Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PELATIHAN BT&CLS SMART EMERGENCY

NAMA : KHARISMA ANJAR NUGRAHA


NO.ABSEN : 17
INSTANSI : POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Setelah mempelajari materi yang disampaikan pada sesi learning (physical


distanching), peserta Pelatihan Basic trauma and cardiac life support diharapkan
mampu menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini. Jawablah pertanyaan tersebut
sesuai dengan pendapat yang anda pahami setelah mengikuti pembelajaran.
Setelah menjawab dan menyelesaikan tugas, wajib mengubah menjadi PDF dan
mengunggah melalui link berikut ini: http://www.bit.ly/tugas-pelatihan-btcls pada hari
pertama maksimal pukul 21.00 WIB dengan format file “No.absen_nama lengkap
peserta”.

1. Building Learning Commitmen (BLC)


Apa yang menjadi dasar bahwasannya anda diharuskan untuk mengikuti
pelatihan BT&CLS, dan apa motivasi anda serta apa yang anda harapkan
dari mengikuti pelatihan BT&CLS bersama Smart Emergency...? Jelaskan
Jawaban :
Dalam jangka pendek BTCLS merupakan modal yang penting untuk
melanjutkan studi di program studi profesi ners. Untuk jangka panjang
pelatihan ini bermanfaat ketika nanti sudah bekerja di layanan klinis,
masyarakat maupun di keluarga.
Sebagai perawat memiliki skill memberikan pertolongan pertama saat
situasi gawat darurat, misalnya bencana, kecelakaan, ataupun pasien di
rumah sakit dapat menghindarkan risiko kematian atau kerusakan organ.
Dengan demikian kasus trauma dan kardiovaskuler dapat dikurangi.

2. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)


Dalam pelayanan kegawatdaruratan khususnya di “Pre Hospital” sangat
diperlukan suatu sistem pelayanan Ambulance (PSC 119), dalam kondisi saat
ini (Pandemic Cov.19), hal apa saja yang perlu di perhatikan untuk Team dan
Mobil Ambulance saat beroperasi..?
Jawaban :
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh tim dan mobil ambulance
saat beroperasi pada masa pandemic covid 19 adalah tetap memperhatikan
protocol kesehatan seperti menggunakan APD dengan baik dan benar,
memastikan udara dalam mobil ambulance tetap baik dengan mengatur
sirkulasi, dan menjaga kebersihan mobil ambulance sebelum dan setelah
digunakan untuk mengangkut pasien.

3. Etiko Legal Keperawatan Gawat Darurat


Apa yang anda lakukan ketika menemukan kasus Kegawatdaruratan
dilapangan, apakah anda di perbolehkan menolong korban tersebut, jika iya.,
apa dasar hukum yang melandasi tindakan anda tersebut...? Jelaskan
Jawaban :
Diperbolehkan menolong korbang tersebut, sesuai dengan :
a. UU No 38/2014 Pasal 35
1. Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama,
Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat
sesuai dengan kompetensinya.
2. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.

3. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan


keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.

4. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan


oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Dalam pasal ini dijelaskan ketika perawat menemui keadaan gawat


darurat, perawat dapat melakukan penangan medis dan pemberian obat
sesuai dengan kompetensi. Kondisi gawat darurat yang dimaksud adalah
keadaan yang mengancam nyawa ataupun dapat mengakibatkan
kecacatan jika tidak ditangani dengan baik. Dalam menentukan kondisi
darurat, perawat juga tetap harus memperhatikan hasil evaluasi
berdasarkan ilmu pengetahuan keperawatan.
b. Yankes Kondisi Gadar PMK 47/2018
Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan
tidak ada dokter di tempat kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan sesuai dengan keilmuanya.
c. UU No 36/2009 Pasal 83
1. Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana
harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan
lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.
2. Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
Dalam pasal ini dijelaskan bahwa pelayanan kesehatan saat bencana
harus berorientasi pada penyelamatan nyawa, mencegah kecacatan dan
hasil yang terbaik bagi pasien. Untuk penolong yang memiliki niat
demikian sesuai dengan ilmu dan kemampuan yang dimiliki memiliki
perlindungan hukum.

4. Cardio Pulmonary Resucitation (CPR)


Ketika pasien mengalami Henti Jantung (Cardiac Arrest) pada pasien
Dewasa, Anak dan Bayi, apa yang anda lakukan untuk menolong pasien
tersebut, tentunya sesuai dengan Algoritme AHA 2015 yang telah di update
pada tahun 2020 untuk pasien dengan Suspected or Confirmed Covid-19...?
Jelaskan
Jawaban :
a. Danger
Aman diri :
Menggunakan APD minimal handscone dan masker 95
Aman Lingkungan :
Memastikan semua penolong atau orang yang ada disekitar
menggunakan APD lengkap dan mencegah pasien mengeluarkan dahak
atau air liur di ruang terbuka.
Aman Pasien :
Tempatkan pasien di ruang isolasi dan pakaikan masker karena virus
dapat menyebar di udara pada jangka waktu tertentu.
b. Response
Panggil pasien dengan suara lantang dan keras contoh “Pak bangun pak /
Bu bangun Bu”
c. Call for help
Di RS : sistem code blue
Di luar RS : SPGDT
d. Cek nadi pada arteri karotis dan lihat pergerakan dada untuk mengetahui
aktivitas napas pasien
e. Compressions
Dewasa :
Tempatkan pasien terlentang pada alas yang padat, keras dan rata.
Tangan penolong tegak lurus vertical, tekan kebawah dengan kekuatan
dari bahu.
Posisikan tumit tangan pada setengah dada bagian bawah pada tulang
sternum pasien.
Kecepatan : 100-120x/menit
Kedalaman : 5-6 cm
1 penolong > Kompresi : ventilasi = 30 : 2
2 penolong > Kompresi : ventilasi = 15 : 2
Ventilasi 12-20x/menit (setiap 3-5 detik)

Bayi :
1 penolong > gunakan 2 jari, kompresi : ventilasi = 30 : 2
2 penolong > gunakan 2 jempol, kompresi : ventilasi = 15 : 2
Ventilasi 12-20x/menit (setiap 3-5 detik)

f. Airway
Pasien non trauma : head tilt chin lift
Pasien trauma : jaw thrust
g. Breathing
Gunakan bag valve mask dan tidak diperkenankan kontak langsung
5. Airway And Breathing Management
Dalam kasus Airway and Breathing sering kali ditemukan ganguan atau
bahkan sumbatan jalan nafas, dalam situasi pandemik Covid-19 saat ini apa
yang menjadi poin penting ketika anda berhadapan dengan pasien suspected
/ confirmed Covid-19 untuk menangani pasien tersebut yang mengalami
gangguan Airway and Breathing...? Jelaskan
Jawaban :
Untuk menghindarkan penolong dari infeksi atau tertular, penolong wajib
menggunakan mouth to mask ventilation, BVM, assisted ventilation. Saat
pandemic seperti sekarang ini, sangat tidak dianjurkan untuk bersentuhan
langsung dengan pasien.

6. Syok Management
Pasien Ny. M mengalami kecelakaan umur 40 tahun, diketahui terdapat
fraktur terbuka di Femur, berat badan 60 kg, kesadaran menurun (Somnolen),
HR 150 x/menit, akral dingin, CRT 4 detik, RR 35 x/menit, TD 80/50 mmHg,
kehilangan darah 2.000 cc.
Tolong jelaskan kategori Syok yang dialami oleh pasien teresebut, dan hitung
berapa jumlah cairan yang di butuhkan oleh pasien diatas berdasarkan
Estimated Blood Loss (EBL)..?
Jawaban :
EBV : 65cc x 60kg = 3900cc
Kelas Syok : Kelas III (30-40%)
EBL : 30% x 3900 = 1170ml
Kebutuhan resusitasi dengan kristaloid sebanyak 1170ml x 3 = 3510ml

7. Initial Assessment
Sebutkan langkah-langkah dalam melakukan Initial Assessment..!! Jelaskan
Jawaban :
a. Danger :
Aman diri (menggunakan APD dengan benar, aman dari paparan
penyakit, aman dari pelanggaran etik dan hukum), aman lingkungan,
aman pasien.
b. Respon :
Alert (kesadaran dan orientasi pasien baik), verbal (dapat merespon
dengan rangsang suara), pain (memberikan reaksi pada rangsang nyeri),
unconscious (tidak sadar) / unresponsive (tidak berespon)
c. Call for Help
Memanggil bantuan dengan jelas
d. Primary Survey
1. Airway :
Lihat adanya sumbatan partial/total
Control Servical :
manual > (Head tilt chin lift/Jaw Thurst)
menggunakan alat > (Neck Collar).
2. Breathing + Control Ventilasi : Cek RR, saturasi oksigen,
3. Circulation + Kontrol Pendarahan :
fraktur/luka terbuka: Tutup, tekan, tinggikan, cari titik tekan jika masih
mengalami perdarahan.
4. Disability + Status neurologis : Kaji GCS dan lateralisasi pupil
5. Exposure :
Lepas baju pasien, lakukan Log Roll (dimiringkan pada sisi yang
sehat), untuk observasi bagian belakang tubuh pasien.
6. Folley Catheter
Pasang folley cath untuk memonitoring terapi cairan
7. Gastric Tube :
Mencegah aspirasi, jalan masuk makanan dan obat
e. Re-Evaluasi : Melakukan evaluasi pada primary survey
f. Secondary Survey :
1) Heart Monitor :
Untuk mengetahui irama jantung dan vital sign dengan memasang
monitor EKG
2) Anamnesis :
Keluhan, riwayat penggunaan obat, makanan & minuman (untuk
evaluasi gastric tube), riwayat penyakit dan alergi, biomekanik trauma.
3) Head to Toe Examination :
Kaji bentuk, tumor, luka, sakit
4) Finger in every Orifice :
periksa hidung, telingan, mulut, anus untuk mengetahui adanya
perdarahan.
5) Pemeriksaan Penunjang :
pemeriksaan laboratorium, radiologi sesuai dengan kondisi
g. Re-Evaluasi : Melakukan evaluasi pada secondary survey
h. Rujuk :
Patikan identitas, diagnosa, hasil tindakan primary survey dan secondary
survey, dan data yang merujuk sudah sesuai.

8. Trauma Musculosceletal
Terdapat kasus trauma akibat kecelakaan pada Cruris Dextra (Close Fraktur)
dan luka terbuka pada Radius Ulna, langkah apa yang anda lakukan untuk
menangani pasien tersebut dengan prinsip penanganan luka dan
pembidaian..? Jelaskan
Jawaban :
a. Penangan luka terbuka pada radius ulna:
1) Lakukan evaluasi klinis secara menyeluruh
2) Periksa Primary Survey: airway, breathing, circulation, diability,
exposure.
3) Bila ada perdarahan lakukan tutup luka (dengan kasa steril), tekan
luka, tinggikan, lakukan penekanan pada titik tekan apabila masih
terdapat perdarahan.
4) Lakukan imobilisasi (bidai), bidai dilakukan dengan memposisikan
ekstermitas yang cedera sesuai dengan posisi anatomis dan
mencegah pergerakan pada daerah yang patah. hal ini akan tercapai
dengan melakukan traksi untuk meluruskan ekstrimitas dan
dipertahankan dengan alat imobilisasi. pemakaian bidai yang benar
akan membantu menghentikan pendarahan, mengurangi nyeri, dan
mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut. Imobilisasi harus
mencakup sendi diatas dan di bawah fraktur (meliputi 2 sendi), beri
bantalan empuk, ikatlah bidai di atas dan di bawah daerah fraktur,
gunakan 3 bilah papan pada ekstremitas untuk mecegah rotasi
5) Selanjutnya dilakukan secondary survey dengan menanyakan
mekanisme dari kecelakaan, keadaan lingkungan, faktor predisposisi,
serta pertolongan pertama apa saja yang telah dilakukan sebelum di
bawa ke fasilitas kesehatan untuk mengetahui biomekanisme dari
trauma.
6) Evaluasi status neurovaskular pada ekstremitas setelah melakukan
reduksi dan pembidaian.
b. Penanganan pada Cruris Dextra (Close Fraktur)
1) Penatalaksanaan awal yaitu stabilisasi ABCDE.
2) Dilanjutkan dengan imobilisasi dengan bidai yang diberi padding pada
tonjolan tulang untuk mencegah penekanan. Jika terdapat fraktur pada
ekstremitas atas, splinting dilakukan pada posisi anatomis fungsional dari
tangan, yaitu pergelangan tangan yang sedikit dorsofleksi, dan jari-jari di
posisi fleksi 45 derajat pada sendi metacarpophalangeal. Pada lengan
bawah dan pergelangan tangan dapat dilakukan pemasangan bidai
dengan padding, sedangkan pada siku posisi imobilisasinya adalah fleksi
dengan bidai maupun armsling.
3) Kolaborasi dalam pemberian analgesik
4) Setelah dilakukan penatalaksanaan sementara, pasien perlu dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap untuk dapat dilakukan
tindakan definitif bila diperlukan.

~ Selamat Mengerjakan ~

Anda mungkin juga menyukai