Anda di halaman 1dari 5

Kumpulan Fiqh Islam

Anjuran dan Larangan dalam Urusan Jenazah

a. Prosesi Jenazah

Prosesi jenazah dalam Islam memiliki makna yang sangat besar.

Prinsip Islam yang diperhatikan adalah segala hal yang berhubungan dengan
hak-hak orang yang meninggal (Mayit).

Maknanya Selain bisa mengingatkan orang akan kematian juga mempunyai


keutamaan dan bisa mendatangkan pahala, sebagaimana sabda Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam , yang artinya: “Barangsiapa yang mengantarkan
jenazah seorang muslim karena iman dan mengharap pahala sedang ia
selalu menyertai jenazah tadi, sampai di shalati dan selesai dikubur, maka ia
akan membawa pulang pahala dua qirath, sedang satu qirath adalah sebesar
gunung Uhud” (Shahihul Jami’ No. 6136)

Demikian besar keutamaan mengikuti prosesi jenazah ini, namun


perlu diketahui, bahwa untuk memperoleh keutamaan tersebut tentu kita
tidak boleh sembarangan dalam melaksanakan proses mengurus jenazah
tadi. Karena pahala tadi dijanjikan oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam,
maka tentunya prosesi jenazah yang dilakukan harus mengikuti petunjuknya
sebab merupakan suatu yang aneh jika kita mengharapkan pahala atau
keutamaan, namun cara yang dianjurkan untuk memperolehnya tidak
dilakukan dan bahkan cenderung menyalahi.

Beberapa penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan


jenazah, perkara-perkara yang dibolehkan dan juga beberapa hal yang
dilarang berkaitan dengannya, semoga bermanfaat.

1. Dibolehkan seseorang yang akan meninggal untuk berwasiat


memberikan hartanya (kepada selain ahli waris) dengan batas
maksimal sepertiganya, dan bagi orang yang menunggui di saat
menjelang kematiannya di sunnahkan untuk menuntunnya membaca
(mentalqin) kalimat syahadat, la ilaha illallah supaya ucapan di akhir
hayatnya adalah kalimat tauhid. Rasululloh  Shalallaahualaihi
wasalam bersabda, yang artinya: “Barang siapa yang akhir ucapannya
adalah la ilaha illallah (tiada sesembahan yang haq kecuali Alloh) maka
dia masuk surga.”(HR: Abu Dawud dan al-Hakim dari Muadz bin Jabal
Radhiallaahu anhu ) Yang demikian adalah bagi orang yang
mengucapkan, meyakini serta mengamalkan konsekuensi kalimat
tersebut semasa hidupnya, dan dia tidak pernah melakukan sesuatu
perbuatan yang d apat membatalkannya. Ini merupakan salah satu dari
tanda-tanda husnul khatimah, dan selain itu, ada beberapa tanda lain
dari husnul khatimah seperti meninggal ketika sedang melakukan
amal shalih, syahid atau meninggal fi sabilillah, meninggal karena
tha’un (kolera/pes), sakit perut, tenggelam, terbakar, TBC, tertimpa
reruntuhan atau longsoran. Juga meninggal di masa nifas bagi wanita
setelah melahirkan.
2. Jika ia telah meninggal dunia, maka dianjurkan memejamkan mata-
nya, menutupinya, dan memohonkan rahmat kepada Allah untuknya,
kemudian keluarganya (ahlinya) supaya bersegera dalam
melaksanakan prosesi jenazah, tidak perlu disemayamkan sampai
berhari-hari. Bagi keluarganya juga di haruskan untuk cepat-cepat
menyelesaikan hutang yang ditanggung oleh si mayit (jika ia
berhutang).
3. Dibolehkan membuka wajah orang yang meninggal, lalu mencium
dahinya (antara dua matanya), dan bagi keluarga yang ditinggal
supaya bersabar atas takdir Allah yang menimpanya, janganlah mereka
marah (meratapi) atas musibah tersebut.
4. Disunnahkan berwudhu bagi orang yang mengangkat jenazah atau
membawanya dan tidak wajib baginya mandi. Jenazah hendaknya di
bawa dengan tenang , khusyu’ sambil mengingat akhirat dan
kematian. Disunnahkan memasukkan mayit ke dalam kubur, dengan
meletakkan di atas lambung kanannya, serta posisi wajah menghadap
ke kiblat, seraya mengucapkan, Artinya, “Dengan menyebut nama
Alloh, dan atas jalan Rasululloh.” Setelah itu ditimbun dengan tanah,
kubur hendaknya dibiarkan apa adanya, yakni tidak boleh dimarmer
atau di semen, kuburan juga tidak boleh ditinggikan atau di bangun,
lalu dicat atau dikapur.
5. Bagi orang yang hadir di kuburan hendaknya jangan terburu-buru
untuk bubar, namun supaya diam sejenak untuk mendo’akan mayit
dengan cara masing-masing berdo’a sendiri-sendiri, bukan salah
seorang berdo’a lalu diamini oleh yang lainnya. Rasululloh Shalallaahu
alaihi wasalam bersabda, yang artinya:“Mohonlah ampunan untuk
saudaramu (mayit yang baru selesai di makamkan) dan mohonkanlah
untuknya agar Allah menetapkannya (dengan kalimat tauhid) karena
dia sekarang sedang ditanya.” (HR: Abu Dawud dan Al-Hakim)

6. Disyariatkan untuk ta’ziah (mengibur) keluarga mayit dengan kalimat-


kalimat yang baik dan sesuai, dan ta’ziah ini boleh sampai tiga
harinya. Contoh kalimat untuk menghibur/ membesarkan hatinya
misalnya: “Sungguh hanya milik Alloh apa-apa yang Dia ambil, sama
juga apa yang Dia berikan adalah milikNya, segala sesuatu adalah
hanya milikNya, dan pasti ada batasnya sampai ajal yang telah
ditentukan, maka sabarlah dan mohonlah pahala atas musibah ini.”
Dan kalimat-kalimat lain semisal yang tidak menyelisihi syari’at,
namun pada intinya adalah untuk menguatkan hati keluarga yang
ditinggal supaya bersabar, menerima dan ridha dengan takdir Alloh,
sehingga tidak larut dalam kesedihan yang berkepanjangan.

BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Membacakan surat Yaasin untuk si mayit bukan termasuk ajaran


Islam, karena tidak ada hadits shahih yang menjelaskan masalah ini.
Bahkan dalam surat Yaasin tersebut ada satu ayat yang menjelaskan
bahwa Al Qur’an ini adalah peringatan bagi orang yag
hidup: “Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-
orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab)
terhadap orang-orang kafir.” (QS: 36: 70)

2. Dilarang niyahah (meratap) atas kematian seseorang apalagi sampai


berteriak-teriak dan meraung-raung menangis, menampar pipi dan
merobek baju, ini semua termasuk perkara-perkara jahiliyah.

3. Jika seseorang meninggal dunia, maka diutamakan agar dikuburkan


di negri tempat meninggalnya tersebut. Rasululloh Shalallaahu alaihi
wasalam pernah memerintahkan untuk membawa pulang jenazah
yang rencananya akan di bawa ke Madinah, beliau memerintahkan
agar jenazah tersebut di makamkan di negri tempat dia meninggal.

4. Tidak dibolehkan menshalatkan orang yang murtad (keluar dari


Islam) tidak pula memintakan ampun buat mereka. Mereka juga
tidak ada hak saling mewarisi dan tidak boleh di kuburkan di
pekuburan orang muslim.
5. Termasuk kesalahan yang sering dilakukan oleh sebagian orang
adalah mengangkat/mengeraskan suara di depan jenazah misalnya
menyerukan kalimat tauhid, memanggil-manggilnya, menyebutkan
syahadat dengan sangkaan, bahwa yang demikian memberi manfaat
kepadanya, padahal Alloh telah berfiman, yang artinya:
“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang
mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli
mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling
membelakang.” (QS: 27: 80)

6. Mengumandangkan adzan di kubur adalah tidak ada tuntunannya di


dalam Islam, baik itu ketika jenazah dimakamkan ke liang kubur
atau setelah selesainya penguburan. Mereka mengira ini bisa
mengingatkan si mayit. Bisa jadi mayit yang diadzankan itu masa
hidupnya termasuk orang yang sering mendengar adzan, namun
tidak memenuhi panggilan adzan tersebut. Dan bukankah adzan
adalah panggilan untuk shalat sedangkan shalat merup akan
kewajiban orang Islam yang masih hidup?!

7. Termasuk hal yang tidak benar adalah mengumpulkan orang,


menyembelih binatang (kambing atau sapi) dan makan-makan di
tempat keluarga mayit, bahkan tidak jarang ada yang berlebih-
lebihan atau terkadang memaksakan diri dalam hal ini. Yang
dianjurkan adalah membuatkan makan untuk keluarga mayit, karena
mereka sedang dalam keadaan duka, sehingga mungkin tidak
sempat untuk memasak, bukan sebaliknya makan-makan di rumah
mereka.

8. Ada sebagian orang yang memberi persaksian, bahwa si mayit


termasuk ahli iman, orang baik dan orang shaleh padahal kenyataan
yang terjadi adalah sebaliknya. Persaksian seperti ini tidak ada
gunanya di hadapan Allah, karena Dia Maha Tahu atas segala
sesuatu.

9. Banyak orang yang menaburkan bunga, biji-bijian (misal, beras


kuning) atau jenis-jenis tanaman lain di atas kuburan. Hal ini juga
tidak memberi manfa’at bagi orang yang meninggal. Yang memberi
manfaaat baginya adalah amal shalehnya:  “Dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya,” (QS: 53: 39)
10. Termasuk hal baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan
juga para shahabatnya adalah mengadakan acara-acara tertentu di
mana orang-orang berkumpul, duduk-duduk dan tidak jarang
sampai menutup jalan umum, biasanya selama tiga hari berturut-
turut. Hal ini bisa mengganggu jalan sesama muslim dan
memperlambat urusan mereka, disamping acara tersebut memang
tidak pernah dicontohkan di dalam agama Islam.

11. Termasuk hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa, banyak para
pelayat (orang yang berta’ziyah) ketika jenazah selesai dikuburkan
tidak mendo’akan untuknya. Namun segera bubar lalu berbaris di
pintu gerbang makam untuk menghibur (ta’ziyah) kepada keluarga
mayit, satu per satu memegangi pudak keluarga mayit tersebut.

12. Merupakan hal yang baru juga: menulis ayat-ayat Al Qur’an di


kiswah (kain penutup) jenazah, menyembelih binatang di sekitar
pintu rumah setelah jenazah dibawa keluar, menyediakan
tempat/ruangan khusus untuk orang yang berta’ziyah, serta berdiri
menghadap ke kuburan sambil bersedekap seperti shalat ketika
mendo’akan mayit.

Anda mungkin juga menyukai