“ MOTIVASI ATLET “
1. Fadila Nuraini
2. M.Arifal Mihardi
3. Nico Wahyu Saputra
4. Raga Kurniawan
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisikan tentang
motivasi atlet. Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata
kuliah psikologi olahraga, guna mendapat nilai tugas kelompok.
Adapun isi makalah ini disusun secara sistematis dan merupakan referensi
dari beberapa sumber yang menjadi acuan dalam penyusunan tugas. Kami berharap
makalah ini dapat memberi sumbangan yang berarti dalam proses kegiatan belajar
mata kuliah psikologi olahraga dan sumber pengetahuan kepada pembaca dan
mendapat ridho dari Allah SWT.
Kami selaku penyusun makalah ini sangat sadar bahwa masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman, Bapak
pembimbing yang sangat kami harapkan agar tugas berikutnya dapat lebih baik lagi.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Apa itu motivasi atlet dalam psikolgi olahraga?
C. Tujuan
Mengeahui apa itu motivasi atlet dalam psikologi olahraga.
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah yaitu, hasil penemuan yang dapat
digunakan dan berguna untuk orang lain atau pemakalah itu sendiri.
Pada dasarnya setiap penelitian diharapkan mempunyai kegunaan baik
secara teoritis maupun praktis, dan kegunaan teoritis berarti untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan secara praktis sebagai dasar
keputusan dalam upaya memecahkan masalah yang timbul dalam
penelitian.
E.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI MOTIVASI
1. Jenis motivasi
Pengalaman nyata dinegara-negara berkembang pada umumya, seperti
juga di Indonesia, adalah bila atletnya mengalami kegagalan pada suatu
turnamen, maka kelemahan teknik dan taktik dituding sebagai penyebab
utama. Dinegara-negara yang sudah maju prestasi olahraganya, kurangnya
motivasi dituding sebagai penyebab utama. Anggapan yang berbeda ini
sebenarnya disebakan kelemahan teknik masih menonjol dinegara-negara
berkembang, sedangkan kemampuan teknik dan fisik bukan masalah
dinagara maju. Sehingga motivasi merupakan kunci utama untuk
menghasilkan penampilan yang prima.
Peranan motivasi dalam olahraga banyak dibicarakan dan diperhatikan
oleh ahli-ahli psikologi olahraga. Menurut Singgih Gunarsa (2005), prestasi
seseorang diasilkan dari motivasi ditambah dengan latihan. Straub (1992)
menyatakan bahwa prestasi seseorang adalah motivasi ditambah
keterampilan. Sedangkan menurut R.N Singer (1986) prestasi olahraga itu
sama dengan keterampilan yang diperoleh melalui motivasi yang
menyebabkan atlet bertahan dalam latihan, ditambah dengan motivasi
menyebabkan atlet bergairah berlatih keras. Memang tidak dapat disangkal
motivasi tidak dapat dipisahkan dengan keberhasilan atlet dalam olahraga.
Motivasi olahraga dapat dibagi atas motivasi sekunder dan primer,
dapat pula atas motivasi biologis dan sosial. Namun, banyak ahli
membaginya atas dua jenis, intrinsik dan ekstrinsik.
1) External regulation.
Regulasi eksternal mempunyai makna bahwa sebuah perilaku muncul
dalam rangka mendapatkan benda-benda/sesuatu yang bersifat eksternal
(medali, trofi) serta dalam rangka menghindari tekanan (tekanan sosial).
Bukti bahwa seorang atlet sedang berada dalam fase regulasi eksternal
adalah ketika mereka mengatakan, “Saya akan pergi berlatih hari ini karena
saya tidak ingin dicadangkan oleh pelatih pada pertandingan mendatang!”
Dalam ucapan ini tampak bahwa pemain tersebut datang ke latihan
hanya karena dia takut tidak bermain di tim inti. Jadi motivasinya bukan
karena memang dia membutuhkan latihan. Bagaimana seandainya sang
pelatih sudah cinta mati kepadanya? Tentu saja dia akan sering mangkir
latihan, karena toh nggak latihan saja dia tetap akan main di tim utama.
2) Introjected regulation.
Dalam tipe kedua dari motivasi ekstrinsik ini pemain mulai
menginternalisasi alasan-alasan dari perilakunya. Internalisasi alasan ini
menggantikan kontrol dari luar seperti dalam external regulation. Dia
menggantikan kontrol eksternal dengan sesuatu yang berasal dari dalam diri.
Masih dalam konteks latihan, pemain yang mempunyai introjected regulation
ini akan mengatakan, “Saya berlatih karena saya akan merasa bersalah
seandainya tidak datang.”
Dengan kata lain, meskipun sumbernya masih berasal dari luar, tapi
pemain sudah mulai menggunakan unsur yang berasal dari dalam dirinya,
yakni rasa bersalah. Tapi sekali lagi, bukan di dasarkan atas kebutuhan akan
latihan yang berasal dari dalam dirinya.
4) Integrated regulation
Tipe keempat yang juga tipe paling tinggi berdasarkan teori self
determinism adalah integrated regulation. Dalam integrated regulation
ini, pemain sudah memilih sebuah perilaku untuk dikerjakan yang
bergerak dari motivasi eksternal ke tindakan yang terpilih. Dalam kasus
ini, pilihan yang diambil oleh seseorang dibuat berdasarkan fungsi-
fungsi yang berhubungan dengan berbagai macam aspek dari diri
seseorang. Seorang atlet sudah memilih untuk tetap tinggal di rumah
dibanding jalan-jalan bersama teman-teman, sehingga atlet tersebut akan
siap menghadapi pertandingan esok hari.
Ada pilihan-pilihan aktivitas lain yang muncul bersamaan dengan
aktivitas yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemain. Dalam tahap
ini, berarti memang motivasi eksternal mencapai titik efektifnya karena
selain menjadi pengatur perilaku atlet, motivasi eksternal ini juga sudah
memberi kesadaran bagi seorang atlet akan perilaku yang seharusnya dia
lakukan.
d. Jangan merusak fokus intrinsik dengan pemberian reward yang tidak tepat.
Pemberian reward (hadiah) yang tidak tepat sasaran akan
merusak motivasi intrinsik dari seorang atlet. Di dalam proses latihan,
motivasi yang muncul dari para atlet seharusnya adalah keingintahuan,
keinginan untuk memperbaiki diri atau keinginan untuk mendapatkan
sensasi dari teknik yang dijalankan. Bentuk reward atau iming-iming
akan cenderung membuat atlet menjadi terdorong untuk mendapatkan
hadiah tersebut. Untuk itulah proses pemberian reward harus tepat
sasaran.
e. Buat latihan menjadi menyenangkan.
Latihan yang menyenangkan akan membuat tekanan menjadi
berkurang. Keinginan untuk semakin tahu dan semakin bisa akan muncul
jika situasi latihan menyenangkan.
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUTAKA
Ryan, R.M., & Deci, E. L. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic
Definitions and New Directions. Contemporary Educational
Psychology, 25, 54-67