Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


DI RUANG TULIP 2 RSUD SIDOARJO

Disusun Oleh:
ANA NOVITA AMALIA
201614201004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK
2021
LEMBAR KONSUL PRA KLINIK
Nama : ANA NOVITA A. PEMB RUANGAN :

NIM/SMT : PEMB AKADEMIK :

201714201004/01

Masa Praktek Ruangan :

NO TGL URAIAN KONSUL TANDA


TANGAN
PEMBIMBI
NG
KLINIK/A
KADEMIK
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
ISTIRAHAT DAN TIDUR

Disusun oleh :
ANA NOVITA AMALIA
NIM : 201714201004

Telah disetujui Tim Pembimbing


Pada tanggal : 2021/2022

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )

Mengetahui

CI Ruangan

( )
KONSEP TEORI

1.Definisi

Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan


dengan minimnya aktivitas. Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau
mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Vaughans, 2011).
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan, istirahat dan tidur merupakan satu kesatuan
yang saling berhubungan dan saling memengaruhi. Tubuh membutuhkan aktivitas
untuk kegiatn fisiologis dan membutuhkan istirahat dan tidur untuk pemulihan.
(Tarwoto, 2011).

Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya
(Lynda Juall, 2012). Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas
waktu tidur akibat faktor eksternal.(SDKI, 2016).

2.Etiologi

Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga
umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain
siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu
kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur
dengan gerakan mata tidak cepat (NREM -Non Rapid Eye Movement) dan berkisar
dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3
dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu,
denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi
tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun
psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye
Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level
aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan
perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah,
2010).

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)

Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:

1) Tahap I

Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung


beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini
ditandai dengan :

a) Mata menjadi kabur dan rileks.

b) Seluruh otot menjadi lemas.

c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.

d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.

e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.

f) Dapat terbangun dengan mudah.

g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

2) Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.


Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak
menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :

a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.

b) Suhu tubuh menurun.

c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.

d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.


e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang
disebut gelombang tidur.

3) Tahap III

Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
Tahap III ini ditandai dengan:

a) Relaksasi otot menyeluruh.

b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.

c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.

d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

4) Tahap IV

Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai
dengan :

a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.

b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun
pagi.

c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).

d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.

e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.

f) Gerak bola mata mulai meningkat.

g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis


(mengompol).

b. Rapid Eye Movement (REM)


Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 %
dari tidurnya.

1) Tahap REM ditandai dengan:

a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap


sebelumnya.

b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.

c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.

d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.

e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.

f) Metabolisme meningkat.

g) Lebih sulit dibangunkan.

h) Sekresi ambung meningkat.

i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.

2) Karakteristik tidur REM

a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.

b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.

c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.

d) Nadi : Cepat dan ireguler.

e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.

f) Sekresi gaster : Meningkat.

g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.

h) Gelombang otak : EEG aktif.

i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.


3. Fisiologis

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer,
endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut
dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk
aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromiogram
(EMG) dan electrooculogram (EOG) untuk pengaturan pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme
selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur
dan bangun. Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini
mempunyai sel – sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran.
RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga
menerima stimulus dari korteks serebri (emosi, proses pikir). Pada keadaan sadar
mengakibatkan neuron – neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya
norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari
sel – sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar syncrhonizing
regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan
impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi,
stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi. Seseorang yang mencoba untuk
tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan
gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum
serotonin.

4. Gangguan Tidur

1. Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara


kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor
mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:

a. Insomnia inisial: Kesulitan untuk memulai tidur.

b. Insomnia intermiten: Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya


terjaga.
c. Insomnia terminal: Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain
dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga
rutin, menghindari rangsangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum
tidur (misalnya: membaca, mendengarkan musik, dan tidur jika benar-benar
mengantuk).

2. Parasomnia

Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan
parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya: tidur berjalan, night terror),
gangguan transisi bangun-tidur (misalnya: mengigau), parasomnia yang terkait
dengan tidur REM (misalnya: mimpi buruk), dan lainnya (misalnya:
bruksisme).

3. Hipersomnia

Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan


terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu,
seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena
gangguan metabolisme (misalnya: hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu,
hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari
tanggung jawab pada siang hari.

4. Narkolepsi

Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul


secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan
tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena
kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali
lainnya periode tidur REM. Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-
obatan, seperti: amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan
antidepresan seperti imipramin hidroklorida.

5. Apnea
Saat Tidur dan Mendengkur Apnea saat tidur atau sleep adalah kondisi
terhentinya nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi
pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari,
insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala di siang hari,
iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau
aritmia jantung. Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangn dalam
pengairan udara di hudung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan
oleh adenoid, amandel atau mengendurnya otot di belakang mulut.

6. Enuresa

Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur,
atau biasa disebut isilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua jenis:
enuresa noktural: merupakan mengompol di waktu tidur, dan enuresa diurnal,
mengompol saat bangun tidur. Enuresa noktural umumnya merupakan
gangguan pada tidur NREM.

5. Manifestasi Klinis

Beberapa gangguan tidur yang perlu diperhatikan adalah :

1.) Perubahan kepribadian dan perilaku, seperti depresi, menarik diri.

2.) Rasa capek meningkat

3.) Halusinasi pandangan dan pendengaran

4.) Bingung dan disorientasi terhadap ruang dan waktu

5.) Gangguan persepsi

6.) Koordinasi menurun

7.) Bicara tak jelas

6. Kebutuhan Istirahat Tidur Per Hari

1. Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus
tidur rata-rata 45-60 menit.
2. Bayi (s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM dan
tidur sepanjang malam.

3. Todler (1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan tidur
sepanjang malam + tidur siang.

4. Pra sekolah : ± 11 jam/hari dengan 20% REM

5. Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM

6. Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM.

7. Adolescent : ± 8,5 jam/hari dengan 20% REM.

8. Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM.

9. Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur.

10. Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur.

7. Tanda dan gejala

1. Perasaan Lelah.

2. Gelisah.

3. Emosi.

4. Apetis.

5. Adanya kehitaman di daerah sekitar mata

6. Konjungtiva merah dan mata perih.

7. Perhatian tidak fokus.

8. Sakit kepala.

9. mata sayu

10. konjungtiva merah

11. kelopak mata bengkak


8.Penatalaksanaan

1. Mengobservasi TTV

2. Mengobservasi pola waktu istirahat dan tidur

3. Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang

4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik.

9. Pemeriksaan penunjang

Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini
kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan
tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di
malam hari. The Multiple Sleep Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang
objektif tentang kantuk dan aspek-aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur
gerakan mata menggunakan EOG, perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan
aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada
pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur selama jangka waktu tertentu.
Data Actigraphy memberika informasi waktu 6 tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi
waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat.
10.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Anamnesa

1. Riwayat keperawatan

1) Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan : Waktu tidur,


jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur,
sering bangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang
mengancam.
2) Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari – hari : Apakah merasa
segar saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
3) Adakah alat bantu tidur : Apa yang lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat – obatan untuk membantu tidur.
4) Gangguan tidur / faktor – faktor kontribusi : Jenis gangguan tidur,
kapan masalah itu terjadi.

2. Pemeriksaan Fisik

1) Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien.


2) Adanya lingkaran hitam di sekitar mata, mata sayu dan
konjungtiva merah.
3) Perilaku Iretabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara
lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap,
mata tampak lengket, menarik diri, bingung, dan kurang
koordinasi.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil

1. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan SIKI (Standar Intervensi


berhubungan dengan hambatan tindakan Keperawatan Indonesia)
lingkungan.
keperawatan selama Dukungan tidur:
Definisi: Gangguan kualitas dan ... x 24 jam
kuantitas waktu tidur akibat faktor 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
diharapkan pola 2. Identifikasi faktor pengganggu
eksternal.
tidur kembali tidur (fisik/psikologis)
Faktor yang berhubungan : normal dengan 3. Identifikasi obat tidur yang
kriteria hasil sebagai dikonsumsi
1. Hambatan lingkungan (mis: 4. Modifikasi lingkungan (mis.
kelembapan, lingkungan sekitar, berikut:
Pencahayaan, kebisingan, suhu, dan
suhu lingkungan, pencahayaan, tempat tidur)
kebisingan, bau tidak sedap, - Pola tidur kembali
5. Tetapkan jadwal tidur rutin
jadwal normal 6. Fasilitasi menghilangkan setres
pemantauan/pemeriksaan/tindakan 7. Ajarkan teknik relaksasi
) - Aktivitas kembali
Edukasi aktivitas/istirahat:
2. Kurang kontrol tidur normal
1. Sediakan materi dan media
3. Kurang privasi pengaturan aktivitas dan istirahat
4. Restraint fisik 2. Jelaskan pentingnya melakukan
aktivitas fisi/berolahraga
5. Ketiadaan teman tidur 3. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis.
6. Tidak familiar dengan peralatan
Kelelahan, sesak nafas saat
tidur
aktivitas)
4. Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan

Daftar Pustaka
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.

Jakarta: Salemba Medika

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth. 2006.
Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

Dochterman, Joanne Mccloskey, Bulechek, Gloria M. 2004. Nursing Interventions


Classification (NIC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

Anda mungkin juga menyukai