Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TES DAN PENGUKURAN


Tes Kondisi Fisik
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Tes dan Pengukuran Olahraga
Dosen Pengampu : Harmi Saputri, M.Pd.,AIFO.

Disusun Oleh :

Ashri Septiani Pratiwi (1831811007)


Asep Saepudin Aprilyana (1831811011)
Muhamad Rizky Ananda Agustian (1831811036)
Rabih Ramadhan (1831811029)
Riko Ganda Asmara (1831811006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori
Latihan. Adapun judul dari makalah ini adalah “Tes Kondisi Fisik”.

Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah Tes dan
pengukuran Olahraga, Ibu Harmi Saputri, M.Pd.,AIFO. Makalah ini masih jauh
dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.

Sukabumi, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................. 3
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 4
A. Pengertian Tes Kondisi Fisik .................................................................... 4
B. Pengertian Harvard Step Up Test ............................................................. 5
C. Pengertian Tes Cooper ............................................................................. 9
BAB III PENUTUP ..............................................................................................13
A. Kesimpulan ...............................................................................................13
B. Saran .........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini kebugaran sudah menjadi kebutuhan bagi setiap
manusia untuk dapat melakukan aktivitas hidup semaksimal mungkin. Setiap
aktivitas yang dilakukan memerlukan kondisi tubuh yang baik. Untuk
mendapatkan kondisi tubuh yang baik tersebut tentunya diperlukan pula
kebugaran yang cukup, untuk mencapai kebugaran tersebut salah satunya
adalah dengan berolahraga secara teratur.
Kebugaran jasmani merupakan tolak ukur seseorang dikatakan sehat atau
tidak.Kebugaran dibutuhkan oleh setiap jenjang umur, mulai dari anak-anak
sampai lanjut usia. Kebugaran jasmani pengertiannya yaitu kemampuan tubuh
seseorang untuk melakukan pekerjaan seharihari tanpa menimbulkan
kelelahan yang berarti (Perdana, 2008). Kesegaran jasmani pada hakekatnya
berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk
melaksanakan tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif dalam waktu
yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih
memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas lainnya.
Jika seseorang ingin memiliki kondisi badan bugar, beberapa unsur-unsur
kebugaran jasmani berikut dapat dijadikan sebagai pedoman, yaitu: 1) daya
tahan kardiorespirasi (endurance), 2) daya tahan otot, 3) kekuatan otot
(strength), 4) kelentukan (flexibility), 5) komposisi tubuh, 6) kecepatan
(speed), 7) kecepatan reaksi (speed reaction), 8) daya ledak (power), 9)
kelincahan (agility), 10) keseimbangan (balance), 11) ketepatan (accuracy),
12) koordinasi.
Unsur-unsur kebugaran jasmani dapat diketahui melalui beberapa
instrumen tes/prosedur pelaksanaan tes yang berguna bagi seseorang untuk
mengetahui sejauh mana tingkat kebugaran jasmaninya. Salah satu tes
kebugaran jasmani adalah Harvard Step Test. Segala kegiatan manusia selalu
memerlukan dukungan fisik.

1
Kemampuan fisik merupakan faktor dasar bagi setiap aktifitas manusia.
Maka dari pada itu, untuk melakukan setiap aktifitas sehari-hari, individu
minimal harus mempunyai kemampuan fisik yang selalu mendukung aktifitas
tersebut. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari setiap orang tidak akan
lepas dari kebugaran jasmani, karena kebugaran jasmani merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Kebugaran jasmani terkait erat dengan keadaan kesehatan seseorang.
Latihan merupakan aktivitas rutin yang dilakukan seorang atlet, untuk
meningkatkan prestasinya terutama dalam bidang olahraga. Prestasi ini tidak
bisa diperoleh secara instan. Proses pelatihan memerlukan waktu yang lama
dan harus memiliki program yang terukur, sehingga kondisi fisik atlet mampu
terkontrol dengan baik dan mampu mendapatkan prestasi yang sesuai tujuan.
Pengertian latihan mempunyai beberapa versi, akan tetapi memiliki arti
yang sama. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bompa dalam Satriya, dkk.
(2007, hlm.11) bahwa, “Latihan merupakan aktivitas olahraga yang
sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan
individual yang mengarah pada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis
manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”. Adapula pengertian
latihan lainnya menurut Harsono dalam Satriya, dkk. (2007, hlm.11),
mengatakanbahwa “Latihan adalah proses yang sistematis dalam berlatih atau
bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban
latihan atau pekerjaannya”.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah
suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis,
bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama, untuk
mencapai tujuan akhir dari suatu penampilan yaitu peningkatan prestasi yang
optimal. Proses latihan mencakup beberapa komponen kondisi fisik dasar
yang harus diperhatikan dan penting dalam setiap cabang olahraga.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tes Kondisi Fisik ?
2. Apa yang dimaksud dengan Tes Harvard Step Up Test ?
3. Apa yang dimaksud dengan Cooper ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian tes kondisi fisik
2. Untuk mengetahui Tes Harvard Step Up Test
3. Untuk mengetahui Cooper

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes Kondisi Fisik


1. Pengertian Tes
Tes merupakan suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk
memperoleh data obyektif tentang sesuatu (Nurhasan, 2000: 2).
2. Pengertian Kondisi Fisik
Kondisi fisik ditinjau dari segi faalnya adalah kemampuan seseorang
dapat diketahui sampai sejauh mana kemampuannya sebagai pendukung
aktivitas menjalankan olahraga. Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh
dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik
peningkatan maupun pemeliharaannya (Sajoto, 1995: 8).
Menurut Sajoto (1988: 57), kondisi fisik adalah salah satu prasarat
yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet,
bahkan sebagai landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi.
Menurut Nuril Ahmadi (2007: 65) kondisi fisik adalah satu kesatuan
utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja,
baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam
usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus
dikembangkan. Status kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika
memulai latihan sejak usia dini dan dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan.
Status kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian yang
berbentuk tes kemampuan. Tes ini dapat dilakukan di laboratorium
ataupun di lapangan. Meskipun tes yang di lakukan di laboratorium
memerlukan alat-alat yang mahal, tetapi kedua tes tersebut hendaknya
dilakukan agar hasil penilaian benar-benar objektif.
Kondisi fisik yang baik mempunyai beberapa keuntungan, di
antaranya atlet mampu dan mudah mempelajari ketrampilan yang relatif
sulit, tidak mudah lelah ketika mengikuti latihan atau pertandingan,
program latihan dapat di selesaikan tanpa adanya banyak kendala serta

4
dapat dapat menelesaikan latihan yang berat. Kondisi fisik sangat
diperlukan oleh seorang atlet/siswa, karena tanpa didukung oleh kondisi
fisik yang prima maka pencapaian prestasi puncak akan mengalami
banyak kendala dan mustahil dapat meraih prestasi tinggi. Sekarang ini
telah muncul suatu istilah yang lebih populer dari physical build-up, yaitu
physical conditioning yaitu pemeliharaan kondisi/keadaan fisik. Kondisi
fisik adalah suatu prasarat yang sangat diperlukan dalah usaha dalam
peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai
keperluan dasar yang tidak dapat di tawar-tawar lagi.
Berdasarkan pengertian diatas jadi tes kondisi fisik adalah suatu alat
ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang sampai
sejauh mana kemampuannya sebagai pendukung aktivitas menjalankan
olahraga.

B. Harvard Step Up Test


1. Pengertian Harvard Step Up Test
Harvard Step Test merupakan tes untuk menguji tingkat kesegaran
atau kebugaran jasmani dengan menggunakan media bangku. Semakin
cepat detak jantung kembali normal setelah melakukan tes, semakin baik
kebugaran seseorang (Cheevers, 2007). Tes Harvard merupakan salah
satu jenis tes untuk meningkatkan kerja jantung untuk mendeteksi atau
mendiagnosa penyakit kardiovaskuler juga. Tes ini sangat mudah
dilakukan karena tidak membutuhkan biaya yang banyak, sehingga cocok
sekali dilakukan oleh orang dewasa, termasuk mahasiswa.
Tes bangku Harvard adalah suatu tes kesanggupan badan
dinamis/fungsional. Tes ini merupakan step test yang paling familiar
digunakan untuk menghitung indeks kebuagran jasmani berdasarkan daya
tahan kardiovaskular seseorang. Tes bangku Harvard pertama
dikembangkan oleh Graybriel Brouha & Heath pada tahun 1943. Tes ini
bertujuan untuk mengukur kapasitas aerobik untuk kerja otot dan
kemampuannya pulih dari kerja.

5
2. Alat yang dipergunakan pada Tes bangku Harvard
a. Bangku
b. Stopwatch
c. Metronom

Secara ringkas, tes bangku Harvard dilakukan dengan naik turun bangku
selama maksimal 5 menit mengikuti irama metronom dengan ketukan 120
bpm. Saat sudah mencapai kelelahan atau irama langkah peserta tidak sesuai,
maka tes dihentikan kemudian waktunya dicatat dan dihitung nadi pada arteri
radialis dari 1-1,5 menit, 2-2,5 menit dan 3-3,5 menit.

Gambar 1. Harvard Step Test

Hasil data lama naik turun dan denyut nadi post latihan dimasukan
kedalam rumus berikut ini, sehingga didapatkan hasil indeks kebugaran
jasmani.

Lama Naik Turun ( dalamdetik ) x 100


IKJ =
2 x (nadi 1+ nadi2+nadi 3)

Indeks kebugaran jasmani

Kriteria Nilai Hasil Perhitungan IKJ

Sangat Baik 5 > 90

Baik 4 80-89

Cukup 3 65-79

6
Sedang 2 50-64

Kurang 1 <50

Faktor yang mempengaruhi indeks kebugaran jasmani pada latihan tes


bangku Harvard adalah daya tahan kardiovaskular seseorang yang
dipengaruhi oleh:

1. Indeks Massa Tubuh


IMT didapatkan dari hasil berat badan (kilogram) dibagi kuadrat dari
tinggi badan (meter). IMT dapat menggambarkan adiposa yang
terkandung pada tubuh seseorang. Kategori IMT dapat dikategorikan
sebagai underweight, normal, overweight dan obesitas.
2. Umur
Umur dapat mempengaruhi daya tahan kardiovaskular pada seseorang
dimana pada usia 10-20 tahun, ketahanan kardiovaskular dengan nilai
indeks jantung normal kira-kira 4 L/menit/m2. Ketahanan kardiovaskular
menurun seiring dengan bertambahnya usia, bahkan pada usia 80 tahun
nilai normal indeks jantung hanya tinggal 50%, hal ini dapat terjadi
karena penurunan kekuatan kontraksi jantung, massa otot jantung,
kapasitan vital paru dan kapasitas oksidasi otot skeletal.
3. Jenis Kelamin
Daya tahan kardiovaskular antara pria dan wanita berbeda pada masa
pubertas. Jaringan lemak pada wanita 10 kali lebih banyak dibandingkan
pria. Selain itu terdapat perbedaan kekuatan otot antara pria dan wanita
yang disebabkan oleh perbedaan ukuran otot dan proporsinya dalam
tubuh.
4. Aktivitas Fisik (Kebiasaan Olahraga)
Kebiasaan olahraga akan mempengaruhi daya tahan kardiovaskular.
Orang yang terlatih akan memiliki otot yang lebih kuat, lebih lentur, dan
memiliki ketahanan kardiorespirasi yang lebih baik. Aktivitas fisik yang
baik dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskular, antara lain
penurunan denyut nadi, pernafasan semakin membaik, penurunan risiko
penyakit jantung dan hipertensi.

7
Penilaian indeks kebugaran jasmani terdapat dua komponen utama yang
mempengaruhi yaitu waktu mencapai kelelahan dan denyut nadi pemulihan.

1. Waktu Mencapai Kelelahan


Kelelahan sendiri adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat. Kelelahan fisik merupakan kombinasi dari nyeri lokal otot dan
kelelahan sistemik karena peningkatan kebutuhan oksigen dan tegangan
pada sistem kardiovaskuler.
Secara lebih jelas terdapat tiga timbulnya kelelahan fisik yaitu:
Pertama, kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat sisa
metabolisme seperti karbon dioksida (CO2) dan fosfat tidak seimbang
dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam
jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.
Kedua, karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi
glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Kelelahan akan
timbul apabila konsentarsi glikogen dalam hati tinggal 0,7%. Ketiga, pada
suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah
oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat
kebutuhan. Kadar oksigen yang kurang menyebabkan penurunan
metabolisme yang berdampak pada seluruh organ tubuh baik otot dan
otak. Kelelahan otot juga akan timbul karena reaksi oksidasi dalam tubuh
yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi H2O dan CO2 agar
dikeluarkan dari tubuh menjadi tidak seimbang dengan pembentukan
asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot atau dalam
peredaran darah).
2. Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan rambatan dari denyut jantung yang
dihitung tiap menitnya dengan hitungan repetisi (kali/menit), dengan
denyut nadi normal 60- 100 kali/menit. Denyut nadi merupakan indikator
untuk melihat intensitas olahraga yang sedang dilakukan, dimana pada
satu orang terdapat hubungan yang linier antara intensitas aktivitas fisik
dengan denyut nadi, artinya: peningkatan intensitas olahraga akan diikuti

8
dengan peningkatan denyut nadi yang sesuai. Sedang pada dua orang
yang berbeda, tinggi frekuensi denyut nadi yang dicapai untuk beban
kerja yang sama ditentukan oleh tingkat kebugaran jasmaninya masing-
masing. Artinya beban kerja objektif yang sama akan memberikan
intensitas relatif yang berbeda, tergantung pada tingkat kebugaran
jasmaninya.
Menurut AHA (American Heart Association) 21, ada faktor lain
yang mempengaruhi denyut nadi :
a. Suhu ruangan: Suhu lingkungan yang meningkat membuat pompa
jantung bekerja lebih keras, sehingga menyebabkan kenaikan denyut
jantung.
b. Posisi tubuh: Berdiri selama 15-20 detik pertama, denyut jantung akan
meningkat, namun dengan cepat kembali normal.
c. Emosi: Keadaan stress, khawatir, senang atau sedih berlebihan akan
meningkatkan denyut jantung.
d. Indeks masa tubuh: Ukuran tubuh yang melebihi normal atau IMT
>30 biasanya memiliki denyut jantung lebih tinggi.
e. Obat-obatan: Zat yang menghambat adrenalin atau beta blocker dapat
menurunkan denyut jantung. Obat yang meningkatkan fungsi tiroid
akan meningkatkan denyut jantung.

C. Tes Cooper
1. Pengertian Tes Cooper
Cooper Test pertama dikembangkan oleh Dr. Keneth Cooper bersama
militer AU Amerika Serikat pada tahun 1968. Cooper Test merupakan
sebuah tes lari selama 12 menit yang digunakan untuk memantau
perkembangan daya tahan aerobik seorang atlet dan untuk memperoleh
perkiraan nilai VO 2 max mereka Cooper, 1968.
2. Kontraindikasi Cooper Test
Kontraindikasi Cooper Test yaitu tidak dapat digunakan pada sampel
kondisi akut miokard infark, risiko tinggi unstabil angina, aritmia jantung
yang tidak terkontrol, stenosis aorta, gagal jantung, emboli paru

9
akut/infark paru, miokarditis akut/pericarditis, stenosis koroner, penyakit
katup jantung, elektrolit abnormal, hipertensi, takiaritmia/bradiaritmia,
kardiomiopati, gangguan mental atau fisik (Cheevers & Pettersen, 2007).
3. Indikasi Tes Harus Dihentikan
Beriringan dengan kontraindikasi yang ada, selama palaksanaan tes
mungkin saja terjadi hal-hal yang dapat membahayakan kondisi bagi
sampel, walaupun sebelum pelaksanaan pasien telah dipastikan tidak
tergolong dalam kontraindikasi tes. Berikut adalah indikasi kapan tes
harus dihentikan, untuk mencegah resiko terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan (Cheevers & Pettersen, 2007) :
a. Pusing/mual/sakit kepala
b. Masalah Jantung (seperti gejala angina)
c. Debar jantung tidak teratur
d. Subjek yang meminta untuk berhenti
e. Kelelahan jelas terlihat secara fisik dan verbal
f. Sesak nafas
g. Reaksi orthosympathetic (berkeringat/pucat)
h. Kaki keram
i. Kegagalan/kerusakan dari komponen/alat tes
4. Persiapan Pelaksanaan Cooper Test
Hal penting dalam pelaksanaan Cooper Test adalah penjelasan
prosedur kepada subjek dan memastika subjek mengerti akan prosedur
tes yang akan dilakukan. Selain kemampuan subjek dalam mengerti
prosedur, kemampuan pendamping/assistant dalam memberikan instruksi
dan mengamati subjek saat pelaksanan tes sangatlah di perlukan.
Terdapat hal yang harus disampikan kepada subjek sebelum
pelaksanaan tes yakni subjek dihimbau agar tidak melakukan aktivitas
berat selama 24 jam sebelum pelaksanaan tes dan harus mengindari
makan berat, kafein atau nikotin selama 2-3 jam sebelum pelaksanaan
tes. Segala bentuk pengobatan yang dilakukan sebelum tes harus dicatat.
(Cheevers & Pettersen, 2007).

10
5. Prosedur Cooper Test
Dalam pelaksanaan Cooper Test diperlukan alat-alat sebagai berikut
(Mackenzie, 2005) :
a. Trek lari sepanjang 400 meter
b. Stopwatch
c. Peluit
d. Alat Tulis
Tes ini menuntut subjek untuk berlari sejauh mungkin dalam waktu 12
menit. Sebelum pelaksanaan tes subjek diharuskan melakukan
pemanasan selama 10 menit, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan
tes yakni subjek berlari mengelilingi trek sepanjang 400 meter,
mencapai jarak sejauh-jauhnya selama 12 menit. Jarak yang di peroleh
kemudian dicatat oleh asisten dan kemudian dapat di interpretaskan
berdasarkan data normatif untuk tes cooper sebagai berikut (Mackenzie,
2005) :
Sedangkan, untuk menghitung nilai VO2max berdasarkan hasil
Cooper Test dapat dihitung dengan rumus (Mackenzie, 2005) :
VO2max = (Jarak tempuh dalam meter – 504,9) : 44,73

Hasil perhitungan nilai VO2max dapat diinterpretasikan berdasarkan


data normatif nilai VO2max, sebagai berikut :

Tabel 2.4. Normative Data VO2max for Male

Age Very Poor Fair Good Excellent Superior


Poor
13-19 <35 35-37 38-44 45-50 51-55 >55
20-29 <33 33-35 36-41 42-45 46-52 >52
30-39 <31 31-34 35-40 41-44 45-49 >49
40-49 <30 30-32 33-38 39-42 43-47 >48
50-59 <26 26-30 31-35 36-40 41-45 >45
60+ <20 20-25 26-3132-35 36-44 >44
Sumber : (Mackenzie, 2015)

11
Tabel 2.2. Normative Data Cooper Test for Male
Age Excellent Above Average Below Poor
(meter) Average (meter) Average (meter)
(meter) (meter)
13-14 >2700 2400-27002200-2399 2100-2199 <2100
15-16 >2800 2500-28002300-2499 2200-2299 <2200
17-19 >3000 2700-30002500-2699 2300-2499 <2300
20-29 >2800 2400-28002200-2399 1600-2199 <1600
30-39 >2700 2300-27001900-2299 1500-1999 <1500
40-49 >2500 2100-25001700-2099 1400-1699 <1400
>50 >2400 2000-24001600-1999 1300-1599 <1300
Sumber : (Mackenzie, 2015)

Tabel 2.3. Normative Data Cooper Test for Female


Age Excellent Above Average Below Poor
(meter) Average (meter) Average (meter)
(meter) (meter)
13-14 >2000 1900-20001600-1899 1500-1599 <1500
15-16 >2100 2000-21001700-1999 1600-1699 <1600
17-20 >2300 2100-23001800-2099 1700-1799 <1700
20-29 >2700 2200-27001800-2199 1500-1799 <1500
30-39 >2500 2000-25001700-1999 1400-1699 <1400
40-49 >2300 1900-23001500-1899 1200-1499 <1200
>50 >2200 1700-22001400-1699 1100-1399 <1100
Sumber : (Mackenzie, 2015)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tes kondisi fisik adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan seseorang sampai sejauh mana kemampuannya
sebagai pendukung aktivitas menjalankan olahraga.
2. Harvard Step Test merupakan tes untuk menguji tingkat kesegaran atau
kebugaran jasmani dengan menggunakan media bangku. Semakin cepat
detak jantung kembali normal setelah melakukan tes, semakin baik
kebugaran seseorang (Cheevers, 2007). Tes Harvard merupakan salah
satu jenis tes untuk meningkatkan kerja jantung untuk mendeteksi atau
mendiagnosa penyakit kardiovaskuler juga. Tes ini sangat mudah

12
dilakukan karena tidak membutuhkan biaya yang banyak, sehingga cocok
sekali dilakukan oleh orang dewasa, termasuk mahasiswa.
3. Cooper Test merupakan sebuah tes lari selama 12 menit yang digunakan
untuk memantau perkembangan daya tahan aerobik seorang atlet dan
untuk memperoleh perkiraan nilai VO 2 max mereka Cooper, 1968.

B. Saran
Saat melakukantes Harvard step up maupun tes Cooper harus sesuai
dengan prosedur atau mengikuti langkah-langkah tes tanpa ada yang terlewat
satupun. Sehingga hasil dari variable yang di tes bisa terhitung valid. Jumlah
observer harus bisa disesuaikan dengan jumlah orang yang di tes sehingga
saat melakukan tes tidak terlalu berat untuk mengobservasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Yan Santika. 2013. “Perbedaan Tes Balke, Tes Cooper, Dan Tes Multistage
Terhadap Daya Tahan Aerobik Atlet Bola Voli Yuso Sleman”. Skripsi.
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Salsabila, Annisa Falihati. 2016. “Pengaruh Sinkronisasi Musik Terhadap Indeks

13
Kebugaran Jasmani Dan Skor RPE Pada Latihan Tes Bangku Harvard”.
Laporan Akhir Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.

Negara, Anak Agung Gede Angga Puspa. 2016. “Pelatihan Sirkuit Lebih Efektif
Dalam Meningkatkan Nilai Vo2max Daripada Pelatihan Joging Pada
Anggota Ekstrakurikuler Paskibra Di Sma Negeri 1 Gianyar”. Skripsi.
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Bali.

14

Anda mungkin juga menyukai