“ MOTIVASI ”
Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan hidayahnya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini mengenai “MENGETAHUI APA ITU
MOTIVASI”.Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkah kepada junjungan kita nabi
Muhammad saw beserta keluarganya dan para sahabatnya semoga kita mendapat syafaatnya kelak
di hari kiamat, amin.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah serta pihak
pihak lain yang telah memberi materi kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik, adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah.
Didalam penulisan makalah ini kami sangat menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami membutuhkan keritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kelancaran tugas-tugas selanjutnya. Demikian yang dapat kami sampaikan dan
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca khususnya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 5
Kesimpulan................................................................................................................................ 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu kata movere yang berarti bergerak.
Dalam konteks sekarang, motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses psikologi yang
menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai
satu tujuan.
Dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga, tidak ada atlet yang dapat menang
atau menunjukan prestasi yang optimal tanpa motivasi. Meskipun atlet atau tim
mempunyai keterampilan yang baik, tetapi tidak ada hasrat untuk bermain baik, biasanya
mengalami kekalahan. Demikian pula atlet atau tim yang mempunyai hasrat tinggi tetapi
tidak mempunyai keterampilan, maka prestasi tetap buruk. Hasil optimal hanya dapat
dicapai kalau motivasi dan keterampilan saling melengkapi. Pernyataan ini, menunjukan
bahwa motivasi sebagai aspek dan proses psikologi berhubungan erat dengan
keterampilan, perlu ditumbuhkan dan dibina dalam pencapaian prestasi atlet yang optimal.
Sebenarnya secara fisik motivasi itu tidak nampak dan tidak biasa diamati secara
langsung, yang biasa diamati hanya gejala-gejalanya saja dalam bentuk tingkah laku
manusia yang merupakan akibat atau manifestasi dari tinggi rendahnya ( ada tidaknya )
motivasi dari orang itu. Kita sering dilingkupi oleh nilai-nilai yang sewaktu-waktu dapat
mendorong kita untuk bereaksi ataupun tidak bereaksi. Hal inilah yang menjadi salah satu
sebab mengapa sukar sekali orang mengukur motivasi secara umum, apalagi jika
pengukuran itu tergantung dari kata hati dan perasaan.
6
2.2.DEFINISI MOTIVASI MENURUT AHLI PSIKOLOGI
7
dan para orang tua karena memiliki daya tarik untuk mengembangkan berbagain kemampuan,
menumbuhkan harapan – harapan, memberikan pengalaman yang membanggakan,
meningkatkan kesehatan jasmani, dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan praktis dalam
kehidupan sehari – hari dan sebagainya.
Melalui olahraga para pemuda mendaptakan kesempatan yang luas untuk
mengembangkan kemampuan, mendapatkan pengakuan dan popularitas, menemukan teman
teman baru serta pengalaman bepergian dan bertanding yang mendatangkan kegembiraan dan
kepuasan. Olahraga merupakan aktivitas yang unik, dimana sermua memerlukan hubungan
yang harmonis dan ideal antara proses berfikir, emosi dan gerakan. Kompetisi menimbulkan
keadaan penuh stres dan dapat menimbulkan kecemasan atau anxiety, serta tantangan untuk
mengatasi berbagai perasaan, dengan berolahraga timbul bermacam -macam dorongan untuk
bertindak sebaik - baiknya yang merupakan sebagian dorongan untuk mengembangkan diri
sendiri atau ”self – improvement”.
Ada beberapa teori motivasi yang cukup menarik untuk dibicarakan, yakni Teori
hedonismo, Teori Naluri, Teori Kebudayaan dan Teori Kebutuhan.
1. Teori Hedonisme
Teori ini mengatakan bahwa pada hakekatnya manusia akan memilih aktivitas yang
menyebabkannya merasa gembira dan senang. Begitu pula dalam olahraga, orang hanya
akan memilih aktivitas yang menarik dan menguntungkan dirinya dan akan
mengesampingkan yang tidak menarik. Oleh sebab itu, pelatih harus mempersiapkan dan
membantu setiap atlet untuk memperbesar apa yang memberi nilai tambah yang dicarinya
pada saat itu dan memperkecil apa saja yang dapat menumbuhkan ketidaksenangan dalam
aktivitas itu.
2. Teori Naluri
3. Teori Kebudayaan
8
4. Teori kebutuhan
Sama halnya pada proses pembelajaran. Pentingnya peranan motivasi dalam proses
pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk
tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik
diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna
memenuhi / memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan
tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran.
9
1. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan
timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku
seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu
pekerjaan.
Pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai dalam pembelajaran sebagai berikut:
2.5.SUMBER MOTIVASI
Motivasi olahraga dapat dibagi atas motivasi primer dan sekunder, dapat pula atas
motivasi biologis dan sosial. Namun banyak ahli membagikannya atas dua jenis, intrinsik
dan ekstrinsik.
a) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam yang menyebabkan individu
berpartisipasi. Dorongan ini sering dikatakan dibawa sejak lahir, sehingga tidak dapat
dipelajari. Atlet yang punya motivasi intrinsik akan mengikuti latihan peningkatan
kemampuan atau ketrampilan, atau mengikuti pertandingan, bukan karena situasi buatan
(dorongan dari luar), melainkan karena kepuasan dalam dirinya. Bagi atlit tersebut,
kepuasan diri diperoleh lewat prestasi yang tinggi bukan lewat pemberian hadiah, pujian
atau penghargaan lainnya. Atlit ini biasanya tekun, bekerja keras, teratur dan disiplin dalam
menjalani latihan serta tidak menggantungkan dirinya pada orang lain.
Pada umumnya kemenangan yang diperoleh dalam kompetisi merupakan kepuasan
dan selalu dievaluasi guna lebih ditingkatkan, dan kekalahan akan diterima tanpa
kekecewaan melainkan akan menjadi sumber analisa terhadap kekuatan lawan dan
kelemahan diri sendiri guna diperbaiki melalui latihan-latihan yang keras. Biasanya atlit
ini mempunyai kepribadian yang matang, sportif, tekun, percaya diri, disiplin dan kreatif.
Motivasi intrinsik memiliki faktor-faktor dari dalam doro manusia itu sendiri.
Seperti yang di ungkapkan oleh Abraham H. Maslow pada teori kebutuhan. Teori motivasi
10
yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa
manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan
sex;
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga
mental, psikologikal dan intelektual;
3. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam
berbagai simbol-simbol statuus
5. Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang
untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh
dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur
manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan,
bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama
diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah
“hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga.
Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang
pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan
kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat
kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang,
pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum
seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
11
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan
manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini,
perlu ditekankan bahwa :
• Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu
yang akan datang;
• Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari
pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
• Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu
kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan
kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis,
namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi
yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu yang
menyebabkan individu beradaptasi dalam olahraga. Dorongan ini barasal dari pelatih, guru,
orngtua, bangsa atau berupa hadiah, sertifikat, penghargaan atau uang. Motivasi ekstrinsik
itu dapat dipelajari dan tergantung pada besarnya nilai penguat itu dari waktu ke waktu. Ini
dapat karena mempertaruhkan nama bangsa dan negara, karena hadiah besar, karena
publikasi lewat media massa. Dorongan yang demikian ini biasanya tidak bertahan lama.
Perubahan nilai hadiah, tiadanya hadiah akan menurunkan semangat dan gairah berlatih.
Kurangnya kompetisi menyebabkan latihan kurang tekun, sehingga prestasinya merosot.
Motivasi ekstrinsik dalam olahraga meliputi juga motivasi kompetitif, karena motif
untuk bersaing memegang peranan yang lebih besar daripada kepuasan karena telah
berprestasi baik. Kemenangan merupakan satu-satunya tujuan, sehingga dapat timbul
kecenderungan untuk berbuat kurang sportif atau kurang jujur seperti licik dan curang.
Atlet-atlet yang bermotifasi ektrinsik, sering tidak menghargai orang lain, lawannya, atau
peraturan pertandingan. Agar dapat menang, maka ia cenderung berbuat hal-hal yang
merugikan, seperti memakai obat perangsang, mudah dibeli atau disuap.
12
demikian tingkah laku individu dalam olahraga dipengaruhi oleh motivasi intrinsik
maupun motivasi ekstrinsik.
Peran motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat kita lihat dalam pertandingan. Dalam
pertandingan atlet atau tim akan bermain dilapangan yang baru, menghadapi penonton
yang banyak. Sebelum dan selama pertandingan mereka selalu mendapat petunjuk-
petunjuk dari pelatih baik teknik, strategi maupun dorongan semangat, agar mereka dapat
bermain sebaik mungkin dan memenangkan pertandingan. Situasi penonton, lapangan
yang baru, petunjuk pelatih, menyebabkan tingkah laku mereka dalam kendali lingkungan.
Artinya, motivasi ekstrinsik berfungsi. Dengan demikin dalam diri atlet atau tim berfungsi
motivasi intrisik karena adanya kebutuhan-kebutuhannya sendiri, dan motivasi ekstrisik
karena dipengaruhi keadaan dari luar.
Ada banyak sekali faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi.
Gunarsa (2004) menjelaskan bahwa ada 4 dimensi dari motivasi. Dimensi-dimensi
tersebut adalah:
1. Atlet Sendiri
Atlet memegang peranan sentral dari munculnya motivasi. Atlet sendiri yang mengatur
dirinya untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu. Jika atlet sudah merasa puas dengan
pencapaian yang ada, maka tidak ada lagi usaha keras untuk mendapatkan sesuatu yang
baru.
2. Hasil Penampilan
Hasil penampilan sangat menentukan motivasi seorang atlet selanjutnya. Kekalahan
dalam pertandingan sebelumnya akan berdampak negatif terhadap motivasi atlet
berikutnya. Atlet akan diliputi perasaan tidak berdaya dan seolah-olah tidak mampu lagi
untuk bangkit. Terlebih lagi jika mengalami kekalahan dari pemain yang dianggap lebih
lemah dari dirinya. Sebaliknya, jika mendapatkan kemenangan, maka hal itu akan
menumbuhkan sikap positif untuk mengulang keberhasilan yang berhasil dia raih. Sebagai
contoh, permainan tim nasional sepakbola Indonesia dalam Piala Asia tahun 2007 yang
lalu. Kemenangan pertandingan pertama melawan Bahrain membuat para pemain tim
nasional begitu bersemangat untuk mendapatkan hasil serupa ketika bertanding melawan
Arab Saudi pada pertandingan setelahnya.
13
3. Suasana Pertandingan
Suasana pertandingan sangat menentukan emosi seorang atlet. Sebagai contoh, Taufik
Hidayat kerap mundur dari pertandingan gara-gara merasa dicurangi oleh wasit.
Kondisi tersebut tentu saja tidak menyenangkan. Emosi yang sudah terganggu oleh
kondisi pertandingan yang tidak menyenangkan akan berdampak pada motivasi atlet
dalam menyelesaikan atau memenangkan sebuah pertandingan
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu :
➢ ”Motivasi Olahraga” adalah keseluruhan daya penggerak (motif – motif) didalam diri
individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan
memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Melalui
olahraga para pemuda mendaptakan kesempatan yang luas untuk mengembangkan
kemampuan, mendapatkan pengakuan dan popularitas, menemukan teman – teman baru
serta pengalaman bepergian dan bertanding yang mendatangkan kegembiraan dan
kepuasan. Olahraga merupakan aktivitas yang unik, dimana sermua memerlukan hubungan
yang harmonis dan ideal antara proses berfikir, emosi dan gerakan.
➢ Peran motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat kita lihat dalam pertandingan. Dalam
pertandingan atlet atau tim akan bermain dilapangan yang baru, menghadapi penonton
yang banyak. Sebelum dan selama pertandingan mereka selalu mendapat petunjuk-
petunjuk dari pelatih baik teknik, strategi maupun dorongan semangat, agar mereka dapat
bermain sebaik mungkin dan memenangkan pertandingan. Situasi penonton, lapangan
yang baru, petunjuk pelatih, menyebabkan tingkah laku mereka dalam kendali lingkungan.
Artinya, motivasi ekstrinsik berfungsi. Dengan demikin dalam diri atlet atau tim berfungsi
motivasi intrisik karena adanya kebutuhan-kebutuhannya sendiri, dan motivasi ekstrisik
karena dipengaruhi keadaan dari luar.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://rendrapjk08.wordpress.com/2010/10/30/motivasi-olahraga/
http://makalahkuki.blogspot.com/2018/11/motivasi-dalam-olahraga.html
https://staffnew.uny.ac.id/upload/132304485/pendidikan/Makalah+Gabungan+Psikologi+Olahraga.pdf
https://baixardoc.com/preview/makalah-psikologi-olahragadocx-5d1bbef623ea4
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/7a926988005e5c9f5e5bd964fd0d621d.pdf
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpes/article/download/17358/8769/
16