Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN AKHIR KELOMPOK

PRAKTIKUM METALURGI FISIK


METALOGRAFI

Disusun Oleh :
Nama : 1. Muhammad Al Fikri (G1C017036)

2. Beny Martah (G1C018071)

3. Taufiq Ramadhani Kusumah (G1C019016)

4. Nasip Rajagukguk (G1C019031)

5. Satria Agung Persada (G1C019045)

6. Farhan Ramadhan (G1C019050)

7. Fahri Ramadhan (G1C019051)

Kelompok : 3 (Tiga)

Asisten : 1. Dwi Wahyu Setiawansah (G1C016006)

2. Luhur Mahfud Mufti (G1C016066)

3. Defran Arianov (G1C017026)

4. Rizqon Anugrah (G1C017028)

Dosen Pengampu : 1. A. Sofwan FA, S.T.,M.,Tech.,Ph.D

2. Dr. Hendri Hestiawan S.T., M.T., M.M.

LABORATORIUM MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
DAFTAR ISI

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4
DAFTAR TABEL

Gambar Halaman

5
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu material memiliki sifat sifat tertentu . Pada material juga terdapat
geometri Kristal,susunan atom, dan lain-lain sesuai dengan kondisi suatu
logam/paduannya (ulet/getas). Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan lah
pengujian metalografi.

Metalografi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan


dengan struktur dan keadaan serta hubungannya dengan sifat-sifat logam dan
paduannya [1]. Pengujian ini ditinjau dari strukturnya dengan menggunakan
mikroskop.

Oleh karena itu, dengan adanya pengujian metalografi diharapkan dapat


menentukan/mengetahui kerusakan kegagalan suatu komponen. Sehingga setelah
dilakukan pengujian metalografi dapat memilih bahan material yang akan
digunakan sesuai dengan kebutuhan industry. Agar didapatkan hasil produksi
maksimal dan terhindar dari kecacatan produk.

6
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum metalografi adalah :

1. Mengetahui perbedaan struktur mikro yang dialami oleh spesimen dengan


perlakuan quenching (air) dan annealing.
2. Mengetahui perbedaan ukuran butir pada struktur mikro perlakuan
quenching (air) dan annealing.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat praktikum metalografi adalah :

1. Dapat Mengetahui perbedaan struktur mikro yang dialami oleh spesimen


dengan perlakuan quenching (air) dan aneling.
2. Dapat Mengetahui perbedaan ukuran butir pada struktur mikro perlakuan
quenching (air) dan aneling.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam praktikum metalografi adalah :

1. Menggunakan bahan baja ST 37.


2. Diberikan perlakuan panas pada specimen dengan temperatur 900°C dan
holding time selama 30 menit.
3. Menggunakan proses pendinginan berupa quenching dengan media air dan
annealing.
4. Menggunakan mikroskop logam.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Pada Bab I ini, berisi latar belakang, tujuan


praktikum, manfaat praktikum, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB
II TINJAUAN PUSTAKA. Pada Bab II ini berisi, klasifikasi material,
mikrostruktur, perlakuakan panas, struktur mikro, metalografi, standar
spesimen ,dan mikroskop metalurgi. BAB III METODOLOGI. Pada Bab III ini
berisi diagaram alir, alat dan bahan serta prosedur praktikum. BAB IV HASIL DA
PEMBAHASAN . Pada Bab IV ini berisi hasil yaitu data pengamatan serta

7
pembahasan. BAB V PENUTUP. Pada Bab V ini berisi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Material


Material adalah zat atau benda yang mana sesuatu dapat dibuat darinya,
atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu[3]. Material merupakan
bahan yang dijadikan sebagai komponen dalam pembuatan suatu bahan produksi,
pada umumnya material terbagi menjadi 2 yaitu material logam dan material
nonlogam yang mana memiliki sturuktur dan karakteristik yang berbeda-beda dari
kedua jenis material tersebut. Klasifikasi material dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Klasifikasi Material

9
A. Logam dan Non Logam
Material terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1. Logam
Logam yaitu material yang mampu menghantarkan arus listrik dengan
baik, Konduktivitas tinggi, Elektronnya masih banyak yang belum berpasangan,
Dan secara fisik bentuknya mengkilap.
Logam terdiri atas :
1) Ferro
Ferro yaitu itu logam yang unsur utamanya Fe.
a) Baja
Baja digolongkan menjadi 2 yaitu :
 Baja karbon
Baja yang mengandung karbon kurang dari 2,1 %, yang mana dibagi
menjadi 3 jenis baja yaitu , baja karbon rendah, baja karbon sedang, dan baja
karbon tinggi. Pada baja karbon rendah mengandung kadar karbon 0,10 %−0,30
%, setiap satu ton baja karbon rendah mengandung 10 sampai 30 kg karbon. Pada
baja karbon sedang mengandung karbon antara 0,30 %-0,60 % karbon dan setiap
satu ton baja karbon ini mengandung karbon antara 30 kg sampai 60 kg.
Sedangkan pada baja karbon tinggi mengandung kadar karbon antara 0,70 %−1,30
% karbon dan setiap satu ton mengandung karbon antara 70 kg sampai 130 kg.
Baja ini banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang mengalami panas.
 Baja Paduan
Baja Paduan adalah baja yang menjadi paduan dengan berbagai elemen
dalam jumlah total 1,0 % dan 50% dari berat total yang bertujuan untuk
meningkatkan sifat mekanik baja tersebut. Baja paduan terbagi menjadi 2 jenis
baja paduan yaitu , Baja paduan rendah dan ba ja paduan tinggi. Pada baja paduan
rendah mengandung tingkat paduan sebesar < 8 %. Sedangkan baja paduan tinggi
mengandung tingkat paduan sebesar > 8 %.

b) Besi Cor
Besi cor adalah paduan besi-karbon dengan kandungan kadar karbon 2,1
% - 6,67 %). Besi cor itu sendiri terbagi atas :

10
 Besi cor putih
Merupakan besi cor yang tidak memiliki grafit dan sifatnya getas serta
patahannya putih. Adapun bentuk besi cor putih dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Besi Cor Putih


 Besi cor modular
Merupakan besi cor yang strukturnya grafit berbentuk bulat dan sifat
tegangan-regangan tinggi. Adapun bentuk besi modular dapat dilihat pada
Gambar 2.3

Gambar 2.3 Besi Cor Modular


 Besi cor kelabu
Merupakan besi cor yang struktur grafitnya berbentuk serpihan dan
sifatnya keras dan getas. Adapaun bentuk besi cor kelabu dapat dilihat pada
Gambar 2.4

Gambar 2.4 Besi Cor Kelabu

11
 Besi cor malleable
Besi cor yang mempunyai grafik berbentuk bungkakan bersifat mampu
karena kadar-kadar 2 % - 2,6 % wt dan silikon 1,1 % - 1,6 % wt. Adapun bentuk
besi cor malleable dapat dilihat pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Besi Cor Malleable

2) Non Ferro ( Non Fe )


Logam Non Ferro merupakan logam yang pada umummnya disusun oleh
atom-atom dengan unsur-unsur tunggal yang berdiri sendiri dan tidak
mengandung logam pada unsur tersebut seperti Cu (Tembaga), Al (Aluminium),
Zn (Seng) dan Mo (Moligdenum). Logam Non Ferro biasanya dapat dijadikan
sebagai bahan atau material dalam pembuatan besi atau baja.

2. Non Logam
Merupakan unsur yang tidak dapat mengantarkan arus listrik. Non logam
terdiri dari :
1) Komposit
Paduan logam dengan nonlogam atau logam dengan logam yang
memiliki atau membawa sifat aslinya saat penggabungan yang terjadi,Komposit
dapat dilihat pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Komposit

12
Komposit terdiri dari matriks sebagai pengisinya dan fiber sebagai
penguat, terdiri dari :
a) Thermoplastis
Polimer dengan rantai hidrokarbon yang panjang,mempunyai sifat
sebagai berikut :
a. Lunak pada temperature panas.
b. Memiliki kemampuan meregang pada skala yang cukup besar.
c. Dapat didaur ulang.
b) Thermoseting
Polimer dengan rantai hidro karbon yang bercabang, mempunyai
sifat sebagai berikut :
a. Pada suhu kamar bersifat kaku, keras dan kuat.
b. Tidak akan mengalami perubahan fisik akibat pemanasan pada suhu
tinggi.
c. Tidak dapat di daur ulang.

2) Keramik
Merupakan paduan logam dan non-logam yang tergabung secara satu,
terbagi atas : keramik tradisional dan keramik teknik.

B. Sifat Sifat Material


Material memeliki beberapa sifat- sifat, yaitu :
1. Sifat fisik merupakan sifat yang telah ada pada material tanpa dilakukan
pengujian (pembebanan luar) Contoh :Volume, Massa.
2. Sifat mekanik, merupakan sifat yang timbul pada material akibat adanya
pembebanan dari luar. Sifat mekanik terbagi yaitu di antara lain sebagi
berikut :
a. Kekerasan : Merupakan kemampuan material untuk menahan
deformasi plastis lokal akibat penetrasi permukaan. Grafik kekerasan dapat dilihat
pada Gambar 2.7

13
Gambar 2.7 Kekerasan

b. Kekuatan : merupakan kemampuan material untuk menahan


deformasi total diseluruh permukaan spesimen. Gafik kekuatan dapat dilihat pada
Gambar 2.8
V

Y F

Gambar 2.8 Kekuatan

c. Keuletan : kemampuan atau besarnya regangan regangan


maksimum plastis yang mampu diterima material sampai patah. Grafik keuletan
dapat dilihat pada Gambar 2.9
V

Y
F

Gambar 2.9 Keuletan

d. Ketangguhan : kemampuan material unuk menyerap besarnya


energi sampai material itu patah. Grafik Ketangguhan dapat dilihat pada Gambar
2.10

14
V
Y
F

Gambar 2.10 Ketangguhan

e. Kelentingan : besarnya energy yang diserap oleh material didaerah


elastis dan akan kembali ke bentuk semula jika beban. Grafik kelentingan dapat
dilihat pada Gambar 2.11
V
Y F
e

Gambar 2.11 Kelentingan

f. Modulus elastisitas : besarnya perbandingan antara tegangan dan


regangan di daerah elastisitas.
3. Sifat teknologi merupakan sifat mampu produksi. Contoh : mampu las,
mampu bentuk.
4. Sifat kimia merupakan sifat untuk bereaksi secara kimia atau dengan
lingkungan.
5. Sifat thermal merupakan sifat yang berhubungan dengan kemampuan
material untuk menyerap dan menghantarkan panas, contoh titik didih,
titik beku
6. Sifat listrik merupakan sifat material untuk dapat menghantarkan
listrik.Contoh : konduktor.
7. Sifat akustik merupakan sifat yang berhubungan dengan bunyi.Contoh :
pemantulan bunyi.

15
8. Sifat optik merupakan sifat yang berhubungan dengan pencahayaan
material.

2.2 Mikrostruktur
Mikrostuktur adalah bagian-bagian terkecil (mikro) dari struktur mekanik.
1. Atom
Merupakan bagian terkecil dari suatu material yang tidak dapat dibagi
lagi secara kimia biasa yang masih membawa sifat asli dalam ukuran besar.
2. Kristal
Kumpulan atom-atom yang tersusun dengan pola teratur dan
terulang.
Contoh : BCC,FCC,HCP
a. BCC (Body Centered Cubic)
a √ 3=4 R ………………….................…………………………..(2.1)
4R
a=
3
n atom volume atom
nPF(BCC) =
vol satuan
4
2 π R3
= 3
3
( 4 R / √3 )
= 0,74 %
Adapun bentuk BCC dapat dilihat pada Gambar 2.12

Gambar 2.12 BCC (Body Centered Cubic)

b. FCC (Face Centered Cubic)

16
a √ 2=4 R ……………..................………………………………..(2.2)
4R
a=
√2
n atom volume atom
nPF(FCC) =
vol satuan
4
4 π R3
= 3
3
( 4 R / √2 )
= 0,74 %
Adapun bentuk FCC dapat dilihat pada Gambar 2.13

Gambar 2.13 FCC (Face Centered Cubic)

c. HCP (Hexagonal Close Packed)


1
Jumlah sudut = 6 (
2 6 +1 /2 )
……....................……………………..…
3
(2.3)
64 π 3
r (3+3)
3 sudut ditengah lapisan total = 3
3
6πr
ADF = 6 [1/2 (2r) (2√ 3 r ) = 6√ 3 r 3
8 π r3
Fungsi total unit = 2 (2r √ 3/3 ¿ = = 17/3 √ 2
( 6 r 3 r 3 )−¿ ¿
Adapun bentuk HCP dapat dilihat pada Gambar 2.14

17
Gambar 2.14 HCP (Hexagonal Close Packed)
3. Butir
Kumpulan sel satuan yang memiliki susunan atom dengan pola teratur dan
berulang pada bidang 204.kristal. Kumpulan sel satuan yang memiliki pola teratur
serta berulang tiga dimensi.

2.3 Perlakuan Panas


Perlakuan panas mempunyai pengaruh yang berbeda beda pada
kekerasan.Perlakuan panas terdiri atas:
1. Hardening
Hardening adalah proses pemanasan logam ( baja ) diatas temperature
kritis untuk beberapa waktu, lalu dicelupkan kedalam media pendingin, dengan
cara tingkat kekerasan akan meningkat. Grafik hardening dapat dilihat pada
Gambar 2.15

Gambar 2.15 Grafik Hardening


2. Tempering
Tempering adalah memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan
untukmenghilangkan tegangan dalam. Pada proses tempering baja yang telah

18
diheat treatment dipanasi kembali pada suhu 150 oC - 650 oC. Grafik tempering
dapat dilihat pada Gambar 2.16

Gambar 2.16 Grafik Tempering


3. Annealing
Annealing adalah proses heat treatment dimana pemanasannya dilakukan
sampai mencapai temperature tertentu, dan ditahan pada temperature tertentu
yang diinginkan, kemudian didinginkan perlahan. Tujuan annealing adalah untuk
menghilangkan tegangan dalam. Pada peristiwa ini dilakukan pemanasan sampai
diatas suhu kritis ( ±60 oC ), kemudian setelah suhu rata didinginkan diudara.
Grafik annealing dapat dilihat pada Gambar 2.17

Gambar 2.17 Grafik Annealing

4. Normalizing
Normalizing adalah suatu proses heat treatments yang dilakukan untuk
mendapatkan struktur butiran yang halus dan seragam. Grafik normalizing dapat
dilihat pada Gambar 2.18

19
Gambar 2.18 Grafik Normalizing
2.4 Struktur Mikro
Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat
diamati melalui teknik metalografi.
1. Ferrit
Ferrit merupakan struktur suatu fasa yang berbentuk akibat proses lambat.
Bentuk struktur mikro fasa ferrit biasanya adalah berbentuk bewarna putih
terang. Struktur mikro ferrit dapat dilihat pada Gambar 2.19

Gambar 2.19 Ferrit

2. Pearlite
Pearlite merupakan fasa dengan warna hitam gelap. Struktur mikro pearlite
dapat dilihat pada Gambar 2.20

20
Gambar 2.20 Pearlite

3. Martensite
Martensite yaitu fasa yang berbentuk karena pendinginan secara cepat,
bentuk mikro sliperks bilah-bilah. Fasa ini dapat melalui proses quenching.
Struktur mikro martensite dapat dilihat pada Gambar 2.21

Gambar 2.21 Martensite

4. Sementit
Sementit adalah senyawa kimia antara besi dengan karbon dengan
kandungan karbon sebanyak 6,67 % karbida besi (Fe3C) menyatakan bahwa
tiga atom besi terikat oleh salah satu atom karbon yang menjadi sebuah
karbida besi. Sementit memberikan kekerasan tertinggi pada baja.
Mikrostruktur sementit dapat dilihat pada Gambar 2.22

21
Gambar 2.22 Sementit

5. Bainit
Bainit merupakan fasa yang kurang stabil yang diperoleh dari austenit pada
temperatur yang lebih rendah dari temperatur ke pearlit yang lebih tinggi dari
trasnformasi ke martensit. Struktur mikro bainit dapat dilihat pada Gambar
2.23

Gambar 2.23 Bainit


2.5 Metalografi

Metalogafi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari karakteristik


mikrostruktur suatu logam dan paduannya serta hubungannya dengan sifat-sifat
logam dan paduannya serta hubungannya dengan sifat-sifat logam dan paduannya
tersebut. Ada beberapa metode yang dipakai yaitu : mikroskop (optic maupun
elektron), difraksi ( sinar x, elektron, dan neutron), analisis (x ray fluorence,

22
elektron mikropobe) dan juga stereometric metalografi. Metalografi terbagi dua
yaitu :

2.5.1 Metalografi Kualitatif


Metalografi kualitatif adalah pengukuran komposisi fasa-fasa yang
terbentuk pada potongan atau replika dari logam-logam yang diamati dari
mikroskop. Biasanya objek yang dianalisa adalah jumlah/banyaknya fasa-fasa
yang terbentuk pada logam tersebut. Dengan mengetahui fasa-fasa apa saja yang
terbentuk dan banyaknya fasa yang terbentuk pada logam tersebut maka dapat
diketahui sifat-sifat fisik dan mekanis dari logam tersebut, karena sifat-sifat fisik
dan mekanis suatu logam dipengaruhi oleh fasa yang terbentuk pada butir-butir
tersebut.

2.5.2 Metalografi Kuantitatif


Metalografi kuantitatif adalah pengukuran karakteristik geometri
gambar berupa potongan ataupun replika yang dapat menggunakan mikroskop
logam. Objek yang dapat diukur seperti butir dan fraksi volume dalam bentuk
kuantitatif (jumlah dan ukuran. Perhitungan fraksi volume dilakukan untuk
menentukan fraksi volume dari fasa tertentu atau dari suatu kandungan tertentu.
Teknik yang paling sederhana yaitu dengan melihat struktur mikro,
memperkirakan fraksi luas atau dengan membandingkan struktur mikro dengan
pembesaran tertentu terhadap standar tertentu yang terdiri dari beberapa jenis dan
gambar struktur yang ideal dengan persentase yang berbeda. Salah satu prosedur
pengukuran fraksi volume dengan perhitungan adalah point counting (perhitungan
titik). Selain dapat dihitung secara intercept, analisa metalografi kuantitatif juga
dapat dilakukan menggunakan perangkat lunak yang mampu mengolah data foto
atau gambar menjadi hasil pengukuran. Salah satu perangkat lunak tersebut adalah
image j.

Dengan metalografi dapat di peroleh informasi terkait


mikrostruktur logam yang nantinya dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai
karakteristik logam.Meskipun saat ini citra yang diperoleh pada analisis
metalografi, baik menggunakan mikroskop logam maupun mikroskop elektron,

23
sudah berupa citra digital tetapi belum seluruh alat dilengkapi dengan perangkat
penunjang yang dapat digunakan untuk melakukan pengolahan dan analisis .

2.6 Metode Penelitian


Pada pengujian metalografi didapatkan hasil pengamatan struktur mikro
sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan. Ada beberapa metode yang dapat
dilakukan untuk mengukur besar butir dari struktur mikro dari suatu di antara lain
sebagai berikut.
1). Metode Image J

Image J adalah software gratis untuk pengolahan gambar digital berbasis


java. Image J dapat menampilkan,mengedit,memproses,menyimpan dan menyetak
gambar 8 bit,16 bit, dan 32 bit. Image J juga dapat membaca banyak format
gambar termasuk TIFF, GIF, JPEG, FIFS. Image J juga dapat mengukur jarak
dan sudut. Hal ini dapat membyat histogram kepadatan dan plot profil line.
Image J ini dikembangkan pertama kali oleh industri riset kesehatan ternama di
Amerika yaitu National Institute of Health (NIH).

2). Metode Intercept

Metode Intercept merupakan metode yang digunakan dalam menentukan


nilai butir yang terdapat pada suatu baja, metode Intercept dilakukan dengan
menganalisa garis-garis yang menyinggung setiap bidang yang melewati butir-
butir dan garis tersebut memiliki ukuran sepanjang 200 mm dan dibuat sebanyak 7
garis yang mana setelah dilakukan analisa pada setiap garis yang menyinggung
butir dilakukanlah perhitungan secara sistematis. Terdapat pada persamaan 2.4
i= ¿ ................................................................................(2.4)
PM
Keterangan :
I = Intercept (mm)
L = Jumlah Garis
T = Panjang Garis (mm)
P = Total Grain Intercept
M = Pembesaran

24
Setelah didapatkan hasil dari nilai Intercept dilakukanlah analisa terhadap
nilai ASTM yang digunakan guna mendapatkan nilai butir dari material yang
digunakan. Berikut adalah contoh perhitungan gambar perhitungan dari metode
intercept dapat dilihat pada Gambar 2.25

Gambar 2.25 Hasil Perhitungan Metode Intercept

2.7 Standar Besar Butir ASTM E 112

Dikembangkan oleh American Test and Material Association (ASTM),


standar ASTM E112 mencakup prosedur pengukuran dan perbandingan ukuran
butir rata-rata, prosedur planimetri (atau prosedur Jeffries), dan prosedur
intersep. Metode uji standar untuk menentukan ukuran butir rata-rata.

Metode uji ini diterapkan pada struktur butir satu fase atau multi fase.
Metode pengujian ini digunakan untuk menentukan ukuran butir rata-rata sampel
dengan sebaran luas butir, diameter, atau panjang persimpangan yang seragam.

Metode pengujian di sini hanya berkaitan dengan penentuan ukuran butir


planar, yaitu karakterisasi penampang butir dua dimensi yang ditunjukkan oleh
bidang penampang. Ini tidak termasuk penentuan ukuran butir spasial, yaitu
pengukuran ukuran partikel tiga dimensi dalam volume sampel.

25
Penentuan mikrografik ukuran butiran yang terlihat. Standar ini meliputi
penentuan ukuran butir semu dalam baja dengan metode mikro grafik. Standar
ini menjelaskan metode membuat butiran terlihat dan menghitung ukuran butiran
rata-rata dalam sampel dengan distribusi ukuran yang sama.

Metode Planimetri merupakan metode untuk menentukan jumlah butir


persatuan luas pada bagian bidan yang dapat dihubungkan pada standar ukuran
butir ASTM E 112. Metode Planimetri ini melibatkan jumlah butir yang terdapat
dalam suatu area tertentu yang dinotasikan Na.
Jumlah butir bagian dalam lingkaran (Ninside) ditambah setengah jumlah
butir yang bersinggungan (Ninintercepted) dengan lingkaran dikalikan oleh
pengali Jeffries (f) secara sistematis terdapat pada persamaan 2.5

Nintercepted
N A =f (Ninside)+ ……………………………………(2.5)
2
Dimana pengali Jeffries yang digunakan tergantung pada perbesaran yang
digunakan pada saat melihat struktur mikro dan dapat ditentukan saat melihat
struktur mikro,

2.8 Mikroskop Metalurgi


Mikroskop yang digunakan untuk mengamati logam,plastik,keramik,serta
sampel bahan lainnya dengan tujuan untuk membantu dalam mengamati struktur
mikro dan makro pada sampel tersebut dengan pembesaran 100x sampai 1250x.
Cara menggunakan mikroskop optik,diantaranya:
1. Tekan tombol on pada mikroskop metalurgi.
2. Hidupkan lampu dengan menaikkan light intenaty level untuk memilih
cahaya yang digunakan.
3. Letakkan spesimen pada stage lalu jepit dengan spesimen holder.
4. Pilih lensa objektif dengan memutarkan revoluingnes piece.
5. Lihat pada eye piece yaitu pad lensa okuler atau hidupkan layar monitor.
6. Putar lensa fikus dan fine fokus untuk memperoleh gambar yang fokus.
7. Pilih lokasi pada spesimen yang diinginkan dengan memutar y-axis knop
x-axis knop.

26
8. Lakukan pemotretan, tekan expose setelah memasukkan film pada
kamera.Mikroskop metalurgi dapat dilihat pada Gambar 2.23

Gambar 2.26 Mikroskop Metalurgi

27
BAB III

METODOLOGI

3.1 Diagram Alir


Diagram alir pada praktikum metalografi ini dapat dilihat pada Gambar 3.1

MULAI

STUDI LITERATUR

ALAT DAN BAHAN

PERLAKUAN PANAS

METALOGRAFI
TEST

PENGAMBLAN
DATA

ANALISA
DAN PEMBAHASAN

SELESAI

Gambar 3.1 Diagram Alir

28
3.2 Skema alat
Skema alat yang digunakan dalam praktikum metalografi ini adalah :

3.2.1 Mikroskop Optik


Mikroskop optik logam ini digunakan untuk melihat struktur mikro yang
ada pada spesimen. Adapun mikroskop optik logam yang digunakan dalam
praktikum ini dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Mikroskop Optik

Keterangan gambar :

1. Lensa
2. Pengatur Fokus Lensa
3. Tempat Meletakkan Spesimen
4. Meja
5. Pengatur Ketinggian Meja
6. Pengatur Posisi Meja
7. Tombol Menghidupkan Mikroskop

b) Penghitungan Waktu Pendinginan 1SOP mikroskop optik


Standar operasional prosedur untuk penggunaan mikroskop optik antara
lain :

1. Letakkan mikroskop di atas meja dengan cara memegang lengan


mikroskop sedemikian rupa sehingga mikroskop berada persis di
hadapan pemakai .
2. Putar revolver sehingga lensa obyektif dengan perbesaran lemah berada
pada posisinya satu poros dengan lensa okuler yang ditandai bunyi klik
pada revolver
3. Mengatur cermin dan diafragma untuk melihat kekuatan cahaya masuk,
hingga dari lensa okuler tampak terang berbentuk bulat (lapang
pandang).

29
4. Tempatkan preparat pada meja benda tepat pada lubang preparat dan
jepit dengan penjepit obyek atau benda.
5. Aturlah fokus untuk memperjelas gambar obyek dengan cara memutar
pemutar kasar, sambil dilihat dari lensa okuler. Untuk mempertajam
putarlah pemutar halus !
6. Apabila bayangan obyek sudah ditemukan, maka untuk memperbesa
gantilah lensa obyektif dengan ukuran dari 100 X,200 X ,400 X atau
1000 X, dengan cara memutar revolver hingga bunyi klik.

3.3 Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum metalografi antara lain:

3.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum metalografi antara lain:

1. Mikroskop optik logam

Mikroskop optik ini digunakan untuk melihat struktur mikro yang ada
pada spesimen. Adapun mikroskop optik logam yang digunakan dalam praktikum
ini dapat dilihat pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Mikroskop Optik Logam

Spesifikasi mikroskop yang digunakan pada praktikum dapat dilihat


pada Tabel 3.1

30
Table 3.1 Spesifikasi Mikroskop
Brand name Pride
Model number XJP-17
Type Metallographic
Usage Research
Principle Optics
Number of Cylinder Binoculars
Mobility Desktop

2. Tungku Pemanas

Tungku pemanas adalah alat yang digunakan untuk memanaskan


spesimen. Adapun tungku pemanas yang digunakan dapat dilihat pada Gambar
3.4

Gambar 3.4 Tungku Pemanas


Spesifikasi dari tungku pemanas yang digunakan pada praktikum dapat
dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Spesifikasi Tungku Pemanas


Merk Nobber Them

Type 5/12/B170

Volt 195749

Date 2007

T max 1200°C

Ampere 10,4 A

31
3. Tang Penjepit

Tang penjepit adalah alat yang digunakan untuk mengambil spesimen


dari tungku pemanas. Adapun tang penjepit yang digunakan dalam praktikum ini
dapat dilihat pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Tang Penjepit

4. Thermometer Infrared

Thermometer infrared merupakan alat yang berfungsi sebagai alat untuk


mengukur temperatur pendinginan specimen pada saat proses pendinginan
berlangsung hingga mendapatkan temperatur kamar. Adapun thermometer
infrared yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.6

Gambar 3.6 Thermometer Infrared

32
5. Kain Halus

Kain adalah suatu bahan yang digunakan sebagai media bantu dalam
menggunakan autosol dan coumpound. Adapun kain yang digunakan dalam
praktikum metalografi ini dapat dilihat pada Gambar 3.7

Gambar 3.7 Kain Halus

6. Gelas Ukur
Gelas ukur adalah alat yang digunakn sebagai wadah untuk larutan etsa.
Adapun gelas ukur yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.8

Gambar 3.8 Gelas Ukur

7. Suntikan

Suntikan digunakan untuk mengambil larutan. Adapun jarum suntik


yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.9

33
Gambar 3.9 Suntikan

8. Stopwatch

Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk melihat berapa lama


waktu yang dibutuhkan pada proses quenching. Stopwatch dapat dilihat pada
Gambar 3.10

Gambar 3.10 Stopwatch


9. Masker

Masker merupakan alat yang digunakan untuk menutupi hidung dan


mulut saat melakukan proses etsa. Masker dapat dilihat pada Gambar 3.11

Gambar 3.11 Masker

34
10. Sarung tangan

Sarung tangan karet merupakan alat yang digunakan untuk melindungi


tangan saat melakukan proses etsa. Sarung tangan karet dapat dilihat pada Gambar
3.12

Gambar 3.12 Sarung Tangan Karet


3.3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum metalografi ini adalah
sebagai berikut :

1. Baja st 37

Baja st 37 adalah spesimen yang digunakan dalam praktikum


metalografi ini. Adapun baja silinder yang digunakan, dapat dilihat pada Gambar
3.13

Gambar 3.13 Baja St 37


2. Media pendingin

35
Merupakan media pendingin yang digunakan pada proses
quenching,dapat dilihat pada Gambar 3.14

Gambar 3.14 Media Pendingin


3. Amplas

Amplas digunakan untuk menghaluskan permukaan spesimen.


Adapun amplas yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.15

Gambar 3.15 Amplas


4. Coumpound

Coumpound adalah bahan yang digunakan untuk membersihkan


spesimen dan sebagai pelicin spesimen setelah pengamplasan. Adapun
coumpound yang digunakan dalam praktikum ini, dapat dilihat pada Gambar 3.16

Gambar 3.16 Coumpound

36
5. Autosol

Autosol adalah bahan yang digunakan untuk mengkilapkan


spesimen. Adapun autosol yang digunakan pada praktikum metalogarafi ini, dapat
dilihat pada Gambar 3.17

Gambar 3.17 Autosol


6. Asam Nitrat

Asam nitrat adalah larutan yang digunakan untuk membuat spesimen


agar mudah dilihat struktur mikronya menggunakan mikroskop optik logam.
Asam nitrat ini dapat dilihat pada Gambar 3.18

Gambar 3.18 Asam Nitrat


7. Alkohol 95%

Alkohol adalah larutan yang digunakan untuk mensterilkan spesimen


setelah diberi senyawa etsa. Alkohol ini dapat dilihat pada Gambar 3.19

37
Gambar 3.19 Alkohol 95%
8. Air

Air digunakan untuk memberhentikan proses reaksi kimia yang


terjadi pada spesimen setelah diberi senyawa etsa. Air mineral dapat dilihat pada
Gambar 3.20

Gambar 3.20 Air


3.4 Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum metalografi ini adalah sebagai berikut :

3.4.1 Persiapan praktikum


1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum,
seperti pada Gambar 3.21

38
Gambar 3.21 Menyiapkan Alat dan Bahan

2. Melakukan pemanasan terhadap spesimen. Spesimen dimasukkan


kedalam tungku pemanas. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.22

Gambar 3.22 Memasukkan Spesimen

3. Hidupkan tungku pemanas dengan menekan tombol start untuk memulai


pemanasan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.23

39
Gambar 3.23 Hidupkan Tungku Pemanas

4. Setelah specimen berada didalam tungku dan alat telah dihidupkan,


selanjutnya, setting temperature pemanasan sebesar 900 ᴼ C , dengan t start 60
min dan holding time 30 min. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 3.25

Gambar 3.24 Setting Temperature dan Waktu


5. Setelah mencapai temperatur dan suhu yang telah ditentukan, selanjutnya
keluarkan specimen uji dari dalam tungku pemanas menggunakan alat penjepit
dengan hati-hati. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 3.25

Gambar 3.25 Pengeluaran Spesimen

6. Masukan spesimen kedalam media pendingin air dan annealing dapat


dilihat pada Gambar 3.26

40
Gambar 3.26 Masuk Media Pendingin

7. Lakukan pengecekan temperature menggunakan thermometer infrared


dan juga hitung waktu pendinginan pada spesimen sampai spesimen mencapai
suhu ruangan, dapat dilihat pada Gambar 3.27

(a) (b)

Gambar 3.27 a) Perhitungan waktu


b) Pengecekan Temperature

3.4.2 Pelaksanaan praktikum


1. Kemudian melakukan pengamplasan secara bertahap
menggunakan amplas 80 sampai 2000. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.28

41
Gambar 3.28 Spesimen diamplas

2. Membersihkan permukaan spesimen yang sudah di amplas menggunakan


compound dengan cara menggesekkan specimen ke kain dapat dilihat pada
Gambar 3.29

Gambar 3.29 Proses Coumpound

3. Selanjutnya spesimen diolesi dengan autosol dapat dilihat pada Gambar


3.30

Gambar 3.30 Spesimen diolesi Autosol

4. Langkah selanjutnya, spesimen dicelupkan kedalam senyawa etsa selama


30 detik. Senyawa etsa merupakan campuran dari alkohol dan asam nitrat dengan
perbandingan 3:1. Dimana 3 ml alkohol dan 1 ml asam nitrat dapat dilihat pada
Gambar 3.31

42
Gambar 3.31 Spesimen Dicelup Senyawa Etsa

5. Spesimen yang sudah dicelupkan, selanjutnya dibersihkan dengan air


dengan cara air dituang kepermukaan spesimen tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.32

Gambar 3.32 Spesimen Dibersihkan


6. Spesimen yang sudah kering dari proses pembersihan selanjutnya
diletakkan dimeja mikroskop optik logam untuk diamati. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 3.33

43
Gambar 3.33 Pengujian Mikroskop Logam

3.5 Prosedur Perhitungan

Prosedur Perhitungan pada pelaksanaan praktikum Metalografi terbagi


menjadi dua cara yaitu adalah sebagai berikut
3.5.1 Prosedur Image J
Adapun prosedur penggunaan Image j adalah :

Adapun prosedur penggunaan image j antara lain :

1. Buka aplikasi image j dengan mengklik icon image j, dapat dilihat pada
Gambar 3.37

Gambar 3.37 Tampilan Image J

2. Klik file kemudian pilih open yang berfungsi untuk membuka gambar
mikrostruktur seperti pada Gambar 3.38

Gambar 3.38 Tampilan Input Data

44
3. Klik edit kemudian pilih invertuntuk memperjelas foto seperti pada Gambar
3.39

Gambar 3.39 Tampilan Invert

4. Klik image type kemudian ubah menjadi 8 bit, seperti pada Gambar 3.40

Gambar 3.40Tampilan Foto Type 8 Bit

5. Klik image, kemudian pilih adjust dan klik threshold seperti pada Gambar
3.41

Gambar 3.41 Tampilan Proses Threshold

45
6. Menu thereshold menampilkan level tingkat kecerahan gambar mikro,
kemudian pilih apply seperti terlihat pada Gambar 3.42

Gambar 3.42Tampilan Menu Threshold

7. Pilih dan klik analyze, pilih dan klik set measurement seperti pada Gambar
3.43

Gambar 3.43 Tampilan Menu Analyze

8. Tampilan menu-menu daftar perhitungan yang ingin ditampilkan, kemudian


pilih dan klik area seperti terlihat pada Gambar 3.44

Gambar 3.44 Tampilan Menu Set Measurement

46
9. Pilih dan klik analyze, lalu klik analyze particular seperti pada Gambar 3.45

Gambar 3.45 Tampilan Menu Analyze Particular

10. Tampilkan menu data yang akan dihitung, kemudian klik display result,
summarize dan add to manager seperti terlihat pada Gambar 3.46

Gambar 3.46 Tampilan Set Analyze Particle

11. Tampilan hasil perhitungan seperti jumlah area persentase area, seperti
terlihat pada Gambar 3.47

Gambar 3.47 Tampilan Hasil Perhitungan

47
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Observasi Dibawah Mikroskop

Hasil pengamatan yang dilakukan di bawah mikroskop pada specimen dengan


proses pendinginan annealing dan quenching air. Kemudian diamati dengan
menggunakan miskrokop optic perbesaran 100x, 200x, 400x, dan 100x. Hasil
pengamatan menggunakan mikroskop pada quenching air dan annealing dapat
dilihat pada Tabel 41.

Tabel 4.1 Hasil Observasi Dibawah Mikroskop

No Gambar Perlakuan Panas Keterangan

1. Quenching Air Perbesaran


200x

2. Annealing Perbesaran
200x

4.2 Perhitungan Ukuran Butir

Ukuran butir dapat diketahui melalui perhitungan. Perhitungan ukuran butir


diantaranya :

4.2.1 Perhitungan Manual

48
Perhitungan manual yang digunakan ialah menggunakan perhitungan
manual dengan teknik intercept. Teknik ini dilakukan dengan pemberian garis
sebanyak tujuh garis dengan ukuran 200mm. Hasil pengamatan yang
digunakan perhitungan manualnya adalah yang pembesaran 200x sebagai
berikut :

a. Annealing
Struktur mikro dari baja ST 37 yang diberikan perlakuan annealing dapat
dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Annealing

Untuk menghitung ukuran butir maka dari gambar mikrostruktur di atas


diperoleh data grain intersected seperti pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Data Grain Intersected Annealing

Line Grain Intersected


1 11
2 11
3 7
4 10
5 12
6 12
7 9
Total 72

Formula :

49
I = T. L /P. M

Keterangan :

I : Intersected

T: Panjang Garis (mm)

L : Jumlah Garis

P : Total Grain Intersected

M : Pembesaran

 I = T.L/ P.M
= 7. 200/ 200.72
= 0,09
 G = -6,6457 log I - 3,298
= -6,6457 log (0,09) – 3,298
= 3,65

b. Quenching Air
Struktur mikro dari baja ST 37 yang diberikan perlakuan quenching air
dapat dilihat pada Gambar 4.2

50
Gambar 4.2 Quenching Air

Untuk menghitung ukuran butir maka dari gambar mikrostruktur di atas


diperoleh data grain intersected seperti pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Data Grain Intersected Quenching Air

Line Grain Intersected


1 6
2 7
3 6
4 8
5 6
6 10
7 7
Total 50

 I = T.L/ P.M
= 7. 200/ 200.50
= 0,14
 G = -6,6457 log I - 3,298
= -6,6457 log (0,14) – 3,298
= 2,37

4.2.2 Perhitungan Software

Perhitungan software menggunakan Image J yang dilakukan pada


mikrostruktur specimen dengan perlakuan annealing sebagai berikut :

1. Annealing
Perhitungan specimen dengan proses pendinginan annealing dapat dilihat
pada Gambar 4.3

51
Gambar 4.3 Annealing

Hasil yang didapat dari perhitungan dengan software dapat dilihat pada
Tabel 4.3

Slice Count Total Average %Area Mean


Area Size

Annealing 88 265561 3,017173 75,52 255


9

2. Quenching Air
Perhitungan specimen dengan proses pendinginan quenching air dapat
dilihat pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Annealing

Hasil yang didapat dari perhitungan dengan software dapat dilihat pada
Tabel 4.4

Slice Count Total Average %Area Mean


Area Size

Quenching 428 239551,76 5,5391700 77.749 255


Air

4.3 Pembahasan

Pada praktikum metalografi dilakukan suatu pengujian yang bertujuan untuk


mengamati struktur mikroyang ada pada suatu specimen.Pada praktikum

52
metalografi kali ini specimen yang digunakan adalah Baja ST 37 yang diberi
perlakuan panas dan dilakukan pendinginan dengan cara annealing dan quenching
dengan media air.

Spesimen baja ST 37 diberi perlakuan panas dengan temperature sebesar


0
900 C dengan waktu pemanasan selama 60 menit. Kemudian specimen
didinginkan secara lambat di dalam tungku pemanas untuk proses annealing
sedangkan specimen yang satunya didinginkan dengan quenching air. Setelah itu
specimen diamplas pada bagian permukannya kemudian diberi compoung dan
autosol untuk pengkilapan dan proses etsa.

Spesimen diamati pada mikroskop optic dengan pembesaran 100x, 200x,


400x, dan 100x. Sehingga diperoleh struktur mikro untuk setiap pembesaran. Pada
pembahasan ini difokuskan untuk pembesaran 200x yang dapat dilihat pada Tabel
4.1

Pada pengamatan specimen dengan perlakuan annealing, struktur mikro yang


dihasilkan adalah fasa ferit dan fasa perlit. Pada pengamatan specimen dengan
perlakuan quenching air diperoleh fasa martensit dan fasa ferit. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.5

( a) (b)

Gambar 4.5 (a) Annealing

(b) Quenching Air

Pada pengamatan menggunakan Image J diperoleh bahwa fasa ferit adalah


fasa yang berwarna hitam dan fasa perlit yang berwarna putih . Pada perhitungan
manual untuk perlakuan annealing dengan metode Intercept didapatkan nilai G
number sebesar 3,65. Sedangkan hasil pada Image J diperoleh sebagian ferit yang
persentasenya sebesar 75,52% yang dihitung sebanyak 88 dengan total luas
265561. Spesimen bersifat ulet karena fasa ferit yang dominan.

53
Pada pengamatan specimen dengan perlakuan quenching air dihasilkan fasa
martensut dan fasa ferit. Pada perhitungan manual menggunakan metode Intercept
didapatkan nilai G number sebesar 2,37. Sedangkan hasil pada Image J diperoleh
sebagian ferit yang persentasenya sebesar 77,749% yang dihitung sebanyak 428
dengan total luas 239551,76. Spesimen bersifat getas karena terdapat fasa
martensit.

Hasil perhitungan yang diperoleh baik manual maupun menggunakan


software pada specimen dengan perlakuan annealing dan quenching air diperoleh
nilai G yaitu Grain size untuk perhiyungan manual dan pada Image J diperoleh
average size Tu nilai rata rata yang berbeda-beda. Pada perlakuan annealing
diperoleh G number sebesar 3,65 dan pada Image J sebesar 3,017. Sedangkan
pada perlakuan Quenching air diperoleg G number sebesar 2,37 dan pada Image J
sebesar 5,55

Perbedaan yang diperoleh antara perhitungan manual dengan software


disebabkan karena pada saat perhitungan manual hanya menggunakan 7 garis
untuk menentukan jarak butir dan diletakkan secara acak. Sedangkan Image J,
perhitungan dilakukan pada seluruh butirnya sehingga tidak ada yang terlewatkan.

54
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum metalografi ini adalah :

1. Pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik dengan


perbesaran 200x pada dua spesimen baja st 37 yang diberi perlakuan
annealing dan quenching air didapatkan struktur mikro yang berbeda.
Untuk perlakuan annealing fasa dominan ferit, sedangkan, perlakuan
quenching fasa dominan ferit dan martensit.
2. Ukuran butir dari baja st 37 dengan perlakuan annealing dan quenching
dapat dicari melalui perhitungan software maupun perhitungan metode
intercept.
3. Perhitungan software dengan cara menggunakan image j sedangkan
perhitungan metode intercept dengan cara menarik garis sepanjang 200 m
sebanyak 7 garis kemudian di beri batas titik di setiap butir.

5.2 Saran
Saran yang didapatkan dari praktikum metalografi ini adalah :

1. Sebaiknya benda uji yang digunakan berbeda-beda sehingga didapati


struktur mikro yang berbeda pula.
2. Menggunakan miksroskop yang berbeda-beda agar dapat dijadikan
pembanding

55
56
DAFTAR PUSTAKA
Hesti Pancacatva Gunawan, Stiyuno. 2016 Uji Mekanik Material Struktur
Aluminium Tangai Reaktor Untuk Menentukan Keandalan Operasional.
Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Ciracas, Jakarta Timur

http://andra .biz/sain-teknologi./metalurgi/besi-baja-iron stell/pengujian-


pengamatan/(10 april)

http://www.academia.edu/8607074/cara-kerja-dari.mikroskop-optic-adalah-
dari-cahaya lampu-yang-dibiaskan-oleh-lensa-condensor.(10 april)

http://prezi.com/m/8v8wzfvfeecn/baja-kontruksi/

http:id.m.w:Wikipedia.org/.ki/Baja-Karbon(11 april).

57

Anda mungkin juga menyukai