Anda di halaman 1dari 3

Nama : Halidah Manistamara

Kel : 2B

NIM : 190070300111016

Resume Jurnal Departemen Medikal

A. Judul Jurnal : Early Dysphagia Screening by Trained Nurses Reduces Pneumonia


Rate in Stroke Patients: A Clinical Intervention Study
B. Penulis : Christoph Palli, MScN; Simon Fandler, MD; Kathrin Doppelhofer; Kurt
Niederkorn, MD; Christian Enzinger, MD; Christian Vetta, MD; Esther Trampusch;
Reinhold Schmidt, MD; Franz Fazekas, MD; Thomas Gattringer, MD, PhD
C. Penerbit : Downloaded from http://stroke.ahajournals.org/ by guest on July 17,
2017
D. Latar Belakang
Disfagia adalah gangguan menelan yang biasanya terjadi pada pasien dengan stroke
sebagai salah satu komplikasi yang bisa terjadi pada pasien stroke. Disfagia biasanya
hampir sering terjadi pada pasien stroke dan dapat menyebabkan komplikasi yang
serius seperti aspirasi dan pneuomonia. Skrinning disfagia secara dini dianggap perlu
untuk mengurangi kejadian disfagia pada pasien stroke yang dilakukan sesuai dengan
guideline klinis dan tingkat keparahan stroke. Beberapa rumah sakit di Austria, skrinning
dini disfagia beberapa dilakukan oleh SLT (Terapis bahasa-wicara), namun SLT
biasanya libur di akhir pekan sehingga akan menghambat penilaian dan pemeriksaan
skrinning disfagia yang dikaitkan dengan terjadinya pneumonia sebagai salah satu
komplikasi berikutnya. Pengkajian atau pemeriksaan disfungsi atau gangguan menelan
oleh perawat yang terlatih dapat dijadikan opsi lain dengan keuntungan perawat
merawat pasien 24 jam, sehingga peneliti melakukan pelatihan bedside Gugging
Swallowing Screen (GUSS) pada perawat di ruang stroke yang kemudian dipraktikkan
diluar jam kerja SLT.
E. Tujuan
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk membandingkan keefektifan skrinning disfagia yang
dilakukan oleh SLT dan skrinning disfagia yang dilakukan oleh SLT dan perawat unit
yang terlatih.
F. Metodologi
Studi ini dilakukan di Departemen Neurologi, Medical University Graz (Austria) yang
merupakan pusat perawatan primer dan tersier pasien stroke, dengan total 98 tempat
tidur dan 100 perawat unit dan 6 SLT.
Intervensi
Peneliti melakukan pelatihan GUSS secara komprehensif kepada seluruh perawat di
departemen neurologi. Pelatihan GUSS diberikan secara teori dan praktik dan di awasi
oleh SLT berpengalaman (K.D.) dan perawat ahli (C.P).
Design
Menggunakan penilaian pre- dan post intervensi untuk mengevaluasi keefektifan
skrinning GUSS 24/7 oleh perawat terlatih.
Sampel Penelitian

Pada kelompok kontrol, sampel merupakan pasien dengan diagnosis stroke iskemik
yang dirawat di rumah sakit dalam rentang waktu Januari-Mei 2015 (Sebelum pelatihan
perawat).
Pada kelompok intervensi, sampel merupakan pasien dengan diagnosis stroke iskemik
yang dirawat di rumah sakit dalam rentang waktu Januari-Mei 2016 (Setelah pelatihan
perawat dan penerapan skrinning disfagia oleh perawat).
Kriteria eksklusi: pasien dengan diagnosis transcient iskemik attack (TIA yang tidak
disertai tanda-tanda infark pada pemeriksaan neuroimaging) dan pasien yang
menggunkan ventilasi mekanik.
Data
Data demografi, data klinis, hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi diambil melalui
rekam medis pasien. Tingkat kejadian pneumonia dilihat melalui hasil pemeriksaan
radiologi thoraks yang telah dibacakan oleh ahli radiologi sebagai kriteria diagnostik
pasien stroke dengan pneumonia.
Tingkat keparahan disfagia dibagi menjadi 4 tingkat, tidak ada masalah dengan skor
GUSS 20 poin, ringan dengan skor GUSS 15-19 poin, sedang dengan skor GUSS 10-14
poin dan tingkat parah dengan skor GUSS <9 poin.
Analisa Statistik
Data dianalisa menggunakan IBM SPSS Statictik 23.
Menggunakan tes kolmogorov-smirnov untuk melihat distribusi data, data nominal
dianalisis menggunakan χ2 test, distribusi data yang tidak normal dianalisis
menggunakan Whitney U test dan distribusi data normal dianalisis menggunakan t-test
tidak berpasangan.
G. Hasil
Hasil menunjukkan sebanyak 384 pasien memiliki rata-rata usia 72.3±13.7 tahun, yang
terbagi menjadi 198 pasien pada kelompok kontrol dan 186 pasien pada kelompok
intervensi. Pada kelompok intervensi memiliki nilai kejadian pneuomonia yang lebih
rendah dibandingkan kelompok kontrol dengan perbandingan 3.8% dan 11.6% (p=
0.004) dan lama waktu MRS yang lebih pendek dibandingkan kelompok kontrol dengan
nilai rata-rata 8 hari (rentang 2-40 hari) dan rata-rata 9 hari (rentang 1-61 hari)
(p=0.033).
Pada studi ini menunjukkan bahwa pelatihan dan skrinning disfagia yang dilakukan oleh
perawat terlatih 24/7 dapat mengurangi kejadian pneumonia sebagai salah satu
komplikasi disfagia pada pasien stroke serta dapat mengurangi lama waktu MRS di
rumah sakit. Pada kelompok intervensi diperoleh hasil bahwa pasien dapat terskrinning
lebih cepat dengan rata-rata waktu 7 jam (rentang waktu 1-69 jam) dibandingkan
dengan kelompok kontrol dengan rata-rata waktu 20 jam (rentang waktu 1-183 jam)
(p=0.001)
Kekurangan pada studi ini adalah penggunaan alat skrinning GUSS yang dianggap
memiliki spesifisitas rendah sehingga dapat menyebabkan penghentian asupan oral
yang tidak perlu termasuk obat-obatan penting.
H. Kesimpulan
Skrinning disfagia 24/7 oleh perawat yang terlatih dianggap efektif untuk mengurangi
tingkat kejadian pneumonia sebagai komplikasi disfagia pada pasien stroke, akan tetapi
perawat memiliki wewenang untuk melakukan skrinning disfagia 24/7 apabila terapis
bahasa-wicara (SLT) sedang tidak bekerja atau diluar jam kerja mereka.

Anda mungkin juga menyukai