Abstrak
Menurut undang – undang no.3 tahun 2005: Olahraga adalah kegiatan sistematis untuk mendorong, membina,
mengengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial. Dalam kehidupan sosial, olahraga selain bertujuan
untuk menyehatkan badan. Olahraga ternyata dapat dijadikan alat untuk menjalin komunikasi sosial dengan lebih
banyak orang. Berkembangnya komunitas olahgara salah satu bukti bahwa dengan berolahraga juga dapat
meningkatkan kualitas pergaulan. Dalam perkembangannya sampai saat ini, olahraga kian meluas dan memiliki
makna yang bersifat universal dan unik. Berawal dari sekedar kegiatan fisik yang menyehatkan badan, mengisi
waktu luang, dan media eksistensi diri, akhirnya bergeser menjadi kegiatan yang multi kompleks, telah
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh fenomena-fenomena lain seperti politik, ekonomi, dan sosial budaya. Ciri-ciri
pranata sosial Suatu pranata sosial tentu memiliki ciri-ciri umum. Dalam bukunya yang berjudul General Feature of
Social Institutions, Gillin dan Gillin mengemukakan ciri umum pranata sosial sebagai berikut: 1. Pola-pola pemikiran dan
perilaku terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil- hasilnya. 2. Mempunyai suatu tingkat
kekekalan tertentu. 3. Mempunyai tujuan tertentu. 4. Mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan, 5. Memiliki lambang-Iambang yang menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan.
Kadang-kadang lambang tersebut berwujud tulisan-tulisan atau slogan-slogan. 6. Mempunyai tradisi tertulis maupun
tidak tertulis. Yang merumuskan tujuan, tata tertib yang berlaku, dan lain-lain lembaga sosial tersebut. Dinamika
olahraga dan pengembangan nilai memainkan peranan penting dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat. Nilai nilai
dalam olahraga sangat terkait dengan tradisi budaya masyarakat yang diwarisikan secara turun menurun dari satu
generasi ke generasi lainya. Karena itu, olahraga merefleksikan nilai-nilai sosial suatu masyarakat.
Kata Kunci: Fenomena Olahraga, Pranata sosial masyarakat
PENDAHULUAN
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara
gerak (yang berarti mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (yang
berarti meningkatkan kualitas hidup). Gerak adalah ciri kehidupan. Tiada hidup tanpa gerak dan
apa guna hidup bila tak mampu bergerak. Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup,
meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu bergeraklah
untuk lebih hidup, jangan hanya bergerak karena masih hidup. Seperti halnya makan, gerak
(Olahraga) merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya terus-menerus; artinya Olahraga sebagai
alat untuk mempertahankan hidup, memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat
ditinggalkan. Seperti halnya makan, olahragapun hanya akan dapat dinikmati dan bermanfaat
bagi kesehatan pada mereka yang melakukan kegiatan olahraga. Bila orang hanya menonton
olahraga, maka sama halnya dengan orang yang hanya menonton orang makan, artinya ia tidak
akan dapat merasakan nikmatnya berolahraga dan tidak akan dapat memperoleh manfaat dari
olahraga bagi kesehatannya.
Pada saat ini olahraga telah menjadi sebuah budaya penting dengan segala
kompleksitasnya, baik konsekuensinya positif maupun negatif bagi individu maupun masyarakat,
merasuk segala aspek kehidupan sosial, pendidikan, ekonomi, seni, politik, hukum, media
massa, bahkan diplomasi international. Studi tentang olahraga sangat luar biasa jika kita mampu
memahami mencermati dan memahami keberkaitan tentang arti olahraga itu sendiri dalam
kehidupan bersosial di masyarakat, hal
ini dapat kita jumpai dengan istilah olahraga masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Hal
tersebut mempunyai aspek dan indikator yang luar biasa yang dapat tumbuh dalam sosial
bermasyarakat.
Menurut undang – undang No.3 tahun 2005: Olahraga adalah kegiatan sistematis
untuk mendorong, membina, mengengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial.Dalam
kehidupan sosial, olahraga selain bertujuan untuk menyehatkan badan. Olahraga ternyata dapat
dijadikan alat untuk menjalin komunikasi sosial dengan lebih banyak orang. Berkembangnya
komunitas olahgara salah satu bukti bahwa dengan berolahraga juga dapat meningkatkan
kualitas pergaulan. Dalam perkembangannya sampai saat ini, olahraga kian meluas dan memiliki
makna yang bersifat universal dan unik. Berawal dari sekedar kegiatan fisik yang menyehatkan
badan, mengisi waktu luang, dan media eksistensi diri, akhirnya bergeser menjadi kegiatan yang
multi kompleks, telah mempengaruhi dan dipengaruhi oleh fenomena fenomena lain seperti
politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Nilai sosial dari olahraga adalah sebuah proses pembauran tanpa pembatas suku, ras dan
agama. Proses kesetaraan ini dipandu oleh rasa persaudaraan dalam meningkatkan kemampuan
berolahraga. Nilai-nilai olahraga ini mengikuti perkembangan masyarakatnya yang bisa dilihat dari
sistem perekonomian dan budayanya. Nilai-nilai kejiwaan dan sosial terlihat pada masa masyarakat
komunal primitif. Sejarah menunjukkan zaman tersebut manusia berolahraga sesuai dengan
peradabannya, misal berburu dengan panah atau lempar batu. Tidak ada pemenang dan
pecundang, tidak ada hadiah yang diperebutkan
(Warnadunia:2009:125). Dalam bukunya yang berjudul General Feature of Social
Institutions, Gillin dan Gillin mengemukakan ciri umum pranata sosial sebagai berikut: 1. Pola-
pola pemikiran dan perilaku terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
2. Mempunyai suatu tingkat kekekalan tertentu. 3. Mempunyai tujuan tertentu. 4. Mempunyai alat-
alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, 5. Memiliki lambang-Iambang yang
menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Kadang-kadang lambang
tersebut berwujud tulisan-tulisan atau slogan-slogan. 6.
Mempunyai tradisi tertulis maupun tidak tertulis. Yang merumuskan tujuan, tata tertib yang berlaku,
dan lain-lain lembaga sosial tersebut.
Tingkatan dipatuhinya proses suatu pranata agar dapat berlangsung sebagai berikut.
1.Terbentuknya cara (usage)
Adalah suatu perilaku tertentu yang secara tidak sadar telah disepakati oleh
masyarakat terhadap perbuatan yang tertentu pula. Contohnya cara orang memakai topi, cara
orang menuang minuman, cara orang memberi salam kepada orang tua, dan lain-lain.
2.Terbentuknya kebiasaan (folkways)
Adalah suatu tata kelakuan yang bersifat lebih mengikat kepada anggota masyarakat dan
lebih dipatuhi karena apabila terjadi penyimpangan terhadapnya akan dimarahi oleh para
leluhurnya. Kebiasaan ini merupakan perbuatan yang diulang-ulang terhadap apa yang sama,
sebagai bukti bahwa orang menyukai perbuatan tersebut.
3.Terbentuknya tata kelakuan (mores)
Adalah suatu kelompok aktivitas yang benar-benar telah menjadi pedoman yang berlaku
dalam suatu masyarakat. Mores ini merupakan pedoman perilaku yang dianggap paling benar yang
dimiliki, dipakai, dan dipertahankan oleh warga masyarakat.
4.Adat istiadat (costum)
Apabila tata kelakuan tersebut kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku
masyarakat, dengan demikian terbentuklah costum (adat istadat).
2) SOSIOLOGI
Wanita yang aktif berolahraga berarti dia terlibat secara intens dalam pola interaksi
tertentu di masyarakat. Dari sinilah masyarakatnya akan memandang, dan akan memberikan
penilaian hingga akhirnya memberikan status kepadanya.Status sebagai kedudukan seseorang di
masyarakat, yang artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan
dengan orang-orang
lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak serta kewajibannya (Soekanto,
1990), dan merupakan kedudukan obyektif yang memberi hak dan kewajiban kepada orang yang
menempati kedudukan tadi(Susanto, 1985). Faktor yang menentukan para wanita yang
berolahraga dalam masyarakat adalah jaringan interaksinya. Seberapa luas dia mampu
membentuk pola interaksi dengan yang lainnya, dan seberapa dalam interaksi serta komunikasi
yang mampu dia lakukan dengan yang lainnya. Salah satu alat ukur untuk ini adalah frekuensi
keterlibatannya pada aktivitas olahraga dan prestasi yang telah dicetaknya.
KESIMPULAN
Kegiatan olahraga dapat menembus sejumlah tingkatan dalam tatanan masyarakat, nilai-
nilai positif, khususnya dalam kehidupan sosial bermasyarakat saat ini olahraga telah menjadi
sebuah budaya penting dengan segala kompleksitasnya, baik konsekuensinya positif maupun
negatif bagi individu maupun masyarakat, merasuk segala aspek kehidupan sosial, pendidikan,
ekonomi, seni, politik, hukum, media massa, bahkan diplomasi international. Studi tentang olahraga
sangat luar biasa jika kita mampu memahami mencermati dan memahami keberkaitan tentang arti
olahraga itu sendiri dalam kehidupan bersosial di masyarakat, hal ini dapat kita jumpai dengan
istilah olahraga masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Hal tersebut mempunyai aspek dan
indikator yang luar biasa yang dapat tumbuh dalam sosial bermasyarakat.
Di bidang pendidikan, olahraga memainkan peranan dalam mentransmisikan nilai-nilai
kepada anak-anak, remaja bahkan dewasa. Dalam hubungannya dengan nilai-nilai aktivitas fisik
menanamkan rasa hormat, komitmen tanggung jawab, dan dedikasi, antara lain menjalani proses
sosialisasi dan keterlibatan dengan perbaikan struktur dan sikap sosial. Olahraga memberikan
kontribusi untuk hubungan sosial antara orang yang berbeda dan budaya yang berbeda dan
dengan demikian membantu untuk menanamkan pengertian menghargai orang lain, mengajarkan
bagaimana bersaing secara konstruktif, tanpa antagonisme untuk meraih tujuan itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
AF. (2013). Sepanjang 2013, 19 pelajar tewas karena tawuran. [Online]. Diakses dari
http://www.beritasatu.com/megapolitan/151139-sepanjang-2013-19-pelajar-tewas-karena-
tawuran.html
Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2008) : Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Sekolah Dasar, Makalah disajikan
pada Penataran Guru Pen-Jas, diselenggarakan oleh PERWOSI Jawa Barat, Maret 2008 di
gedung Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia.
Soekanto, Soerjono (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Rajawali Pers –
Bintang
Warli Artika.
Suherman, A. (2012). Membangun Kualitas Hidup Bangsa Melalui Pendidikan Jasmani. Draf Pidato
Pengukuhan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia. UPI Bandung.