Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Strain Hamtring
Cedera hamstring adalah cedera pada jaringan otot hamstring karena
kerusakan langsung atau tidak langsung akibat teregang melebihi batas
normal. Cedera ini sering terjadi pada bagian groin muscles, hamstring, dan
otot quadricep. Cedera ini sering terjadi pada atlet dimana salah satu otot paha
belakang mengalami robekan atau peregangan akibat trauma dan gerakan
mendadak atau gerakan tiba-tiba berhenti. 3778-Article Text-13192-1-10-
20210630 (1)
Cedera otot hamstring adalah salah satu dari sekian banyak cedera otot
yang umum, khususnya pada atlet. Otot hamstring terdiri dari tiga yaitu: otot
semimembranosa dan semitendinosa di medial , dan kepala otot bisep femoris
yang panjang dan pendek di lateral. Istilah hamstring datang dari tempat
penyembelihan hewan, dimana babi digantung pada bagian otot tendinosa
yang kuat ini saat disembelih. cedera-hamstring-hamstring-
strain_compress.pdf
Cedera otot hamstring merupakan berbagai cedera mulai dari nyeri otot
dengan onset lambat sampai robek parsial sampai ruptur komplit dari unit
otottendon. Cedera dapat terjadi karena paksaan langsung ataupun tidak
langsung. Yang termasuk langsung disini adalah luka goresan dan memar.
Robekan komplit dari ujung proksimal hamstring dari ischial tuberosity telah
dijelaskan, umumnya terjadi pada atlet ski air. Cedera ini terjadi ketika
adanya fleksi panggul paksa saat lutut masih dalam keadaan ekstensi komplit.
cedera-hamstring-hamstring-strain_compress.pdf
Otot-otot hamstring merupakan otot paha bagian belakang. Ada tiga otot
hamstring: semitendinosus, semimembranosus, dan biceps femoris. Strain
adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau
tidak langsung (overloading) akibat teregang melebihi batas normal atau
robeknya otot dan tendon (jaringan ikat/penghubung yang kuat yang
menghubungkan otot dengan tulang atau ekor otot) karena teregang melebihi
batas normal. Strain sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci
paha), hamstrings (otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps.
2.2 Etilogi Hamstring Strain
Penyebab utama cedera ini adalah karena otot hamstring meregang
melebihi batasnya saat melakukan aktivitas tertentu, seperti berlari atau
melompat. Beberapafaktor yang bisa meningkatkan risiko cedera hamstring,
di antaranya adalah:
1) Olahraga
Aktivitas olahraga, seperti berlari, berisiko menyebabkan cedera
hamstring.
2) Riwayat cedera hamstring Seseorang yang pernah cedera hamstring lebih
berisiko untuk mengalaminya lagi.
3) Kelenturan otot yang buruk
Kondisi ini membuat otot tidak bisa menahan beban atau tekanan saat
melakukan aktivitas.
4) Perkembangan otot yang tidak seimbang
Beberapa ahli berpendapat bahwa cedera hamstring rentan terjadi jika
otot paha bagian depan (quadriceps) lebih kuat daripada otot hamstring
Strain terjadi akibat dari peregangan atau kontraksi otot yang melebihi
batas normal (Abnormal stress) dan umumnya terjadi karena
pembebanan secara tiba – tiba pada otot tertentu. Jenis cedera ini juga
terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, atau ketika terjadi
kontraksi otot belum siap.
2.2.1 Otot Overload
Overload otot adalah penyebab utama ketegangan otot hamstring.
Hal ini dapat terjadi ketika otot ditarik melampaui kapasitasnya atau
ditantang dengan beban tiba-tiba. Strain otot hamstring sering terjadi
ketika otot memanjang seperti kontraksi, atau lebih pendek. Meskipun
kedengarannya bertentangan, ini terjadi ketika seseorang memperpanjang
otot ketika sedang tertimbang. Ini disebut "kontraksi eksentrik." Selama
berlari, otot hamstring kontrak eksentris dimana kaki belakang yang
diluruskan dan jari-jari kaki yang digunakan untuk mendorong dalam
keadaan toe off dan bergerak maju. Otot-otot hamstring tidak hanya
diperpanjang pada saat ini dalam langkahnya, tetapi juga sarat dengan
berat badan serta gaya yang dibutuhkan untuk gerak maju.
2.2.2 Faktor Resiko
Beberapa faktor yang dapat membuat lebih besar kemungkinan
seseorang akan memiliki ketegangan otot, termasuk:
1) Sesak otot : Ketatnya otot yang rentan terhadap regangan.
2) Ketidakseimbangan otot : Ketika satu kelompok otot lebih kuat  dari
kelompok otot yang berlawanan, ketidakseimbangan dapat
mengakibatkan ketegangan. Hal ini sering terjadi dengan otot
hamstring. Otot-otot paha depan di bagian depan paha biasanya lebih
kuat. Selama kecepatan tinggi, kegiatan hamstring dapat menjadi
letih lebih cepat dari paha depan. Kelelahan ini dapat menyebabkan
ketegangan.
3) Otot Lemah : Jika otot-otot lemah, berarti otot-otot tersebut kurang
mampu mengatasi stres latihan dan lebih mungkin dapat terluka.
4) Kelelahan otot : Kelelahan mengurangi kemampuan otot untuk
menyerap energi, sehingga dapat membuat lebih rentan terhadap
cedera.
5) Pilihan kegiatan : Siapapun dapat mengalami ketegangan hamstring,
tetapi terutama beresiko pada :
a) Atlet yang berpartisipasi dalam olahraga seperti sepak bola,
basket, pelari atau sprinter, dan lain sebagainya.
b) Penari
c) Atlet yang lebih tua yang terutama dalam program latihan
berjalan
d) Remaja atlet yang masih tumbuh dan lain-lain
6) Hamstring strain terjadi lebih sering pada remaja karena tulang dan
otot tidak tumbuh pada tingkat yang sama. Selama lonjakan
pertumbuhan, tulang anak dapat tumbuh lebih cepat dari otot-otot.
Ketika tulang tumbuh, itu dapat  menarik otot sehingga ketat. Sebuah
lonjakan tiba-tiba, peregangan, atau dampak yang bisa merobek otot
menjauh dari hubungannya dengan tulang.
Faktor lain yang meningkatkan kemungkinan mengalami
cedera hamstring meliputi:
1) Usia : semakin tua seseorang, semakin besar risiko ke hamstring
strain.
2) Cedera sebelumnya : cedera sebelum pada paha belakang atau
otot adduktor dapat sangat meningkatkan kemungkinan cedera
di masa depan.
3) Fleksibilitas : penelitian menunjukkan bahwa semakin besar
fleksibilitas dari hamstring berpengaruh pada kerentanan
terhadap cedera.
4) Kekuatan hamstring : demikian pula penelitian telah
menunjukkan bahwa kurangnya kekuatan hamstring sangat
terkait dengan cedera hamstring.
5) Pelampiasan saraf lumbosakral : saraf tubrukan di L5-S1 dapat
menyebabkan kelemahan otot hamstring yang terkait.
6) Kelelahan dan kebugaran : ketika seseorang lelah dan
kehilangan koordinasi antara kelompok otot tertentu. Di daerah
otot yang mengalamai kelelahan, terjadi kurangnya sinkronisasi
antara kedua saraf yang dapat mengakibatkan ketidakcocokan
dalam berkontraksi sehingga menghasilkan hamstring strain.
2.2 Anatomi Hamstring
Hamstring merupakan suatu grup otot sendi panggul dan lutut yang
terletak pada sisi belakang paha yang berfungsi untuk gerakan fleksi lutut,
ekstensi panggul, dan membantu gerakan eksternal dan internal rotasi panggul.
Kelompok otot ini terdiri atas beberapa otot yaitu : biceps femoris,
semitendinosus, dan semimembranosu s (Irfan, 2008).

Gambar 2.1 Hamstring Muscles (Quinn, 2014)

2.3.1 Otot Biceps femoris


Mempunyai dua caput yaitu longum dan caput breve M.biceps
femoris caput longum bekerja pada dua sendi, berasal dari tuberositas
ischiadicum bersama-sama dengan M.semitendinosus. M.biceps
femoris caput breve hanya bekerja pada satu sendi, berasal dari
sepertiga tengah linea aspera labirum lateral dan lateralis terhadap
septum intermusculare. Penyatuan caput membentuk M.biceps
femoris yang berinsertio pada caput fibulae. Diantara otot dan
ligamen collateral fibular sendi lutut terdapat bursa subtendinea
musculi bicepitis femoris inferior. Caput longum biceps femoris
menghasilkan gerak ekstensi (retroversi) sendi panggul M.biceps
femoris melakukan fleksi sendi lutut dan rotasi lateralis tungkai
bawah yang fleksi. Hanya terjadi rotasi lateralis pada sendi lutut dan
karena melawan semua otot rotator medialis(Irfan, 2008).
2.3.2 Otot Semitenndinosus
Berasal dari caput bersama yaitu tuber ischiadicum dan berjalan ke
fascies medialis tibiae bersama-sama dengan M.gracilis dan
M.sartorius untuk bergabung dengan pes anserinus superficialis.
Diantara permukaan tibia dan tempat perlengkatan pada apes
anserinus. Otot ini bekerja pada dua sendi, yaitu ekstensi pada sendi
panggul dan fleksi pada sendi lutut serta rotasi medialis tungkai bawah
(Irfan, 2008).
2.3.3 Otot Semimebranosus
Berasal dari tuberositas ischiadium dan berinsertio pada condyles
medial tibia. Otot ini berhubungan erat dengan M.semitendinosus. Di
bawah ligamentum collateral medial, tendonnya dibagi menjadi tiga
bagian yaitu:
1) Bagian pertama berjalan ke anterior terhadap condyles medialis
tibiae
2) Bagian kedua masuk ke fascia popliteal
3) Bagian ketiga melanjutkan diri ke dinding posterior capsula
ligamentum popliteal obliqum
Pembagian menjadi tiga bagian ini dikenal sebagai pes anserinus
profundus. Otot ini bekerja pada dua sendi dan berfungsi mirip
M.semitendinosus. Otot ini dapat melakukan ekstensi sendi panggul
dan fleksi sendi lutut dengan rotasi medialis pada sendi lutut
(Irfan,2008).
2.3 Fisiologi Otot Hamstring
Otot hamstring terdiri dari M.semimembranosus, M.semitendinosus dan
M.biceps femoris. Rotasi medialis terjadi karena adanya kontraksi dari otot-
otot rotator medialis yang terdiri dari M.semimembranosus, M.semitendinosus,
M.gracilis, M.sartorius dan M.popliteus. Rotasi lateralis dilakukan oleh
M.biceps femoris, hampir merupakan satu-satunya rotator lateralis paha dan
mengimbangi semua otot yang bekerja sebagai rotator medialis. Bila tungkai
pada saat rotasi tidak menompang beban yang benar maka akan mendapat
bantuan yang kurang dari M.tensor fascia latae. Gerakan fleksi lutut, ekstensi
panggul, maupun gerakan eskternal dan internal rotasi panggul merupakan
gerakan dengan menggunakan beban tubuh, sehingga beban yang dihasilkan
sangat besar contoh gerakan seperti : melompat, berjalan, berlari,
mengangkat, mendorong dan menarik (Irfan,2008).

2.4 Patofisiologi

Patofisiologi cedera hamstring atau hamstring injury adalah kontraksi


otot yang berlebihan saat aktivitas sehari-hari atau saat olahraga, baik pada
saat gerakan lambat ataupun cepat. Mekanisme cedera hamstring terjadi saat
fleksi panggul dan ekstensi lutut bersamaan. Gerakan ini menimbulkan
peregangan maksimal otot hamstring, dan paling sering menimbulkan cedera
pada proximal myotendinous junction otot biceps femoris,

Otot hamstring terdiri dari beberapa otot yaitu otot semitendinosus


(ST), otot semimembranosus (SM), dan otot biceps femoris. Ketiga otot ini
berasal dari tuberositas iskium dan melewati panggul dan lutut. Otot ST dan
SM berperan dalam gerak fleksi lutut dan rotasi medial bersamaan dengan
ekstensi panggul. Di bagian lateral, otot biceps femoris berperan dalan
gerakan ekstensi panggul dan menstabilkan bagian posterior pelvis.
Ketidaksejajaran tendon proksimal dan distal otot hamstring menjadi
predisposisi terjadinya cedera sedangkan struktur otot semitendinosus dapat
menjadi faktor protektif terhadap cedera Berdasarkan tingkat keparahannya
cedera otot hamstring ini dapat dibagi menjadi:
Grade 1: Peregangan minimal dengan robekan pada beberapa serat otot
Grade 2: Peregangan menengah dengan kekuatan otot yang menghilang
Grade 3: Robekan total pada otot hamstring
2.5 Gejala dan Tanda Hamstring Strain
Seseorang yang mengalami sakit strain mempunyai beberapa gejala dan
tanda-tanda sebagai berikut :
1) Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan
teraba pada bagian otot yang mengaku.
2) Strain total didiagnosa sebagai otot yang tidak bisa berkontraksi dan
terbentuk benjolan.
3) Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu. Dan pada
cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi
cedera, terlebih jika otot berkontraksi.
4) Nyeri menyebar keluar dengan kejang atau kaku otot.
5) Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-
tanda perdarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan.
6) Jika pecah parah celah dalam otot dapat dirasakan.
Tambahan gejala termasuk:
a) Pembengkakan selama beberapa jam pertama setelah cedera
b) Memar atau perubahan warna dari bagian belakang kaki, di bawah
lutut selama beberapa hari pertama
c) Kelemahan dalam hamstring yang dapat bertahan selama beberapa
minggu
Strain diklasifikasikan berdasarkan berat/ringannya keparahan :
1) Derajat/Tingkat I : regangan serabut tendon dan otot, minimal.
Strain pada tingkat ini tidak ada robekan dan bersifat ringan.
Misalnya strain pada otot hamstring yang mengganggu atlet sprint.
2) Derajat/Tingkat II : regangan serabut tendon, dengan robekan
sebagian, bersamaan dengan nyeri dan bengkak sehingga
mempengaruhi kekuatannya.
3) Derajat/Tingkat III : robekan serabut otot yang luas dengan nyeri,
bengkak dan kemungkinan ada yang putus.
2.6 Sejarah Pasien dan Pemeriksaan Fisik
Orang dengan menderita hamstring strain akan merasakan nyeri tiba-tiba
di bagian belakang paha yang terjadi saat berolahraga. Selama pemeriksaan
fisik, fisioterapis akan bertanya tentang cedera paha dan memeriksa orang
tersebut (penderita) ada nyeri atau memar. Fisioterapis juga akan mempalpasi
atau menekan bagian belakang paha penderita untuk melihat apakah ada rasa
sakit, kelemahan, bengkak, atau cedera otot lebih parah. Atau dengan
dilakukan tes pencitraan.
Tes pencitraan dilakukan untuk membantu memastikan diagnosa, yaitu
dengan : X-Ray → menunjukkan bahwa pada penderita memiliki tendon
hamstring avulsi atau tidak. Hal ini dilakukan ketika cedera tendon menarik
tulang yang ada disekitarnya. MRI (Magnetic Resonance Imaging) →
penelitian ini dapat membuat gambar yang lebih baik dari jaringan lunak
seperti otot hamstring. Hal ini juga dapat membantu fisioterapis menentukan
tingkat cedera penderita.
2.7 Pengobatan Hamstring Strain
Pengobatan strain hamstring akan bervariasi tergantung pada jenis cedera
yang penderita miliki, keparahan, dan kebutuhan penderita sendiri dan
harapan. Tujuan dari setiap pengobatan nonsurgical atau bedah adalah untuk
membantu penderita kembali ke semua aktivitas. Menyusul rencana
pengobatan dokter, hal ini akan mengembalikan kemampuan penderita lebih
cepat, dan membantu penderita mencegah masalah lebih lanjut di masa
mendatang.
Fase yang paling penting untuk pengobatan hamstring strain adalah 48 jam
pertama pasca-cedera yaitu :
1) Nonsurgical Treatment
Menggunakan terapi dingin (RICE = Rest, Ice, Compress,
Elevation)
Rest          : Mengistirahatkan dari aktivitas yang menyebabkan  tekanan.
Terkadang disarankan menggunakan kruk untuk menghindari peletakkan
berat badan pada kaki.
Ice            : Melakukan kompres dingin selama 20 menit, selama
beberapa hari sekali. Tidak boleh menggunakan es langsung ke kulit.
Compress : Untuk mencegah pembengkakan tambahan dan kehilangan
darah, memakai perban kompresi elastis.
Elevation  : Untuk mengurangi pembengkakan, berbaring menempatkan
kaki penderita lebih tinggi dari jantung penderita saat istirahat.
2.8 Cara Pencegahan
Sakit strain pada dasarnya dapat dihindari. Sebagai upaya pencegahan, saat
melakukan aktivitas olahraga memakai pemakaian perlengkapan olahraga
yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama
aktivitas dan sebaiknya melakukan pemanasan, peregangan, stretching,
melakukan gerakan dengan benar dan tidak melakukan aktivitas atau tidak
melakukan gerakan latihan terlalu banyak/cepat dan tidak berlebihan atau
melebihi beban/normal. Selain itu untuk menghindari terjadinya strain
seseorang dapat melakukan latihan-latihan fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan diri dari cedera macam ini. Kuncinya adalah selalu
melakukan stretching setelah melakukan pemanasan, terutama pada bagian
otot-otot yang rentan tersebut. Selain itu pencegahan strain dengan
melakukan latihan aerobik yang teratur, tetapi yang tidak terlalu membebani
otot, antara lain olahraga jalan, berenang, bersepeda, maupun senam-senam
yang memperkuat dan memelihara fleksibilitas. Namun, dengan diagnosis
yang tepat, penanggulangan yang benar dan cepat cedera dapat diatasi
sehingga aktivitas secara bertahap dapat dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai