NEONATAL PNEUMONIA
Oleh :
Melania Jelina
2022611021
MALANG
2023
A. Pengertian
dalam beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapat disamakan dengan
kumpulan gejala sepsis atau setelah tujuh hari dan terbatas pada paru-paru. Tanda-
tandanya mungkin terbatas pada kegagalan pernafasan atau berlanjut ke arah syok dan
kematian. Infeksi dapat ditularkan melalui plasenta, aspirasi atau diperoleh setelah
berhubungan dengan proses persalinan. Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber
infeksi ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium, cairan amnion atau dari servik ibu atau
juga bisa disebabkan karena proses pertolongan kelahirannya disamping itu juga bisa
B. Etiologi
Penyebab dari pneumonia neonatal adalah hampir sama dengan penyebab pneumonia
- Jamur: Candida
b. Pneumoni pada BBL sering kali berawal dari pecahnya ketuban sebelum waktunya
c. Janin terendam dalam cairan ketuban yang terinfeksi dan menghirupnya, sehingga
masuk ke paru-paru
d. Bisa terjadi beberapa minggu setelah bayi lahir, terutama pada bayi yang
C. Klasifikasi
a. Intrapartum pneumonia
aspirasi dari ibu yang terinfeksi, atau terkontaminasi cairan atau dari mekanik,
atau gangguan iskemik dari permukaan mukosa yang telah baru saja dijajah
3) Bayi yang aspirasi benda asing, seperti mekonium atau darah, dapat mewujudkan
4) Proses infeksi sering memiliki periode beberapa jam sebelum invasi yang
klinis.
b. Pneumonia pascalahir
1) Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam pertama kehidupan berasal setelah bayi
lahir.
2) Pasca kelahiran radang paru-paru dapat diakibatkan dari beberapa proses yang
sama seperti yang dijelaskan di atas, tetapi infeksi terjadi setelah proses
kelahiran.
3) Yang sering menggunakan antibiotik spektrum luas yang dihadapi dalam banyak
pelayanan obstetri dan bayi baru lahir unit perawatan intensif (NICU) sering
pathogenicity yang tidak biasa. Terapi invasif yang diperlukan dalam oleh bayi
sering menyebabkan mikroba masuk ke dalam struktur yang biasanya tidak
mudah diakses.
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit. Adapun
c. Perekrutan otot aksesori pernapasan, seperti cuping hidung dan retraksi di subcostal,
d. Sekresi saluran napas dapat bervariasi secara substansial dalam kualitas dan
serosanguineous untuk penampilan yang lebih bernanah, putih, kuning, hijau, atau
perdarahan warna dan tekstur krim atau chunky tidak jarang terjadi. Jika aspirasi
mekonium, darah, atau cairan properadangan lainnya dicurigai, warna dan tekstur
e. Rales, rhonchi, dan batuk adalah semua diamati lebih jarang pada bayi dengan radang
paru-paru daripada individu yang lebih tua. Jika ada, mereka mungkin disebabkan
dari gas humidified diberikan selama ventilasi mekanik, atau tabung endotracheal
atau lebih dan konsisten dengan kerusakan pertukaran gas dari disfungsi paru berat
ventilasi tekanan positif, atau tekanan saluran udara positif terus menerus umumnya
h. Bayi dengan pneumonia dapat bermanifestasi asimetri suara napas dan dada yang
jalan napas parsial. Selain gejala klinis di atas, dapat juga muncul gambaran klinis
APGAR Score rendah, segera setelah lahir terjadi distress nafas, perfusi perifir
rendah, letargi, tidak mau minum, tidak mau minum, distensi abdomen, suhu tidak
c. Transnatal Pneumonia:
Onsetnya berlangsung lambat, proses infeksi selalu terjadi pada paru-paru dan
d. Nosokomial Pneumonia:
predisposisi antara lain BBL<1500 gram, dirawat lama, penyakit dasar berat,
Menurut Suriadi (2001) patofisiologi pada pneumonia dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme patogen
Streptococcus Pneumoniae).
b. Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus, terjadinya destruksi
c. Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik misalnya : Cystic Fibrosis (CF), aspirasi
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat
sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan
timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan
cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang
menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan
adanya partial oklusi yang akan membuahdaerah paru menjadi padat (konsolidasi).
Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan
rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan
panas
Membran paru meradang dan berlobang
HIPERTERMI
RBC, WBC, cairan keluar masuk alveoli
b. Pemeriksaan laboratorium:
3) Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
O2.
penyebab.
5) Analisa cairan lambung, bila leukosit (+) menunjukkan adanya inflamasi amnion
H. Penatalaksanaan Medis
penyebabnya.
vibrasi.
4) Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
A. Pengkajian
1. Anamnesa:
a. Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor RM, Nama penanggung
b. Riwayat antenatal: pemeriksaan selama hamil (ANC), hari pertama haid terakhir
riwayat terapi.
d. Riwayat penyakit ibu: DM, Asma, Hepatitis B, TB, Hipertensi, jantung dan
lainnya.
f. KU bayi saat persalinan: activity tonus reflex (ATR), tangisan, nadi, pernafasan,
kelainan fisik, berat badan, panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, APGAR
score.
2. Pemeriksaan fisik
a. Breathing
- Frekuensi napas cepat dan dangkal, gerakan dinding toraks dapat berkurang
pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup, retraksi sternum dan
nafas utama melemah atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronkhi
basah halus di lapangan paru yang terkena, kadang disertai dengan sputum.
b. Blood
- Denyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya normal, batas jantung
tidak mengalami pergeseran, akral dingin, sianosis, kulit pucat, icterus, CRT
c. Brain
d. Bladder
- Pengukuran volume output dan intake cairan, oleh karena itu perawat perlu
memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari
syok. Dikaji pula kelainan pada genetalia dan pola eliminasi urine.
e. Bowel
- Dikaji apakah ada distensi pada abdomen, bising usus, bagaimana pola
f. Bone
- Didapatkan kelemahan dan kelelahan secara fisik, dikaji pula adakah kelainan
B. Diagnosa Keperawatan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak efektif.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan rasio ventilasi dan difusi
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J., 2000, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC.
Doenges, dkk., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan
Price & Wilson, 1995, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4 Buku 1,
Jakarta: EGC.
Suriadi, Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Jakarta: CV Sagung Seto.