama:
HPHT: 1 September 2018 Dismenorhea:
Usia Kehamilan: 30 minggu Taksiran Partus:
Lain-lain:

G....P.................
Hamil Usia Jenis Usia anak KB/ Jenis/
Penolong Penyulit BB/PB
ke- kehamilan persalinan saat ini Lama
1 9 bulan 1 Normal Bidan Tidak 2300 15 th Spiral/
Riwayat Obstetri

minggu ada gram 1,5 th


2 9 bulan 2 Normal Bidan Tidak 3100 13 th -
minggu Ada gram
Genogram Keterangan:

Keadaan umum: Penampilan pasien saat datang, tampak takut dan gelisah
Kesadaran: Compos Mentis
Observasi

Berat badan: 67 kg ; Tinggi badan: 165 cm


Tanda Vital: TD: 130/80 mmHg ; Nadi: 85 x/mnt ; Suhu: 36,5 0C ; RR: 26 x/mnt
CRT: < 2 detik ; Akral: hangat kering merah ; GCS: 4,5,6
Lain-lain:

Rambut: hitam
Mata: konjungtiva, pucat ; Sklera putih
(x) Edema palpebra ; O Penglihatan kabur ; lain-lain: _________________
Hidung: (x) Epistaksis ; lain-lain: ________________________________________
Kepala dan leher

Mulut: mukosa bibir simetris ; lidah bersih ; gigi tidak ada carries
Kebersihan mulut: bersih ; lain-lain: ______________________
Telinga: gangguan pendengarantidak ada gangguan pendengaran ; O Otorhea ; O otalgia ;
O tinitus ; kebersihan: bersih ; lain-lain: _________________
Cloasma: ada ; Jerawat tidak ada jerawat
(x) Nyeri telan ; (x) pembesaran kelenjar tiroid ; O Vena jugularis
Lain-lain:
Masalah keperawatan:

Jantung: Irama: _____________ ; S1/S2: _______________ ; Nyeri dada : tidak ada nyeri
Bunyi: normal / murmur / gallop ;
Nafas: Suara nafas: vesikuler / wheezing / stridor / Ronchi, Keterangan:
Dada (Thoraks)

Jenis: dispnoe / kusmaul / ceyne stokes, Keterangan:


Batuk: tidak ; Sputum: tidak ada ; Nyeri: tidak ada nyeri pada jantung
Payudara: konsistensi kenyal; areola kehitaman ; papilla
Simetris/asimetris ; Produksi ASI keluar banyak ; Nyeri tidak ada nyeri pada payudara
Lain-lain:
Masalah keperawatan:

 Ginekologi:
Pembesaran: ada / tidak ; benjolan: ada / tidak , area: ______________________
Ascites: ada / tidak ; Peristaltik: _______________ ; Nyeri tekan: _____________
Luka: ___________________________ ; Lain-lain: ________________________
 Prenatal dan Intranatal:
Inspeksi: Striae: livide ; Línea: nigra
Perut (Abdomen)

Palpasi: Leopold I : TFU 20 cm


Leopold II : Letak punggung janin membujur dari atas ke bawah
Leopold III: Letak kepala belum masuk PAP

Leopold IV: Janin Belum masuk PAP,


DJJ : 13-14-13
 Postpartum:
Fundus uteri: _______________ ; kontraksi uterus: _______________________
Luka: _____________________ ; Lain-lain: _____________________________
Lain-lain:
Masalah keperawatan:
Keputihan: keputihan sedikit; Perdarahan: ada perdarahan pada genetalia
Laserasi: __________________________ ; VT: Ø ____________; eff: ___________
Genitalia
Miksi: ____________________________ ; Defekasi: _________________________
Lain-lain:
Masalah keperawatan:

Kemampuan pergerakan: bebas / terbatas ; Kekuatan otot: 3/3/3/3


Tangan dan kaki

Refleks: Patella ada ; Triceps ____ ; Biceps ____ ; Babinsky: _____


Brudzinsky: ____ ; Kernig ____ Keterangan:
Edema tidak ada ; Luka: tidak ada luka
Lain-lain:
Masalah keperawatan:
Aspek Sebelum hamil*/melahirkan*/sakit* Sesudah
hamil*/melahirkan*/sakit*
Nutrisi selama hamil makan 3 kali/hari, jenis:
nasi putih sayur, lauk tempe dan
telur. Minum: 7-8 kali/hari, dapat
menghabiskan porsi yang disediakan.
Saat di rumah sakit makan: 1 kali,
jenis nasi putih, sayur, lauk tempe
bacem, dan pepes ikan pada jam
15.00 WiB minum: 2 gelas sehari
berupa teh hangat, air putih.
Eliminasi ibu mengatakan BAK 5-6 kali/ hari,
warna kuning jernih, bau khas urine,
konsistensi cair, BAB 1 kali/ hari,
warna kuning kecoklatan, bau khas
feces, konsistensi padat.
Istirahat/tidur ibu mengatakan tidur siang
1-2 jam/ hari, tidur malam
6-8 jam/ hari,memasuki
Perubhan

persalinan ibu mengatakan


istirahat jika tidak ada
kencang-kencang pada
perut.

Aktivitas Ibu mengatakan bekerja sebagai


perawat di salah satu rsud sidoarjo
Seksual
Uterus distensi berlebihan

Kebersihan Diri ibu mengatakan mandi 2 kali sehari,


gosok gigi tiap kali mandi, keramas 3
kali seminggu dan ganti pakaian 2 kali
sehari. Memasuki persalinan ibu
mengatakan selama memasuki
persalinan, ibu belum mandi dan
terakhir mandi tanggal 24 Mei 2019
pukul 16.00 Wib
Koping Efektif
Ibadah Berdoa kepada tuhan yme
Konsep diri
KesehatanPengetahuan dan Perilaku
Kontrasepsi: -
Perawatan bayi/diri (coret yang tidak perlu):
Merokok: -
Obat-obatan/Jamu: obat-obatan jika
Lain-lain:

Masalah keperawatan:

Laboratorium Foto/Radiologi USG Lain-lain


dan TerapiPemeriksaan Penunjang

USG :
Menunjukkan
panjang servik
kurang dari 2 cm

Terapi/ Tindakan medis:

Surabaya,…………………….
Ners,

( )
FORMAT ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Pecah ketuban dini Kategori :Psikologis
- Pasien mengeluh
nyeri bagian Rangsangan
abdomen kontraksi uterus Kode : D.0077

DO : Nyeri Akut Diagnosis : Nyeri Akut

- Pasien Nyeri akut b/d agen pencidera


fisik
menunjukkan
mimik meringis
atau menahan dan
merasakan nyeri,
terjadi pecah
ketuban dini.
- P : Nyeri terasa
saat perut
kenceng-kenceng
- Q : Perut dan
vagina
- S : 7 ( Skala 1-10)
- T : Hilang Timbul
- TD 130/80 mmHg,
N :85 X/menit,
RR : 26 x/menit,
S : 36,5 ˚C

DS : Pecah ketuban dini Kategori : Psikologis


- Pasien mengatakan
cemas Tindakan Kode : D.0080
DO : persalinan
Pasien terlihat cemas dan gelisah , prematur
TD 130/80 mmHg, N : 85 X/menit, Diagnosis : Ansietes
RR : 26 x/menit, T: 36,5 C
Ansietas
Ansietas b/d kekhawatiran
mengalami kegagalan

DS:
DO:

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN (P-E-S)

1. Nyeri akut b/d agen pencidera fisik


2. Ansietas b/d kekhawatiran mengalami kegagalan
FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal Diagnosa Keperawatan (P-E-S) Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana (Intervensi) Keperawatan Rasional
D.0077 Nyeri akut berhubungan L.08066 Tingkat Nyeri Dukungan Nyeri Akut : Pemberian Analgesik 1. Mengetahui perkembangan n
dengan agen pencedera fisiologis. Observasi tanda-tanda nyeri sehing
Ekspektasi: menurun
Gejala dan a. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, menentukan intervensi selanju
Kriteria hasil: 2. Mengetahui respon pasie
Tanda Mayor pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
Subjektif: - Kemampuan menuntaskan durasi) nyeri

aktifitas meningkat 3. Menumbuhkansikap saling pe


1. Mengeluh nyeri b. Identifikasi riwayat alergi obat
4. Dukungan yang cuku
Objektif: - Keluhan nyeri menurun c. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
menurunkan reaksi nyeri pasi
1. Tampak meringis narkotika, nonnarkotika, atau NSAID) dengan
- Meringis menurun 5. Menurukan rasanyeri pasien
2. Bersikap protektif (misal tingkat keparahan nyeri
- Sikap protektif menurun 6. Mengetahui perkembangan n
waspada, posisi d. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
menentukan intervensi selanju
menghindari nyeri) - Gelisah menurun pemberian analgesik
7. Menurunkan ketegangan oto
3. Gelisah - Kesulitan tidur menurun e. Monitor efektifitas analgesik Terapeutik
melancarkan peredaran dara
4. Frekuensi nadi meningkat - Menarik diri menurun f. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk dapat mengurangi nyeri
5. Sulit tidur Gejala dan Tanda mencapai analgesia optimal, jika perlu 8. Analgetik berfungsi sebaga
- Berfokus pada diri sendiri
Minor g. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau system syaraf pusat
menurun
Subjektif: bolus oploid untuk mempertahankan kadar mengurangi atau menghilang
(tidak tersedia) - Diaforesis menurun dalam serum 9. Istirahat yang
Objektif: - Perasaan depresi (tertekan) h. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengurangirasa nyer
1. Tekanan darah meningkat menurun mengoptimalkan respons pasien 10. Pasien tidak merasacemas da
2. Pola napas berubah i. Dokumentasikan respons terhadap efek
- Perasaan takut mengalami
3. Nafsu makan berubah cidera tulang menurun analgesik dan efek yang tidak diinginkan
4. Proses berpikir terganggu Edukasi
- Anoreksia menurun
5. Menarik diri j. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
- Perineum terasa tertekan
6. Berfokus pada diri sendiri Kolaborasi
1. Klien dapat merasa lega d
7. Diaforesis ncedera biologis
menurun k. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, dapat mengetahui masalah ya
- Uterus teraba membulat sesuai indikasi oleh klien. Memberikna suas
menurun Dukungan Nyeri Akut : Manajemen Nyeri Observasi agar klien tidak terdistraksi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, nyaman dalam meng
- Ketegangan otot menurun
kualitas, intensitas nyeri masalahnya
- Pupil dilatasi menurun
b. Identifikasi skala nyeri 2. Terapi berguna untuk m
- Muntah menurun c. Identifikasi respons nyeri non verbal tingkat kecemasan klien. K
- Mual menurun d. Identifikasi faktor yang memperberat dan mengetahui tujuan, manfaat d

memperingan nyeri langkah yang akan di lakukan


- Frekuensi nadi membaik
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang positif dapat memotivasi k
- Pola napas membaik
melakukannya.
nyeri
- Tekanan darah membaik 3. Klien dapat menjalankan aktiv

- Proses berpikir membaik sebelumnya. Sebagai evaluasi


aktivitas yang dilakuka
- Fokus membaik
Mengetahui perkembangan
- Fungsi berkemih membaik - klien termotivasi untuk melak

D.0080 Ansietas berhubungan


Perilaku membaik
1. Perubahan tanda-tanda vital dapa
dengan ancaman mengalami
ancaman sebagai indikator terjadinya an
Subjektif : klien.
1. Pantau perubahan tanda-tanda vital dan kondisi 2. Mempersiapkan klien menghad
 Merasa bingung yang menunjukan peningkatan kecemasan kemungkinan, krisi perkembanga
 Merasa khawatir dengan klien. situasional.
akibat dari kondisi yang 3. Teknik menenangkan diri dapat
2. Berikan informasi serta bimbingan antisipasi
dihadapi
 Sulit berkomunikasi tentang segala bentuk kemungkinan yang akan untuk meredakan kecemasan pada
terjadi di masa yang akan datang. mengalami distress akut.
Objektif : 4. Membantu memudahkan penyedia
3. Ajarkan teknik relaksasi diri dan pengendalian
perasaan engatif atas segala hal yang dirasakan kesehatan untuk menganalisis ko
 Tampak gelisah
klien. dialami klien.
 Tampak tegang
 Sulit tidur 4. Instruksikan untuk melaporkan timbulnya 5. Membantu klien untuk beradapt
gejala-gejala kecemasan yang muncul yang persepsi stressor, perubahan ata
Gejala dan Tanda Minor Setelah dilakukan perawatan : tidak dapat lagi dkontrol. yang menghambar pemenuhan tu
5. Tingkatkan koping individu klien. peran hidup.

1. Subjektif Klien mampu menggambarkan 6. Berikan dukungan emosi selama stres. 6. Memberikan dukungan emo
7. Kolaborasi pemberian obat jenis anti depresan menenangkan klien dan m
 Mengeluh pusing kecemasan pola kopingnya
apabila klien benar-benar tidak mampu penerimaan serta bantuan dukun
 Anoreksia sendiri mengendalikan dirinya. masa stres.
 Palpitasi
7. Agen farmakologi dapat digunak
 Merasa tidak berdaya
1. Klien menunjukan salah satu pilihan untuk
peningkatan konsentrasi dan kecemasan pada klien.

ketepatan fikiran
2. Klien menunjukan
kemampuan untuk meyakinkan
2. Objektif
diri sendiri

 Frekuensi nafas 3. Klien dapat


meningkat mempertahankan tingkat fungsi
 Frekuensi nadi peran yang diinginkan beserta
meningkat
 Diaforesis pemecahan masalahnya
 Tremor 4. Klien dapat mengidentifikasi
 Muka tampak pucat
dan mengemukakan pemicu
 Suara bergetar
 Kontak mata buruk kecemasan, konflik dan ancaman
 Sering berkemih
5. Klien menunjukan
 Berorientasi pada masa
lalu kembalinya keterampilan dasar
dalam pemecahan masalah
6. Klien menunjukan
Kondisi Klinis Terkait peningkatan fokus fikiran
7. Klien memiliki postur,
1. Penyakit kronis progresif
(semisal kanker, penyakit ekspresi wajah, gerakan dan
autoimun)
tingkat aktivitas yang
2. Penyakit akut
mencerminkan penurunan
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi tekanan stres atau cemas
5. Kondisi diagnosis
8. Klien menunjukan
penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis pengendalian diri terhadap
7. Tahap tumbuh kembang kecemasan

FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tanggal dan Implementasi Tanggal dan Evaluasi (SOAP) Paraf
Jam Jam
30 Maret  Mengidentifikasi karakteristik 30 Maret S : Pasien mengeluh nyeri
Nyeri Akut 2019 nyeri (mis. pencetus, pereda, 2019
kualitas, lokasi, intensitas, bagian abdomen
09.00 wib frekuensi, durasi)
Kode : D.0077  Memonitor tanda-tanda vital 09.30 O : Pasien menunjukkan mimik
sebelum dan sesudah pemberian
Nyeri akut b/d agen pencidera analgesik meringis atau menahan dan
fisik  Memonitor efektifitas analgesik
Terapeutik merasakan nyeri, terjadi
 Mengidentifikasi skala nyeri
pecah ketuban dini.
 Mengidentifikasi respons nyeri
non verbal - TD 130/80 mmHg, N :
85 X/menit, RR : 26
x/menit, T: 36,5 C
30 Maret 30 Maret A : Masalah Belum Teratasi
2019 2019
10.00 wib  Memantau perubahan tanda- 10.30 P : Intervensi dilanjutkan
Ansietas tanda vital dan kondisi yang
menunjukan peningkatan
kecemasan klien.
Kode : D.0080
 Memberikan informasi serta
bimbingan antisipasi tentang S : Pasien mengatakan cemas
Diagnosis : Ansietes
segala bentuk kemungkinan
O : Pasien terlihat cemas
yang akan terjadi di masa yang
Ansietas b/d kekhawatiran dan gelisah , TD 130/80
akan datang.
mengalami kegagalan
 Mengajarkan teknik relaksasi mmHg, N : 85 X/menit,
diri dan pengendalian perasaan
RR : 26 x/menit, T: 36,5 C
engatif atas segala hal yang
A : Masalah Belum Teratasi
dirasakan klien.
P : Intervensi Dilanjutkan
 Menginstruksikan untuk
melaporkan timbulnya gejala-
gejala kecemasan yang muncul
yang tidak dapat lagi dkontrol.
 Meningkatkan koping individu
klien.
 Memberikan dukungan emosi
selama stres.
 Mengkolaborasi pemberian obat
jenis anti depresan apabila klien
benar-benar tidak mampu
mengendalikan dirinya.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usiakehamilan 37
minggu (Alston, 2012).Kehamilan postdate adalah kehamilan yang berakhir
antara 40 dan 42 minggu (Julie,et al, 2010).

4.2 Saran
Mahasiswa dapat lebih update tentang sumber-sumber yang di dapat.
Mahasiswa diharapkan dapat lebih memahami tentang kasus persalinan premature
dan postdate.
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun, feryanto, ahmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: selemba


medika
Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009- 2011.Jakarta : EGC.
Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Aesculapius.
Mitayani, 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Slemba Medika.
Prawirohajo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT bina pustaka.
Sujiyatini dkk, 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika
Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta:
EGC.
DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Ed 1 Cetakan 2. Jakarta : DPP PPNI
DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Ed 1 Cetakan 2. Jakarta : DPP PPNI
DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Keperawatan. Ed 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai