Disusun Oleh :
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori
Latihan. Adapun judul dari makalah ini adalah “Tes Kondisi Fisik”.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah Tes dan
pengukuran Olahraga, Ibu Harmi Saputri, M.Pd.,AIFO. Makalah ini masih jauh
dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................. 3
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 4
A. Pengertian Tes Kondisi Fisik .................................................................... 4
B. Pengertian Harvard Step Up Test ............................................................. 5
C. Pengertian Tes Cooper ............................................................................. 9
BAB III PENUTUP ..............................................................................................13
A. Kesimpulan ...............................................................................................13
B. Saran .........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini kebugaran sudah menjadi kebutuhan bagi setiap
manusia untuk dapat melakukan aktivitas hidup semaksimal mungkin. Setiap
aktivitas yang dilakukan memerlukan kondisi tubuh yang baik. Untuk
mendapatkan kondisi tubuh yang baik tersebut tentunya diperlukan pula
kebugaran yang cukup, untuk mencapai kebugaran tersebut salah satunya
adalah dengan berolahraga secara teratur.
Kebugaran jasmani merupakan tolak ukur seseorang dikatakan sehat atau
tidak.Kebugaran dibutuhkan oleh setiap jenjang umur, mulai dari anak-anak
sampai lanjut usia. Kebugaran jasmani pengertiannya yaitu kemampuan tubuh
seseorang untuk melakukan pekerjaan seharihari tanpa menimbulkan
kelelahan yang berarti (Perdana, 2008). Kesegaran jasmani pada hakekatnya
berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk
melaksanakan tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif dalam waktu
yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih
memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas lainnya.
Jika seseorang ingin memiliki kondisi badan bugar, beberapa unsur-unsur
kebugaran jasmani berikut dapat dijadikan sebagai pedoman, yaitu: 1) daya
tahan kardiorespirasi (endurance), 2) daya tahan otot, 3) kekuatan otot
(strength), 4) kelentukan (flexibility), 5) komposisi tubuh, 6) kecepatan
(speed), 7) kecepatan reaksi (speed reaction), 8) daya ledak (power), 9)
kelincahan (agility), 10) keseimbangan (balance), 11) ketepatan (accuracy),
12) koordinasi.
Unsur-unsur kebugaran jasmani dapat diketahui melalui beberapa
instrumen tes/prosedur pelaksanaan tes yang berguna bagi seseorang untuk
mengetahui sejauh mana tingkat kebugaran jasmaninya. Salah satu tes
kebugaran jasmani adalah Harvard Step Test. Segala kegiatan manusia selalu
memerlukan dukungan fisik.
1
Kemampuan fisik merupakan faktor dasar bagi setiap aktifitas manusia.
Maka dari pada itu, untuk melakukan setiap aktifitas sehari-hari, individu
minimal harus mempunyai kemampuan fisik yang selalu mendukung aktifitas
tersebut. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari setiap orang tidak akan
lepas dari kebugaran jasmani, karena kebugaran jasmani merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Kebugaran jasmani terkait erat dengan keadaan kesehatan seseorang.
Latihan merupakan aktivitas rutin yang dilakukan seorang atlet, untuk
meningkatkan prestasinya terutama dalam bidang olahraga. Prestasi ini tidak
bisa diperoleh secara instan. Proses pelatihan memerlukan waktu yang lama
dan harus memiliki program yang terukur, sehingga kondisi fisik atlet mampu
terkontrol dengan baik dan mampu mendapatkan prestasi yang sesuai tujuan.
Pengertian latihan mempunyai beberapa versi, akan tetapi memiliki arti
yang sama. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bompa dalam Satriya, dkk.
(2007, hlm.11) bahwa, “Latihan merupakan aktivitas olahraga yang
sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan
individual yang mengarah pada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis
manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”. Adapula pengertian
latihan lainnya menurut Harsono dalam Satriya, dkk. (2007, hlm.11),
mengatakanbahwa “Latihan adalah proses yang sistematis dalam berlatih atau
bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban
latihan atau pekerjaannya”.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah
suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis,
bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama, untuk
mencapai tujuan akhir dari suatu penampilan yaitu peningkatan prestasi yang
optimal. Proses latihan mencakup beberapa komponen kondisi fisik dasar
yang harus diperhatikan dan penting dalam setiap cabang olahraga.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tes Kondisi Fisik ?
2. Apa yang dimaksud dengan Tes Harvard Step Up Test ?
3. Apa yang dimaksud dengan Cooper ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian tes kondisi fisik
2. Untuk mengetahui Tes Harvard Step Up Test
3. Untuk mengetahui Cooper
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dapat dapat menelesaikan latihan yang berat. Kondisi fisik sangat
diperlukan oleh seorang atlet/siswa, karena tanpa didukung oleh kondisi
fisik yang prima maka pencapaian prestasi puncak akan mengalami
banyak kendala dan mustahil dapat meraih prestasi tinggi. Sekarang ini
telah muncul suatu istilah yang lebih populer dari physical build-up, yaitu
physical conditioning yaitu pemeliharaan kondisi/keadaan fisik. Kondisi
fisik adalah suatu prasarat yang sangat diperlukan dalah usaha dalam
peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai
keperluan dasar yang tidak dapat di tawar-tawar lagi.
Berdasarkan pengertian diatas jadi tes kondisi fisik adalah suatu alat
ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang sampai
sejauh mana kemampuannya sebagai pendukung aktivitas menjalankan
olahraga.
5
2. Alat yang dipergunakan pada Tes bangku Harvard
a. Bangku
b. Stopwatch
c. Metronom
Secara ringkas, tes bangku Harvard dilakukan dengan naik turun bangku
selama maksimal 5 menit mengikuti irama metronom dengan ketukan 120
bpm. Saat sudah mencapai kelelahan atau irama langkah peserta tidak sesuai,
maka tes dihentikan kemudian waktunya dicatat dan dihitung nadi pada arteri
radialis dari 1-1,5 menit, 2-2,5 menit dan 3-3,5 menit.
Hasil data lama naik turun dan denyut nadi post latihan dimasukan
kedalam rumus berikut ini, sehingga didapatkan hasil indeks kebugaran
jasmani.
Baik 4 80-89
Cukup 3 65-79
6
Sedang 2 50-64
Kurang 1 <50
7
Penilaian indeks kebugaran jasmani terdapat dua komponen utama yang
mempengaruhi yaitu waktu mencapai kelelahan dan denyut nadi pemulihan.
8
dengan peningkatan denyut nadi yang sesuai. Sedang pada dua orang
yang berbeda, tinggi frekuensi denyut nadi yang dicapai untuk beban
kerja yang sama ditentukan oleh tingkat kebugaran jasmaninya masing-
masing. Artinya beban kerja objektif yang sama akan memberikan
intensitas relatif yang berbeda, tergantung pada tingkat kebugaran
jasmaninya.
Menurut AHA (American Heart Association) 21, ada faktor lain
yang mempengaruhi denyut nadi :
a. Suhu ruangan: Suhu lingkungan yang meningkat membuat pompa
jantung bekerja lebih keras, sehingga menyebabkan kenaikan denyut
jantung.
b. Posisi tubuh: Berdiri selama 15-20 detik pertama, denyut jantung akan
meningkat, namun dengan cepat kembali normal.
c. Emosi: Keadaan stress, khawatir, senang atau sedih berlebihan akan
meningkatkan denyut jantung.
d. Indeks masa tubuh: Ukuran tubuh yang melebihi normal atau IMT
>30 biasanya memiliki denyut jantung lebih tinggi.
e. Obat-obatan: Zat yang menghambat adrenalin atau beta blocker dapat
menurunkan denyut jantung. Obat yang meningkatkan fungsi tiroid
akan meningkatkan denyut jantung.
C. Tes Cooper
1. Pengertian Tes Cooper
Cooper Test pertama dikembangkan oleh Dr. Keneth Cooper bersama
militer AU Amerika Serikat pada tahun 1968. Cooper Test merupakan
sebuah tes lari selama 12 menit yang digunakan untuk memantau
perkembangan daya tahan aerobik seorang atlet dan untuk memperoleh
perkiraan nilai VO 2 max mereka Cooper, 1968.
2. Kontraindikasi Cooper Test
Kontraindikasi Cooper Test yaitu tidak dapat digunakan pada sampel
kondisi akut miokard infark, risiko tinggi unstabil angina, aritmia jantung
yang tidak terkontrol, stenosis aorta, gagal jantung, emboli paru
9
akut/infark paru, miokarditis akut/pericarditis, stenosis koroner, penyakit
katup jantung, elektrolit abnormal, hipertensi, takiaritmia/bradiaritmia,
kardiomiopati, gangguan mental atau fisik (Cheevers & Pettersen, 2007).
3. Indikasi Tes Harus Dihentikan
Beriringan dengan kontraindikasi yang ada, selama palaksanaan tes
mungkin saja terjadi hal-hal yang dapat membahayakan kondisi bagi
sampel, walaupun sebelum pelaksanaan pasien telah dipastikan tidak
tergolong dalam kontraindikasi tes. Berikut adalah indikasi kapan tes
harus dihentikan, untuk mencegah resiko terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan (Cheevers & Pettersen, 2007) :
a. Pusing/mual/sakit kepala
b. Masalah Jantung (seperti gejala angina)
c. Debar jantung tidak teratur
d. Subjek yang meminta untuk berhenti
e. Kelelahan jelas terlihat secara fisik dan verbal
f. Sesak nafas
g. Reaksi orthosympathetic (berkeringat/pucat)
h. Kaki keram
i. Kegagalan/kerusakan dari komponen/alat tes
4. Persiapan Pelaksanaan Cooper Test
Hal penting dalam pelaksanaan Cooper Test adalah penjelasan
prosedur kepada subjek dan memastika subjek mengerti akan prosedur
tes yang akan dilakukan. Selain kemampuan subjek dalam mengerti
prosedur, kemampuan pendamping/assistant dalam memberikan instruksi
dan mengamati subjek saat pelaksanan tes sangatlah di perlukan.
Terdapat hal yang harus disampikan kepada subjek sebelum
pelaksanaan tes yakni subjek dihimbau agar tidak melakukan aktivitas
berat selama 24 jam sebelum pelaksanaan tes dan harus mengindari
makan berat, kafein atau nikotin selama 2-3 jam sebelum pelaksanaan
tes. Segala bentuk pengobatan yang dilakukan sebelum tes harus dicatat.
(Cheevers & Pettersen, 2007).
10
5. Prosedur Cooper Test
Dalam pelaksanaan Cooper Test diperlukan alat-alat sebagai berikut
(Mackenzie, 2005) :
a. Trek lari sepanjang 400 meter
b. Stopwatch
c. Peluit
d. Alat Tulis
Tes ini menuntut subjek untuk berlari sejauh mungkin dalam waktu 12
menit. Sebelum pelaksanaan tes subjek diharuskan melakukan
pemanasan selama 10 menit, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan
tes yakni subjek berlari mengelilingi trek sepanjang 400 meter,
mencapai jarak sejauh-jauhnya selama 12 menit. Jarak yang di peroleh
kemudian dicatat oleh asisten dan kemudian dapat di interpretaskan
berdasarkan data normatif untuk tes cooper sebagai berikut (Mackenzie,
2005) :
Sedangkan, untuk menghitung nilai VO2max berdasarkan hasil
Cooper Test dapat dihitung dengan rumus (Mackenzie, 2005) :
VO2max = (Jarak tempuh dalam meter – 504,9) : 44,73
11
Tabel 2.2. Normative Data Cooper Test for Male
Age Excellent Above Average Below Poor
(meter) Average (meter) Average (meter)
(meter) (meter)
13-14 >2700 2400-27002200-2399 2100-2199 <2100
15-16 >2800 2500-28002300-2499 2200-2299 <2200
17-19 >3000 2700-30002500-2699 2300-2499 <2300
20-29 >2800 2400-28002200-2399 1600-2199 <1600
30-39 >2700 2300-27001900-2299 1500-1999 <1500
40-49 >2500 2100-25001700-2099 1400-1699 <1400
>50 >2400 2000-24001600-1999 1300-1599 <1300
Sumber : (Mackenzie, 2015)
12
dilakukan karena tidak membutuhkan biaya yang banyak, sehingga cocok
sekali dilakukan oleh orang dewasa, termasuk mahasiswa.
3. Cooper Test merupakan sebuah tes lari selama 12 menit yang digunakan
untuk memantau perkembangan daya tahan aerobik seorang atlet dan
untuk memperoleh perkiraan nilai VO 2 max mereka Cooper, 1968.
B. Saran
Saat melakukantes Harvard step up maupun tes Cooper harus sesuai
dengan prosedur atau mengikuti langkah-langkah tes tanpa ada yang terlewat
satupun. Sehingga hasil dari variable yang di tes bisa terhitung valid. Jumlah
observer harus bisa disesuaikan dengan jumlah orang yang di tes sehingga
saat melakukan tes tidak terlalu berat untuk mengobservasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Yan Santika. 2013. “Perbedaan Tes Balke, Tes Cooper, Dan Tes Multistage
Terhadap Daya Tahan Aerobik Atlet Bola Voli Yuso Sleman”. Skripsi.
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
13
Kebugaran Jasmani Dan Skor RPE Pada Latihan Tes Bangku Harvard”.
Laporan Akhir Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.
Negara, Anak Agung Gede Angga Puspa. 2016. “Pelatihan Sirkuit Lebih Efektif
Dalam Meningkatkan Nilai Vo2max Daripada Pelatihan Joging Pada
Anggota Ekstrakurikuler Paskibra Di Sma Negeri 1 Gianyar”. Skripsi.
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Bali.
14