Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KEGIATAN

PELATIHAN BASIC TRAUMA CARDIAC LIFE SUPPORT


(BT&LCS)

01 - 05 Agustus 2023
di Parma Indah Hotel Pekanbaru

Oleh :
Erich Dermawan, Amd.Kep

RUMAH SAKIT TANDUN


2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
RahmatNya atas selesai nya pelaporan pelatihan BT&CLS yang telah
dilaksanakan oleh Erich Dermawan, Amd. Kep. Pelatihan BT&CLS ini
bertujuan untuk mempersiapkan perawat agar mampu menangani pasien-
pasien dengan kasus-kasus trauma dan kardiovaskular, sehingga dapat
menekan tingkat kecacatan maupun kematian akibat kasus trauma dan jantung.

Saya menyadari bahwa laporan pelatihan BT&CLS ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mohon saran yang bersifat konstrutif untuk
penyempurnaan laporan ini.

Kampar, 12 Agustus 2023

(Erich Dermawan, Amd. Kep)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan dan skill yang berhubungan dengan Basic Trauma


Cardiac Life Support (BT&CLS) adalah salah satu prasyarat yang harus
dimiliki oleh seorang perawat, baik yang bekerja di pelayanan kesehatan
dalam maupun luar negeri. Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi
Asian (MEA) tahun 2015, BT&CLS menjadi syarat mutlak bagi setiap
pekerja kesehatan khususnya perawat di berbagai rumah sakit, puskesmas
dan perusahaan. Menyertakan sertifikat BT&CLS sebagai bukti telah
mengikuti pelatihan dan memiliki pengetahuan dan skill dalam bidang
tersebut sangat menentukan dalam menentukan penerimaan tenaga
kerjanya. Basic Trauma Cardiac Life Support (BT&CLS) adalah tindakan
untuk memberikan pertolongan pada korban bencana atau gawat darurat
guna mencegah kematian atau kerusakan organ sehingga produktivitasnya
dapat dipertahankan setara sebelum terjadinya bencana atau peristiwa gawat
darurat yang terjadi.

Pada kegiatan BT&CLS terdapat enam fase, yaitu : fase deteksi, fase
supresi, fase pra rumah sakit, fase rumah sakit dan fase rehabilitasi. Fase
deteksi dapat diprediksi tentang frekuensi kajadian, penyebab, korban,
tempat rawan kualitas kejadian dan dampaknya. Misalnya terkait dengan
kecelakaan lalulintas, maka dapat diprediksi frekuansi kecelakaan lalu
lintas, buruknya kualitas helm sepeda motor yang dipakai, jarangnya orang
memakai safety belt, tempat kejadian tersering di jalan raya yang padat dan
sebagainya. Fase supresi Bertujuan untuk menekan agar terjadi penurunan
korban gawat darurat dilakukan dengan berbagai cara seperti perbaikan
konstruksi jalan, peningkatan pengetahuan peraturan lalulintas dan
peningkatan patroli keamanan.
Semantara fase pra rumah sakit keberhasilan penanggulangan gawat
darurat sangat tergantung pada adanya kemampuan akses dari masyarakat
untuk memberikan informasi pertolongan kepada korban kecelakaan atau
bencana. Sedangkan fase rumah sakit dan rehabilitasi merupakan lanjutan
dari fase-fase sebelumnya. Karena dalam fase ini merupakan suatu
pendekatan yang sistematik untuk membawa korban gawat darurat ke suatu
tempat penanganan yang definitif. Dalam konteks inilah sertifikat BTCLS
merupakan suatu tuntutan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dalam
memasuki dunia kerja pada era MEA.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang terlatih dan


profesional agar dapat meningkatkan mutu pelayanan RS Tandun.

b. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga perawat dalam


menangani kasus kegawatdaruratan.

2. mengoptimalkan tenaga perawat RS Tandun, dalam meningkatkan


mutu pelayanan perawat khususnya dibidang Emergency atau
kegawatdaruratan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kegawatdaruratan dan Henti Jantung


Henti jantung adalah keadaan saat fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak
hilang dengan ditandai terjadinya henti jantung dan henti nafas (PUSBANKES 118,
2012). Brunner and Suddart (2002) mendefinisikan henti jantung sebagai penghentian
sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
Waktu kejadianya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu tanda
dan gejala tampak (AHA, 2010).
Menurut Indri dan Yuniadi (2011), kejadian henti jantung terbanyak disebabkan
oleh penyakit jantung iskemik dengan salah satu komplikasi utamanya yaitu Ventrikel
Takhikardi (VT). Pusbankes 118 (2013) menambahkan bahwa, henti jantung
disebabkan oleh Infark Myocard Acute (IMA), penebalan dinding jantung, gagal
jantung, miokarditis, dan trauma atau tamponade.
Terdapat tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada korban henti jantung yaitu
kehilangan kesadaran mendadak (collapse) akibat ketiadaan oksigen ke otak, pupil
mata berdilatasi dalam waktu 45 detik, dapat terjadi kejang, dan tanda henti jantung
yang paling dapat dipercaya adalah tidak ada denyutan dan bunyi jantung tidak
terdengar (pulsasi carotid) (Brunner and Suddart, 2002). Tanda awal yang dapat
diamati pada korban henti jantung adalah nafasnya dangkal dan pendek (gasping) atau
bahkan terjadi henti nafas dan henti jantung yang dapat diperiksa melalui nadi Karotis
selama 10 detik.

B. BANTUAN HIDUP DASAR


Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalamai keadaan yang
mengancam nyawa.BHD dibagi menjadi dua yaitu Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan
Bantuan Hidup Lanjut (BHL). Berikut ini perbedaan antara BHL dan BHD :
No BHD BHL
1 Merupakan dasar penyelamatan pasien Mengguanakn alat dan
dalam kondisi mengancam nyawa yang penatalaksanaan setelah tindakan
meliputi henti jantung dan segera resusitasi, berbagai bantuan hidup
mengaktifkan sistem Respon lanjut dilaksanakan pada tahapan ini
Kegawatdaruratan (SPGDT) seperti ATLS (Advanced Trauma Life
2 Segera melakukan RJP (CPR) Support), ACLS (Advanced Cardiac
3 Segera melakukan Defibrilasi dengan Life Support), PALS (Pediatric
menggunakan AED (Automated External Cardiac Life Support)
Defibrillator)

C. Langkah-langkah Basic Life Support


American Heart Association dalam guidelines 2020 menyebutkan tahap-tahapan
terkait BLS bagi bystander adalah sebagai berikut :
1. Safety (Keamanan)
Memastikan bahwa penolong aman serta lingkungannya aman.
2. Merespon (Pengenalan Tanda Serangan Jantung)
Periksa terkait reaksi pada korban nafas terhenti serta nadi, pemeriksaan
denyut dan nafas bisa dilakukan secara bersamaan penilaian dalam 10 detik.
Kesadaran korban dapat diperiksa dengan memberikan rangsangan verbal dan nyeri.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah lingkungan dianggap aman untuk korban maupun
penolong. Rangsangan verbal dilakukan untuk memanggil korban disertai dengan
menepuk bahunya.
3. Pengaktifan Emergency Call
Aktifkan Emergency Medical Service (EMS) , penolong yang telah
memastikan korban tidak sadarkan diri, harus segera mengaktifkan atau memanggil
bantuan EMS, untuk wilayah Yogyakarta dapat menghubungi 118 dan disesuaikan
wilayah kejadian karena setiap lokasi memiliki kode emergency masing-masing.
Data yang disampaikan adalah nama penolong, jumlah pasien dan kondisinya, lokasi
kejadian secara detail, serta diakhiri meminta intruksi dari EMS serta meminta untuk
pemberian AED.
4. Compresiion (kompresi)
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan
untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti
jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan
bantuan nafas. Resusitasi jantung paru dilakukan ketika seseorang menghalami henti
jantung atau cardiac arrest. Untuk memaksimalkan efektifitas kompresi dada, posisi
pasien dan penolong harus tepat. Pasien di tempatkan pada daerah yang datar dan
keras serta dengan posisi supinasi. Lutut penolong berada di samping dada korban.
Posisi tangan atau landmark untuk RJP adalah pada pertengahan dada korban, dua
hingga tiga jari diatas ujung tulang sternum, taju pedang. Tangan dominan dibawah
dan kemudian tangan lainya diatas punggung tangan dominan dengan posisi
mengunci sehingga tangan tidak berpindah posisi. Kompresi dilakukan dengan beban
tekanan dari bahu dan posisi tangan tegak lurus dengan siku tidak boleh menekuk
(tegak lurus).
Tenaga kesehatan dalam hal ini harus melakukan resusitasi jantung dan paru
yaitu kombinasi dari kompresi dada dan bantuan terhadap pernafasan korban.
Tenaga kesehatan harus menyediakan “high quality CPR” atau resusitasi yang
berkualitas tinggi kepada korban. (AHA, 2020) Kriteria resusitasi dilakukan dengan
berkualitas (High Quality CPR) yaitu:
a) Kedalaman kompresi dada adalah 2 inci atau 5 cm - 6cm,

b) Recoil atau pengembalian dinding dada sempurna,

c) Meminimalkan interupsi dalam pemberian kompresi dada,

d) Rasio pemberian kompresi dada dengan bantuan napas adalah 30 : 2,


dan

e) Kecepatan kompersi dada minimal 100 - 120 kali/ menit

5. Airway (jalan napas)


Tindakan ini dilakukan untuk membebaskan jalan nafas dari sumbatan.
Sumbatan jalan nafas dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti lidah atau benda
asing yang terdapat dijalan nafas. Tindakan yang dapat dilakukan adalah head tilt
chin lift digunakan untuk pasien non trauma servikal (AHA, 2020). Apabila
korban dicurigai terdapat trauma servikal maka tindakan yang dilakukan adalah jaw
thrust maneuver (AHA, 2020). Benda asing tersebut diambil dengan tindakan cross
finger untuk membuka mulut dan finger sweap untuk membersihkanya dari dalam
mulut (Pusbankes 118, 2013).

6. Breathing (Pernapasan)
Setiap bantuan nafas yang diberikan dalam waktu dalam waktu 1 detik
pada panduan yang baru, tindakan ini tidak harus dilakukan oleh masyarakat
awam yang belum mendapatkan pelatihan atau tidak percaya diri untuk
melakukanya. Pemberian nafas bantuan harus cukup untuk meningkatkan
pengembangan dada korban. Pemberianya dapat dilakukan dengan cara mouth
to mouth dan mouth to barrier device breathing (AHA, 2013). Bantuan nafas
untuk korban henti nafas tanpa henti jantung adalah 10 - 12 kali/menit
(bantuan nafas setiap 5 - 6 detik) pada korban dewasa. Korban anak-anak
dan bayi dilakukan sebanyak 12 - 20 kali/menit ( 1 bantuan napas setiap 3 - 5
detik) (pusbankes 118, 2013).

7. Recovery Position (Posisi pemulihan)


AHA (2020) menjelaskan bahwa recovery position dilakukan pada
pasien tidak sadarkan diri setelah pernafasanya normal dan sirkulasinya
efektif. Posisi ini dibuat untuk menjaga patensi jalan nafas dan menurunkan
resiko obstruksi jalan nafas dan aspirasi. Terdapat banyak variasi dalam
melakukan posisi ini. Tidak ada posisi yang sempurna untuk semua jenis
korban. Posisi korban harus stabil tanpa penekanan pada dada serta kepala
yang menggantung. Tindakan ini dilakukan setelah melakukan BHD pada
korban. Indikasi pengehentian tindakan BHD adalah pasien meninggal,
penolong kelelahan, atau bantuan datang.
D. Rantai keberhasilan pada orang dewasa, menurut AHA 2020, dan
Algoritma Henti jantung pada orang dewasa.
BAB III
WAKTU DAN KEGIATAN

a) Nama Kegiatan
Pelatihan BT&CLS

b) Waktu Pelaksanaan
Tanggal 01-05 Agustus 2023
Direktur Pelatihan : Dr. R. Suhartono, SpB - KBV
Kordinator : Angga Dwiyana
Ko. Kordinator : Rahmat Hidayat
JADWAL PELATIHAN BASIC TRAUMA DAN CARDIAC LIFE SUPPORT
UNTUK PERAWAT DI PARMA INDAH HOTEL PEKANBARU
TANGGAL 1 SD 5 AGUSTUS 2023

HARI KE I Selasa, 1 Agustus 2023 HARI KE II Rabu, 2 Agustus 2023


07.30 - 08.00 WIB REGISTRASI (Persiapan) + PRE TEST 07.30 - 07.45 WIB REVIEW

08.00 - 08.15WIB PEMBUKAAN & DEMONSTRASI 07.45 -08.30 WIB AIRWAY & BREATHING
M Syukri
08.15 - 08.45 WIB INTRODUCTION + BLC
Angga Dwiyana 08.30 - 09.15 WIB TRAUMA THORAX & ABDOMEN
Atik S
08.45 - 09.30 WIB BIOMEKANIK TRAUMA
Atik S 09.15 - 09.30 WIB BREAK

09.30 - 09.45 WIB BREAK O 09.30 - 10.15 WIB SYOK O


N Angga Dwiyana N
09.45 - 10.30 WIB INITIAL ASESSMENT L L
Angga D I 10.15 - 11.00 WIB TRAUMA KEPALA & SPINAL I
N M Syukri N
10.30 - 11.15 WIB BANTUAN HIDUP DASAR E E
Atik S 11.00- 11.45 WIB TRAUMA PEDIATRIK
Atik S
11.15- 12.00 WIB EKG
A Satori 11.45 - 12.45 WIB ISHOMA

12.00- 12.45 WIB ISHOMA 12.45 - 13.30 WIB TRAUMA MUSKULOSKELETAL


Angga Dwiyana
12.45 - 13.30 WIB SKA
A Satori 13.30 - 14.15 WIB LUKA BAKAR
M Syukri
13.30 - 14.15 WIB ARITMIA LETHAL
A Satori 14.15 - 14.30 WIB BREAK

14.15 - 14.30 WIB BREAK KESIMPULAN & INFORMASI

KESIMPULAN & INFORMASI

Direktur Pelatihan : Dr. R. Suhartono, SpB - KBV


Kordinator : Angga Dwiyana
Ko. Kordinator : Rahmat Hidayat
c) Tempat Pelaksanaan
di Parma Indah Hotel Pekanbaru

d) Lama Pelaksanaan
Lama pelaksanaan 5 hari.

e) Surat Penugasan
Surat Penugasan dari PT. Nusa Lima Medika.

f) Penyelenggara Pelatihan
Diselanggarakan oleh AGD 118 dibawah naungan CV. Rabbany.

DOKUMENTASI KEGIATAN PELATIHAN BT&CLS


Selasa, 01 Agustus 2023
Rabu, 02 Agustus 2023

Kamis, 03 Agustus 2023

Jum’at, 04 Agustus 2023


Sabtu, 05 Agustus 2023
BAB IV
PENUTUP
Demikian laporan ini dibuat sebagai wujud pertanggung jawaban atas tugas yang diberikan
kepada saya. Mohon maaf atas segala kekurangan dan terimakasih atas semua dukungan.
Semoga kita bisa menjalankan semuanya sesuai dengan apa yang sudah ditentukan.

Sabtu, 12 Agustus 2023


Pembuat Laporan, Mengetahui,

( Erich Dermawan, Amd. Kep ) ( dr. Tommy Kirana )

Anda mungkin juga menyukai