Anda di halaman 1dari 20

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 01.04.

03
KLINIK PRATAMA KOREM 031/WIRABIMA

PROPOSAL
INHOUSE TRAINING BANTUAN HIDUP DASAR

KLINIK PRATAMA KOREM 031/WB

2023

KLINIK PRATAMA KOREM 031/WB


Jl. Hangtuah No. 21 AD – Pekanbaru
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit jantung dan pembuluh darah sampai saat ini masih merupakan

penyebab kematian nomor satu di dunia. Manifestasi komplikasi penyakit jantung dan

pembuluh darah yang paling sering diketahui dan bersifat fatal adalah kejadian henti

jantung mendadak.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, terutama jika henti

jantung mendadak tersebut disaksikan, harus secepatnya dilakukan tindakan bantuan

hidup dasar. Berdasarkan penelitian, bantuan hidup jantung dasar akan memberikan hasil

yang paling baik jika dilakukan dalam waktu 5 menit, maka untuk mempertahankan angka

keberhasilan yang tinggi, tindakanbantuan hidup dasar bergantung terhadap pelatihan

umum bantuan hidup dasar terhadap kaum awam

Tindakan bantuan hidup jantung dasar secara definisi merupakan layanan

kesehatan dasar yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit yang

mengancam jiwa sampai pasien tersebut mendapat pelayanan kesehatan secara

paripurna. Tindakan bantuan hidup jantung dasar umumnya dilakukan oleh paramedis,

namun dinegara-negara maju dapat dilakukan oleh kaum awam yang telah mendapatkan

pelatihan sebelumnya. Tindakan bantuan hidup jantung dasar secara garis besar

dikondisikan untuk keadaan dilingkungan sekitar rumah sakit sebelum mendapat


perawatan lebih lanjut, sehingga tindakan bantuan hidup jantung dasar dapat dilakukan di

luar maupun sekitar lingkungan rumah sakit tanpa menggunakan alat medis.

Tindakan bantuan hidup jantung dasar bukan merupakan satu jenis keterampilan

tindakan tunggal semata, melainkan suatu kesinambungan tidak terputusnya antara

pengamatan serta intervensi yang dilakukan dalam pertolongan. Keberhasilan

pertolongan yang dilakukan, ditentukan oleh kecepatan dalam memberikan tindakan awal

bantuan hidup jantung dasar, membuat para ahli berpikir bagaimana cara untuk

melakukan suatu tindakaN bantuan hidup jantung dasar yang efektif serta melatih

sebanyak mungkin orang awam dan paramedis yang dapat melakukan tindakan tersebut

secara baik dan benar.

Dalam melaksanakan bantuan hidup jantung dasar, kita mengenal istilah penolong

pertama (emergency first responder) antara lain polisi, petugas pemadam kebakaran

serta petugas keamanan lainnya. Bantuan jantung hidup dasar, sebenarnya sudah sering

didengar oleh masyarakat awam. Program pelatihannya bersifat sangat bisa diajarkan ke

masyarakat, terbuka, tidak memandang jenis kelamin ataupun umur. Dalam pelaksanaan

pelatihan program bantuan jantung hidup dasar, diharapkan mencakup faktor resiko

penyakit jantung koroner, pencegahan primer serta mengetahui atau mengenali tanda-

tanda orang yang sedang terkena serangan jantung. Sebagai penyelenggara pelayanan

kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan berorientasi pada

kebutuhan klien.

Mengingat pentingnya bantuan jantung hidup dasar dalam memperbaiki

kelangsungan hidup manusia, perlunya diadakan pelatihan bantuan hidup dasar pada

setiap komponen masyarakat awam yang berada dilingkungan Klinik Pratama Korem

031/WB serta menjaga mutu para pelaksana bantuan, baik dari kaum awam ataupun dari
paramedik, sudah pasti diperlukan bantuan hidup jantung dasar yang terintegrasi serta

komprehensif sehingga program quality dan safety mendapatkan hasil yang baik dengan

menggunakan metode yang standar.

B. TUJUAN KEGIATAN

1. Terselenggaranya pelatihan bantuan jantung hidup dasar pada orang awam yang

berada dilingkungan Klinik Pratama Korem 031/WB

2. Diketahuinya peran utama petugas kesehatan dalam masyarakat awam dalam

menangani kasus-kasus kegawatdaruratan jantung serta pentingnya rantai

kelangsungan hidup (chain of survival)

3. Diketahuinya cara mempelajari pertolongan pertama pada anak dan dewasa dalam

kondisi-kondisi khusus

4. Diketahuinya keamanan bagi penderita dan penolong saat pertolongan dilakukan

C. MANFAAT

1. Diharapkan menjadi suatu sistem pelayanan kegawatdaruratan yang merupakan satu

sistem yang digunakan untuk pengenalan tanda-tanda serangan jantung dan stroke

serta bagaimana mengaktifkan sistem layanan gawat darurat, mencegah komplikasi,

dan resusitasi jantung paru sesegera mungkin.

2. Diharapkan memberikan wawasan pada masyarakat awan mengenai bantuan hidup

jantung dasar pada berbagai situasi kinis memegang peranan yang penting dalam

perkembangan sistem pelayanan kegawatdaruratan jantung.


BAB II

BANTUAN HIDUP DASAR

A. PELAYANAN KEGAWAT DARURATAN

Dalam pelayanan terhadap penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler, sistem

pelayanan kegawatdaruratan kardiovaskuler merupakan satu sistem yang digunakan

untuk pengenalan tanda-tanda terkena serangan jantung dan stroke, bagaimana

mengaktifkan sistem layanan gawat darurat, mencegah komplikasi, resusitasi jantung paru

sesegera mungkin setelah penderita menjadi stabil, sesegera mungkin ditransfer ke rumah

sakit dengan fasilitas pelayanan kardiovaskuler yang lebih lengkap.

Terminologi pelayanan kardiovaskuler yang dimaksud dalam pelayanan

kegawatdaruratan kardiovaskuler juga mencakup kasus-kasus mengancam jiwa, seperti

obstruksi benda asing, tenggelam, tersengat listrik, trauma dan hipotermia. Pertolongan

juga mencakup neonatus dan pediatrik. Namun kebanyakan pada pediatrik atau neonatus,

penyakit primer bukan terletak pada jantung maupun otak.

B. BANTUAN HIDUP DASAR

Dalam melakukan pelayanan kegawatdaruratan, kita memperhatikan dua komponen

utama, yaitu komponen bantuan hidup jantung dasar serta komponen bantuan hidup

jantung lanjut sebagai pelengkap jika bantuan hidup jantung dasar berhasil dilakukan.

Bantuan jantung hidup dasar umumnya tidak menggunakan obat-obatan dan dapat

dilakukan dengan baik setelah melalui pelatihan singkat. Seiring dengan perkembangan

pengetahuan dibidang kedokteran, maka pedoman

bantuan jantung hidup dasar yang sekarang dilaksanakan telah mengalami


perbaikan dibandingkan dengan yang sebelumnya. Dalam bantuan hidup dasar ini,

terdapat beberapa perubahan sangat mendasar dan berbeda dengan panduan hidup

dasar yang telah dikenal sebelumnya seperti :

1. Pengenalan kondisi henti jantung mendadak segera berdasarkan penillaian respons

pasien dan tidak adanya nafas.

2. Perintah “look, listen and feel” dihilangkan dari lagoritma bantuan hidup dasar

3. Penekanan bantuan kompresi dada yang kontinu dalam melakukan

resusitasi jantung paru oleh tenaga yang tidak terlatih

4. Perubahan urutan pertolongan bantuan hidup dasar dengan mendahulukan kompresi

sebelum melakukan pertolongan bantuan nafas (CAB dibandingkan dengan ABC)

5. Resusitasi jantung paru (RJP) yang efektif dilakukan sampai didapatkan kembalinya

sirkulasi spontan atau penghentian upaya resusitasi

6. Peningkatan fokus metode untuk meningkatkan kualitas RJP yang baik

7. Penyederhanaan algoritme bantuan hidup dasar

Komponen yang harus dikuasai sebelum melakukan bantuan hidup jantung dasar

adalah pengetahuan untuk menillai keadaan pasien, teknik penilaian

pernafasan yang baik serta pemberian ventilasi bantuan yang baik dan benar, dilanjutkan

dengan teknik kompresi dada yang baik serta frekuensi yang adekuat, serta penggunaan

automated eksternal defibrilator jika memang tersedia. Selain komponen pengetahuan

serta tekhnik yang telah disebutkan diatas, para penolong pertama yang melakukan

bantuan hidup jantung dasar,

juga harus menguasai teknik mengeluarkan obstruksi jalan nafas karena sumbatan benda

asing.
Apabila kita dapat melakukan bantuan hidup jantung dasar dengan baik dan tepat,

maka kita dapat mengharapkan bahwa :

1. Henti jantung dapat dicegah dan transport dapat cepat dilaksanakan

2. Fungsi jantung paru dapat diperbaiki dengan menggunakan AED dan kompresi

3. Otak dapat dijaga dengan baik karena suplai darah ke otak dapat terpelihara selama

dilakukan bantuan sampai bantuan lanjutan tiba.

Dalam pelatihan ini, akan diajarkan bantuan hidup dasar menggunakan rekomendasi yang

dikeluarkan oleh American Heart Association tahun 2010 yang dikenal dengan mengambil

3 rantai pertama dari 5 rantai kelangsungan hidup.

C.RANTAI KELANGSUNGAN HIDUP

Berdasarkan pedoman terbaru yang direkomendasikan oleh AHA, rantai kelangsungan

hidup memiliki lima komponen utama yaitu :

1. Pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi sistem gawat darurat segera (early

access)

2. Resusitasi jantung paru segera ( Early CPR)

3. Defibrilasi segera ( Early Defibrilation)

4. Perawatan kardiovaskuler lanjutan yang efektif ( Effective ACLS)

5. Penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi ( Integrated post cardiac arrest

care)

Penelitian secara klinis dan epidemologis, membuktikan bahwa ketika rantai

kelangsungan hidup dilaksanakan secara efektif, maka peluang penderita yang mengalami

fibrilasi ventrikel yang disaksikan diluar rumah sakit untuk terselamatkan bisa sampai 50%.
Namun pelaksanaan sistem pelayanan gawat darurat segera pasien tidak sadarkan diri

baik diluar maupun di dalam rumah sakit sangat bergantung kepada kecepatan

pelaksanaan rantai kelangsungan hiudp yang saling terkait satu dengan lainnya secara

benar. Bila salah satu komponen tidak dilakukan secara benar, maka peluang keberhasilan

untuk menyelamatkan pasien mengalami penurunan.

Rantai pertama pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi sistem gawat darurat

segera

Pengenalan tanda-tanda kegawatan secara dini, seperti keluhan nyeri dada atau

kesulitan bernafas yang menyebabkan penderita mencari pertolongan atau penolong

menghubungi layanan gawat darurat memegang peranan awal yang penting dalam

rantai ini.

Apabila ditemukan kejadian henti jantung, maka lakukan hal sebagai berikut ;

1. Identifikasi kondisi penderita dan lakukan kontak ke sistem gawat darurat

2. Informasikan segera kondisi penderita sebelum melakukan RJP pada orang

dewasa atau sekitar satu menit setelah memberikan

pertolongan RJP pada bayi dan anak.

3. Penillaian cepat tanda-tanda potensial henti jantung

4. Identifikasi tanda henti jantung atau henti nafas

Rantai kedua resusitasi jantung paru segera

Kompresi dada dilakukan segera jika penderita mengalami keadaan henti

jantung dan atau henti nafas. Kompresi dada sendiri dilakukan dengan melakukan

tekanan dengan kekuatan penuh serta berirama di setengah bagian bawah dari

tulang dada. Tekanan ini dilakukan untuk mengalirkan darah serta menghantarkan

oksigen ke otak serta miokardium.


Pernafasan bantuan dilakukan setelah melakukan kompresi dada dengan cara

memberikan nafas dalam waktu satu detik serta mencukupi volume tidal dan

diberikan 2 kali setelah dilakukan 30 kompresi.

Untuk kasus trauma, tenggelam dan overdosis pada dewasa atau anak,

sebaiknya penolong melakukan bantuan RJP selama satu menit sebelum

menghubungi sistem gawat darurat.

Rantai ketiga defibrilasi segera

Defibrilasi sangat penting dalam memperbaiki angka kelangsungan hidup

pada penderita. Alat Automated external defibrilator (AED) jika digunakan oleh orang

yang terlatih dapat memperbaiki angka kelangsungan hidup di luar rumah sakit.

Waktu antara penderita kolaps dan dilaksanakan merupakan saat kritis. Angka

keberhasilan menurun sebanyak 7-10% dalam setiap menit keterlambatan

penggunaan defibrilator.

Rantai keempat perawatan kardiovaskuler lanjutan yang efektif

Pertolongan lebih lanjut oleh paramedis ditempat kejadian merupakan rantai

penting untuk keberhasilan manajemen henti jantung. Petugas ACLS membawa alat-

alat untuk membantu ventilasi, obat untuk mengkontrol aritmia dan stabilisasi

penderita untuk dirujuk kerumah sakit. ACLS memiliki 3 tujuan dalam penyelamatan

henti jantung :

1. Mencegah terjadinya henti jantung dengan memaksimalkan manajemen lanjut

jalan nafas, dan pemberian nafas dan pemberian obat-obatan.

2. Terapi pada penderita yang tidak berhasil dengan defibrilasi

3. Memberikan defibrilasi jika terjadi VF, mencegah fibrilasi berulang, dan

menstabilkan penderita setelah resusitasi


Rantai kelima penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi Dalam pedoman RJP

yang dikeluarkan oleh AHA tahun 2010 mulai memperkenalkan kepentingan

pelayanan sistematis dan penatalaksanaan multispesialistik bagi pasien setelah

mengalami kembalinya sirkulasi secara spontan (ROSC).

D. Interaksi sistem respirasi, jantung dan otak

Tujuan utama pertolongan gawat darurat kardiovaskuler untuk mempertahankan serta

memelihara, kalau mungkin mengebalikan pasokan oksigen secara normal ke organ tubuh

yang sangat membutuhkan oksigen seperti sel saraf, jantung, paru serta otak yang saling

berkaitan dan ketergantungan.

Jaringan paru yang merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida

menyediakan suplai oksigen kepada tubuh yang diangkut dengan menggunakan sel-sel

darah yang dipompakan ke seluruh tubuh oleh

jantung. Henti jantung serta henti nafas akan menyebabkan aliran oksigen ke otak

terputus.

E. Tinjauan Survei Bantuan Hidup Dasar

Survei bantuan hidup dasar berkembang seiring dengan kemajuan ilmu ilmu dan

teknologi kedokteran. Bantuan hidup dasar lebih menitikberatkan

pelaksanaan RJP dengan memompa secara cepat dan kuat sesegera baik oleh seorang

penolong atau lebih dan dilanjutkan dengan pemberian bantuan nafas dasar dan defibrilasi

segera.

Tujuan survei bantuan hidup dasar adalah berusaha memberikan bantuan sirkulasi

sistematik, beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai

didapatkan kembali sirkulasi sistematik secara spontan atau telah tiba bantuan dengan

peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan tindakan bantuan hidup jantung
lanjutan. Pelaksanaan survei bantuan hidup dasar sesegera dan seefektif mungkin

memperbesar peluang keberhasilan untuk selamat serta mengurangi gangguan

neurologis yang terjadi.

Survei bantuan ihdup dasar primer dilakukan baik untuk penderita yang mengalami

henti jantung mendadak atau tidak sadarkan diri yang kita saksikan atau datang kerumah

sakit sudah tidak sadarkan diri. Pertama-tama yang harus kita lakukan adalah memerikasa

respons penderita dengan memanggil penderita sambil menepuk-nepuk pundak atau

sambil menggoyangkan badan pasien yang bertujuan untuk mengetahui respons

kesadaran penderita (check responsiveness). Setelah kita yakin bahwa

penderita dalam keadaan tidak sadarkan diri, maka kita meminta bantuan orang lain untuk

menghubungi ambulans atau sistem gawat darurat atau rumah sakit terdekat untuk

meminta pertolongan bantuan datang dengan tambahan tenaga serta peralatan medis

yang lebih lengkap (call for help). Jikalau saat melakukan pertolongan kita hanya seorang

diri, setelah melakukan pemeriksaan respon kesadaran, penolong segera menghubungi

rumah sakit terdekat atau ambulans dan melakukan pertolongan awal kompresi dada

dengan cepat dan kuat dengan frekuensi 30 kali dan diselingi dengan pemberian nafas

bantuan 2 kai dalam satu detik setiap nafas bantuan per 30 kali kompresi sampai bantuan

datang.

Sebelum melakukan survei bantuan hidup dasar, kita harus memastikan

bahwa lingkungan sekitar penderita aman untuk melakukan pertolongan, dilanjutkan

dengan memeriksa kemampuan respon penderita, sambil meminta

pertolongan untuk mengaktifkan sistem gawat darurat dan menyediakan AED.

Sistematika survei bantuan hidup dasar primer saat ini sekarang lebih dipermudah,

yang memungkinkan orang yang tidak terlatih dapat melakukan


bantuan hidup dasar pertama secara baik. Urutan sistematis yang digunakan saat ini

adalah C-A-B. Perlu kita ingat, sebelum kita melakukan bantuan hidup dasar, kita harus

memastikan bahwa langkah yang kita kerjakan adalah langkah yang tepat dengan

melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Setelah dilakukan pemeriksaan (kesadaran,

sirkulasi, pernafasan, perlu tidaknya defibrilasi), kita harus menganalisis secara cepat dan

tepat sebelum melakukan tindakan yang diperlukan. Setiap langkah yang akan dilakukan

dimulai dati pemerikasaan, diikuti dengan tindakan.

F. PELAKSANAAN TINDAKAN RESUSITASI JANTUNG PARU

Tujuan utama pelaksanaan RJP adalah untuk mempertahankan kehidupan,

memperbaiki kesehatan, mengurangi penderitaan dan membatasi disabilitas tanpa

melupakan hak dan keputusan pribadi.

Dalam pelaksanaannya, keputusan untuk melakukan tindakan RJP seringkali hanya

diambil dalam hitungan detik oleh penolong yang mungkin tidak mengenal penderita yang

mengalami henti jantung atau tidak mengerti ada permintaan lebih lanjut. Ketika akan

melakukan pertolongan, penolong harus mengetahui dan memahami hak penderita serta

beberapa keadaan yang mengakibatkan RJP tidak perlu dilaksanakan, seperti :

1. Henti jantung terjadi dalam sarana atau fasilitas kesehatan

Pertolongan dapat tidak dilakukan bila :

a. Ada permintaan dari pasien atau keluarga inti yang berhak secara sah dan

ditandatangani oleh pasien atau keluarga pasien

b. Henti jantung terjadi pada penyakit dengan stadium akhir yang telah mendapat

pengobatan secara optimal


c. Pada neonatus atau bayi dengan kelainan yang memiliki angka mortalitas dini

tinggi sebagai contoh bayi sangat prematur, anensefali atau kelainan kromosom

seperti trisomi 13.

2. Henti jantung yang terjadi diluar sarana atau fasilitas kesehatan

a. Tanda-tanda klinis kematian yang irreversible seperti kaku mayat, lebam mayat

atau tanda-tanda pembusukan.

b. Upaya RJP dengan resiko membahayakan penolong

c. Penderita dengan trauma yang tidak bisa diselamatkan seperti hangus terbakar

3. Kapan menghentikan RJP

Ada beberapa alasan kuat bagi penolong untuk menghentikan RJP antara lain :

a. Penolong sudah melakukan bantuan hidup dasar dan lanjut secara optimal,

antara lain : RJP, membuka jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi menggunakan

bantuan jalan nafas tingkat lanjut serta sudah melakukan semua pengobatan

sesuai pedoman yang ada.

b. Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita terpapar

bahan beracun atau mengalami overdosis obat yang akan menghambat

susunan sistem saraf pusat

c. Kejadian henti jantung tidak disaksikan oleh penolong

d. Penolong sudah merekam melalui monitor adanya asistole yang menetap

selama 10 menit atau lebih

G. Teknik pelaksanaan survei primer bantuan hidup dasar

Tahapan pelaksanaan survei primer bantuan hidup dasar yang terbaru makin

disederhanakan dengan mengutamakan sirkulasi daripada pemberian


bantuan nafas, langkah-langkahnya terdiri dari CAB, yaitu :

a. Circulation (penillaian denyut nadi)

Penelitian yang telah dilakukan mengenai resusiyasi menunjukan

bahwa baik penolong awan maupun tenaga kesehatan kadang kala mengalami

kesulitan dalam melakukan pengecekan pulsasi arteri karotis. Kadang kala tenaga

kesehatan juga memerlukan waktu lama untuk memastikan adanya pulsasi pada

pasien tidak sadarkan diri. Sehingga untuk hal tertentu pengecekan pulsasi tidak

diperlukan seperti :

a. Penolong tidak perlu untuk memeriksa nadi dan langsung mengasumsikan

pasien menderita henti jantung jika penderita mengalami pingsan mendadak

atau penderita yang tidak berespon dan tidak bernafas atau bernafas tidak

normal.

b. Penillain pulsasi sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 10 detik, jika dalam waktu

10 detik atau lebih, penolong belum bisa meraba pulsasi arteri, maka kompresi

dada sudah harus dilakukan.

Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama

pada setengah bawah dinding sternum. Penekanan ini menciptakan aliran darah

yang akan melalui peningkatan tekanan intratorakal serta

penekanan langsung pada dinding jantung. Komponen yang perlu diperhatikan saat

melakukan kompresi dada :

a. Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi (minimal 100 x/

menit)

b. Untuk dewasa, berikan kompresi dengan kedalaman minimal 2 inchi


(5 cm)

c. Bayi dan anak, kompresi dengan kedalaman minimal sepertiga diameter dinding

anterior posterior dada atau bayi 4 cm (1,5 inchi) dan pada anak sekitar 5 cm (2

inchi)

d. Berikan kesempatan untuk dada mengembang kembali secara

sempurna setelah setiap kompresi.


e. Usahakan seminimal mungkin melakukan interupsi terhadap kompresi H.
BAB III

DESKRIPSI KEGIATAN

3.1 Nama Kegiatan

Nama kegiatan ini adalah “ IN HOUSE TRAINING BANTUAN HIDUP DASAR PADA

ORANG AWAM ”

3.2 Sasaran Kegiatan dan Kegiatan Umum

3.2.1 Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan ini adalah Seluruh Petugas Klinik Pratama Korem

031/WB, pembantu orang sakit (POS), cleaning service serta petugas

keamanan.

3.2.2 Kegiatan Umum

Kegiatan ini merupakan salah satu program Tim PMKP berupa In House

Training selama 1hari dengan Nama kegiatan ini adalah “ IN HOUSE

TRAINING BANTUAN HIDUP DASAR PADA ORANG AWAM ”. Kegiatan ini

dapat membantu meningkatkan wawasan akan proses bantuan hidup dasar

pada kasus kegawatdaruratan.

3.3 Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Menyesuaikan

Tempat : Klinik Pratama Korem 031/WB (menyesuaikan)

Pukul : 08.00-14.00 WIB


3.4 Pembicara

Materi akan disampaikan dalam 1sesi (bagian) oleh pembicara yaitu ………

3.5 Susunan Kepanitiaan

Untuk pelaksanaan kegiatan, susunan panitia dibentuk oleh instansi yang

menyelenggarakan.

3.6 Anggaran Dana

Tergantung dari institusi penyelenggara.

3.7 Susunan Acara

Terlampir
BAB IV

PENUTUP

Demikian proposal kegiatan ini disusun untuk memberikan gambaran kegiatan yang

akan dilaksanakan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan ini. Segala

bentuk bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak bukan hanya sebatas penantian dan

pengharapan saja, tetapi dapat diwujudkan secara nyata dan konsisten.

Tercapainya harapan kami tidak terlepas dari ketulusan niat dan usaha serta yang

utama adalah doa atas keridhoan Tuhan Yang Maha Esa yang selalu membimbing dan

memudahkan segala urusan yang direncanakan. Kami selaku pengusul mengucapkan terima

kasih atas perhatian dan kerja sama semua pihak dalam rencana menyukseskan kegiatan ini.

Akhir kata, kami memohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan dalam pembuatan

proposal kegiatan In House Training ini.

Hormat kami, Pemohon

dr. Rani Oktasari


Lampiran 1

Berikut adalah rincian untuk pengadaan keperluan yang berhubungan dengan kegiatan In

House Training . Keperluan tersebut disediakan oleh pihak panitia (bisa disesuaikan dengan

kebutuhan setempat).

1. Pengadaan modul pelatihan Bantuan Hidup Dasar photo copy. Jumlah modul

disesuaikan dengan jumlah peserta In House Training .

2. Peminjaman Phantom sebagai alat praktek BHD

3. ATK untuk kegiatan In House Training BHD dengan jumlah disesuaikan dengan

jumlah perserta In House Training


Lampiran 2

SUSUNAN ACARA In House Training Bantuan Hidup Dasar

Jam kegiatan
08.00-08.30 Register peserta
08.30-09.00 Pembukaan dan sambutan
1. Sambutan ketua pelaksana
2. Sambutan Ketua Tim
3. Sambutan Kepala Klinik Pratama Korem 031/WB
09.00-09.30 Coffee break
09.30-Selesai 1. Materi Inhouse training
2. Tanya jawab
3. Praktek BHD
4. Penutupan

Anda mungkin juga menyukai