Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN GANGGUAN ISTIRAHAT


TIDUR PADA PASIEN LIMFIMA NON HODGKIN (LNH) DI RUANG
MAWAR RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
JEMBER

oleh:

‘Ami Allaili Wahidah. S. Kep

NIM 192311101008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Laporan Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh:


Nama : ‘Ami Allaili Wahidah, S.Kep.
NIM : 192311101008
Judul : Laporan Pendahuluan Kebutuhan Gangguan Istirahat Tidur Pasien
Limfima Non Hodgkin (LNH) Di Ruang Mawar Rumah Sakit Tingkat III
Baladhika Husada Jember

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:


Hari :
Tanggal :

Jember, September 2019


TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Ns. Ahmad Rifai, MS. Riskasari P., S.Kep., Ns.


NIP. 19850207 201504 1 001 NIB. 05.06.02.90.16.240

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Definisi Gangguan Pola Tidur................................................................. 1
B. Anatomi Fisiologi.................................................................................... 2
C. Epidemiologi........................................................................................... 14
D. Etiologi.................................................................................................... 15
E. Tanda dan Gejala..................................................................................... 16
F. Patofisiologi dan Clinical Pathway......................................................... 17
G. Penatalaksanaan Medis........................................................................... 18
H. Penatalaksanaan Keperawatan................................................................ 19
I. Pengkajian Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (PES)........................... 19
b. Perencanaan Nursing Care Plan....................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA

iii
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Istirahat Tidur


Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang
merupakan mekanisme untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara
energi dan kesehatan, memelihara manfaat untuk memperbaharui &
memulihkan tubuh baik secara fisik maupun emosional serta diperlukan untuk
bertahan hidup (Foreman & Wykle, 1995). Tidur adalah keadaan relatif tanpa
sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus
berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan
badaniah yang berbeda (Lilis, Taylor & Lemone, 2001). Sehingga tanpa tidur
yang cukup, kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi membuat keputusan
serta melakukan kegiatan sehari-harinya dapat menurun (Potter & Perry,
2005).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami suatu
perubahan dan kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan
rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya.
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor eksternal. Gangguan tidur adalah berbagai penyakit yang
mengganggu pola tidur seseorang, juga dikenal sebagai somnipathy.
Gangguan tidur memiliki berbagai jenis, mulai dari ringan sampai parah.
Gangguan tidur yang lebih parah dapat menganggu aspek jiwa, fisik,
emosional, dan sosial dari kehidupan seseorang.

1
B. Anatomi Fisiologi
Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur

Gambar 1. Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur

Gambar 1: Komponen utama dari neuromodulator penginduksi siklus tidur-


bangun.Untuk menginduksi tidur, proyeksi dari VLPO sebagai neuro
penghasil GABA dan galanin (gal) yang terletak di anterior dari hipotalamus
mengirimkan sinyal yang berfungsi menginhibisi ascending arousal system di
pons, basis frontalis dan hipotalamus. Sistem ini meliputi; nukleus
tuberomamilarius (TMN) yang terletak di posterior dari hipotalamus yang
memproduksi histamin(HIST), sel raphe dorsalis yang memproduksi
serotonin (5-HT). Sel penghasil asetilkolin (Ach) yang terletak di laterodorsal
dari tegmentum (LDT), nukleus ditegmentum dari pedukulopontin (PPT)
serta nukleus di locus coeruleus yang memproduksi noreprinefrin(NA).Sistem
lain yang tidak diilustrasikan pada gambar ini meliputi area perifornikal dari
hipotalamus yang memproduksi orexin, sel produsen dopamin yang terletak
di periaquaduktus mesencephalon dan serta proyeksi kolinergik yang berasal
dari basis frontalis (nukleus basalis, pita diagonal dari brocca,dan septum
medialis) semua struktur ini memberikan proyeksi ke istem limbik dan
korteks (Chiong, 2008).

Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi beberapa
sirkuit neural yang saling berhubungan satu sama lain, serta meliputi
beberapa neurotransmitter yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Berdasarkan penelitian percobaan transeksi terhadap tikus yang telah

2
dilakukan sebelumnya didapatkan bahwa terdapat regio yang mencetuskan
terjadinya proses tidur di medulla oblongata.

C. Etiologi
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus
siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang
berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1
hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM-
Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di
tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM,
seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah,
pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap
melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap
5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap
tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas
dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan
perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah,
2010)

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)

Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi


empat tahapan yaitu:

1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung
beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini
ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.

3
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung
10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi
lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.

3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai
dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun
pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).

4
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)

Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 %
dari tidurnya.

1) Tahap REM ditandai dengan:


a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 
h) Gelombang otak : EEG aktif.

5
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

Gangguan Tidur

Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah
insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika
terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari (Tarwoto
dan Wartonah, 2010)

a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau
tidur non retoratif. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa.
Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti
perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia
adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan
untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah
bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.

b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal,
enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).

c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama
pada siang hari.

6
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi
seperti nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit
dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu
bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya
(Guilleminault dan Bassiri, 2005).

e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur


Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur.
Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran.
Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep
Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah. OSA
terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan
mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau
seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya
(apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih
mencoba untuk bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga
sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau
mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang,
setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan
terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila
disertai apnea maka bisa menjadi masalah.

f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

7
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang akan timbul saat seseorang mengalami gangguan tidur
adalah:
a. Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
c. Perubahan mood
d. Agitasi
e. Mengantuk sepanjang hari
a. Sering bangun saat malam hari.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Istirahat Tidur


1. aspek fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik (mis.
kesulitan bernapas),
2. Psikologis
masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan
masalah tidur lingkungan
3. Lingkungan fisik
tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur
dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang
tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas
tidur. Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan untuk
membangunkan orang tergantung pada tahap tidur
4. dan gaya hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur.rutinitas yang
mengganggu pola tidur meliputi kerja berat yang tidak biasanya, terlibat
dalam aktivitas social pada larut malam, dan perubahan waktu makan malam

8
F. Patofisiologi dan Clinical Pathway

9
G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Terapi ini merupkan terapi pilihan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
efek ketergantungan pada pasien dengan gangguan tidur adapun terapi yang dapat
dilakukan seperti:
a. Terapi Relaksasi
Teknik Relaksasi ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan fisik dan
ketegangan fikiran yang dapat menganggu proses istirahat tidur adapun
beberapa teknik relaksasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas
tidur (Jayarathne dan Zoysa, 2016)
1) Relaksasi Otot Prograsif dimana teknik ini melibatkan kelompok otot
tubuh dengan menegangkan dan melemaskan otot untuk meningkatkan
relaksasi dari pasien.
2) Biofeedback metode yang dapat merilekskan pasien dengan cara pasien
diperintahkan untuk bereaksi terhadap tegang dan rilekss biofeedback Ini
melibatkan penempatan elektroda pada tubuh Anda untuk mengukur
ketegangan otot, denyut nadi, dan aktivitas otak Anda. Anda dapat
memantau pengukuran yang berbeda-beda ini di layar dan melihat
bagaimana relaksasi otot atau memikirkan pikiran tertentu memengaruhi
mereka.
3) Visualisasi jenis latihan ini dilakukan dengan cara pasien diperintahkan
untuk membayangkan tempat yang tenang dengan bantuan dari suara
perawat maupun dari audio.
4) Terapi relaksasi dengan mengunakan aromaterapy, aromaterapy yang
disediakan di sebelah pasien akan meningkatkan rileks pada pasien
sehingga mampu tidur dengan baik.
2. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri.

10
3. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan
seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara
lain:
a. Golongan obat hipnotik
Benzodiazepin (Midazolam, Diazepam, Diaepam)
Barbiturat
Non Barbiturat Non Diazepin (Propofol, Ketamin, Dekstromethropan)
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.

4. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (PES)
Diagnose yang sering muncul pada gangguan kebutuhan istirahat: tidur
yaitu (Keliat, dkk., 2018):
1) Gangguan Pola Tidur (00198)
a) Definisi : interuspsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat factor
eksternal.
b) Batasan Karkteristik :
(1) Kesulitan berfungsi sehari-hari
(2) Kesulitan memulai tidur
(3) Kesulitan mempertahankan tetap tidur
(4) Ketidakpuasan tidur
(5) Terjaga tanpa jelas penyebabnya
c) Factor yang berhubungan :
(1) Gangguan karena cara tidur pasangan tidur
(2) Kendala lingkungan
(3) Kurang privasi
(4) Pola tidur tidak menyenangkan

11
2) Insomnia (00095)
a) Definisi : Gangguan pada kuantitas tidur dan kualitas tidur yang
menghambat fungsi
b) Batasan Karakteristik :
(1) Perubahan efek
(2) Perubahan konsentrasi
(3) Perubahan mood
(4) Perubahan pola tidur
(5) Gangguan status kesehatan
(6) Gangguan kualitas hidup
(7) Kesulitan memulai tidur
(8) Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak
(9) Bangun terlalu dini
c) Factor yang berhubungan
(1) Ansietas
(2) Rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
menurut gender dan usia
(3) Kendala lingkungan
(4) Ketakutan
(5) Hygiene tidur tidak adekuat
(6) Ketidaknyamanan fisik
(7) Stressor
(8)
3) Deprivasi tidur
i. Definisi : periode waktu panjang tanpa berhentinya kesadaran
relatif periodik dan berlangsung alami untuk istirahat
ii. Batasan karakteristik :

- Agitasi - Fleeting nystagmus


- Perubahan konsentrasi - Halusinasi
- Ansietas - Tremor tangan

12
- Apatis - Peningkatan sensitivitas
- Memberontak terhadap nyeri
- Konfusi - Iritabilitas
- Penurunan kemampuan - Lateragi
berfungsi - Malaise
- Waktu bereaksi memanjang - Gangguan persepsi
- Mengantuk keletihan - Gelisah
- Paranoia sementara
iii. Faktor yang berhubungan
- Pergeseran tahap tidur terkait penuaan
- Rata – rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut
gender dan usia
- Kendala lingkungan
- Konfus sore hari
- Pola tidur tidak menyehatkan
- Stimulasi lingkungan yang terus menerus
- Ketidaknyamanan yang lama, teror tidur, tidur berjalan
iv. Populasi Beresiko
- Paralisis tidur familial
v. Ditandai Dengan :
- Gangguan pergerakan ekstremitas periodik
- Demensia
- Hipersomnolen sistem syaraf pusat idiopatik
- Narkolepsi
- Mimpi buruk
- Apnea tidur
- Enuresis terkait tidur
- Ereksi nyeri terkait tidur
- Program pengobatan

13
4) Gangguan Pola Tidur (00198)
d) Definisi : interuspsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat factor
eksternal.
e) Batasan Karkteristik :
(6) Kesulitan berfungsi sehari-hari
(7) Kesulitan memulai tidur
(8) Kesulitan mempertahankan tetap tidur
(9) Ketidakpuasan tidur
(10) Terjaga tanpa jelas penyebabnya
f) Factor yang berhubungan :
(5) Gangguan karena cara tidur pasangan tidur
(6) Kendala lingkungan
(7) Kurang privasi
(8) Pola tidur tidak menyenangkan

14
b. Perencanaan / Nursing Care Plan

N Masalah NOC NIC


O Keperawatan
1 Gangguan Pola Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 24 NIC
Tidur jam diharapkan px tidak terganggu saat tidur dengan Intervensi Keperawatan Yang
00198 kriteria hasil : Disarankan Untuk Menyelesaikan
Tidur (0004) Masalah :
Pengaturan Posisi (0840)
No Indikator Awal Tujuan - Tempatkan pasien pada tidur
1 2 3 4 5
- Monitor status oksigen pasien
1. Jam
- Masukkan posisi tidur yang
2. Pola Tidur
diinginkan pasien ke dalam rencana
3. Kualitas Tidur
keperawatan
4. Perasaan Segar
Setelah Tidur - Dorong pasien untuk ROM aktif atau
5. Tempat tidur yang ROM pasif
nyaman - Tinggikan kepala tempat tidur
6. Suhu ruangan yang Terapi Relaksasi (6040)
nyaman - Berikan deskripsi detail terkait
intervensi relaksasi yang dipilih
Keterangan: - Ciptakan lingkungan yang tenang
tanpa distraksi dengan lampu yang
1. Keluhan ekstrime redup dan suhu ruangan yang nyaman.
2. Keluhan berat - dorong klien untuk mengambil posisi
3. Keluhan sedang yang nyamana dengan pakaian yang
4. Keluhan ringan naman dan longgar
5. Tidak ada keluhan
- minta klien untuk rileks dan

15
1) Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam merasakan sensasiyang terjadi
untuk orang dewasa. (000401) - gunakan suara yang lembut dengan
2) Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403) irama yang lambat disetiap
3) Kualitas tidur pasien (000404) kata.berikan informasi tertulis
4) Perasaan segar setelah tidur (00048) mengenai persiapan dan keterlibatan
5) Tempat tidur yang nyaman (0004419) di dalam teknik relaksasi
6) Suhu ruangan yang nyaman (000420) Peningkatan tidur
Pilihan intervensi tambahan :
- Pengurangan kecemasan
- Latihan autogenik
- Memandikan teknik menenangkan
- Peningkatan koping
- Manajemen energi
- Peningkatan latihan
- Terapi latihan : ambulasi
- Pemijatan
- Fasilitasi meditasi
- Terapi musik
- Manajemen nutrisi
- Manajemen nyeri
- Relaksasi otot progresif

2 Insomnia Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 24 NIC


00095 jam diharapkan pasien tidak mengalami insomnia Intervensi Keperawatan Yang
dengan kriteria hasil : Disarankan Untuk Menyelesaikan
Masalah :

16
Tidur (0004) Manajemen Lingkungan : Kenyamanan
(6482)
No Indikator Awal Tujuan - Ciptakan lingkungan yang tenang
1 2 3 4 5 dan mendukung
1. Jam - Tentukan tujuan pasien dan keluarga
2. Pola Tidur dalam mengelola lingkunagn dan
3. Kualitas Tidur kenyamanan yang optimal
4. Perasaan Segar
- Sediakan lingkungan yang aman dan
Setelah Tidur
bersih
5. Tempat tidur yang
- Sesuaikan suhu ruangan yang paling
nyaman
6. Suhu ruangan yang nyaman untuk individu
nyaman - Berikan atau singkirkan selimut
untuk meningkatkan kenyamanan
Keterangan: terhadap suhu
Manajemen Nyeri (1400)
1. Keluhan ekstrime - Lakukan pengkajian nyeri
2. Keluhan berat komprehensif
3. Keluhan sedang - Observasi adanya petunjuk nonverbal
4. Keluhan ringan mengenai ketidaknyamanan
5. Tidak ada keluhan - Pastikan perawatan analgesik
1) Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam
- Gunakan strategi komunikasi
untuk orang dewasa (000401)
terapeutik
2) Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403)
3) Kualitas tidur pasien (000404) - Bantu kelurga dalam mencari dan
4) Perasaan segar setelah tidur (00048) menyediakan dukungan
5) Tempat tidur yang nyaman (0004419) Pilihan intervensi tambahan :
6) Suhu ruangan yang nyaman (000420) - Pengurangan kecemasan

17
- Latihan autogenik
- Memandikan
- Teknik menenangkan
- Peningkatan koping
- Peningkatan latihan
- Terapi latihan : ambulasi
- Perawatan kanguru
- Pemijatan
- Fasilitasi meditasi
- Terapi musik
- Manajemen nutrisi
- Pengaturan posisi
- Relaksasi otot progresif
- Bantuan perawatan diri : eliminasi
- Perawatan inkontinensia urin :
enuresisi

3 Deprivasi Tidur Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...X24 NIC


00096 jam diharapkan pasien tidak mengalami deprivasi Intervensi Keperawatan Yang
tidur dengan kriteria hasil : Disarankan Untuk Menyelesaikan
Masalah :
Tidur (0004) Manajemen Lingkungan : Kenyamanan
(6482)
No Indikator Awal Tujuan - Ciptakan lingkungan yang tenang
1 2 3 4 5 dan mendukung
1. Jam - Tentukan tujuan pasien dan keluarga

18
2. Pola Tidur dalam mengelola lingkunagn dan
3. Kualitas Tidur kenyamanan yang optimal
4. Perasaan Segar - Sediakan lingkungan yang aman dan
Setelah Tidur bersih
5. Tempat tidur yang - Sesuaikan suhu ruangan yang paling
nyaman nyaman untuk individu
6. Suhu ruangan yang - Berikan atau singkirkan selimut
nyaman untuk meningkatkan kenyamanan
terhadap suhu
Keterangan: Manajemen Nyeri (1400)
1. Keluhan ekstrime - Lakukan pengkajian nyeri
2. Keluhan berat komprehensif
3. Keluhan sedang - Observasi adanya petunjuk nonverbal
4. Keluhan ringan mengenai ketidaknyamanan
5. Tidak ada keluhan - Pastikan perawatan analgesik
- Gunakan strategi komunikasi
1) Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam terapeutik
untuk orang dewasa. (000401) - Bantu kelurga dalam mencari dan
2) Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403) menyediakan dukungan
3) Kualitas tidur pasien (000404) Pilihan intervensi tambahan :
4) Perasaan segar setelah tidur (00048) - Pengurangan kecemasan
5) Tempat tidur yang nyaman (0004419)
- Latihan autogenik
6) Suhu ruangan yang nyaman (000420)
- Memandikan
- Teknik menenangkan
- Peningkatan koping

19
- Peningkatan latihan
- Terapi latihan : ambulasi
- Perawatan kanguru
- Pemijatan
- Fasilitasi meditasi
- Terapi musik
- Manajemen nutrisi
- Pengaturan posisi
- Relaksasi otot progresif
- Bantuan perawatan diri : eliminasi
- Perawatan inkontinensia urin :
enuresisi

20
Penatalaksanaan berdasarkan evidence based practice in nursing

Lanjut usia (lansia) sering dikaitkan dengan usia yang sudah tidak
produktif, bahkan dikatakan menjadi beban bagi yang berusia produktif. Hal
tersebut dikarenakan pada lansia secara fisiologis mengalami kemunduran
fungsi-fungsi dalam tubuh yang menyebabkan lansia mudah terkena
gangguan kesehatan. (Ibrahim dkk., 2015). Kebutuhan terbesar bagi lansia
untuk memenuhi kebutuhan biologisnya adalah peningkatan kesehatan. Salah
satu aspek utama ialah pemeliharaan tidur untuk memastikan pemulihan
fungsi tubuh sampai tingkat fungsional yang optimal dan untuk memastikan
keterjagaan pada siang hari. Pemeliharaan tidur meliputi kuantitas dan
kualitas tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk
mempertahankan keadaan tidur dan mendapatkan tahap tidur REM dan
NREM (Arnata dkk., 2018).
Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering terjadi pada lansia.
Setiap tahun diperkirakan sekitar 20% - 50% orang dewasa melaporkan
gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius.
Prevalensi gangguan tidur pada lansia tergolong tinggi yakni sekitar 67%
(Zulkifli dkk., 2012). Salah satu pengobatan insomnia secara non
farmakologis dalam mengatasi gangguan tidur insomnia dengan
menggunakan teknik relaksasi otot progresif. Latihan relaksasi otot progresif
adalah kombinasi antara latihan pernafasan dan rangkaian kontraksi serta
relaksasi kelompok otot (Indrawati dan Andriyati, 2018).

Tujuan latihan relaksasi otot progresif, yaitu :


1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher punggung, tekanan darah
tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik
2. Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar
4. Meningkatkan rasa nyaman dan relaks
5. Meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi
6. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres
Daftar Pustaka

Arnata, A. P., P. Lestari, F. Keperawatan, dan U. Ngudi. 2018. Pengaruh terapi


spiritual emotional freedom technique (seft) terhadap peningkatan
kualitas tidur pada lansia di desa gondoriyo kecamatan bergas kabupaten
semarang. 1(1):48–61.
Bulechek, dkk., 2016. Nursing Intervention Classification (NIC): Edisi Bahasa
Indonesia. Singapore: Elsevier Inc.
Harnanto, A. M. dan S. Rahayu. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan:
Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
http://bppsdmk.kemkes.go.id/ [Diakses pada 18 September 2019]
Herdman, T. Heather, Shigemi, K. 2018. NANDA Internasional Inc. diagnosa
keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Ibrahim, R. C., H. Polii, dan H. Wungouw. 2015. Pengaruh latihan peregangan


terhadap fleksibilitas lansia. Jurnal E-Biomedik. 3(1):328–333. James, J.,
Baker, C., & Swain, B. 2008. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan.
Jakarta: Erlangga. [serial online] https://books.google.co.id [Diakses pada
18 September 2019]

Japardi, Iskandar. 2002. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah.


USU Digital Library
Jayarathne, W. dan P. De Zoysa. 2016. Reducing insomnia in an elderly
population : results from a preliminary study at two elderly homes in the
colo ... the impact of a progressive muscular relaxation exercise programme
for reducing insomnia in an elderly population : results from a preliminary
study at two elderly homes in the colombo district of sri lanka. (August)
Kelliat, dkk., 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Ed. 11. Jakarta: EGC.
Marlina. 2011. Faktor – faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia di desa
meunasah balek Kecamatan kota meureudu Kabupaten pidie jaya. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. Stiker Tologo Rejo.
Moorhead, S., dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia:
Mocomed
Skandalakis JE.Neck: Lymphatic System. In: Skandalakis JE, Colborn GL,
Weidman TA, Foster KS, Kingsworth AN, Skandalakis LJ,et al eds.
Skandalakis Surgical Anatomy. New York: McGraw-Hill
Companies,2004:32-3
Shneerson.J, Sleep Medicine 2nd Edition,2005,
Blackwell,Massachusets,Usa,P;22-51

22
Smith.H, Sleep Medicine , 2008, Cambridge University Press , New York ,P;61-
67
Sumirta, I Nengah. 2014. Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Tidur ( Insomnia
) Pada Lansia. Jurnal keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
http://www.poltekkesdenpasar.ac.id/files/JURNAL%20GEMA
%20KEPERAWATAN/JUNI%202015/I%20Nengah%20Sumirta.pdf.
[diakses pada tanggal 18 Sepertember 2019 ].
Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta : Elex media
komputindo

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika


Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha


Publishing.

23
24

Anda mungkin juga menyukai