Disusun Oleh:
ANA NOVITA AMALIA
201614201004
201714201004/01
Disusun oleh :
ANA NOVITA AMALIA
NIM : 201714201004
( ) ( )
Mengetahui
CI Ruangan
( )
KONSEP TEORI
1.Definisi
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya
(Lynda Juall, 2012). Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas
waktu tidur akibat faktor eksternal.(SDKI, 2016).
2.Etiologi
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga
umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain
siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu
kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur
dengan gerakan mata tidak cepat (NREM -Non Rapid Eye Movement) dan berkisar
dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3
dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu,
denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi
tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun
psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye
Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level
aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan
perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah,
2010).
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:
1) Tahap I
2) Tahap II
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
Tahap III ini ditandai dengan:
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai
dengan :
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun
pagi.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer,
endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut
dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk
aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromiogram
(EMG) dan electrooculogram (EOG) untuk pengaturan pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme
selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur
dan bangun. Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini
mempunyai sel – sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran.
RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga
menerima stimulus dari korteks serebri (emosi, proses pikir). Pada keadaan sadar
mengakibatkan neuron – neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya
norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari
sel – sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar syncrhonizing
regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan
impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi,
stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi. Seseorang yang mencoba untuk
tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan
gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum
serotonin.
4. Gangguan Tidur
1. Insomnia
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan
parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya: tidur berjalan, night terror),
gangguan transisi bangun-tidur (misalnya: mengigau), parasomnia yang terkait
dengan tidur REM (misalnya: mimpi buruk), dan lainnya (misalnya:
bruksisme).
3. Hipersomnia
4. Narkolepsi
5. Apnea
Saat Tidur dan Mendengkur Apnea saat tidur atau sleep adalah kondisi
terhentinya nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi
pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari,
insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala di siang hari,
iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau
aritmia jantung. Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangn dalam
pengairan udara di hudung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan
oleh adenoid, amandel atau mengendurnya otot di belakang mulut.
6. Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur,
atau biasa disebut isilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua jenis:
enuresa noktural: merupakan mengompol di waktu tidur, dan enuresa diurnal,
mengompol saat bangun tidur. Enuresa noktural umumnya merupakan
gangguan pada tidur NREM.
5. Manifestasi Klinis
1. Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus
tidur rata-rata 45-60 menit.
2. Bayi (s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM dan
tidur sepanjang malam.
3. Todler (1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan tidur
sepanjang malam + tidur siang.
9. Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur.
10. Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur.
1. Perasaan Lelah.
2. Gelisah.
3. Emosi.
4. Apetis.
8. Sakit kepala.
9. mata sayu
1. Mengobservasi TTV
9. Pemeriksaan penunjang
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini
kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan
tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di
malam hari. The Multiple Sleep Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang
objektif tentang kantuk dan aspek-aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur
gerakan mata menggunakan EOG, perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan
aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada
pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur selama jangka waktu tertentu.
Data Actigraphy memberika informasi waktu 6 tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi
waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat.
10.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1. Riwayat keperawatan
2. Pemeriksaan Fisik
Daftar Pustaka
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth. 2006.
Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Missouri: Mosby