Anda di halaman 1dari 4

MACAM - MACAM CEDERA PADA PEMAIN SEPAKBOLA

MACAM – MACAM CEDERA PADA PEMAIN SEPAKBOLA

Cedera sudah menjadi sebuah resiko dalam setiap pertandingan sepak bola. Oleh karena itu pemain siap tidak siap
harus siap untuk menghadapi sebuah cedera. Berikut adalah macam - macam cedera :

1. Sprain (keseleo)
Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul
sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi.
Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus, ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika
sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.
Sprain atau keseleo adalah jenis cedera yang paling sering dialami oleh para pemain sepak bola. Keseleo yang dialami mulai dari bagian
pergelangan kaki, kaki bagian bawah, hingga lutut merupakan bagian-bagian yang paling sering terjadi di sepak bola, terutama bagian
pergelangan dan medial collateral ligament (semacam pengikat sendi tulang). Untuk menghindari keseleo, diperlukan pemanasan yang cukup
dan stretching yang tepat bisa mencegah terjadinya cedera tersebut (Hardianto Wibowo 1995: 22).
Berikut ini adalah tingkatan cedera sprain:
a. Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan,
pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.Padacedera ini tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan
istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya
b. Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa
sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut. kita harus
memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk
maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
c. Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah
dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal. Cedera tingkat ini harus
dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi namun harus diberi pertolongan pertama terlebih dahulu.
2. Strain
Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Jenis cedera ini terjadi akibat
otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap. Strains sering terjadi pada bagian
groin muscles (otot pada kunci paha), hamstrings (otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps. Cedera tertarik otot betis juga kerap terjadi
pada para pemain bola. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan diri dari cedera macam ini. Kuncinya dalah selalu melakukan stretching
setelah melakukan pemanasan, terutama pada bagian otot-otot yang rentan tersebut (Hardianto Wibowo 1995: 22).
Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi
secara mendadak, seperti pada pelari atau pelompat. Tipe cidera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya.
Beberapa kali cidera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam langkah penuh. Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme
otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan
berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkan
tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis yang berulang-ulang. Berat ringannya sprain dan strain Therapist
mengkategorikan sprain dan strain berdasarkan berat ringannya cidera. Derajat I (ringan) berupa beberapa stretching atau kerobekan ringan pada
otot atau ligament. Derajat II (sedang) berupa kerobekan parsial tetapi masih menyambung. Derajat III (berat) berupa kerobekan penuh pada otot
dan ligament, yang menghasilkan ketidakstabilan sendi.
Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada bagian otot yang mengaku strain total didiagnosa sebagai
otot tidak bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan
Cidera strain membuat daerah sekita cidera memar dan bengkak setelah 24 jam. Pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda
pendarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kejadian
Memar dan bengkak disekitar persendian tulang yang terkena cedera, termasuk rubahan warna kulit terjadi kemarthrosis atau pendarahan sendi.
Nyeri pada persendian tulang, nyeri bila anggota badan digerakkan fungsi persendian terganggu, dll.
Pencegahannya yaitu pada saat melakukan aktivitas olahraga memakai sepatu yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan
kaki selama aktivitas. Melakukan pemanasan (streching) sebelum melakukan aktivitas atletik, serta latihan yang tidak berlebihan.
Pengobatan sprain dan strain adalah terapi, yang dilakukan adalah reset atau istirahat, mendinginkan area cidera, copression atau balut bagian
yang cidera, elevasi atau meninggikan, membebaskan diri dari beban. Jika nyeri dan bengkak berkurang selama 48 jam setelah cidera, gerakkan
persendian tulang ke seluruh arah. Hindari tekanan pada daerah cidera sampai nyeri hilang (biasanya 7-10 hari untuk cidera ringan dan 3-5
minggu untuk cidera berat), gunakan tongkat penopang ketika berjalan bila dibutuhkan.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16), Cidera derajat I biasanya sembuh dengan cepat dengan pemberian istirahat, es, kompresi dan elevasi
(RICE). Terapi latihan dapat membantu mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas. Cidera derajat II terapinya sama hanya saja ditambah dengan
immobilisasi pada daerah yang cidera. Dan derajat III biasanya dilakukan immobilisasi dan kemungkinan pembedahan untuk mengembalikan
fungsinya. Kunci dari penyembuhan adalah evaluasi dini dengan professional medis. Sekali cidera telah ditentukan, rencana terapi dapat
dikembangkan. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan sprain dan strain akan sembuh tanpa efek samping.
Kunci dari penyembuhan adalah evaluasi dini dengan professional medis. Sekali cidera telah ditentukan, rencana terapi dapat dikembangkan.
Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan sprain dan strain akan sembuh tanpa efek samping.

3. Knee Injuries
Adalah cidera yang terjadi karena adanya paksaan dari tendon. Saat mengalami cidera ini akan merasakan nyeri tepat dibawah mangkuk lutut
setelah melakukan latihan olahraga. Rasa sakit itu disebabkan oleh gerakan melompat, menerjang maupun melompat dan turun kembali.
Ada beberapa jenis cedera lutut yang umum dialami oleh pemain bola, yaitu cedera pada medial collateral ligament, meniscus, dan anterior
cruciate ligament, baik itu sobek pada jaringan, maupun putusnya jaringan tersebut. Pengenaan sepatu yang tepat, kondisi lapangan yang baik,
dan latihan kekuatan (strength training) yang tepat bisa mengurangi risiko terjadinya cedera lutut.
4. Compartment Syndrome
Para atlet pada umumnya sering mengalami permasalahan (gangguan rasa nyeri atau sakit) yang terjadi pada kaki bawah (meliputi daerah antara
lutut dan pergelangan kaki). Terkadang rasa sakit/nyeri tersebut terjadi karena adanya suatu sindrom kompartemen
Diagnosa terhadap sindrom terhadap sindrom tersebut dilakukan dengan cara perkiraan, karena pola karakteristik (gejala) dan rasa sakit tersebut
dan ukuran-ukuran tekanan kompartemennya. Diantara beberapa penyakit yang menyertai     sindrom ini dapat diatasi dengan pembedahan
(operasi).

5. Shin Splints
Istilah shin aplints kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan adanya rasa sakit (cidera pada kaki bagian bawah yang seringkali terjadi
terjadi akibat melakukan berbagai aktivitas olahraga, termasuk olahraga lari. Shin splints tersebut dibedakan menjadi dua jenis menurut lokasi
rasa sakitnya. Anterior Shin Splints, yaitu rasa sakit yang terjadi pada bagian depan (anterior) dari tulang gares (tibia). Dan yang kedua adalah
Posterior Shin Splints, rasa sakit tersebut terasa pada bagian dalam (medial) kaki pada tulang tibia
Shin splints disebabkan oleh adanya robekan sangat kecil pada otot-otot kaki bagian bawah yang berhubungan erat dengan tulang gares.
Pertama-tama akan mengalami rasa sakit yang menarik-narik setelah melakukan lari. Apabila keadaan ini dibiarkan dan terjadi terus, maka akan
semakin parah, bahkan dapat juga terasa sakit meskipun pada saat kita berjalan kaki. Rasa sakit/perih tersebut biasanya terasa seperti adanya satu
atau beberapa benjolan kecil pada sepanjang sisi tulang gares.
Anterior shin splints disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan otot kaki, penyerapan goncangan oleh kaki yang tidak cukup (tidak sesuai), lari
dengan posisi kaki jinjit, atau terjadinya pronasi yang berlebihan pada kaki. Kelompok otot posterior yang berada di belakang kaki bagian bawah
berperan sekali terutama pada waktu menggerakkan tubuh kita ke arah depan. Pada umumnya otot-otot ini lebih kuat daripada otot-otot pada
bagian depan kaki bawah, sehingga hal ini akan menimbulkan adanya ketidakseimbangan otot. Pada saat kita berlari, otot-otot kaki bagian depan
(anterior) mengangkat tungkai keatas kearah kaki. Sehingga memberikan ruangan bebas untuk mengayun kedepan. Otot ini juga yang
mempersiapkan kaki pada saat akan menginjak tanah. Beberapa usaha menegangkan pada otot kaki yang berlawanan (posterior) akan
memberikan ketegangan yang tidak sesuai pada otot-otot anterior, sehingga hal ini dapat mengakibatkan terjadinya shin splints. Penyerapan
terhadap goncangan secara tidak sempurna juga dapat mengakibatkan terjadinya anterior shin splints.

6. Achilles Tendon Injuries


Cedera pada tendon achilles ini menempati peringkat pertama yang sering terjadi pada atlet dan paling sulit untuk merawat/menyembuhkannya.
Cedera tersebut berkisar dari tendinitis ringan sampai pada pemutusan tendon yang parah. Kunci dari diagnosa tahap-tahap cidera ini adalah
pengenalan pada tanda-tanda dan gejala-gejala yang terjadi.

7. Fractures
Cedera seperti ini dialami apabila pemain yang bersangkutan mengalami benturan dengan pemain lain atau sesuatu yang keras. Cedera fractures
tidak hanya terjadi pada bagian kaki macam tulang paha, tulang kering, tulang selangkangan, atau tulang telapak kaki, tapi juga kerap terjadi
pada lengan, bahu, hingga pergelangan tangan. Untuk menghindari cedera macam ini, penggunaan pelindung sangat dianjurkan untuk
meminimalisir patah atau retak tulang. Kasus Wayne Rooney merupakan salah satu contoh cedera fractures yang cukup membuat pusing Alex
Fergusson.
Setiap tulang yang mendapatkan tekanan terus-menerus diluar kapasitasnya dapat mengalami keretakan (stress fracture). Keretakan tulang secara
teknis adalah pemutusan yang terjadi pada tulang bahkan mengalami pecah akibat adanya tekanan pada tulang yang tanpa disadari oleh atlet,
sehingga perlu dilakukan diagnosa. Retak tulang dapat saja terjadi dimana saja pada tubuh kita. Kebanyakan terjadi pada kaki yang disebabkan
pada tekanan yang besar sekali pada saat melakukan gerakan melompat maupun lari. Kelemahan pada struktur tulang sering terjadi pada atlet
ski, jogging, berbagai atlet lari, dan pendaki gunung maupun para tentara, mereka ini mengalami march fracture.
Macam-macam patah tulang:
• Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
• Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut: olahragawan tidak boleh melanjutkan
pertandingan, pertolongan pertama dilakukan oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu
olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi, kemudian dipasang spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru,
serta menghentikan perdarahan.

8. Dislocation
Tempurung lutut penting sekali dalam setiap aktivitas olahraga yang banyak membutuhkan gerakan pada kaki bawah. Patella merupakan lapisan
piringan sendi tulang yang terletak pada ujung femur. Femur ini memiliki celah pada ujungnya, yang merupakan tempat patella pada saat kaki
melakukan gerakan menekuk. Jika patell keluar dari celahnya dan berpindah kesalah satu sisi akan menimbulkan pergerakan letak. Pergeseran
yang tidak pada tempatnya ini merupakan subluksi, dimana tempurung lutut tidak menempati posisi sebagaimana mestinya tetapi menyelip
sedikit ke salah satu sisi ini akan menimbulkan rasa sakit dan dapat diperkirakan telah terjadi pergeseran tempat patella
Dan yang khas, atlet yang menderita dislokasi (pergeseran) tempurung lutut akan melakukan beberapa gerakan memutar pada saat melangkah
kesamping atau gerakan pengayun pemukul baseball. Pada keadaan ini, kaki bagian belakang akan memutar kearah dalam dan tempurung lutut
bergeser dari tempatnya (kearah luar). Atlet akan merasakan sakit yang amat sangat pada lututnya, bahkan terkadang lutut tersebut tidak dapat
diluruskan. Pada saat dilakukan pemeriksaan, ternyata patella tersebut masih tergeser dari tempatnya.

Anda mungkin juga menyukai