Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH SOSIOLOGI OLAHRAGA

“ OLAHRAGA DAN GENDER ”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


1. HISKA NASRA AZIZAH
2. GERRY ELISA SILABAN
3. M. FAUZAN ASHIRAT
4. RAFFI AHMAD
5. IRFAN ALIF MUZAKI

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr Kamal Firdaus & Dr. Mario Febrian, M.Pd

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I .......................................................................................................................
PENDAHULUAN .......................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................
C. TUJUAN...........................................................................................................
BAB II......................................................................................................................
1. ISU GENDER DALAM OLAHRAGA .................................................................
A. PENGERTIAN GENDER DAN OLAHRAGA...................................................
B. PERMASALAHAN GENDER DI DALAM OLAHRAGA DAN MUNCULNYA
PENYETARAAN GENDER......................................................................................
C. HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN MESTRUASI, KEHAMILAN DAN
MENOPAUSE.............................................................................................................
D . WANITA DAN OLAHRAGA...............................................................................
BAB III ....................................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................................
KESIMPULAN......................................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kelompok
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Gender dan Olahraga ” dengan tepat
waktu.Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosiologi Olahraga .Selain
itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang landasan pendidikan bagi
para pembaca dan penulis.
Kelompok mengucapkan terima kasih kepada & Dr. Mario Febrian, M.Pd selaku
Dosen Pengampu Mata Sosiologi Olahraga . Ucapan terima kasih juga kepada semua
pihak yang telah membantu dan juga memberikan semangat dalam proses penulisan
makalah ini. Kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demiakan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan juga
penulis.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani dalam permainan, perlombaan atau
pertandingan serta kegiatan jasmani yang intensif dilakukan dalam rangka memperoleh
rekreasi, hiburan, kemenangan, maupun prestasi yang maksimal. Olahraga sangatlah
penting untuk para wanita mulai dari yang muda sampai lanjut usia, mereka harus bero-
lahraga, oleh sebab itu banyak olahraga wanita yang dewasa ini sering terlihat di
masyakarat.
Akan tetapi banyak timbul permasalahan mengenai gender perempuan di olahraga.
Karena perempuan lebih rapuh apa lebih lemah kemampuan fisiknya untuk melakukan
olaharaga yang dilakukan oleh kalangan laki-laki. Oleh sebab itu wanita sering dire-
mehkan untuk melakukan aktifitas olahraga yang berat seperti kontak fisik dan keta-
hanan.
Dari permasalahan tersebut muncullah pemikiran mengenai penyetaraan gender.
Pemikiran ini muncul karena perempuan dianggap mampu menorehkan prestasi yang
bagus dalam olahraga. Dari beberapa permasalahan yang ada mengenai gender membuat
penyetaraan gender ini diperlukan.
Dari berkembangnya berbagai olahraga untuk waanita di masyarakat, tidak
menutup kemungkinan olahraga juga dapat dilakukan oleh wanita saat sedang mengalami
menstruasi, hamil maupun sudah lanjut usia. Dengan berolahraga tentu dapat memberikan
dampak bagi tubuk baik dampak positif maupun negatif tergantung dari jenis, intensitas,
dan kekuatan tubuh. Sehingga untuk wanita yang sedang menstruasi pelaksanaan
olahraga harus sesuai dengan kaidah pelaksanaan olahraga yang baik dan benar. Dari
berbagai permasalahan terkait olahraga dengan wanita maka melalui makalah ini, penulis
ingin memperdalam kajian dengan memaparkan tentang perbedaan laki-laki dan wanita
dari aspek anatomis, isu-isu terkait gender dan olahraga, maupun hubungan olahraga den-
gan wanita menstruasi, kehamilan dan menopause.

esehatan adalah salah satu


hak dari setiap manusia.
Artinya setiap orang,
siapapun dia, bagaimanapun
dia, berjenis kelamin apapun
dia, dimanapun ia berada
mempunyai hak untuk dapat
hidup sehat, baik aspek fisik
maupun aspek nonfisiknya.
Dengan demikian setiap
manusia mendapat
kebebasan untuk dapat
memelihara
kesehatannya. Salah satu
cara yang dapat digunakan
untuk memelihara kesehatan
yaitu dengan berolahraga.
Olahraga adalah suatu bentuk
kegiatan jasmani yang dapat
dalam permainan,
perlombaan atau pertandingan
serta kegiatan jasmani yang
intensif dilakukan dalam
rangka memperoleh rekreasi,
hiburan, kemenangan, maupun
prestasi yang maksimal.
Olahraga sangatlah penting
untuk para wanita mulai dari
yang muda sampai lanjut
usia, mereka harus berolahraga
oleh sebab itu banyak olahraga
wanita yang dewasa
ini sering terlihat di
masyakarat.
Akan tetapi banyak timbul
permasalahan mengenai
gender perempuan di
olahraga. Karena perempuan
lebih rapuh apa lebih lemah
kemampuan fisiknya untuk
melakukan olaharaga yang
dilakukan oleh kalangan laki-
laki. Oleh sebab itu wanita
sering diremehkan untuk
melakukan aktifitas olahraga
yang berat seperti kontak fisik
dan ketahanan.
Dari permasalahan tersebut
muncullah pemikiran
mengenai penyetaraan
gender. Pemikiran ini
muncul karena perempuan
dianggap mampu
menorehkan
prestasi yang bagus dalam
olahraga. Dari beberapa
permasalahan yang ada
mengenai
gender membuat penyetaraan
gender ini diperlukan.
Dari berkembangnya berbagai
olahraga untuk waanita di
masyarakat, tidak
menutup kemungkinan
olahraga juga dapat
dilakukan oleh wanita saat
sedang
mengalami menstruasi, hamil
maupun sudah lanjut usia.
Dengan berolahraga tentu
dapat memberikan dampak
bagi tubuk baik dampak positif
maupun negatif tergantung
dari jenis, intensitas, dan
kekuatan tubuh. Sehingga
untuk wanita yang sedang
menstruasi pelaksanaan
olahraga harus sesuai dengan
kaidah pelaksanaan olahraga
yang baik dan benar. Dari
berbagai permasalahan
terkait olahraga dengan
wanita
maka melalui makalah ini,
penulis ingin memperdalam
kajian dengan memaparkan
tentang perbedaan laki-laki
dan wanita dari aspek
anatomis, isu-isu terkait
gender dan
olahraga, maupun hubungan
olahraga dengan wanita
menstruasi, kehamilan, dan
menopause
esehatan adalah salah satu
hak dari setiap manusia.
Artinya setiap orang,
siapapun dia, bagaimanapun
dia, berjenis kelamin apapun
dia, dimanapun ia berada
mempunyai hak untuk dapat
hidup sehat, baik aspek fisik
maupun aspek nonfisiknya.
Dengan demikian setiap
manusia mendapat
kebebasan untuk dapat
memelihara
kesehatannya. Salah satu
cara yang dapat digunakan
untuk memelihara kesehatan
yaitu dengan berolahraga.
Olahraga adalah suatu bentuk
kegiatan jasmani yang dapat
dalam permainan,
perlombaan atau pertandingan
serta kegiatan jasmani yang
intensif dilakukan dalam
rangka memperoleh rekreasi,
hiburan, kemenangan, maupun
prestasi yang maksimal.
Olahraga sangatlah penting
untuk para wanita mulai dari
yang muda sampai lanjut
usia, mereka harus berolahraga
oleh sebab itu banyak olahraga
wanita yang dewasa
ini sering terlihat di
masyakarat.
Akan tetapi banyak timbul
permasalahan mengenai
gender perempuan di
olahraga. Karena perempuan
lebih rapuh apa lebih lemah
kemampuan fisiknya untuk
melakukan olaharaga yang
dilakukan oleh kalangan laki-
laki. Oleh sebab itu wanita
sering diremehkan untuk
melakukan aktifitas olahraga
yang berat seperti kontak fisik
dan ketahanan.
Dari permasalahan tersebut
muncullah pemikiran
mengenai penyetaraan
gender. Pemikiran ini
muncul karena perempuan
dianggap mampu
menorehkan
prestasi yang bagus dalam
olahraga. Dari beberapa
permasalahan yang ada
mengenai
gender membuat penyetaraan
gender ini diperlukan.
Dari berkembangnya berbagai
olahraga untuk waanita di
masyarakat, tidak
menutup kemungkinan
olahraga juga dapat
dilakukan oleh wanita saat
sedang
mengalami menstruasi, hamil
maupun sudah lanjut usia.
Dengan berolahraga tentu
dapat memberikan dampak
bagi tubuk baik dampak positif
maupun negatif tergantung
dari jenis, intensitas, dan
kekuatan tubuh. Sehingga
untuk wanita yang sedang
menstruasi pelaksanaan
olahraga harus sesuai dengan
kaidah pelaksanaan olahraga
yang baik dan benar. Dari
berbagai permasalahan
terkait olahraga dengan
wanita
maka melalui makalah ini,
penulis ingin memperdalam
kajian dengan memaparkan
tentang perbedaan laki-laki
dan wanita dari aspek
anatomis, isu-isu terkait
gender dan
olahraga, maupun hubungan
olahraga dengan wanita
menstruasi, kehamilan, dan
menopause
ahraga, maupun hubungan
olahraga dengan wanita
menstruasi, kehamilan, dan
menopause.
Kesehatan adalah salah satu
hak dari setiap manusia.
Artinya setiap orang,
siapapun dia, bagaimanapun
dia, berjenis kelamin apapun
dia, dimanapun ia berada
mempunyai hak untuk dapat
hidup sehat, baik aspek fisik
maupun aspek nonfisiknya.
Dengan demikian setiap
manusia mendapat
kebebasan untuk dapat
memelihara
kesehatannya. Salah satu
cara yang dapat digunakan
untuk memelihara kesehatan
yaitu dengan berolahraga.
Olahraga adalah suatu bentuk
kegiatan ja
Kesehatan adalah salah satu
hak dari setiap manusia.
Artinya setiap orang,
siapapun dia, bagaimanapun
dia, berjenis kelamin apapun
dia, dimanapun ia berada
mempunyai hak untuk dapat
hidup sehat, baik aspek fisik
maupun aspek nonfisiknya.
Dengan demikian setiap
manusia mendapat
kebebasan untuk dapat
memelihara
kesehatannya. Salah satu
cara yang dapat digunakan
untuk memelihara kesehatan
yaitu dengan berolahraga.
Olahraga adalah suatu bentuk
kegiatan ja
Kesehatan adalah salah satu
hak dari setiap manusia.
Artinya setiap orang,
siapapun dia, bagaimanapun
dia, berjenis kelamin apapun
dia, dimanapun ia berada
mempunyai hak untuk dapat
hidup sehat, baik aspek fisik
maupun aspek nonfisiknya.
Dengan demikian setiap
manusia mendapat
kebebasan untuk dapat
memelihara
kesehatannya. Salah satu
cara yang dapat digunakan
untuk memelihara kesehatan
yaitu dengan berolahraga.
Olahraga adalah suatu bentuk
kegiatan ja
Kesehatan adalah salah satu
hak dari setiap manusia.
Artinya setiap orang,
siapapun dia, bagaimanapun
dia, berjenis kelamin apapun
dia, dimanapun ia berada
mempunyai hak untuk dapat
hidup sehat, baik aspek fisik
maupun aspek nonfisiknya.
Dengan demikian setiap
manusia mendapat
kebebasan untuk dapat
memelihara
kesehatannya. Salah satu
cara yang dapat digunakan
untuk memelihara kesehatan
yaitu dengan berolahraga.
Olahraga adalah suatu bentuk
kegiatan ja
Kesehatan adalah salah satu
hak dari setiap manusia.
Artinya setiap orang,
siapapun dia, bagaimanapun
dia, berjenis kelamin apapun
dia, dimanapun ia berada
mempunyai hak untuk dapat
hidup sehat, baik aspek fisik
maupun aspek nonfisiknya.
Dengan demikian setiap
manusia mendapat
kebebasan untuk dapat
memelihara
kesehatannya. Salah satu
cara yang dapat digunakan
untuk memelihara kesehatan
yaitu dengan berolahraga.
Olahraga adalah suatu bentuk
kegiatan ja
Kesehatan adalah salah satu
hak dari setiap manusia.
Artinya setiap orang,
siapapun dia, bagaimanapun
dia, berjenis kelamin apapun
dia, dimanapun ia berada
mempunyai hak untuk dapat
hidup sehat, baik aspek fisik
maupun aspek nonfisiknya.
Dengan demikian setiap
manusia mendapat
kebebasan untuk dapat
memelihara
kesehatannya. Salah satu
cara yang dapat digunakan
untuk memelihara kesehatan
yaitu dengan berolahraga.
Olahraga adalah suatu bentuk
kegiatan ja
Kesehatan adalah salah satu
hak dari setiap manusia.
Artinya setiap orang,
siapapun dia, bagaimanapun
dia, berjenis kelamin apapun
dia, dimanapun ia berada
mempunyai hak untuk dapat
hidup sehat, baik aspek fisik
maupun aspek nonfisiknya.
Dengan demikian setiap
manusia mendapat
kebebasan untuk dapat
memelihara
kesehatannya. Salah satu
cara yang dapat digunakan
untuk memelihara kesehatan
yaitu dengan berolahraga.
Olahraga adalah suatu bentuk
kegiatan ja
Kesehatan adalah salah satu
hak dari setiap manusia.
Artinya setiap orang,
siapapun dia, bagaimanapun
dia, berjenis kelamin apapun
dia, dimanapun ia berada
mempunyai hak untuk dapat
hidup sehat, baik aspek fisik
maupun aspek nonfisiknya.
Dengan demikian setiap
manusia mendapat
kebebasan untuk dapat
memelihara
kesehatannya. Salah satu
cara yang dapat digunakan
untuk memelihara kesehatan
yaitu dengan berolahraga.
Olahraga adalah suatu bentuk
kegiatan ja
Kesehatan adalah salah satu
hak dari setiap manusia.
Artinya setiap orang,
siapapun dia, bagaimanapun
dia, berjenis kelamin apapun
dia, dimanapun ia berada
mempunyai hak untuk dapat
hidup sehat, baik aspek fisik
maupun aspek nonfisiknya.
Dengan demikian setiap
manusia mendapat
kebebasan untuk dapat
memelihara
kesehatannya. Salah satu
cara yang dapat digunakan
untuk memelihara kesehatan
yaitu dengan berolahraga.
Olahraga adalah suatu bentuk
kegiatan ja
ita mengenai SEA Games
2015 di Singapura
akhir-akhir ini, pasti tidak
asing dengan berita yang satu
ini. Sebuah headline dari
porta
ita mengenai SEA Games
2015 di Singapura
akhir-akhir ini, pasti tidak
asing dengan berita yang satu
ini. Sebuah headline dari
porta
ita mengenai SEA Games
2015 di Singapura
akhir-akhir ini, pasti tidak
asing dengan berita yang satu
ini. Sebuah headline dari
porta
ita mengenai SEA Games
2015 di Singapura
akhir-akhir ini, pasti tidak
asing dengan berita yang satu
ini. Sebuah headline dari
porta
ita mengenai SEA Games
2015 di Singapura
akhir-akhir ini, pasti tidak
asing dengan berita yang satu
ini. Sebuah headline dari
porta
ita mengenai SEA Games
2015 di Singapura
akhir-akhir ini, pasti tidak
asing dengan berita yang satu
ini. Sebuah headline dari
porta
ita mengenai SEA Games
2015 di Singapura
akhir-akhir ini, pasti tidak
asing dengan berita yang satu
ini. Sebuah headline dari
porta
ita mengenai SEA Games
2015 di Singapura
akhir-akhir ini, pasti tidak
asing dengan berita yang satu
ini. Sebuah headline dari
porta
ita mengenai SEA Games
2015 di Singapura
akhir-akhir ini, pasti tidak
asing dengan berita yang satu
ini. Sebuah headline dari
porta
ita mengenai SEA Games
2015 di Singapura
akhir-akhir ini, pasti tidak
asing dengan berita yang satu
ini. Sebuah headline dari
porta
ita mengenai SEA Games
2015 di Singapura
akhir-akhir ini, pasti tidak
asing dengan berita yang satu
ini. Sebuah headline dari
porta
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu gender dalam olahraga ?
2. Permasalah gender yang ada di dalam olahraga !
3. Bagaimana Fisik dan Fisiologis antara Wanita dan Pria?
4. Apa Peran Wanita didalam Olahraga ?
5. Apa Hubungan Antara Olahraga terhadap menstruasi, kehamilan dan
menopause pada Wanita ?
.
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Gender dan Olahraga
2. Mengetahui bagaimana Isu gender yang ada di dunia olahraga
3. Mengetahui perbedaan fisik dan fisiologi antara Wanita dan pria
4. Mengetahui Peran Wanita di dalam Olahraga
4. Bagaimana Hubungan olahraga terhadap menstruasi, kehamilan dan menopause
pada Wanita
BAB II
PEMBAHASAN
1. ISU GENDER DALAM OLAHRAGA
A. Gender dan Olahraga
Gender bisa diartikan sebagai ide dan harapan dalam arti yang luas yang bisa
ditukarkan antara laki-laki dan perempua, ide tentang karakter feminim dan makulin,
kemampuan dan harapan tentang bagaimana seharusya laki-laki dan perempuan
berperilaku dalam berbagai situasi. Ide-ide ini disosialisasikan lewat perantara keluarga,
teman, agama dan media. Lewat perantara-perantara ini, gender terefleksikan ke dalam
peran-peran, status sosial, kekuasaan politik dan ekonomi antara laki-laki- dan
perempuan.
Dalam buku Sex and Gender yang ditulis oleh Hilary M. Lips mengartikan Gender
sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Misalnya; perempuan
dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keIbuan. Sementara laki-laki
dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciri dari sifat itu merupakan sifat yang
dapat dipertukarkan, misalnya ada laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang
kuat, rasional dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu
ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Dapat disebutkan bahwa gender
merupakan perbedaan tingkah laku, peran dan sifat yang dimiliki oleh seorang laki-laki
dengan perempuan yang berkemban di dalam masyarakat. Gender merupakan sebuah hal
yang tumbuh di dalam masyarakat untuk membedakan perempuan dengan laki-laki baik
dalam segi sifat maupun tingkah laku.
Olahraga merupakan sebuah kegiatan fisik yang sistematis dan teratur yang
dilakukan manusia untuk meningkatkankebugaran jasmaninya serta untuk menjaga
kesehatan tubuhnya. Semua manusia dapat melakukan aktivitas olahraga baik perempuan
maupun laki-laki.
Tidak ada perbedaan gender di dalam olahraga. Karena semua orang boleh
berolahraga dengan kemauan yang dimiliki serta kebutuhan hidup yang menuntut
manusia untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya. Di dalam olahraga sendiri
gender hanya di gunakan untuk mengelompokkan prempuan dan laki-laki di golangan
pertandingan yang berbeda seperti halnya sepakbola putri dan sepakbola putra yang
berbeda turnamen serta pertauran yang di berikan. Perbedaan ini tidak lain karena definisi
gender diatas yang menekankan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki peran sifat dan
tingkah laku yang berbeda.

B. PERMASALAHAN GENDER DI DALAM OLAHRAGA DAN MUNCULNYA


PENYETARAAN GENDER
Perbedaan gender juga dapat menimbulkan berbagai masalah dan juga perdebatan
mengenai posisi laki laki dan juga perempuan. Akan tetapi banyak yang timbul
permasalahan mengenai gender perempuan di olahraga. Karena perempuan lebih rapuh
dan lemah kemampuan fisiknya untuk melakukan olahraga yang dilakukan oleh kalangan
laki laki. Oleh sebab itu Wanita sering diremehkan untuk melakukan aktifitas olahraga
yang berat seperti kontak fisik dan ketahanan. Isu isu tersebut dapat dikaitkan kedalam
kondisi fisik dan fisiologi di kalangan Wanita seperti ;

a. Mitos Fisiologi
Adanya kepercayaan bahwa partisipasi olahraga menyebabkan efek fisik yang
berbahaya bagi wanita. Mitos ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Partisipasi yang keras dalam olahraga dapat mengganggu kemampuan untuk
melahirkan, Hal ini disebabkan bahwa latihan fisik akan memperkeras otot pelvis,
sehingga tidak akan cukup fieksibel untuk melahirkan secara normal.
2. Aktivitas pada beberapa cabang olahraga dapat merusak organ reproduksi dan payudara
wanita. Mitos ini tetap ada meskipun uterus adalah organ internal yang sangat anti
getaran dan lebih terlindung dibanding organ vital pria.
3. Struktur tulang wanita lebih lemah, sehingga akan memudahkan terjadinya cedera.
Meski ukuran tubuh wanita umumnya lebih kecil dari pada pria, namun tulang mereka
tidak lebih lemah. Bahkan, karena berat badan dan berat otot wanita lebih ringan, maka
tulang mereka menghadapi bahaya yang lebih sedikit dibanding pria.
4. Keterlibatan yang aktif membuat masalah pada menstruasi. Menurut para ginekolog,
"aktivitas olahraga tidak mempengaruhi menstruasi." (Wyrick, 1974). Memang bagi atlet
dalam periode latihan yang keras, sering mengalami keterlambatan menstruasi. Namun
hal ini disebabkan oleh kurangnya persentasi lemak tubuh, Jadi masalah ini akan hilang
jika latihan ketat ini berakhir. Penari balet professional sering mengalami perubahan
siklus menstruasi, namun hal ini juga berakhir jika latihan ketat mereka dihentikan.
5. Keterlibatan dalam olahraga mengakibatkan timbulnya otot yang menonjol dan tidak
menarik. Padahal suatu tubuh yang dikondisikan dengan baik akan menjadi menarik.
Kondisi fisik yang baik ini juga akan meningkatkan image tubuh dan meningkatnya sifat
responsif fisik. Otot yang menonjol dihasilkan oleh hormon androgen yang lebih banyak
terdapat pada kaum pria.
b. Mitos Performansi
Pola diskriminasi juga terlihat dengan argumentasi bahwa wanita tidak bisa tampil
lebih baik dari pria. Hal ini sangat menghambat karena akan membatasi peluang,
sehingga membatasi wanita untuk membangun kemampuannya.
Sebelum masa puber, perbedaan performansi antara anak laki-laki dan perempuan
disebabkan oleh pengalaman bukan oleh faktor fisik ataupun potensi performansinya.
Bahkan wanita rnempunyai keuntungan yang lebih baik karena mereka lebih cepat
dewasa. Setelah masa puber, keuntungan ada di pihak pria karena hormon dan perbedaan
pertumbuhan yang menyebabkan rata-rata pria lebih besar dan lebih kuat dari rata-rata
wanita. Hal ini bisa digunakan sebagai dasar untuk membagi-bagi olahraga, namun bukan
alasan untuk menutup peluang bagi wanita.
Menurut Malcolm Collins seorang ahli biokimia medis yang mengambil
spesialisasi kedokteran olahraga si University of Cape Town, tes gender dalam ajang
olahraga ini adalah bentuk aturan main yang fair. Peraturan ini berlaku untukperempuan
yang memproduksi hormon androgen, terutama testosterone melebihi level normal. Ini
berefek samping pada postur dan karakteristik biologis perempuan tersebut seperti
karakteristik biologis laki-laki. Tubuh akan berekembang memiliki massa otot lebih
besar. Di sisi lain, seorang ahli endokrinologi di Yale School of Medicine di New Haven,
Connecticut, Myron Genel menyatakan bahwa pedoman itu seharusnya mengeliminasi
stigmatisasi terhadap perempuan yang dianggap banyak orang tidak terlihat ‘sebagaimana
mestinya
Dari penjelasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa ‘tes gender’ ini bisa
memperlihatkan kepada masyarakat luas bahwa terdapat variasi seks dalam tubuh
manusia. Bukan seks yang berarti jenis kelamin, melainkan komponen-komponen
biologis seperti kapasitas kromosom dan hormon seseorang. Satu hal yang menjadi sangat
penting, ‘tes gender’ ini hadir karena peraturan dan ketentuan dalam ajang olahraga yang
jelas-jelas bersifat sangat biner. Sehingga, orang-orang dengan karakteristik seks yang
spesial dan pilihan gender yang tidak mainstream (transgender), diragukan untuk ikut
serta dalam ajang olahraga umum seperti ini. Seks dan gender itu sangat cair dan
bervariasi. Mungkin di satu sisi pedoman peraturan ajang olahraga ini terkesan
diskriminatif. Namun, semua ini ada karena efek domino dari pandangan yang biner dan
heteronormativitas. Yang sudah terpatri dalam benak orang awam adalah “perempuan
memiliki karakteristik tubuh dan sifat X” sedangkan “laki-laki memiliki karakteris tubuh
dan sifat Y. Sehingga saat perempuan itu Y dan laki laki itu X maka akan dianggap di
luar normal.

C. HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN MENSTRUASI, KEHAMILAN DAN


MENOPAUSE

1. Hubungan Olahraga dengan Siklus Menstruasi


Terdapat berbagai pengaruh yang didapatkan dari berolahraga terhadap siklus
menstruasi pada wanita. Pada dasarnya, melakukan aktivitas fisik saat menstruasi lebih
bermanfaat daripada tidak berolahraga sama sekali. Olahraga bisa mengurangi rasa kram
atau disminore yang sering dialami oleh wanita ketika hari pertama datang bulan. Selain
itu, latihan yang intens selama menstruasi akan memperlancar sirkulasi darah
sehinggamengurangi sakit kepala dan nyeri akibat kekurangan darah. Bahkan, olahraga
membantu Anda mengendalikan nafsu makan. Berbagai bentuk olahraga berpengaruh
terhadap menstruasi sebagai berikut:
1.Terlalu Sedikit Olahraga
Jika Anda termasuk wanita yang jarang sekali berolahraga, biasanya siklus menstruasi
akan terasa panjang dan cukup menyakitkan. Untuk itu, buatlah latihan rutin secara
bertahap, terutama ketika sedang menstruasi. Mulai dari olahraga ringan seperti jalan
cepat atau lari-lari kecil. Melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel
atau mencuci baju juga merupakan bentuk olahraga kecil yang cukup bermanfaat
membuat tubuh aktif bergerak.
2. Fitnes dengan Intensitas Sedang (Moderate Fitness)
Wanita yang tingkat latihannya termasuk moderate fitness, umumnya siklus menstruasi
berjalan normal. Anda bisa tambahkan variasi latihan selama 45 menit sampai 1 jam
setiap sesinya, seperti latihan kardiovaskular, pilates, tari, yoga, atau stretching. Dengan
melakukannya lebih dari tiga kali seminggu membuat tubuh lebih sehat dan siklus
menstruasi teratur.
3.Terlalu Banyak Olahraga
Wanita yang berolahraga terlalu sering biasanya siklus menstruasinya tertunda, apalagi
jika tidak diikuti dengan asupan nutrisi yang cukup. Ketika kadar lemak dalam tubuh di
bawah 20 persen, siklus menstruasi Anda menjadi tidak teratur.

2. Hubungan Olahraga dan Kehamilan


Terdapat perbedaan pengaruh olahraga terhadap kehamilan atau kesuburan
seorang wanita, perbedaan ini ada dari berat ringannya jenis olahraga yang dilakukan oleh
seorang. Olahraga tidak bahaya bagi ibu maupun calon anak. Selama tidak ada larangan
tidak diperbolehkan berolahraga dari ahl kandungan atau dokter, berarti kondisi ibu dan
calon bayi yang dikandungnya dalam keadaan normal.
Salah satu cara yang dapat ditempuh guna mengurangi derita kehamilan dan
persalinan adalah dengan melakukan olahraga atau latihan, sebaiknya didahului dulu
dengan konsultasi pada dokter atau ahli fisiologi. Wnita yang sedang hami juga harus
cermat dalam membaca sinyal-sinyal yang diberikan oleh tubuhnya. Jika latihantersebut
membuatnya kelelahan, maka intensitas atau durasinya perlu diturunkan. Jika ternyata
gerakan-gerakan dalam latihan tersebut terlalu sulit untuk dilakukan, maka dapat diganti
dengan latihan yan lain, yang lebih sederhana. Beberapa olahraga yang dapat dipilih
yakni, jogging, jalan cepat, senam atau renang terutama, gaya dada.
Terdapat dua pendapat yang saling bertentangan antara mengenai olahraga dan
kehamilan, yakni pendapat pertama yang mengatakan bahwa kegiatan olahraga
bagiwanita hamil adalah berbahaya bagi wanita itu sendiri dan maupun bayi yang
dikandungnya. Sehingga wanita hamil dilarang utuk melakukan olehraga dan menambah
istirahatnya, sementara pendapat lainnya mengatakan bahwa wanita hamil perlu
melakukan olahraga untuk memperlancar proses persalinannya

D. WANITA DAN OLAHRAGA

Semua wanita memiliki kesempatan sama untuk memperoleh status tertentu


dimasyarakat, tetapi karena kemampuan dan pengalaman berbeda berdampak pada
lahirnya
tingkatan-tingkatan status yang akan diperoleh wanita dalam partisipasinya di
olahraga.Bagaimanapun juga setiap wanita berolahraga menginginkan prestise dan derajat
sosial dalamkehidupan di masyarakatnya. Bukan sebagai pengakuan atas keberadaannya
oleh anggota kelompok, melainkan sebgai salah satu tuntutan kebutuhan untuk harga diri
dan atau selfesteem (Teori kebutuhan menurut Maslow). Peningkatan status sosial wanita
berolahragamemaksakannya untuk terus memobilisasi setiap tindakan. Mobilitas sebagai
salah satu peningkatan status sosial menurut Ralph H. Turner memiliki dua bentuk yaitu
yang pertamaContest mobility (mobilitas sosial berdasarkan persaingan pribadi), dan
yang kedua Sponsored mobility (mobilitas sosial berdasarkan dukungan).
Seorang perempuan di dalam olahraga juga meiliki peranan. Peranan (role)
Merupakan dinamika dari status atau penggunaan dari hak dan kewajiban (Susanto,
1985), aspek dinamis kedudukan (status) (Soekanto, 1990). Sehingga apabila perempuan
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan
suatu peranan. Peranan mungkin mencakup tiga hal yaitu :
1. Meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi seseorang, serangkaian
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi.
3. Perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Peranan dengan status keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu
tergantung kepada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau
kedudukan tanpa peranan. Maka sudah selayaknya seorang wanita partisipan olahraga
yang
telah berbuat sesuai norma di masyarakat, berperilaku di masyarakat sebagai organisasi
(resmi dan tidaknya, olahraga adalah sebuah dunia olahraga, peranan manajer yang
melebihi kekuasaan pelatih dalam menentukan siapa atlet yang harus bertanding, peranan
atlet profesional yang tidak mencerminkan jati dirinya sebagai olahragawan yang
menjunjung sportivitas (fair play). Sehingga lebih cenderung mementingkan bahwa suatu
pihak hanya mempunyai hak saja, sedang pihak lainnya hanyalah mempunyai kewajiban
belaka.
Dalam dunia olahraga ketimpangan ini menyebabkan terjadinya ketidakmerataan
kesempatan.Perempuan hanya dijadikan sebagai faktor pendukung yang
keberadaannyabukan prioritas, bukan yang utama. Misalnya dalam beberapa kasus
olahraga profesional, perempuan a hanya sebagai objek pelengkap seperti umbrella girls
di otomotif sports, atau pemandu sorak dalam beberapa olahraga.Hingga status dan
peranannya bukan sebagai “bintang”, tidak pula sebagai pemain utama. Ketimpangan-
ketimpangan yang lebih luas terjadi pada masyarakat partisipan aktivitas tertentu,
termasuk aktivitas olahraga, akibat ketidaksesuaian harapan (dalam konteks olahraga
Indonesia rasanya lebih tepat dikatakan tuntutan) dengan peranan terhadap peranan yang
tepat dalam menduduki suatu status (Davis, 1948) terjadi karena :
1. Harapan masyarakat kurang memperhatikan tindakan sebenarnya atau sebaliknya.
2. Apabila harapan masyarakat akan tindakannya diketahui, akan tetapi waktu dan situasi
tidak memungkinkan bagi individu yang bersangkutan,
3. Apabila pemenuhan harapan masyarakat di luar kemampuan individu.
Masyarakat olahraga Indonesia masih kuat dengan konsep kalah menang, bahwa
suatu pertandingan hanya sebatas pemenang dan pecundang. Sehingga identik dengan
menyamaratakan status tanpa memahami peranan yang diemban. Kita menyamakan
status
atlet kita dengan atlet dunia, tanpa mengerti proses untuk memperoleh status terlebih
peranannya seperti apa. Dunia olahraga wanita lebih memperoleh “kesialan” dari konsep
ini. Kita lebih tahu bahwa tim putri kita adalah pecundang tanpa mengerti siapa lawannya
dan proses untuk menjadi pecundang (karena kita memang kalah start dalam proses
pembinaan olahraga wanita). Tim sepakbola kita lebih banyak kalahnya, tim bulutangkis
semakin terpuruk, berpindahnya pebulutangkis putri harapan kita ke negara lain,
ketidakmampuan induk olahraga dalam proses regenerasi atlet wanita. Ini semua adalah
trend yang semakin memperburuk persepsi masyarakat terhadap aktivitas wanita
berolahraga. Salah satu penyebabnya adalah perbedaan kesempatan. Menururt Coakley
(1990) dari beberapa kasus bahwa wanita masih memiliki sedikit kesempatan
dibandingkan pria, terutama di kota-kota kecil dan wilayah pedesaan. Yang lebih sering
terjadi adalah kekurangan, diantaranya dalam hal :
1. Persediaan dan pemeliharaan peralatan dan penyebarannya.
2. Penjadwalan pertandingan dan waktu latihan.
3. Kesempatan memperoleh pelatihan dan tutor akademik.
4. Penugasan dan kompensasi pelatih dan tutor.
5. Ketersediaan obat-obatan dan pelayanan latihan serta fasilitas.
6. Publisitas bagi secara individu, team, dan event.
Alasan-alasan inilah yang memperburuk persepsi masyarakat terhadap keterlibatan
wanita dalam olahraga yang secara langsung berpengaruh pada pemberian status dan
peranan sosial perempuan dalam kehidupannya secara khusus di bidang olahraga dan
umumnya dikehidupan keseharian di masyarakat di mana pola-pola interaksi sosial
berlaku di lingkungannya. Terlepas dari itu semua, bagaimanapun juga semakin banyak
wanita yang menyukai kegiatan fisik dengan tingkat penampilannya yang terus
meningkat. Walaupun terdapat masalah kesehatan khusus yang berhubungan dengan
fungsi reproduksinya yang unik, tetapi manfaatnya bagi kesehatan dan pergaulan sosial,
jauh melebihi pengaruhpengaruh merugikan yang terjadi selama ini (Giriwijoyo, 2003 :
45). Dengan mencermati bentuk mobilitas dan peranan perempuan dalam olahraga maka
pemberian status sosial kepada perempuan berolahraga hendaknya mampu diberikan
sesuai
porsi proses yang telah dilakukannya. Hal ini mungkin berdampak kepada proses
menghilangkan perbedaan pemberian penghargaan diantara atlet pria dan perempuan
yang
sama-sama menjadi juara di kelompoknya (gender). Misalnya sejumlah hadiah yang
masih
dibedakan diberikan antara kelompok putra dengan putri. Meski mungkin
pertimbangannya
adalah ketika pertandingan putra sering melahirkan tindakan yang lebih akrobatik,
atraktif,
skill tinggi (jika dibandingkan dengan kelompok putri), terlebih jika didramatisir oleh
pers
yang secara jumlah memang kaum pria di kalngan pers lebih banyak yang tentu saja akan
selalu memberikan dukungan lebih pada sesamanya, yang berdampak pada semakin
banyaknya jumlah penonton dan secara otomatis pemasukan keuntungan dari penjualan
karcispun lebih besar. Terlepas dari itu, status perempuan berolahraga memang masih
menempati porsi lebih rendah dari kaum pria. Anekdotnya bisa dikatakan karena wanita
kalah “start”. Semenjak zaman yunani dan romawi, sebagai perintis olahraga modern,
wanita belum memperoleh kesempatan yang luas dibandingkan pria, bahkan dilarangnya
berpartisipasi meski sebenarnya telah memiliki kemampuan yang sama dengan pria (dari
beberapa mitologi Artemis Athena, Thesus, dan Hippoylta.

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil mengenai gender dan olahraga adalah bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam partisipasi,
dukungan, dan prestasi olahraga. Laki-laki cenderung lebih banyak terlibat dalam
olahraga dan menerima lebih banyak dukungan dalam hal peralatan, pelatihan, dan
sumber daya. Mereka juga cenderung mencapai tingkat prestasi yang lebih tinggi dalam
olahraga yang sama.
Sementara itu, perempuan sering menghadapi diskriminasi dan hambatan dalam
partisipasi olahraga, seperti stereotipe gender, kekurangan dukungan, kurangnya
kesempatan, dan penggajian yang lebih rendah. Namun, dengan adanya upaya dan
inisiatif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga olahraga, dan masyarakat,
kesenjangan gender dalam olahraga dapat dikurangi dan akhirnya dihilangkan.
Olahraga dapat memberikan manfaat kesehatan fisik dan mental bagi semua
orang, baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
mempromosikan partisipasi yang adil dan merata di antara semua jenis kelamin dan
menghilangkan diskriminasi dan hambatan yang masih ada dalam olahraga.

Anda mungkin juga menyukai