Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

NAMA : FIFI NUR AZIZA ANNAS

NIM : 433131490120053

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KHARISMA KARAWANG


LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

I. Konsep Dasar Aktivitas Dan Tidur


A. Definisi Aktivitas Dan Tidur
Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan
tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan
masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.
Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang
berakibat badan menjadi lebih segar.
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya
hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522)
Aktivitas (mobilitas) adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Semua
manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk bergerak.
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu
kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal.

B. Fisiologi Aktivitas
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem
musculoskeletal dan sistem persarafan.
Sistem skeletal berfungsi :
1. Mendukung dan member bentuk jaringan tubuh
2. Melindungi bagian tubuh tertentu seperti paru, hati, ginjal, otak
3. Tempat melekatnya otot dan tendon
4. Sumber mineral seperti garam dan fosfat
5. Tempat produksi sel darah
Ada 206 tulang dalam struktur tubuh manusia yang kemudian
dikelompokkan menjadi tulang panjang, tulang pendek, tulang keras,
tulang ekstremitas dan tulang tak beraturan. Antara tulang yang satu
dengan tulang yang lain berhubungan dengan sendi yang memungkinkan
terjadinya pergerakan. Tulang dan sendi membentuk rangka, sedangkan
sistem otot berfungsi sebagai :
1. Pergerakan
2. Membentuk postur
3. Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi
Sistem persarafan berfungsi sebagai :
1. Saraf afferent menerima rangsangan dari luar kemudian diteruskan ke
susunan saraf pusat.
2. Sel saraf atau neuron membawa impuls dan kemudian memberikan
respons melalui saraf afferent
3. Saraf efferent menerima respon diteruskan ke otot rangka

C. Fisiologi Tidur dan Istirahat


Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam
siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan
yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur.
Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak
cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur
sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4.
Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu,
denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan
tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara
fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat
(REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan
dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM.
Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan
kesehatan emosi.
1. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi
menjadi empat tahapan yaitu:
a. Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadarmenjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi
lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
1) Mata menjadi kabur dan rileks.
2) Seluruh otot menjadi lemas.
3) Kedua bola mata bergerakkekiri dan kekanan.
4) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
5) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
6) Dapat terbangun dengan mudah.
7) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
b. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan
gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan
:
1) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
2) Suhu tubuh menurun.
3) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
4) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
5) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik
yang disebut gelombang tidur.
c. Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-
30menit. Tahap III ini ditandai dengan:
1) Relaksasi otot menyeluruh.
2) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
3) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
4) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
d. Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan :
1) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
2) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada
jam bangun pagi.
3) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
4) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
5) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan
frekwensi 1-2 siklus/detik.
6) Gerak bola mata mulai meningkat.
7) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta
enuresis (mengompol).
2. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-
25 % dari tidurnya.
a. Tahap REM ditandai dengan:
1) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-
tahap sebelumnya.
2) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
3) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur
dimulai.
4) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
5) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan
darah yang berfluktuasi.
6) Metabolisme meningkat.
7) Lebih sulit dibangunkan.
8) Sekresi ambung meningkat.
9) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-
rata 20 menit.
b. Karakteristik tidur REM
1) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
2) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
3) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
4) Nadi : Cepat dan ireguler.
5) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 
6) Sekresi gaster : Meningkat.
7) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 
8) Gelombang otak : EEG aktif.
9) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

D. Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan


1. Tingkat Perkembangan Tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskuler dari
tubuh secara proporsional, postur, pergerakan dan reflex akan
berfungsi secara optimal.
2. Keadaan Fisik
Penyakit, cacat tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan
tubuh.
3. Keadaan Nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan obesitas
dapat menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas
4. Emosi
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh
seseorang. Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat
yang kemudian dapat dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas.
5. Kelemahan neuromuskuler dan skeletal
Adanya abnormal postur seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis dapat
berpengaruh terhadap pergerakan.
6. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja dikantor kurang melakukan aktivitas bila
dibandingkan dengan petani atau buruh.
E. Faktor yang Mempengaruhi Tidur
1. Penyakit 
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan
pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma,
bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
2. Lingkungan 
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduhmaka akan
menghambat tidurnya.
3. Motivasi 
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan 
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
5. Kecemasan 
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
6. Alkohol 
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
7. Obat-obatan 
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain
Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM),
Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan
insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).
F. Tingkat Kemampuan Aktivitas
Tingkat Aktivitas /
Kategori
Mobilisasi
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan / pengawasan orang
Tingkat 2
lain
Memerlukan bantuan / pengawasan orang
Tingkat 3
lain dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat
Tingkat 4 melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

G. Tanda Dan Gejala


1. Aktivitas
a. Kerusakan sensori persepsi
b. Nyeri , tidak nyaman
c. Intoleransi aktifitas / penurunan kekuatan dan stamina
d. Depresi mood dan cemas
e. Keengganan untuk memulai gerak
f. Gaya hidup menetap
g. Malnutrisi umum
h. Kehilangan integrasi struktur tulang
i. Keterbatasan lingkungan fisik dan sosial
j. Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
k. Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang
tepat disesuaikan dengan umur

2. Istirahat dan tidur


a. Dewasa
Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
b. Anak
1) Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan
ketakutan, enuresis, atau respons tidak konsisten dari orang tua
terhadap permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam
tidur seperti permintaan untuk tidur larut malam.
2) Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama
orang tua.
3) Sering bangun saat malam hari.
H. Pathways
1. Istirahat dan Tidur
Latihan
Obat & Lingkungan
kelelahan
Substansi Stress/ tidak nyaman
Gaya hidup emosional

Mengubah Mengurangi
pola tidur Rutinitas & Kecemasan kenyamanan
bekerja Sulit tidur
tidur
rotasi
Nutrisi & kalori Tegang/fru
stasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaika
n perubahan Motivasi tidur
jadwal tidur Sering
terbangun
Gangguan tidur
Keinginan
menanti tidur
Penyakit infeksi

Gangguan
Gangguan Tidur proses tidur
Lemah&letih

Tidak dapat
Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola tidur dalam
banyak tidur dengan kualitas baik tidur periode panjang

Kesiapan
Akibat factor Akibat factor Deprivasi
meningkatkan
eksternal internal tidur
tidur

Gangguan pola
tidur Insomnia
2. Pathway Aktivitas

Gangguan difusi jaringan

“ Difusi otak menurun terjadi herhiasi otak,


kematian jaringan otak sehingga defisit neusologis

“ Lobus frontalis , temporalis, lobus


pearieatalis, lobus okspitalis

Kelemahan otot

Intervensi aktifitas Defisi + perawatan diri

Gangguan Mobilisasi
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Aktivitas
Dilakukan pemeriksaan sendi-sendi dengan cara menyuruh pasien berjalan
menggerkan kaki kanan dan kiri, jika tidak bisa dapat dibantu oleh
perawat, bisa juga dengan MMT 0-5 :
a. 0 : Tidak ada kopntraksi atau dipalpasi tidak ada tonus otot.
b. 1 : Ada kontraksi , tidak ada gerakan melawan.
c. 2 : Ada kontraksi , mampu menggerakan sendi teatapi tidak mampu
melawan.
d. 3 : Ada kontraksi otot , mamapu melawan gravitasi, gerakan full ROM.
e. 4 : Ada kontraksi otot, mampu melawan gravitasi dan tahanan
minimal, full ROM.
f. 5 : Dapat melakukan aktifitas seluruhnya.
2. Istirahat dan Tidur
Untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat
dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
a. Pola tidur penderita
b. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
c. Tingkatan stres psikis
d. Riwayat medis
e. Aktivitas fisik.
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan
alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang
klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab
seringnya klien terjaga di malam hari.The Multiple Sleep Latency Test
(MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-
aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata
menggunakan EOG, perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan
aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien dapat memekai Actigraph
pada pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur selama jangka waktu
tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu tidur, efisiensi
tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat

J. Penatalaksanaan Medis
1. Aktivitas
Untuk mengatasi gangguan mobilisasi dapat dilakukan tindakan :
a. Body Mekanik
Penggunaan organ secara efektif dan efisien sesuai fungsinya.
b. Tindakan yang berhubungan dengan mobilisasi, misal :
1) Membantu merubah posisi
2) Melatih ROM
3) Membantu klien duduk di tempat tidur.
c. Mencapai kemandirian penuh dalam aktifitas perawatan diri.
2. Istirahat dan Tidur
a. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada
pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
1) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
2) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan
tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
3) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita
mengikuti irama sirkardian tidur normal  penderita. Jadi penderita
harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya.
4) Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress
berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan
oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
5) CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita
dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan
untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita
merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
6) Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi
tidur si penderita gangguan tidur.
7) Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan
waktu tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada
siang hari meski hanya sesaat.
8) Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
9) Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
10) Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari
rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu
untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan
gunung.
b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk
penanganan gangguan tidur antara lain:
1) Golongan obat hipnotik
2) Golongan obat antidepresan
3) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
4) Golongan obat antihistamin.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian Fokus
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga
mengenai apakah kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga
mempertahankan kesehatannya.
2. Pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat
melalui lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data
yang diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang, clinical sign
merupakan tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan fisik klien yang
menunjang, diet pattern merupakan pola diet atau intake makanan dan
minuman yang dikonsumsi.
3. Pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi,
bau, karakter)
4. Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit
bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Tanda : penurunan
kekuatan otot, serta mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya
olahraga pada klien.
5. Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan
keadaan indera
6. Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri,
dan peran diri
7. Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
8. Pola peran & hubungan
9. Pola manajemen & koping stres
10. Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Disorganisasi Perilaku bayi (D.0053)
2. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
3. Gangguan Pola Tidur (D.0055)
4. Intoleransi aktivitas (D.0056)
5. Keletihan (D.0057)
6. Kesiapan peningkatan tidur (D.0058)
7. Risiko Disorganisasi perilaku bayi (D.0059)
8. Risiko Intoleransi aktivitas (D.0060)
C. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI UTAMA INTERVENSI PENDUKUNG

Disorganisasi Perilaku bayi (D.0053) Perawatan Bayi  Dukungan tidur


Tindakan  Edukasi nutrisi bayi
a. Observasi  Edukasi orang tua : Fase bayi
Monitor tanda – tanda vital bayi  Konseling laktasi
0 0
(terutama suhu 36,5 C – 37,5 C)
 Manajemen energy
b. Terapeutik
 Pemantauan nutrisi
1) Mandikan bayi dengan suhu
 Pemantauan tanda – tanda vital
ruangan
 Pengaturan posisi
2) Mandikan bayi dalam waktu 5 – 10
 Perawatan Kanguru
menit dan 2 kali dalam sehari
 Promosi perlekatan
3) Rawat tali pusat secara terbuka (tali
pusat tidak dibungkus apapun)
4) Bersihkan pangkal tali pusat lidi
kapas yang telah diberi air matang
5) Kenakan popok bayi dibawah
umbilicus jika tali pusat belum
terlepas
6) Lakukan pemijatan bayi
7) Ganti popok bayi jika sudah basah
8) Kenakan pakaian bayi dari bahan
katun
c. Edukasi
1) Anjurkan ibu menyusui sesuai
kebutuhan bayi
2) Ajarkan ibu dalam merawat bayi
dirumah
3) Ajarkan cara pemberian makanan
pendamping ASI pada bayi >6
bulan.

Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)  Dukungan Ambulasi  Dukungan kepatuhan program


Tindakan pengobatan
a. Observasi  Dukungan Perawatan diri
1) Identifikasi adanya nyeri atau  Edukasi latihan fisik
keluhan fisik lainnya  Edukasi teknik ambulasi
2) Identifikasi toleransi fisik  Latihan otogenik
melakukan ambulasi
 Manajemen energy
3) Monitor frekuensi jantung dan
 Manajemen Nutrisi
tekanan darah sebelum
 Manajemen program latihan
memulai ambulasi
 Pencegahan jatuh
4) Monitor kondisi umum selama
 Pengaturan posisi
melakukan ambulasi
 Promosi latihan fisik
b. Terapeutik
 Terapi aktivitas
1) Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu
2) Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik
3) Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulaso
c. Kolaborasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2) Anjurkan melakukan ambulasi
dini
3) Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan
 Dukungan mobilisasi

Gangguan Pola Tidur (D.0055)  Dukungan tidur  Dukungan kepatuhan program


Tindakan pengobatan
a. Observasi  Dukungan meditasi
1) Identifikasi pola aktivitas &  Latihan otogenik
tidur  Manajemen demensia
2) Identifikasi faktor pengganggu  Manajemen nutrisi
tidur  Manajemen nyeri
3) Identifikasi makanan &
 Terapi aktivitas
minuman pengganggu tidur
 Reduksi ansietas
4) Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
 Teknik menenangkan
b. Terapeutik
 Pengaturan posisi
1) Modifikasi lingkungan
2) Batasi waktu tidur siang  Promosi koping

3) Fasilitasi menghilangkan stress  Terapi Musik

sebelum tidur  Terapi pemijatan


4) Tetapkan jadwal rutin tidur  Terapi relaksasi
5) Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
6) Sesuaikan jadwal pemberian
obat / tindakan untuk
menunjang siklus tidur – terjaga
c. Edukasi
1) Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
2) Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
3) Anjurkan menghindari makanan
/ minuman yang mengganggu
tidur
4) Anjurkan menggunakan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
5) Ajarkan faktor – faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
6) Ajarkan relaksasi otot
autogenik
 Edukasi aktivitas/istirahat
Tindakan
a. Observasi
Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
b. Terapeutik
1) Sediakan materi dan media
pengaturan aktivitas dan
istirahat
2) Jadwalkan pemberian
pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3) Berikan kesempatan pada
pasien dan keluarga untuk
bertanya.
c. Edukasi
1) Jelaskan pentingnya melakukan
aktivitas fisik /olahraga secara
rutin
2) Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok, aktivitas
bermain dan aktivitas lainnya
3) Anjukan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
4) Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
5) Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan.
Intoleransi aktivitas (D.0056)  Manajemen energy  Dukungan ambulasi
 Terapi aktivitas  Dukungan meditasi
 Dukungan perawatan diri
 Dukungan spiritual
 Dukungan tidur
 Edukasi latihan fisik
 Edukasi teknik ambulasi
 Manajemen medikasi
 Manajemen mood
 Pemantauan tanda – tanda vital
 Terapi aktivitas

Keletihan (D.0057)  Edukasi aktivitas / istirahat  Dukungan program kepatuhan


 Manajemen energi pengobatan
 Dukungan pengambilan keputusan
 Dukungan tidur
 Manajemen asma
 Manajemen demensia
 Manajemen lingkungan
 Manajemen mood
 Manajemen nutrisi
 Penentuan tujuan bersama
 Promosi dukungan sosial
 Promosi koping
 Promosi latihan fisik

Kesiapan peningkatan tidur (D.0058)  Dukungan tidur  Manajemen demensia


 Edukasi aktivitas/istirahat  Manajemen energy
 Manajemen lingkungan
 Manajemen medikasi
 Pengaturan posisi
 Promosi kesadaran diri
 Teknik imajinasi terbimbing
 Terapi musik

Risiko Disorganisasi perilaku bayi  Edukasi keamanan bayi  Edukasi nutrisi


(D.0059)  Perawatan bayi  Edukasi nutrisi bayi
 Edukasi perawatan bayi
 Konseling nutrisi
 Pemantauan nutrisi
 Pengaturan posisi
 Pemantauan tanda – tanda vital

Risiko Intoleransi aktivitas (D.0060)  Manajemen energy  Dukungan perawatan diri


 Promosi latihan fisik  Dukungan tidur
 Edukasi aktivitas/istirahat
 Edukasi latihan fisik
 Identifikasi risiko
 Manajemen medikasi
 Manajemen nyeri
 Pemantauan tanda – tanda vital
 Pengaturan posisi
 Promosi berat badan
DAFTAR PUSTAKA

NANDA International. 2012.Nursing Diagnosis : Definition & Clasification 2012

– 2014 . Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia

Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai