Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHALUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN


GOUT ARTHITIS
DI DESA DUKUN MAGELANG

Disusun oleh:
Devi Yulia Pramae Sella
19.0601.0030

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
A. DEFINISI
Artritis Gout atau Pirai merupakan penyakit komplikasi dari
hiperurisemia yang dipicu oleh kristal monosodium urat pada persendian
maupun jaringan lunak didalam tubuh. Artritis Gout merupakan hasil
metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang
terdapat dalam inti sel tubuh (Susanto, 2013).
Artritis Gout merupakan sisa metabolisme tubuh dapat seringkali
disebut penyakit sendi. Penyakit sendi akibat asam urat adalah penyakit
yang dapat muncul karena peningkatan kadar asam urat dalam darah yang
melebihi ambang batas, kemudian menumpuk dalam ruang sendi dan
menyebabkan gangguan pada struktur sendi (Soeroso, 2011). Sehingga
dapat disimpulkan Artritis Gout merupakan penyakit inflamasi sendi yang
diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat dalam darah, yang ditandai
dengan penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar
persendian berupa tofi. Perlu diketahui, kadar asam urat normal wanita
dewasa 2,4 – 5,7 mg/dl, pria dewasa 3,4 – 7,0 mg/dl, dan anak-anak 2,8 –
4,0 mg/dl.

B. ETIOLOGI
Secara garis besar penyebab terjadinya Artritis Gout disebabkan oleh faktor
primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui
(idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan
faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan peningkatan produksi asam urat atau bisa juga disebabkan
oleh kurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi
peningkatan produksi asam urat, terganggunya proses pembuangan asam
urat dan kombinasi kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang
Artritis Gout adalah pria, sedangkan perempuan persentasenya kecil dan
baru muncul setelah Menopause. Artritis Gout lebih umum terjadi pada
lakilaki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto, 2013).

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinik pada Arthritis Gout, serangan Artritis Gout pertama
banyak menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari.
Kemudian, gejalanya menghilang secara bertahap, dimana sendi kembali
berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan berikutnya.
Namun, Artritis Gout cenderung akan semakin memburuk, dan serangan
yang tidak diobati akan berlangsung lebih lama, lebih sering, dan
menyerang beberapa sendi. Alhasil sendi yang terserang bisa mengalami
kerusakan permanen. Lazimnya serangan Artritis Gout terjadi dikaki
(monoarthritis). Namun, 3-14 % serangan juga bisa terjadi dibanyak sendi
(poliarthrittis). Biasanya, urutan sendi yang terkena serangan gout
(poliarthritis) berulang adalah ibu jari (padogra), sendi tarsal kaki,
pergelangan kaki sendi kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan bursa
olekranon pada siku (Junaidi, 2012).

D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa
kurang dari 7 mg/dl dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Dan apabila
konsentrasi kadar asam urat dalam serum lebih besar dari 7,0 mg/dl dapat
menyebabkan penumpukan kristal monosodium. Serangan Artritis Gout
tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara
mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap
dalam sendi, akan terjadi respons inflamasi dan diteruskan dengan
terjadinya serangan Artritis Gout. Dengan adanya serangan yang berulang-
ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan tofi akan
mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga.
Akibat penumpukan asam urat yang terjadi secara sekunder dapat
menimbulkan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal
kronis. Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik,
menunjukkan bahwa faktor-faktor non-kristal mungkin berhubungan
dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan tersalut
dengan immunoglobulin yang terutama berupa 1gG. Dimana IgG akan
meningkatkan fagositosis kristal dan dengan demikian dapat
memperlihatkan aktifitas imunologik (Brunner & Suddarth, 2010).
E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
Menurut Novianti (2015) ada banyak penyakit persendian yang menyerang
manusia. Diantara ratusan jenis penyakit persendian, penyakit Artritis Gout
adalah satu satunya penyakit persendian yang disebabkan oleh kondisi
hiperurisemia. Beberapa komplikasi Artritis Gout antara lain : gangguan
pada ginjal, gangguan pada jantung, hipertensi dan diabetes mellitus.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suparta dan Astika (2010), pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan untuk Artritis Gout adalah :
1. Pemeriksaan cairan sendi
2. Ekskresi (keluarnya) kadar asam urat dalam urin 24 jam
3. Pemeriksaan dengan rontgen
4. Kadar Artritis Gout darah (Serum)

H. PENATALAKSANAAN UMUM
Bagi penderita Artritis Gout bisa mengonsumsi obat allopurinol karena
allopurinol bekerja menurunkan produksi asam urat dengan cara
penghambatan kerja enzim yang memproduksinya, yaitu enzim xantin
oksidase. Selain bermanfaat menekan produksi asam urat, allopurinol juga
memiliki efek positif dalam melawan kolesterol jahat dalam tubuh. Selain
tersebut langkah pertama untuk mengurangi rasa nyeri adalah dengan cara
mengendalikan peradangan, baik dengan obat-obatan maupun dengan
mengistirahatkan sendi yang sedang meradang (Junaidi, 2012).

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Menurut Mubarak (2012),pengkajian adalah tahapan seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus-menerus terhadap anggota
keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar yang
dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:
1) Struktur dan karakteristik keluarga
2) Sosial, ekonomi, dan budaya
3) Faktor lingkungan
4) Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga
Psikososial keluarga Pengkajian data pada asuhan keperawatan
keluarga berdasarkan format pengkajian keluarga meliputi :
a) Data Umum
 Nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat kepala keluarga, komposisi anggota keluarga yang
terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir,
atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status
imunisasi dari masing-masing anggota keluarga,dan
genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi).
 Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta
kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tersebut.
 Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji
asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan.
 Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
 Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan,
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula
oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga
serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
 Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi
keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi
bersamasama untuk mengunjungi tempat rekreasi, namun
dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu dikaji pula
penggunaan waktu luang atau senggang keluarga. (Mubarak,
2012)
b) Riwayat dan Perkembangan Keluarga
 Tahap Perkembangan Keluarga
Saat Ini Data ini ditentukan oleh anak tertua dalam keluarga.
 Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap
perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan
alasan mengapa hal tersebut belum terpenuhi.
 Riwayat Keluarga Inti
Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, status
imunisasi, sumber kesehatan yang biasa digunakan serta
pengalaman menggunakan pelayanan kesehatan.
 Riwayat Keluarga Sebelumnya
Data ini menjelaska riwayat kesehatan dari pihak suami dan
istri.
c) Pengkajian Lingkungan
 Karakteristik Rumah
Data ini menjelaskan mengenai luas rumah, tipe, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, penempatan
perabot rumah tangga, jenis WC, serta jarak WC ke sumber
air. Data karakteristik rumah disertai juga dalam bentuk
denah.
 Karakteristik Tetangga dan Komunitas Setempat
Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik setempat,
kebiasaan dan budaya yang mempengaruhi kesehatan.
 Mobilitas Geografis Keluarga
Biasanya keluarga cenderung memiliki tempat tinggal yang
menetap disuatu tempat atau berpindah-pindah.
 Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga
berkumpul, sejauh mana keterlibatan keluarga dalam
pertemuan dengan masyarakat. (Widyanto, 2014).
d) Struktur Keluarga
 Sitem Pendukung Keluarga
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan orang sekitar untuk mengubah perilaku
keluarga dalam mendukung kesehatan dalam keluarga.
Penyelesaian masalah lebih baik jika dilakukan dengan
musyawarah akan sehingga menimbulkan perasaan saling
menghargai.
 Pola Komunikasi Keluarga
Jika komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah
akan sangat mendukung bagi klien dan keluarga. Dalam
proses penyembuhan karena adanya partisipasi dari setiap
anggota keluarga.
 Struktur Peran
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan
perannya dengan baik akan membuat anggota keluarga puas
dan menghidari terjadinya konflik dalam keluarga dan
masyarakat
 Nilai/Norma Keluarga
Perilaku setiap anggota keluarga yang dapat dilihat dari nilai
dan norma yang ada dalam keluarga
e) Fungsi Keluarga
 Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan careterhadap salah
satu keluarga yang memiliki penyakit gout artritis akan
mempercepat proses penyembuhan serta setiap keluarga
mampu memberikan dukungan kepada klien.
 Fungsi Sosialisasi
Menjelaskan bagaimana sosialisasi yang terjadi dalam
keluarga dan disekitar lingkungan untuk berinteraksi dengan
orang lain. Dalam bersosialisasi tidak ada batasan untuk
klien selama itu tidak mengganggu kondisi penyakit klien
dengan gout artritis. Interaksi sosial sangat di perlukan
karena dapat mengurangi stress bagi klien.
 Fungsi Perawatan Kesehatan
- Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala serta yang
mempengaruhi keluarga terhadap masalah.
- Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
yang tepat. Kemampuan keluarga yang tepat akan
mendukung proses perawatan.
- Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh
mana keluarga mengetahui keadaaan penyakit anggota
keluarganya dan cara merawat anggota keluarga yang
sakit.
- Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu
dikaji bagaimana keluarga mengetahui manfaat atau
keuntungan pemeliharaan lingkungan. Kemampuan
keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat
mencegah resiko cedera.
- Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan
mendukung terhadap kesehatan dan proses perawatan.
- Fungsi reproduksi Mengkaji berapa jumlah anak,
merencanakan jumlah anggota keluarga, serta metode
apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan
jumlah anggota keluarga.
- Fungsi ekonomi Mengkaji sejauh mana keluarga
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat guna meningkatkan status kesehatan.
- Stres dan koping keluarga Stresor jangka pendek, yaitu
stresor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu 6 bulan, Stresor jangka
panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor, Strategi koping yang digunakan, strategi koping
apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan
- Strategi fungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional
yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik
dilakukan pada semua anggota keluarga. metode yang
digunakan pada pemeriksaan
- Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat
menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehehatan yang ada ( Padila, 2012).
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan
artritis goutmenurut SDKI tahun 2017 yaitu:
a) (D.0077) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
b) (D.0054) Gangguan mobilitas fisik akibat penurunan kekuatan otot
pada penderitaartritisgout berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
c) (D.0136) Resiko cedera akibat penurunan fungsi motorik pada
penderita artritis reumatoid berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
d) (D.0111) Defisit pengetahuan keluarga tentang penyakit artritis gout
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
e) (D.0083) Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan nyeri ,skala
berhubungan keperawatan selama 4 x 24 nyeri,serta catat lokasi dan
dengan ketidak jam keluarga memahami intensitas, factor-faktor yang
mampuan keluarga tentang perawatan anggota mempercepat, dan respons
dalam merawat keluarga dengan Gout rasa sakit nonverbal.
anggota keluarga arthritis Kriteria Hasil : 2. Lakukan Pendidikan
yang sakit Keluarga dapat melakukan kesehatan mengenai nyeri
kompres hangat dengan 3. Lakukan terapi Relaksasi
rebusan jahe. nafas dalam
4. Berikan massase yang
lembut.
5. Berikan pengobatan dengan
Teknik nonfarmakologi“
Kompres hangat rebusan
jahe”
2. Gangguan mobilitas NOC : Setelah dilakukan 1. Monitoring vital sign
fisik akibat asuhan keperawatan selama 4 sebelum/sesudah latihan dan
penurunan kekuatan x24 jam klien dapat lihat respon pasien saat
otot pada menunjukkan untuk latihan
penderitaartritisgout melakukan aktivitas mandiri 2. Konsultasikan dengan terapi
berhubungan dengan Kriteria Hasil : fisik tentang rencana
dengan 1. Klien meningkat dalam ambulasi sesuai dengan
ketidakmampuan aktivitas fisik kebutuhan
keluarga dalam 2. Mengerti tujuan dan 3. Bantu klien untuk
merawat anggota peningkatan mobilitas menggunakan tongkat saat
keluarga yang sakit 3. Memverbalisasikan berjalan dan cegah terhadap
perasaan dalam cedera
meningkatkan kekuatan 4. Ajarkan pasien tentang
dan kemampuan teknik ambulasi
berpindah 5. Kaji kemampuan pasien
4. Memperagakan dalam mobilisasi
penggunaan alat 6. Latih pasien dalam
5. Bantu untuk mobilisasi pemenuhan kebutuhan ADLs
(walker) secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
pasien.
8. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3. Defisit pengetahuan NOC : Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan
keluarga tentang asuhan keperawatan selama pasien dan keluarga
penyakit artritis 4x24 jam klien dan keluarga 2. Gambarkan tanda dan gejala
gout berhubungan menunjukkan pengetahuan yang biasamuncul pada
dengan tentang proses penyakit penyakit, dengan cara yang
ketidakmampuan dengan Kriteria Hasil : tepat
keluarga mengenal 1. Pasien dan 3. Gambarkan proses penyakit,
masalah kesehatan keluargamenyatakan dengan carayang tepat
pemahamantentang 4. Identifikasi kemungkinan
penyakit,kondisi,prognos penyebab, dengan cara yang
is dan tepat
programpengobatan 5. Sediakan informasi pada
2. Pasien dan pasien tentangkondisi,
keluargamampu dengan cara yang tepat
melaksanakanprosedur 6. Sediakan bagi keluarga
yang dijelaskansecara informasi tentangkemajuan
benar
3. Pasien dan pasien dengan cara yang
keluargamampu tepat
menjelaskankembali apa 7. Diskusikan pilihan terapi
yangdijelaskan perawat atau penanganan
8. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi
ataumendapatkan second
opinion dengan carayang
tepat atau diindikasikan
9. Eksplorasi kemungkinan
sumber ataudukungan,
dengan cara yang tepat
4. Ansietas NOC : Setelah dilakukan NIC
berhubungan asuhan keperawatan selama 1. Gunakan pendekatan yang
dengan 4x24 jam klien terhindar dari menenangkan
ketidakmampuan adanya kecemasan dengan 2. Nyatakan dengan jelas
keluarga mengenal Kriteria Hasil : harapan terhadap pelaku
masalah kesehatan 1. Klien mampu pasien
mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua prosedur dan
mengungkapkan gejala apa yang dirasakan selama
cemas. prosedur
2. Mengidentifikasi, 4. Temani pasien untuk
mengungkapkan dan memberikan keamanan dan
menunjukkan tehnik mengurangi takut
untuk mengontol cemas. 5. Dengarkan dengan penuh
3. Vital sign dalam batas perhatian
normal. 6. Identifikasi tingkat
4. Postur tubuh, ekspresi kecemasan
wajah, bahasa tubuh dan 7. Bantu pasien mengenal
tingkat aktivfitas situasi yang menimbulkan
menunjukkan kecemasan
berkurangnya kecemasan 8. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
9. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8.Volume 2. Jakarta: EGC.

Junaidi, I. (2012) Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Novianti. (2015). Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Yogyakarta: Buku Pintar.

Suparta, P. G. Y. D. W., dan I. N. Astika. (2010). Gout Arthritis pada Lansia. Jurnal
Medika Udayana (e-journal). Dalam jurnal diakses 20 Januari 2020.

Susanto, Teguh. (2013). Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta


: Buku Pintar.

Soeroso, Joewono. (2011). Asam Urat. Jakarta: Penebar Plus.

Anda mungkin juga menyukai