Anda di halaman 1dari 7

STRES DAN KECEMASAN ATLET

( Psikologi Olahraga )
Disusun Oleh :
Kelompok 6

1.BEWIS DARMAN ZEBUA


2.ABDIYANTO KURNIAWAN ZAI
3.WISMAN ALEXANDER WARUWU

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Latar Belakang
Semua atlet akan selalu dihadapkan pada sejumlah stimulus yang memberikan
pengalaman stress terhadap dirinya. Dalam dunia olahraga khususnya olahraga
kompetitif, atlet harus mempunyai kemampuan dalam mengatasi berbagai stimulus
yang berpotensi memberikan pengalaman stress terhadap dirinya seperti sorakan dan
cemoohan penonton, perasaan sakit akibat terjadi cedera, kekalahan dalam berbagai
pertandingan, kelemahan yang dimiliki atlet baik kelemahan fisik maupun kelemahan
mental, atau sumber-sumber lain yang mengakibatkan terjadinya stress.

Atlet yang aktif dalam dunia olahraga baik atlet daerah, nasional,  atau
internasional harus mempunyai kemampuan dalam coping stress, sehingga atlet
mampu dengan cepat mengatasi dan menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungan
baik internal maupun eksternal, atau berbagai permasalahan dan aspek-aspek yang
kurang menyenangkan yang diterima oleh diri atlet.
A.DEFENISI
1. Stress
Berbagai defenisi mengenai Stress telah dikemukakan oleh para ahli dengan versinya
masing-masing, walaupun pada dasarnya antara satu defenisi dengan defenisi lainnya terdapat
inti persamaannya. Selye (1976) mendefinisikan Stress sebagai “the nonspesific response of the
body to any demand”, sedangkan Lazarus (1976) mendefinisikan “stress occurs where there are
demands on the person which tax or exceed his adjustive resources” (Golberger & Breznitz,
1982, hal. 39). Dari kedua defenisi diatas tampak bahwa Stress lebih dianggap sebagai respon
individu terhadap tuntutan yang dihadapinya. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat dibedakan
dalam dua bentuk, yaitu tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan fisiologis dan tuntutan
eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan social. Hans Selye (1950) juga menambahkan
bahwa tidak ada aspek tunggal dari stimulus lingkungan yang dapat mengakibatkan stress,
tetapi semua itu tergabung dalam suatu susunan total yang mengancam keseimbangan
(homeostatis) individu.
2.  Kecemasan
Kecemasan (Anxiety) adalah salah satu gejala psikologis yang identik dengan perasaan
negative. Beberapa ahli psikologi menjelaskan pengertian kecemasan dalam berbagai makna.
Menurut Robert S. Weinberg dan Daniel Gold (2007: 78) mendefinisikan kecemasan adalah
sebuah perasaan negatif yang memiliki cirri gugup, rasa gelisah, ketakutan akan sesuatu yang
akan terjadi, dan yang terjadi pergerakan atau kegairahan dalam tubuh.
3.Frustasi
Fustasi timbul dikarenakan merasa gagal tidak dapat mencapai suatu yang diinginkan.
Setiap atlet menginginkan kepuasan yaitu itu menang; dan apabila itu tidak terwujud, maka
dapat menimbulkan frustasi. Frustasi adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang
terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.Misalnya putus pacar, perceraian, masalah kantor,
masalah sekolah atau masalah yang tidak kunjung selesai.
B. Sumber-sumber Stress, Kecemasan dan Frustasi
Sumber-sumber stress, kecemasan dan frustasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

SUMBER INTRINSIK
- Atlet sangat mengandalkan kemampuan tekniknya.
- Atlet merasa bermain baik sekali.
- Adanya negative thinking karena dicemooh atau dimarahi.
- Adanya pikiran puas diri.

- SUMBER EKSTRINSIK
- - Rangsangan yang membingungkan.
- Pengaruh massa.
- Kehadiran/ketidak hadiran pelatih
C. Cara Penanggulangan
Teknik-teknik untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi stress, kecemasan
serta frustasi yaitu sebagai berikut:
- Teknik Intervensi
a. Konsentrasi (Pemusatan perhatian)
b. Pengaturan pernapasan
c. Relaksasi otot secara progresif
d. Pembiasan/berlatih
e. Teknik-teknik khusus.
D. Stress, Kecemasan dan Frustasi dalam Pertandingan
Menurut scanlan (1984) dalam tulisnya yang berjudil: “kompetitif stress and the child
atlet” yang dimuat dalam buku “psikologikal foundation of sport” mengemukakan bahwa
“competitive stress” atau stress yang timbul dalam pertandingan merupakan reaksi emoasional
yang negative pada anak apabila rasa harga dirinya menrasa terancam. Hal seperti ini terjadi
apabila atlet yunior menganggap pertandingan sebagai tantangan yang berat untuk dapat
sukses, mengingat kemampuan penampilannya, dan dalam keadaan seperti ini atlet lebih
memikirkan akibat dari kekalahannya.
Stress selalu akan terjadi pada diri individu apabila sesuatu yang diharapkan mendapat
tantangan sehingga kemungkinan tidak tercapainya harapan tersebut menghantui
pemikirannya. Stress adalah suatu ketegangan emosional, yang akhrinya berpengaruh terhadap
proses-proses psikologis maupun proses fisiologik.
Spielberger (1986) dalam tulisnya mengenal “stress & Anxiety in sport” dalam kumpulan
karya ilmiah yang dihimpun oleh morgan berjudul “sport psychology” menegaskan bahwa
stress menunjukan “psychological proses” yang kompleks, dan proses ini pada umumnya
terjadi dalam situasi yang mengandung hal yang dapat merugikan, berbahaya, atau dapat
menimbulkan frustasi (streesor).
“Stressor” menurut Spielberger (1986) menunjukan situasi-situasi atau stimuli yang secara
objrktif ditandai dengan adanya tekanan fisik atau psikologi atau bahaya dalam suatu tingkat
tertentu. Situasi penuh stress akan ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, dalam tingkat-
tingkat yang berbeda dalam perkembangan manusia.
A.Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka kami menarik kesimpulan yaitu sebagai
berikut:
- Olahraga adalah suatu kegiatan yang bukan saja bersifat jasmaniah,
melainkan merupakan kegiatan sebagai suatu totalitas;
- Dalam diri seorang atlet terdapat faktor-faktor psikologis yang mendukung
atau menghambat penampilan atlet itu sendiri.
- Stress, kecemasan dan frustasi merupakan keadaan yang selalu mencul
kepermukaan ketika menghadapi even yang kopetitif.
- Pelatih mempunyai peranan penting dalam menjaga kondisi psikologis
atlet.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai