DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr Kamal Firdaus & Dr. Mario Febrian, M.Pd
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I .......................................................................................................................
PENDAHULUAN .......................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................
C. TUJUAN...........................................................................................................
BAB II......................................................................................................................
1. ISU GENDER DALAM OLAHRAGA .................................................................
A. PENGERTIAN GENDER DAN OLAHRAGA...................................................
B. PERMASALAHAN GENDER DI DALAM OLAHRAGA DAN MUNCULNYA
PENYETARAAN GENDER......................................................................................
C. HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN MESTRUASI, KEHAMILAN DAN
MENOPAUSE.............................................................................................................
D . WANITA DAN OLAHRAGA...............................................................................
BAB III ....................................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................................
KESIMPULAN......................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kelompok
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Gender dan Olahraga ” dengan tepat
waktu.Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosiologi Olahraga .Selain
itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang landasan pendidikan bagi
para pembaca dan penulis.
Kelompok mengucapkan terima kasih kepada & Dr. Mario Febrian, M.Pd selaku
Dosen Pengampu Mata Sosiologi Olahraga . Ucapan terima kasih juga kepada semua
pihak yang telah membantu dan juga memberikan semangat dalam proses penulisan
makalah ini. Kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demiakan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan juga
penulis.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani dalam permainan, perlombaan atau
pertandingan serta kegiatan jasmani yang intensif dilakukan dalam rangka memperoleh
rekreasi, hiburan, kemenangan, maupun prestasi yang maksimal. Olahraga sangatlah
penting untuk para wanita mulai dari yang muda sampai lanjut usia, mereka harus bero-
lahraga, oleh sebab itu banyak olahraga wanita yang dewasa ini sering terlihat di
masyakarat.
Akan tetapi banyak timbul permasalahan mengenai gender perempuan di olahraga.
Karena perempuan lebih rapuh apa lebih lemah kemampuan fisiknya untuk melakukan
olaharaga yang dilakukan oleh kalangan laki-laki. Oleh sebab itu wanita sering dire-
mehkan untuk melakukan aktifitas olahraga yang berat seperti kontak fisik dan keta-
hanan.
Dari permasalahan tersebut muncullah pemikiran mengenai penyetaraan gender.
Pemikiran ini muncul karena perempuan dianggap mampu menorehkan prestasi yang
bagus dalam olahraga. Dari beberapa permasalahan yang ada mengenai gender membuat
penyetaraan gender ini diperlukan.
Dari berkembangnya berbagai olahraga untuk waanita di masyarakat, tidak
menutup kemungkinan olahraga juga dapat dilakukan oleh wanita saat sedang mengalami
menstruasi, hamil maupun sudah lanjut usia. Dengan berolahraga tentu dapat memberikan
dampak bagi tubuk baik dampak positif maupun negatif tergantung dari jenis, intensitas,
dan kekuatan tubuh. Sehingga untuk wanita yang sedang menstruasi pelaksanaan
olahraga harus sesuai dengan kaidah pelaksanaan olahraga yang baik dan benar. Dari
berbagai permasalahan terkait olahraga dengan wanita maka melalui makalah ini, penulis
ingin memperdalam kajian dengan memaparkan tentang perbedaan laki-laki dan wanita
dari aspek anatomis, isu-isu terkait gender dan olahraga, maupun hubungan olahraga den-
gan wanita menstruasi, kehamilan dan menopause.
a. Mitos Fisiologi
Adanya kepercayaan bahwa partisipasi olahraga menyebabkan efek fisik yang
berbahaya bagi wanita. Mitos ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Partisipasi yang keras dalam olahraga dapat mengganggu kemampuan untuk
melahirkan, Hal ini disebabkan bahwa latihan fisik akan memperkeras otot pelvis,
sehingga tidak akan cukup fieksibel untuk melahirkan secara normal.
2. Aktivitas pada beberapa cabang olahraga dapat merusak organ reproduksi dan payudara
wanita. Mitos ini tetap ada meskipun uterus adalah organ internal yang sangat anti
getaran dan lebih terlindung dibanding organ vital pria.
3. Struktur tulang wanita lebih lemah, sehingga akan memudahkan terjadinya cedera.
Meski ukuran tubuh wanita umumnya lebih kecil dari pada pria, namun tulang mereka
tidak lebih lemah. Bahkan, karena berat badan dan berat otot wanita lebih ringan, maka
tulang mereka menghadapi bahaya yang lebih sedikit dibanding pria.
4. Keterlibatan yang aktif membuat masalah pada menstruasi. Menurut para ginekolog,
"aktivitas olahraga tidak mempengaruhi menstruasi." (Wyrick, 1974). Memang bagi atlet
dalam periode latihan yang keras, sering mengalami keterlambatan menstruasi. Namun
hal ini disebabkan oleh kurangnya persentasi lemak tubuh, Jadi masalah ini akan hilang
jika latihan ketat ini berakhir. Penari balet professional sering mengalami perubahan
siklus menstruasi, namun hal ini juga berakhir jika latihan ketat mereka dihentikan.
5. Keterlibatan dalam olahraga mengakibatkan timbulnya otot yang menonjol dan tidak
menarik. Padahal suatu tubuh yang dikondisikan dengan baik akan menjadi menarik.
Kondisi fisik yang baik ini juga akan meningkatkan image tubuh dan meningkatnya sifat
responsif fisik. Otot yang menonjol dihasilkan oleh hormon androgen yang lebih banyak
terdapat pada kaum pria.
b. Mitos Performansi
Pola diskriminasi juga terlihat dengan argumentasi bahwa wanita tidak bisa tampil
lebih baik dari pria. Hal ini sangat menghambat karena akan membatasi peluang,
sehingga membatasi wanita untuk membangun kemampuannya.
Sebelum masa puber, perbedaan performansi antara anak laki-laki dan perempuan
disebabkan oleh pengalaman bukan oleh faktor fisik ataupun potensi performansinya.
Bahkan wanita rnempunyai keuntungan yang lebih baik karena mereka lebih cepat
dewasa. Setelah masa puber, keuntungan ada di pihak pria karena hormon dan perbedaan
pertumbuhan yang menyebabkan rata-rata pria lebih besar dan lebih kuat dari rata-rata
wanita. Hal ini bisa digunakan sebagai dasar untuk membagi-bagi olahraga, namun bukan
alasan untuk menutup peluang bagi wanita.
Menurut Malcolm Collins seorang ahli biokimia medis yang mengambil
spesialisasi kedokteran olahraga si University of Cape Town, tes gender dalam ajang
olahraga ini adalah bentuk aturan main yang fair. Peraturan ini berlaku untukperempuan
yang memproduksi hormon androgen, terutama testosterone melebihi level normal. Ini
berefek samping pada postur dan karakteristik biologis perempuan tersebut seperti
karakteristik biologis laki-laki. Tubuh akan berekembang memiliki massa otot lebih
besar. Di sisi lain, seorang ahli endokrinologi di Yale School of Medicine di New Haven,
Connecticut, Myron Genel menyatakan bahwa pedoman itu seharusnya mengeliminasi
stigmatisasi terhadap perempuan yang dianggap banyak orang tidak terlihat ‘sebagaimana
mestinya
Dari penjelasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa ‘tes gender’ ini bisa
memperlihatkan kepada masyarakat luas bahwa terdapat variasi seks dalam tubuh
manusia. Bukan seks yang berarti jenis kelamin, melainkan komponen-komponen
biologis seperti kapasitas kromosom dan hormon seseorang. Satu hal yang menjadi sangat
penting, ‘tes gender’ ini hadir karena peraturan dan ketentuan dalam ajang olahraga yang
jelas-jelas bersifat sangat biner. Sehingga, orang-orang dengan karakteristik seks yang
spesial dan pilihan gender yang tidak mainstream (transgender), diragukan untuk ikut
serta dalam ajang olahraga umum seperti ini. Seks dan gender itu sangat cair dan
bervariasi. Mungkin di satu sisi pedoman peraturan ajang olahraga ini terkesan
diskriminatif. Namun, semua ini ada karena efek domino dari pandangan yang biner dan
heteronormativitas. Yang sudah terpatri dalam benak orang awam adalah “perempuan
memiliki karakteristik tubuh dan sifat X” sedangkan “laki-laki memiliki karakteris tubuh
dan sifat Y. Sehingga saat perempuan itu Y dan laki laki itu X maka akan dianggap di
luar normal.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai gender dan olahraga adalah bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam partisipasi,
dukungan, dan prestasi olahraga. Laki-laki cenderung lebih banyak terlibat dalam
olahraga dan menerima lebih banyak dukungan dalam hal peralatan, pelatihan, dan
sumber daya. Mereka juga cenderung mencapai tingkat prestasi yang lebih tinggi dalam
olahraga yang sama.
Sementara itu, perempuan sering menghadapi diskriminasi dan hambatan dalam
partisipasi olahraga, seperti stereotipe gender, kekurangan dukungan, kurangnya
kesempatan, dan penggajian yang lebih rendah. Namun, dengan adanya upaya dan
inisiatif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga olahraga, dan masyarakat,
kesenjangan gender dalam olahraga dapat dikurangi dan akhirnya dihilangkan.
Olahraga dapat memberikan manfaat kesehatan fisik dan mental bagi semua
orang, baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
mempromosikan partisipasi yang adil dan merata di antara semua jenis kelamin dan
menghilangkan diskriminasi dan hambatan yang masih ada dalam olahraga.