NIM : 433131490120053
B. Fisiologi Aktivitas
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem
musculoskeletal dan sistem persarafan.
Sistem skeletal berfungsi :
1. Mendukung dan member bentuk jaringan tubuh
2. Melindungi bagian tubuh tertentu seperti paru, hati, ginjal, otak
3. Tempat melekatnya otot dan tendon
4. Sumber mineral seperti garam dan fosfat
5. Tempat produksi sel darah
Ada 206 tulang dalam struktur tubuh manusia yang kemudian
dikelompokkan menjadi tulang panjang, tulang pendek, tulang keras,
tulang ekstremitas dan tulang tak beraturan. Antara tulang yang satu
dengan tulang yang lain berhubungan dengan sendi yang memungkinkan
terjadinya pergerakan. Tulang dan sendi membentuk rangka, sedangkan
sistem otot berfungsi sebagai :
1. Pergerakan
2. Membentuk postur
3. Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi
Sistem persarafan berfungsi sebagai :
1. Saraf afferent menerima rangsangan dari luar kemudian diteruskan ke
susunan saraf pusat.
2. Sel saraf atau neuron membawa impuls dan kemudian memberikan
respons melalui saraf afferent
3. Saraf efferent menerima respon diteruskan ke otot rangka
Mengubah Mengurangi
pola tidur Rutinitas & Kecemasan kenyamanan
bekerja Sulit tidur
tidur
rotasi
Nutrisi & kalori Tegang/fru
stasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaika
n perubahan Motivasi tidur
jadwal tidur Sering
terbangun
Gangguan tidur
Keinginan
menanti tidur
Penyakit infeksi
Gangguan
Gangguan Tidur proses tidur
Lemah&letih
Tidak dapat
Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola tidur dalam
banyak tidur dengan kualitas baik tidur periode panjang
Kesiapan
Akibat factor Akibat factor Deprivasi
meningkatkan
eksternal internal tidur
tidur
Gangguan pola
tidur Insomnia
2. Pathway Aktivitas
Kelemahan otot
Gangguan Mobilisasi
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Aktivitas
Dilakukan pemeriksaan sendi-sendi dengan cara menyuruh pasien berjalan
menggerkan kaki kanan dan kiri, jika tidak bisa dapat dibantu oleh
perawat, bisa juga dengan MMT 0-5 :
a. 0 : Tidak ada kopntraksi atau dipalpasi tidak ada tonus otot.
b. 1 : Ada kontraksi , tidak ada gerakan melawan.
c. 2 : Ada kontraksi , mampu menggerakan sendi teatapi tidak mampu
melawan.
d. 3 : Ada kontraksi otot , mamapu melawan gravitasi, gerakan full ROM.
e. 4 : Ada kontraksi otot, mampu melawan gravitasi dan tahanan
minimal, full ROM.
f. 5 : Dapat melakukan aktifitas seluruhnya.
2. Istirahat dan Tidur
Untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat
dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
a. Pola tidur penderita
b. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
c. Tingkatan stres psikis
d. Riwayat medis
e. Aktivitas fisik.
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan
alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang
klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab
seringnya klien terjaga di malam hari.The Multiple Sleep Latency Test
(MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-
aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata
menggunakan EOG, perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan
aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien dapat memekai Actigraph
pada pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur selama jangka waktu
tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu tidur, efisiensi
tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat
J. Penatalaksanaan Medis
1. Aktivitas
Untuk mengatasi gangguan mobilisasi dapat dilakukan tindakan :
a. Body Mekanik
Penggunaan organ secara efektif dan efisien sesuai fungsinya.
b. Tindakan yang berhubungan dengan mobilisasi, misal :
1) Membantu merubah posisi
2) Melatih ROM
3) Membantu klien duduk di tempat tidur.
c. Mencapai kemandirian penuh dalam aktifitas perawatan diri.
2. Istirahat dan Tidur
a. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada
pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
1) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
2) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan
tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
3) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita
mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita
harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya.
4) Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress
berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan
oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
5) CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita
dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan
untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita
merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
6) Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi
tidur si penderita gangguan tidur.
7) Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan
waktu tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada
siang hari meski hanya sesaat.
8) Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
9) Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
10) Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari
rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu
untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan
gunung.
b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk
penanganan gangguan tidur antara lain:
1) Golongan obat hipnotik
2) Golongan obat antidepresan
3) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
4) Golongan obat antihistamin.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Disorganisasi Perilaku bayi (D.0053)
2. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
3. Gangguan Pola Tidur (D.0055)
4. Intoleransi aktivitas (D.0056)
5. Keletihan (D.0057)
6. Kesiapan peningkatan tidur (D.0058)
7. Risiko Disorganisasi perilaku bayi (D.0059)
8. Risiko Intoleransi aktivitas (D.0060)
C. Intervensi Keperawatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia