Disusun oleh:
Preseptor:
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.
Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Gastroenteritis akut dengan dehidrasi
ringan sedang + demam tifoid”
Semoga penulisan laporan kasus ini dapat berguna bagi saya sebagai penulis
dan seluruh pihak yang membaca makalah ini. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Gastroenteritis...................................................................................................4
2.1.1 Definisi..............................................................................................................4
2.1.2 Epidemiologi.....................................................................................................4
2.1.3 Etiologi..............................................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi ........................................................................................................6
2.1.5 Patogenesis........................................................................................................7
2.1.6 Gejala Klinis....................................................................................................11
2.1.7 Diagnosis.........................................................................................................13
2.1.8 Tatalaksana......................................................................................................14
2.1.9 Pencegahan……………………………………………………………………18
2.2 Demam Tifoid ..................................................................................................18
2.2.1 Definisi..............................................................................................................18
2.2.2 Epidemiologi.....................................................................................................18
2.2.3 Etiologi..............................................................................................................19
2.2.4 Faktor Resiko.....................................................................................................19
2.2.5 Patofisiologi.......................................................................................................21
2.2.6 Gejala Klinis......................................................................................................22
2.2.7 Diagnosis...........................................................................................................23
2.2.8 Tatalaksana........................................................................................................23
2.2.9 Komplikasi........................................................................................................27
2.2.10 Pencegahan......................................................................................................27
BAB III LAPORAN KASUS....................................................................................28
BAB IV DISKUSI.....................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................41
ii
BAB I
PENDAHULUAN
suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin
sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000 kematian di seluruh dunia terjadi
pada anak-anak dibawah 5 tahun. Hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada
anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap
Utara (14%), Papua (13%) dan Aceh (12%). Prevalensi diare pada balita di
Indonesia menurut data Riskesdas tahun 2013 yang hanya sebesar 2,4 % dan
meningkat pada tahun 2018 sebesar 11%. Prevalensi diare di Sumatera Barat
juga mengalami peningkatan dari tahun 2013 yang hanya sebesar 2,5 %
di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
1
Norwalk,astrovirus, coronavirus, minirotavirus.4
oleh Salmonella typhi6. Prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada usia
puluh enam persen (96%) kasus demam tifoid disebabkan oleh S. typhi,
rendah, higien makanan dan minuman yang rendah, penyediaan air bersih
yang tidak memadai, serta jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.8
Gejala yang ditimbulkan seperti demam puncak nya pada sore serta
malam hari, malaise, sakit kepala, nyeri perut, dan distensi, kadang-kadang
konstipasi yang diikuti dalam waktu 48 jam oleh diare. Ensefalopati dapat
muntah dan meningismus mungkin menonjol pada bayi dan anak kecil.
2
pemberian antibiotik tunggal. Pemilihan lini pertama obat antibiotik di
pada anak.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa,
yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau
2.1.2 Epidemiologi
Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak karena daya tahan tubuh
diare menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000 kematian di
seluruh dunia terjadi pada anak-anak dibawah 5 tahun. Hampir 1,7 miliar kasus
diare terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita
tiap tahunnya.1 Tiga provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Sumatera
Utara (14%), Papua (13%) dan Aceh (12%). Prevalensi diare pada balita di
Indonesia menurut data Riskesdas tahun 2013 yang hanya sebesar 2,4 % dan
meningkat pada tahun 2018 sebesar 11%. Prevalensi diare di Sumatera Barat
juga mengalami peningkatan dari tahun 2013 yang hanya sebesar 2,5 %
4
meningkat menjadi 14 % tahun 2018.2,3
2.1.3 Etiologi
Secara klinis penyebab diare yaitu infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri,
lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah
diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. (kemenkes 2011). Penyebab utama
infeksi oleh virus yang terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya
Rotavirus merupakan penyebab utama diare dengan dehidrasi berat pada anak
rotavirus berkisar dari tanpa gejala hingga diare cair ringan dengan durasi singkat dan
hingga diare berat dengan muntah dan demam yang dapat mengakibatkan dehidrasi
menunjukkan bahwa infeksi rotavirus dapat menyebabkan 114 juta episode diaredan
610.000 kematian balita pada tahun 2004. Diperkirakan 82% kematian akibat diare
rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika, dimana akses
bertanggung jawab terhadap 60% angka kejadian diare. Diare karena rotavirus
umumnya menyerang anak pada kelompok umur 6-24 bulan, dengan puncaknya pada
usia 9-12 bulan. Bayi prematur, kelompok usia lanjut, dan orang dengan gangguan
5
2.1.4 Klasifikasi Berdasarkan Derajat Dehidrasi
Ada tiga jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare akut, diare persisten
dan diare kronik. Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu dapat dikelompokka
n menjadi :
1) Diare Akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsi
stensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlang
sung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Diare akut berlangsung kurang dari 14
hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cai
ran yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare dapat dibedakan dal
a) Diare tanpa dehidrasi, apabila cairan yan hilang <5% dari berat badan
b) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yan hilang 5-10% dari berat badan
d) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari >10% dari bera
t badan.
Gejala/ derajat Diare tanpa dehidrasi Diare dehidrasi/ Diare dehidrasi berat
dehidrasi ringan-sedang
Bila terdapat dua tanda Bila terdapat dua Bila terdapat dua
atau lebih tanda atau lebih tanda atau lebih
6
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/tidak
sadar
Keingina n Normal, tidak ada rasa Ingin minum terus, Malas minum
untuk minum haus ada rasa haus
2) Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan
dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
3) Diare Kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbull, atau berlangsung lama dengan penyeba
ang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Diare kronik adalah diare yang be
2.1.5 Patogenesis
1) Gangguan Osmotik
7
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan meyeba
bkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini aka
halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat u
ntuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraselul
er.
Diare terjadi jika terdapat bahan yang secara osmotik dan sulit diserap. Bah
an tersebut berupa larutan isotonik dan hipertronik. Larutan isotonik, air dan ba
han yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare.
Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air dan elektronik akan
pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari us
2) Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terja
di peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya d
iare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan med
bsi natrium, sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meni
ngkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam ron
gga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus mengeluarkan
8
9
3) Gangguan Motilitas Usus
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus menurun
diare pula
A. Virus
Beberapa jenis virus seperti rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya
sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorpsi dan penggantian
sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan
lumen usus akibatnya bab encer tidak berlendir dan berdarah . Kerusakan vili
B. Bakteri
permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya pada E.coli enterotoksigenik dan V.
10
atau menyebabkan sekresi cairan.13
beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel.
Toksin ini mengurangi absorpsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan
sekresi klorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit.
Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4
hari.13
menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini
terjadi sebagian besar di kolon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti
adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat adanya darah dalam
tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan
C. Protozoa
Namun keadaaan ini terjadi bila strainnya sangat ganas. Pada manusia, 90% infeksi
terjadi oleh strain yang tidak ganas. Dalam hal ini tidak ada invasi ke mukosa dan
11
tidak timbul gejala/tanda-tanda, meskipun kista amoeba dan trofozoit mungkin ada di
dalam tinja.13
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lender atau darah. Warna tinja makin lama berubah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang
Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi
12
Tabel 1. Penentuan tanda dehidrasi
13
2.1.7 Diagnosa4
Anamnesa
a. Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja, ada
tidaknya lendir atau darah.
b. Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir,demam, sesak, kejang, kembung
c. Jumlah cairan yang masuk selama diare
d. Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare.
e. Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum
f. Gejala penyerta seperti sakit perut, banyak gas, kembung.
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
b. Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,
turgor kulit abdomen menurun
c. Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut, dan lidah
d. Berat badan menurun
e. Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam (asidosis metabolik), bising usus melemah atau tidak ada (hipokalemia),
kejang (hipo atau hipernatremia)
f. Pemeriksaan ekstremitas perlu dilakukan karena perfusi dan capillary refill time
dapat menentukan derajat dehidrasi.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Hal yang dinilai pada pemeriksaan
tinja :
Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
14
Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
15
16
17
18
Pemberian antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut
oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited
dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotik. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang
19
2.1.9 Pencegahan
3. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang
cukup
4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar
2.2.1 Definisi
klinis tidak berbeda dengan demam tifoid sehingga istilah demam enterik
2.2.2 Epidemiologi
91% kasus demam tifoid terjadi pada usia 3 – 19 tahun, dan angka kejadian
meningkat setelah usia 5 tahun. Sembilan puluh enam persen (96%) kasus
paratyphi.7
20
rekomendasi WHO, sehingga sulit menentukan prevalensi tifoid di dunia.
2.2.3 Etiologi
21
a. Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak terbiasa
dilakukan. Hal ini jelas banyak pada anak-anak, penyaji makanan serta
pengasuh anak.
b. Higiene makanan dan minuman yang rendah. Faktor ini paling berperan dalam
yang dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan); sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia; makanan yang tercemar
debu, sampah, dihinggapi lalat; air minum yang tidak dimasak; dan lain
sebagainya.
c. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kotoran dan
Selain itu, Als dkk. membagi faktor resiko terjadinya demam tifoid menjadi 3
yaitu :
a. Faktor lingkungan Sanitasi yang buruk, waduk, perbedaan musim dan iklim,
22
penggunaan antibiotik sebelumnya.
Faktor resiko lain yang juga bisa menyebabkan terjadi demam tifoid
pompa proton, gastrektomi, dan achlorhydria juga bisa menjadi faktor resiko
serendah 1,5. 8
2.2.5 Patofisiologi
tertelan dan melewati lambung, S. typhi akan menginvasi usus halus (ileum)
melalui sel antigen khusus yang dikenal sebagai sel M, enterosit, atau jalur
mesentrikal dan masuk ke pembuluh darah melalui limfatik. Bakterimia primer ini
biasanya asimtomatik dan hasil kultur darah sering negative. Bakteri yang terbawa
menyebar ke seluruh tubuh dan berkoloni pada jaringan RES (hepar, lien, sumsum
timbulnya gejala klinis dan menandai akhir masa inkubasi. Masa inkubasi dapat
23
Gambar 2. Patofisiologi Tifoid
Pada anak-anak, awitan demam tifoid biasanya tiba-tiba dan tidak berbahaya,
dengan malaise, sakit kepala, nyeri perut, dan distensi, kadang-kadang konstipasi
yang diikuti dalam waktu 48 jam oleh diare, demam tinggi, dan toksemia. Demam
mungkin menonjol pada bayi dan anak kecil. Prodromal dapat berlangsung hanya
pemeriksaan fisik, atau biasanya hanya ada distensi dan nyeri tekan abdomen,
(rose spot rash) muncul pada 10-15% anak. Ruam biasanya muncul pada minggu
kedua dan pecah selama 10-14 hari berikutnya. Lesi berupa bercak mawar (rose
ditekan. Lesi ditemukan terutama pada badan dan dada, umumnya hilang dalam 3-
4 hari.
24
2.2.7 Diagnosis
baik urine atau feses. Hasil kultur darah positif 40-60% pada awal perjalanan
penyakit, sedangkan kultur urine atau feses positif setelah minggu pertama.
Namun, hasil pemeriksaan darah kurang spesifik. Tes yang cukup sensitive adalah
dengan pergeseran ke kiri tergantung pada usia pasien. Selain itu, anemia
berat dan dapat menyertai DIC. Hasil tes fungsi hati dapat berubah, tetapi
beriksar 70%6,18.
2.2.8 Tatalaksana
Tatalaksana demam tifoid pada anak umumnya dibagi dua, yaitu tatalakasana
umum dan bersifat suportif dan tatalaksana khusus berupa pemberian antibiotik
penderita demam tifoid maupun karier S. typhi, berupa imunisasi tifoid dan
25
Tatalaksana suportif merupakan hal yang sangat penting dalam
efek samping berupa anemia aplastik. Atas hal itu, kloramfenikol tidak lagi
menjadi lini pertama yang digunakan untuk demam tifoid pada negara maju.
Efikasi kloramfenikol terjadi setelah 4-5 hari pengobatan dimulai, selain itu
WHO, kloramfenikol dimasukan sebagai obat alternatif atau obat pilihan lini
26
kloramfenikol atau sudah resisten terhadap kloramfenikol. Pemberian
hari, secara efektif terbukti mengobati demam tifoid baik pada dewasa
maupun pada anak dengan waktu penurunan demam yang relative hampir
27
Pengobatan karier demam tifoid, dapat diberikan ampisilin atau amoksisilin
efektif digunakan sebagai terapi karier demam tifoid. Selain ampisilin atau
amoksisilin, untuk pengobatan karier tifoid beberapa obat lain dapat digunakan
28
2.2.9 Komplikasi
beriksar 2- 10% dan perforasi sebesar 1-3%. Komplikasi ini biasanya terjadi
dibedakan dengan apendisitis akut dengan nyeri tekan kuadran bawah dan
artritis septik, abses, dan osteomyelitis, terutama jika pengobatan spesifik segera
kematian.9
2.2.10 Pencegahan
pasokan air dengan limbah. Menjaga sanitasi menjadi salah satu cara yang
Pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan vaksin tifoid. Vaksin ini berisi
sel utuh yang tidak diaktifkan. Secara global vaksin ini tersedia untuk anak-anak.
Efek samping jarang terjadi. Vaksin ini diberikan secara intramuscular dosis
tunggal dan dilakukan booster setiap dua tahun. Hal tersebut meningkatkan efikasi
sekitar 70-80%. Vaksin saat ini direkomendasikan kepada siapa saja yang
29
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An.F
MR : 2023245109
Jenis Kelamin : Perempuan
ANAMNESIS
Alloanamnesis Keluhan Utama
BAB cair sejak 5 hari yll, frekuensi >6 x/hari. BAB cair berwarna
kekuningan, tidak ada darah maupun lendir, tidak berbau. Pasien ganti
pempes >6 x/hari. Pasien sudah berobat ke RST dan dikasih obat namun
Muntah sejak 4 hari yll, frekuensi >6 x/hari muntah berisi makanan yang
Demam sejak 4 hari yll. Demam naik turun dan semakin tinggi ketika sore
hingga malam hari, damam membaik hanya ketika minum obat (parasetamol)
30
Anak tampak rewel sejak 3 hari yll
BAK normal
Anak
Makanan utama : Nasi 3x/hari, menghabiskan 1 porsi Daging
: 1x/minggu
Ikan : 3x/minggu
31
Telur : 2x/minggu
Sayur : 2x/minggu
Buah : 2x/minggu
Kesan : Kualitas dan kuantitas nutrisi baik.
Riwayat Imunisasi
BCG 1 bulan
DPT : 1 2 bulan
2 3 bulan
3 4 bulan
Polio : 1 1 bulan
2 bulan
2
3 3 bulan
Hepatitis B : 1 2 bulan
3 bulan
2
3 4 bulan
Hemofilus influenza B : 1 2 bulan
3 bulan
2 4 bulan
3
Campak -
Kesan: riwayat imunisasi dasar lengkap
32
Tengkurap 4 bulan Sering mimpi Tidak ada
Duduk 7 bulan Mengompol Tidak ada
Merangkak 6 bulan Aktif sekali Tidak ada
Berdiri 9 bulan Apatik Tidak ada
Lari Membangkang Tidak ada
Gigi pertama 5 bulan Ketakutan Tidak ada
Bicara Pergaulan jelek Tidak ada
Membaca Kesukaran belajar Tidak ada
Prestasi di sekolah
Kesan : riwayat pertumbuhan dan perkembangan normal
Riwayat Keluarga
Saudara kandung
33
Buang air besar : Jamban didalam rumah
Pekarangan : Luas
Sampah : Dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir
Kesan : Higienitas dan sanitasi baik
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah :-
Frekuensi nadi : 130x / menit Frekuensi nafas : 36x / menit
Suhu : 38,3°C
Spo2 : 98%
Edema : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
BB : 7,9 kg
TB : 71 cm
BB/U : - 1 SD < + 2 SD : Normal
TB/U : - 2 SD < + 2 SD : Normal
BB/TB : - 2 SD < + 2 SD : Normal
Status gizi : Status gizi baik
34
Hidung : Napas cuping hidung tidak ada,sekret tidak
ada,septum deviasi tidak ada, epistaksis tidak
ada
Gigi dan mulut : Mukosa mulut dan bibir kering
Tenggorok : Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak
hiperemis
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Thoraks Paru
Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan (statis
dan dinamis).
Palpasi : Fremitus taktil sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi :Suara nafas vesikuler, rhonki tidak ada,
wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di 1 jari medial linea
midklavikularis sinistra RIC 5
Perkusi :
Batas Kanan : RIC 2 linea parastrenalis dextra
Batas Kiri : RIC 5 1 jari medial linea midklavikularis sinistra
35
Punggung : Tidak ada kelainan
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anggota Gerak : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema
tidak
ada, sianosis perifer tidak ada PEMERIKSAAN LABORATORIUM
(21/04/2023)
Hb : 11.8 gr/dl
Leukosit : 16.700 /mm3
Trombosit : 359.000/mm3
Hematokrit : 34%
Gula Darah Sewaktu : 84 mg/dl
Natrium Darah : 134 mmol/L
Kalium : 3.0 mmol/L
Chlorida : 110 mmol/L
Tubex TF : Skala 4 Positif lemah
DIAGNOSIS KERJA
Gastroenteritis akut dehidrasi ringan sedang + demam tifoid
PENATALAKSANAAN
IVFD 2A 12 tpm
Inj ceftriaxon 2x320 mg
Lacto B 1x1
Zinc 1x10 mg
Oralit 2x1
KSR 3x200 mg (selama 2 hari)
PCT 3x80 mg
36
FOLLOW UP
Tanggal Hasil Pemeriksaan Terapi
22-04-2023 S/ P/
BAB cair berampas (+) IVFD 2A 12 tpm
Demam (+) Inj ceftriaxon 2x320 mg
Mual (+) Lacto B 1x1
Muntah (+) - Zinc 1x10 mg
BAK dan BAB biasa - Oralit 2x1
O/ - KSR 3x200 mg (selama 2 hari)
- PCT 3x80 mg
KU KES TD Nadi RR T
37
Tanggal Hasil Pemeriksaan Terapi
23-04-2023 S/ P/
BAB cair berampas (+) IVFD 2A 12 tpm
Demam (+) Inj ceftriaxon 2x320 mg
Mual (+) Lacto B 1x1
Muntah (-) - Zinc 1x10 mg
BAK dan BAB biasa - Oralit 2x1
O/ - KSR 3x200 mg (selama 2 hari)
- PCT 3x80 mg
KU KES TD Nadi RR T
38
Tanggal Hasil Pemeriksaan Terapi
24-4-2023 S/ P/
BAB mulai berkurang Pasien di pulangkan
Demam (-)
Mual (-) Indikasi pulang :
Muntah (-) -BAB sudah mulai
berkurang
-Muntah (-)
O/
KU KES TD Nadi RR T -Demam (-)
Kesan : kondisi sudah
Sakit CMC mmHg 131 x/i 30x/i 37,5 membaik
sedang
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Paru : retraksi dinding dada tidak ada, suara napas
vesikuler, rhonki (-) dan wheezing (-)
Jantung : irama jantung teratur, bising tidak ada
Abdomen : distensi (-), nyeri tekan ulu hati (-), bising
usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, udem (-), CRT< 2 detik Kulit
: turgor baik
A/ GEA dehidrasi ringan sedang + demam tifoid
Perbaikan
39
40
41
BAB IV DISKUSI
42
DAFTAR PUSTAKA
16. Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. TYPHOID fever is a
systemic infection with the bacterium. N Engl J Med. 2002;347(22):1770-1782.
43
17. Crump JA, Sjölund-Karlsson M, Gordon MA, Parry CM. Epidemiology, clinical
presentation, laboratory diagnosis, antimicrobial resistance, and antimicrobial
management of invasive Salmonella infections. Clin Microbiol Rev.
2015;28(4):901-937. doi:10.1128/CMR.00002-15
18. Hadinegoro SRS, Kadim M, Devaera Y. Update Management of Infectious
Diseases and Gastrointestinal Disorders.; 2012
19. Sidabutar S, Satari HI. Pilihan Terapi Empiris Demam Tifoid pada Anak
Kloramfenikol atau Seftriakson 2010;11(6).
44