Bayi :
1 penolong > gunakan 2 jari, kompresi : ventilasi = 30 : 2
2 penolong > gunakan 2 jempol, kompresi : ventilasi = 15 : 2
Ventilasi 12-20x/menit (setiap 3-5 detik)
f. Airway
Pasien non trauma : head tilt chin lift
Pasien trauma : jaw thrust
g. Breathing
Gunakan bag valve mask dan tidak diperkenankan kontak langsung
5. Airway And Breathing Management
Dalam kasus Airway and Breathing sering kali ditemukan ganguan atau
bahkan sumbatan jalan nafas, dalam situasi pandemik Covid-19 saat ini apa
yang menjadi poin penting ketika anda berhadapan dengan pasien suspected
/ confirmed Covid-19 untuk menangani pasien tersebut yang mengalami
gangguan Airway and Breathing...? Jelaskan
Jawaban :
Untuk menghindarkan penolong dari infeksi atau tertular, penolong wajib
menggunakan mouth to mask ventilation, BVM, assisted ventilation. Saat
pandemic seperti sekarang ini, sangat tidak dianjurkan untuk bersentuhan
langsung dengan pasien.
6. Syok Management
Pasien Ny. M mengalami kecelakaan umur 40 tahun, diketahui terdapat
fraktur terbuka di Femur, berat badan 60 kg, kesadaran menurun (Somnolen),
HR 150 x/menit, akral dingin, CRT 4 detik, RR 35 x/menit, TD 80/50 mmHg,
kehilangan darah 2.000 cc.
Tolong jelaskan kategori Syok yang dialami oleh pasien teresebut, dan hitung
berapa jumlah cairan yang di butuhkan oleh pasien diatas berdasarkan
Estimated Blood Loss (EBL)..?
Jawaban :
EBV : 65cc x 60kg = 3900cc
Kelas Syok : Kelas III (30-40%)
EBL : 30% x 3900 = 1170ml
Kebutuhan resusitasi dengan kristaloid sebanyak 1170ml x 3 = 3510ml
7. Initial Assessment
Sebutkan langkah-langkah dalam melakukan Initial Assessment..!! Jelaskan
Jawaban :
a. Danger :
Aman diri (menggunakan APD dengan benar, aman dari paparan
penyakit, aman dari pelanggaran etik dan hukum), aman lingkungan,
aman pasien.
b. Respon :
Alert (kesadaran dan orientasi pasien baik), verbal (dapat merespon
dengan rangsang suara), pain (memberikan reaksi pada rangsang nyeri),
unconscious (tidak sadar) / unresponsive (tidak berespon)
c. Call for Help
Memanggil bantuan dengan jelas
d. Primary Survey
1. Airway :
Lihat adanya sumbatan partial/total
Control Servical :
manual > (Head tilt chin lift/Jaw Thurst)
menggunakan alat > (Neck Collar).
2. Breathing + Control Ventilasi : Cek RR, saturasi oksigen,
3. Circulation + Kontrol Pendarahan :
fraktur/luka terbuka: Tutup, tekan, tinggikan, cari titik tekan jika masih
mengalami perdarahan.
4. Disability + Status neurologis : Kaji GCS dan lateralisasi pupil
5. Exposure :
Lepas baju pasien, lakukan Log Roll (dimiringkan pada sisi yang
sehat), untuk observasi bagian belakang tubuh pasien.
6. Folley Catheter
Pasang folley cath untuk memonitoring terapi cairan
7. Gastric Tube :
Mencegah aspirasi, jalan masuk makanan dan obat
e. Re-Evaluasi : Melakukan evaluasi pada primary survey
f. Secondary Survey :
1) Heart Monitor :
Untuk mengetahui irama jantung dan vital sign dengan memasang
monitor EKG
2) Anamnesis :
Keluhan, riwayat penggunaan obat, makanan & minuman (untuk
evaluasi gastric tube), riwayat penyakit dan alergi, biomekanik trauma.
3) Head to Toe Examination :
Kaji bentuk, tumor, luka, sakit
4) Finger in every Orifice :
periksa hidung, telingan, mulut, anus untuk mengetahui adanya
perdarahan.
5) Pemeriksaan Penunjang :
pemeriksaan laboratorium, radiologi sesuai dengan kondisi
g. Re-Evaluasi : Melakukan evaluasi pada secondary survey
h. Rujuk :
Patikan identitas, diagnosa, hasil tindakan primary survey dan secondary
survey, dan data yang merujuk sudah sesuai.
8. Trauma Musculosceletal
Terdapat kasus trauma akibat kecelakaan pada Cruris Dextra (Close Fraktur)
dan luka terbuka pada Radius Ulna, langkah apa yang anda lakukan untuk
menangani pasien tersebut dengan prinsip penanganan luka dan
pembidaian..? Jelaskan
Jawaban :
a. Penangan luka terbuka pada radius ulna:
1) Lakukan evaluasi klinis secara menyeluruh
2) Periksa Primary Survey: airway, breathing, circulation, diability,
exposure.
3) Bila ada perdarahan lakukan tutup luka (dengan kasa steril), tekan
luka, tinggikan, lakukan penekanan pada titik tekan apabila masih
terdapat perdarahan.
4) Lakukan imobilisasi (bidai), bidai dilakukan dengan memposisikan
ekstermitas yang cedera sesuai dengan posisi anatomis dan
mencegah pergerakan pada daerah yang patah. hal ini akan tercapai
dengan melakukan traksi untuk meluruskan ekstrimitas dan
dipertahankan dengan alat imobilisasi. pemakaian bidai yang benar
akan membantu menghentikan pendarahan, mengurangi nyeri, dan
mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut. Imobilisasi harus
mencakup sendi diatas dan di bawah fraktur (meliputi 2 sendi), beri
bantalan empuk, ikatlah bidai di atas dan di bawah daerah fraktur,
gunakan 3 bilah papan pada ekstremitas untuk mecegah rotasi
5) Selanjutnya dilakukan secondary survey dengan menanyakan
mekanisme dari kecelakaan, keadaan lingkungan, faktor predisposisi,
serta pertolongan pertama apa saja yang telah dilakukan sebelum di
bawa ke fasilitas kesehatan untuk mengetahui biomekanisme dari
trauma.
6) Evaluasi status neurovaskular pada ekstremitas setelah melakukan
reduksi dan pembidaian.
b. Penanganan pada Cruris Dextra (Close Fraktur)
1) Penatalaksanaan awal yaitu stabilisasi ABCDE.
2) Dilanjutkan dengan imobilisasi dengan bidai yang diberi padding pada
tonjolan tulang untuk mencegah penekanan. Jika terdapat fraktur pada
ekstremitas atas, splinting dilakukan pada posisi anatomis fungsional dari
tangan, yaitu pergelangan tangan yang sedikit dorsofleksi, dan jari-jari di
posisi fleksi 45 derajat pada sendi metacarpophalangeal. Pada lengan
bawah dan pergelangan tangan dapat dilakukan pemasangan bidai
dengan padding, sedangkan pada siku posisi imobilisasinya adalah fleksi
dengan bidai maupun armsling.
3) Kolaborasi dalam pemberian analgesik
4) Setelah dilakukan penatalaksanaan sementara, pasien perlu dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap untuk dapat dilakukan
tindakan definitif bila diperlukan.
~ Selamat Mengerjakan ~