Dosen Pengampu :
Dr. Andy Martahan Andreas Hariandja, AFT., M.Kes
Oleh Kelompok 1 :
JURUSAN FISIOTERAPI
2022
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan
salam kami sampaikan kepada nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian
banyak nikmat, rahmat, serta karunia Allah SWT sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kelompok kami yang berjudul “Konsep ICF Pada
Gangguan Sistem Muskuloskeletal Pada Kasus Strain Hamstring” dengan baik.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Evidence Based Pratice,
bapak Dr. Andy Martahan Andreas Hariandja, AFT., M.Kes., berseta Tim Dosen
Evidence Based Pratice, yang telah mengampu, mendidik, dan membimbing kami
selama pembelajaran mata kuliah ini diberikan. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah, yang namanya tidak bisa kami tuliskan satu per satu, tetapi tidak
mengurangi rasa hormat kami.
Kami sadar, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami meminta maaf jika didalam makalah ini, baik isi dan penulisannya masih
banyak kesalahan. kami memohon saran dan kritik yang membangun untuk
memperbaiki makalah ini kedepannya.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… 3
BAB I……………………………………………………………………………... 4
PENDAHULUAN…………………………………………………………………4
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………. 5
1.3 Tujuan dan Manfaat……………………………………………………...5
BAB II…………………………………………………………………………….. 7
PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 7
2.1 International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF). 7
2.2 Pengertian Strain Hamstring……………………………………………..7
2.3 Penerapan Konsep ICF Pada Kasus Strain Hamstring………………….. 7
2.4 Intervensi Fisioterapi Pada Kasus Strain Hamstring…………………...12
BAB III…………………………………………………………………………...22
PENUTUP………………………………………………………………………..22
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..22
3.2 Saran…………………………………………………………………… 22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera ini terjadi karena adanya fleksi panggul paksa saat lutut
masih dalam keadaan ekstensi komplit. Kebanyakan cedera otot hamstring,
akan tetapi terjadi karena gerakan paksa tidak langsung dengan penggunaan
saat aktivitas dari otot, seperti berlari, sprint, dan lari rintang. Kebanyakan
cedera hamstring terjadi saat pertemuan otot-tendon (myotendinous
junction) selama melakukan gerakan berlebihan ketika otot memanjang
sembari melakukan gerakan, umumnya terjadi pada otot lateral hamstring.
Bisep femoris memiliki dua kepala dengan origo dan innervasi yang
berbeda dan oleh karena itu disebut sebagai otot hybrid.
4
quadriceps, ketidakseimbangan antara otot hamstring kiri dan kanan,
adanya cedera otot hamstring sebelumnya, kecepatan lari yang
meningkatkan dan kekuatan atau ketahanan otot hamstring yang lemah.
Cedera otot hamstring dapat terjadi pada beragam pasien mulai dari yang
berusia muda sampai tua dan berbagai level atlet, mulai dari yang biasa
sampai atlet elite.
5
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Strain Hamstring
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep ICF pada kasus Strain Hamstring
2. Manfaat
Manfaat sebagai penulis :
1. Memahami bagaimana konsep ICF pada kasus Strain Hamstring
2. Menjadikan pembelajaran dan referensi baru bagi penulis untuk
menerapkannya
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
● Pekerjaan : Guru
2. Keluhan Utama
Nyeri paha bagian belakang sebelah kanan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Awalnya pasien mengikuti perlombaan bermain sepak bola
bersama rekan gurunya. Setelah selesai seleksi lomba, pasien
merasakan nyeri pada bagian paha belakang sebelah kanan.
Ketika sampai di rumah, pasien meminta untuk di pijat sebelum
akhirnya datang ke fisioterapi.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
8
3. Palpasi
● Teknik : Cara pemeriksaan dengan cara meraba,
menekan dan memegang organ atau bagian tubuh pasien
● Hasil : (+) Positif Tes
● Interpretasi : Ada nyeri tekan dan spasme pada otot
hamstring
4. Pemeriksaan Gerak Dasar
5. Pemeriksaan Khusus
Tes Orientasi Strain Hamstring:
● Teknik : Fisioterapis menginstruksikan pasien untuk
melakukan gerakan fleksi-ekstensi secara aktif
● Hasil : Nyeri tidak menjalar saat gerak fleksi-
ekstensi
● Interpretasi : Ada spasme otot
Palpasi
● Teknik : Cara pemeriksaan dengan cara meraba,
menekan dan memegang organ atau bagian tubuh pasien
● Hasil : (+) Positif Tes
● Interpretasi : Ada nyeri tekan dan spasme pada otot
hamstring
9
Pengukuran Visual Analog Scale (VAS)
Untuk mengetahui derajat nyeri pasien
● Nyeri diam :1
● Nyeri tekan :3
● Nyeri gerak :2
10
● Kesulitan berlari
● Kesulitan beribadah
3. Participation Restriction
● Kesulitan berolahraga
● Kesulitan beraktivitas/berhubungan dengan rekan
kerja
● Kesulitan beraktivitas/berhubungan dengan sub-
ordinatnya (anak murid)
4. Personal Factors
● Usia (35 Tahun)
● Gender (laki-laki)
● Gaya hidup
● Motivasi untuk sembuh
5. Environmental Factors
● Keluarga yang mendukung
● Teman-teman yang mendukung
● Tenaga kesehatan yang professional
11
2. Body Structure :
✔ (s75002) Muscles of thigh
3. Activities and Participations :
Activities
✔ (d4501) Walking long distances
✔ (d4552) Running
✔ (d9301) Spirituality
Participation
✔ (d9201) Sports
✔ (d9300) Organized religion
✔ (d7500) Informal relationship with friends
✔ (d7401) Relating with subordinates
4. Personal and Environmental Factors:
Personal Factors :
✔ Usia
✔ Kelamin
✔ Gaya hidup
✔ Motivasi untuk sembuh
Environmental Factors :
✔ (e310) Immediate family
✔ (e320) Friends
✔ (e355) Health professionals
1. Treatment
Istirahat dari aktivitas yang menyebabkan ketegangan otot
memungkinkan terjadinya penyembuhan.
Pemberian olesan es atau lapisan es secara berkala (2-3 kali
per hari) akan membantu mengendalikan pembengkakan
dan mengurangi rasa sakit.
12
Lapisan panas tidak boleh diterapkan ke area tersebut selama
7-10 hari pertama karena ini dapat meningkatkan
pembengkakan dan pendarahan di dalam otot.
Pembungkus elastis atau stocking tekan dapat diterapkan
pada area tersebut untuk membantu mengontrol
pembengkakan.
Berbaring secara berkala dengan kaki ditinggikan
memungkinkan gravitasi membantu upaya mengendalikan
pembengkakan.
Peregangan atau latihan resistif harus dilakukan selama 3
minggu pertama setelah cedera.
2. Program Rehabilitasi
Fase 1 (minggu ke 1)
Istirahat dari aktivitas yang menyakitkan
Kompres es selama 20 menit, sebanyak 3 kali sehari
Fase 3 (minggu ke 4, 5, 6)
13
Ekstensi pinggul SLR berdiri atau tengkurap, PRE 1 pon
seminggu menjadi 5 pon
Sepeda stasioner, tambahkan 1 menit per sesi selama 30 - 40
menit
Berjalan di treadmill lambat, mulai 5 menit dan tambahkan
1 menit per sesi menjadi 20 menit atau mulai “Program Jalan
Kaki/Jogging”
Peregangan lembut tanpa rasa sakit, 2 kali sehari
Instruksi di bagian belakang handout
Fase 4 (minggu ke 7 - 12)
14
langkah awal. Biarkan rasa sakit dan bengkak menjadi
panduan. Jika aktivitas tersebut menimbulkan rasa sakit,
bengkak atau membuat lemas, kembali ke Langkah
sebelumnya.
Sebelum memulai program dan setelah menyelesaikan
program, berikan waktu 15 menit untuk melakukan
pemanasan dan latihan peregangan ringan.
Lakukan pendinginan dengan meregangkan semua
kelompok otot secara perlahan dan kompres es selama 20
menit.
Fase 1
Fase 2
Fase 3
Fase 4
Fase 5
15
Hari ke 1: Joging mil, Berjalan mil, langkah nyaman
Hari ke 2: Joging 1 mil
Hari ke 3: Joging 1 mil
Kita dapat terus meningkatkan jarak sejauh mil per sesi hingga
mencapai jarak yang diinginkan. Ketika telah mencapai jarak
Latihan tanpa menimbulkan rasa sakit atau bengkak dan memiliki
bentuk lari yang normal, kita dapat secara bertahap mulai
meningkatkan kecepatan lari kita atau melanjutkan ke “Program
Lari/Sprint”.
4. Program Lari/Sprint
Petunjuk Umum
Melakukan pemanasan dengan baik dan melakukan
peregangan ringan sebelum berolahraga dan setelah
berolahraga
Melakukan beberapa jalan kaki, bersepeda agar berkeringat
sebelum memulai program lari
Setelah melakukan semua itu dan program lari, lalu
melakukan pendinginan dengan kompres es selama 20 menit
Jangan maju ke langkah berikutnya dalam perkembangan
sampai langkah ini bebas rasa sakit
Frekuensi: setiap hari atau 3 - 4 kali seminggu
16
Hari ke 6: Lari kecepatan 100 yard, 10 repetisi
Hari ke 7: Tidak lari
Hari ke 8: Ulangi seperti hari ke 6
Hari ke 9: Tidak lari
Hari ke 10: Ulangi seperti hari ke 6
Hari ke 11: Tidak lari
Hari ke 12: Lari kecepatan, 100 yard, 3 repetisi dan Lari
kecepatan penuh, 50 yard, 4 repetisi
Hari ke 13: Tidak lari
Hari ke 14 – 42: Lanjutkan latihan dari hari ke 12,
tambahkan satu lari 50 yard setiap latihan sampai dapat
melakukan 10 lari kecepatan penuh 50 yard. Perkembangan
ini harus memakan waktu minimal 24 hari (3 minggu, 3
hari), tetapi mungkin memakan waktu lebih lama jika rasa
sakit atau pembengkakan terjadi.
17
Pemanasan sebelum berolahraga dengan bersepeda
stasioner, mesin elips, dan treadmill
Lakukan latihan yang melibatkan kelompok otot terlebih
dahulu dan otot individu
Lakukan latihan aerobik setelah latihan kekuatan
Lakukan pendinginan dengan melakukan peregangan
setelah selesai Latihan
18
Bila terjadi ketidakseimbangan kekuatan otot pada lutut
antara otot hamstring dan otot quadriceps, maka risiko
terjadinya cedera hamstring lebih besar pada olahraga
lari dan sprint
Rasio kekuatan yang ideal antara paha belakang dan
paha depan adalah 4:3 atau P:H = 4:3
Rasio kekuatan Q:H sulit diukur tanpa peralatan
pengujian
Dalam kebanyakan kasus, otot hamstring tidak boleh
terlalu kuat
Ikuti prinsip PRE untuk membangun kekuatan secara
maksimal saat menggunakan otot hamstring
Pegang kaki
Palpasi otot Hamstring
Knee Ekstensi 30 derajat
Roman Chair
Chair Squat (pegang dumbbell untuk menahan beban)
atau barbell squat
Betis Angkat
Hip Abductor/Adductor
19
Step Up/Down
Pegang Kaki
Palpasi otot hamstring
Ekstensi lutut 30 derajat
20
Romain Chair
Chair Squat (pegang dumbel untuk resistensi atau
barbel)
Betis Angkat
Naik/turun
Latihan alternatif dengan slide dinding satu kaki dan
jongkok satu kaki
Saat memulai latihan satu kaki yang baru, mulailah
dengan 3 set 5, dan tambahkan satu pengulangan per
set, per latihan hingga Anda dapat melakukan 3 set
10.
Ketika 3 set 10 mudah dan bebas rasa sakit, maka
dapat memegang dumbel untuk meningkatkan
ketahanan dan kekuatan.
BAB III
PENUTUP
21
3.1 Kesimpulan
Dalam aktivitas sehari-hari, seperti berdiri dan berjalan, otot-otot
hamstring tidak terlalu banyak digunakan. Namun saat kita menekuk lutut,
berlari, melompat, dan memanjat, maka otot-otot menjadi sangat aktif.
Cedera hamstring bisa terjadi secara tiba-tiba akibat gerakan mendadak atau
terlalu eksplosif. Tindakan yang berisiko tinggi terkait kondisi tersebut
misalnya akibat berlari, menerjang, atau melompat.
Cedera pada otot ini juga bisa terjadi secara bertahap atau saat
seseorang melakukan gerakan lambat. Gerakan lambat yang beresiko
mengalami cedera hamstring adalah gerakan peregangan yang terlalu
berlebihan. Jika seseorang pernah mengalami cedera ini, kemungkinan
mereka akan mengalaminya lagi di lain hari, khususnya yang memiliki
profesi atlet atau olahragawan.
3.2 Saran
Kami menyarankan kepada penulis selanjutnya untuk dapat
menjelaskan lebih rinci lagi dari apa yang sudah kami tulis, bisa dapat
menambahkan informasi dengan lebih lengkap lagi, dan berasal dari buku
atau sumber-sumber yang terpercaya.
Serta untuk pembaca, penulis berharap pembaca dapat bijak untuk
mencerna informasi yang sudah dituliskan oleh penulis dan pembaca
disarankan untuk mengkaji informasi yang ada secara lebih detail lagi dari
berbagai sumber yang terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA
22
Satriani, Dewi. (2020). Strain Hamstring. Study Case. Politeknik Kementrian
Kesehatan Makassar. Diakses pada tanggal 8 Februari 2022 pukul 07.40 WIB
melalui link https://id.scribd.com/document/471161719/Laporan-Kasus-pada-
Strain-Hamstring-Dewi-Satriani-D3-FT-TK-2
Petruska, Alex. Hamstring Stain. Boston Sport Medicine and Research Institute.
23