Anda di halaman 1dari 15

KEPUTUSAN DIREKTUR RSU AT MEDIKA PALOPO

Nomor : 039/SKEP/RSUATM/PLP/I/2022
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN BANTUAN HIDUP DASAR PEGAWAI RSU AT MEDIKA
DIREKTUR RSU AT MEDIKA PALOPO

Menimbang : a. Bahwa dengan semakin bertambah mujanya ilmu pengetahuan


dan tehnologi dalam bidang kesehatan, maka rumah sakit perlu
mengantisipasi haltersebut melalui peningkatan mutu pelayaran
dan profesionalisme pelayanan kesehatan yaitu pemberlakuan
panduan BHD.
b. Bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit,
maka perlu menetapkan kebijakan tentang pelayanan BHD di
rumah sakit sebagai pedoman bagi pegawai dalam melaksanakan
pelayanan kepada masyarakat yang ditetapkan dalam keputusan
direktur.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 200 tentang Kesehatan;


2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 200 tentang Rumah Sakit;
3. Penturan Menteri Kesehatan RI Nomor 340/MENKES/PER/III/201
Tentang Klasifikasi Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/MENKES/PER/1/201
Tentang Perijinan Rumah Sakit;
5. Surat Keputusan Direktur RSU AT MEDIKA Palopo Nomor
583/RSIA/X/2018

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
PERTAMA : Keputusan Direktur RSU AT MEDIKA Palopo tentang kebijakan Bantuan
Hidup Dasar di RSU AT MEDIKA Palopo.
KEDUA : Tindakan pertolongan medis sederhana yang dilakukan pada penderita
yang mengalami henti jantung sebelum diberikan tindakan pertolongan
lanjutan.
KETIGA : Setiap penderia emergensi harus dilakukan asesmen sistem sirkulasi
pernafasan dan jalan nafas untuk memastikan kebutuhan tindakan
resusitasi.
KEEMPAT : Pembinaan dan pengawasan pelayanan Bantuan Hidup Dasar di RSU AT
MEDIKA Palopo dilakukan oleh Kepala Bagian Medis.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaika
sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : PALOPO
PADA TANGGAL : 03 Januari 2022
DIREKTUR

dr. Anton Yahya, M.Kes

Tembusan:
1. Pembina Yayasan AT MEDIKA
2. Ketua Yayasan AT MEDIKA
3. WaDir Medis RSU AT MEDIKA
4. WaDir ADM dan Umum RSU AT MEDIKA
5. Kabag. Administrasi Umum dan AT MEDIKA
6. Kabag. Keuangan RSU AT MEDIKA
7. Kasubag. Personalia, Rekrutmen dan Pelatihan RSU AT MEDIKA
8. Masing – Masing Koordinator RSU AT MEDIKA
9. pertinggal

lampiran : Surat Keputusan Direktur RSU AT MEDIKA


Nomor : Nomor : 039/SKEP/RSUATM/PLP/I/2022
Tentang : Kebijakan direktur rumah sakit umum AT MEDIKA tentang program Pelatihan
BHD pegawai rumah sakit umum AT MEDIKA.
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR :
TANGGAL :

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN


a. Latar belakang
Cidera merupakan salah satu penyebab kematian, Pada tahun 1993, 2 juta
kematian dan 312 juta orang mengalami cedera di seluruh dunia. Pada tahun
200 kematian akan mencapai 3,8 juta dan pada tahun 2012 diperkirakan
cedera/trauma akan menyebabkan kematian ketiga atau kedua untuk semua
kelompok umur.
Seiring dengan perkiraan peningkatan kejadian trauma di dunia dan
pentingnya tindakan bantuan hidup dasar pada pasien trauma maka setiap
orang seharusnya terlatih dalam pemberian pertolongan pertama atau
bantuan hidup dasar, termasuk kalangan medis.
b. Pengertian.
Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan
nafas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa
menggunakan alat bantu Tujuan bantuan hidap dasar adalah oksigenasi
darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui
ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat
menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal, Tindakan
bantuan hidup dasar sangat penting pada pasien trauma terutama pada
pasien dengan henti jantang yang tiga perempat kasusnya terjadi diluar
Rumah Sakit.

B. TUJUAN PEDOMAN
a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi
b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban
yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui Bantuan Hidup Dasar.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP PELAYANAN


a. Instalasi Gawat Darurat
b. Semua Instalasi Rawat Inap

BAB III
TATA LAKSANA

A. BATASAN OPERASIONAL
Bantuan Hidup Dasar salah layanan kesehatan dasar yang dilakukan
terhadap penderita yang menderita penyakit yang mengancam jiwa sampai
penderita tersebut mendapat pelayanan kesehatan secara paripurna.
Tindakan Bantuan Hidup Dasar secara garis besar dikondisikan untuk
keadaan di luar Rumah Sakit tanpa menggunakan peralatan media.
Sedangkan apabila pasien yang datang ke Ramah Sakit dalam kondisi belum
mendapatkan pertolongan, maka BHD ini juga perlu kita lakukan Komponen
yang harus dikuasai dalam melakukan BHD adalah kondisi henti jantung
mendadak segera berdasarkan penilaian respon penderita dan tidak adanya
napas, teknik pemberian ventilasi buatan yang baik dan benar, dilanjutkan
dengan teknik kompresi yang adekuat serta penggunaan AED jika tersedia,
serta menguasai teknik mengeluarkan benda asing pada obstruksi jalan
napas.
A. INDIKASI
1. Hens Napas
Henti Napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran
udara pernapasan dari korban atau pasien, henti napas merupakan
kasus yang harus dilakukan tindakan Dan Hidup Dasar.
Henti napas dapat terjadi pada keadaan:
a. Tenggelam
b. Stroke
c. Obstruksi jalan nafas
d. Epiglotitis
e. Overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infrak miokard
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah
untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan
darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan
bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap
hidup dan mencegah henti jantung.
2. Henti Jantung
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti
sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan
organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-
sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat
medi yang bertujuan:
a. Mencegah berhentinya sirkulas atau berhentinya respirasi.
b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dan
korban yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui
Resusitasi Jantung Paru.
Resusitasi Jantang Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu
a. Survei Primer, yang dapat dilakukan oleh setiap orang.
b. Survei Sekunder, yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis
dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei
primer.
B. SURVEI PRIMER
Dalam survey primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi
serta defibrilasi. Untuk dapat mengingatkan dengan mudah tindakan survei
primer dirumuskan dengan abjad A,B,C, dan D, yaitu:
a. Airway (jalan napas)
b. Breating (bantuan napas)
c. Circulation (bantun xickulasi)
d. Defibrilation (terapi listrik)
A. AIRWAY
Sebelum melakukan tahapan A(airway), harus terlebih dahulu dilakukan
prosedur awal pada korban/pasien, yaitu:
1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong
2. Memastikan kesadaran dari korban/pasien Untuk memastikan korban
dalam keadaan sadar atau tidak, penolong harus melakukan upaya agar
dapat memastikan kesadaran korban/pasien, dapat dengan cara
menyentuh atau menggoyangkan bahu korban / pasien dengan lembut
dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil
memanggil namanya atau Pak !!/Bu !!/Mas !!/ Mbak!!!
3. Meminta pertolongan.
Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan,
segera minta bantuan dengan cara berteriak Tolong !!! untuk mengaktifkan
sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.
4. Memperbaiki posisi korban/pasien
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban/pasien hurus dalam
posisi torlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika
korban. ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi
korban ke posisi telendang Ingat pendong hanis mesohalikkan Korban
sebagai au kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara
bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus dipertahankan
pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan
diletakkan di samping tubuh.
5. Mengatur posisi penolong.
Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan
bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau
menggerakan lutut.
Setelah seles melakukan prosedur dan, kenan dan denga melakukan
tindakan:
1. Pemeriksaan jalan
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui aita tidaknya stimdan jalan
mapas olch bends asing Jiks terdapat sumbatan harus dibersihkan
dahulu, kales scan dapat diberikan dengan jari burjuk atau jari tengah
yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan olch bonds
koras dap dikorek dengan menggakan jari tehanjuk yang
dibengkokkan, Malt dapat dibuka dengan tchek Cross Finger, dimana
ibu jari k herlewatan dengan jari telunjuk pada mulut korban:
2. Membuka jalan napas
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing,
biasa pada korban tidak sadar mas tut menghilang, maka lidah dan
epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu penyebab
sumbatan jalan napas Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat
dilakukan dengan cara tengadah kepala topang dagu (Head tilt chin lift)
dan Manuver Pendorongan Mandibula Teknik menibuka jalan napas
yang direkomendasikan untuk orang kwam dan petugas kesehatan
adalali temadali kepala topang dagu, namun demikian petugas
kesehatan harus dapat melaksikan manuver lainnya.
B. BREATHING
Terdiri dari 2 tahap :
1. Memastikan korban/pasien tidak bernapas
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar
bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban pasien. Untuk
itu penolong furus mendekatkan telinga di atas malut dan hidung
korban / pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap
terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi Idetik.
2. Memberikan bantuan napas
Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukan
melalai mulut ke mulut, mulus ke hidung atau malot ke stoma
(lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan
hembusan napas sebanyak 2 kali hemba, waktu yang dibutuhkan
untuk tiap kali hembusan adalah 1,51 detik dan volume udara yang
dihembuskan adalah 40-50ml (1ml) atau sampai dada
korban/pasien terlihat mengembang.
Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan
menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup.
Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 161776 Penolong
juga harus memperhatikan respon duri kochan/patsien setelah
diberikan bantuan tapas,
Cars memberikan bantuan pernapasan:
a. Mulut kemulut
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan
cara yang ceput dan efektif untuk memberikan adara ke
parupana khan/pasion Pada saat dilakukan hembusan napas
dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam
terlebih dahulu dan mislut penilong harus dapat manutup
seluruhnya malat korban dapat bak apr tidak taja kebocoran
saatmenghembuskan napasdan jagapenolong harus memp
Jubang hidung kurban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk
untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume
udara yang diberikan pada kebanyakan orang dewasa adalah
40- 50ml (m/k).
Volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang terlalu
cepat dapat minychabkan udara memaki lambung sehingga
terjad distensi lambung.
b. Mulut kehidung
Teknik ini direkomendaskan jika usaha ventilani dari mulut
korban tidak memungkinkan, misalnya pada Trisms atas dimana
muut korhan mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika
melalui mulut kehidung. penolong harus menutup mulut
korban/pasien.
c. Malut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai Jubing (sma)
yang mengungkan rakhea langsung ke kolt. Bila pasim
mengalami kosulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi
dari mulat ke stoma.
C. CIRCULATION
Terdiri dari 2 talagan
1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban/pain
Ada tidaknya denyut jantung kobas paun dapat ditentukan dengan
merabarteri karotis didaerah leber korban /pasien, dengan dua atau
tifa jari tangan jari telanjak dan tengah) penolong dapat meraba
pertengahan leber sehingga teraba trakhea, kemadian kedua jan
digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kirakira 12 cm, raha dengan
lembut selama 51 detik.
Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa
pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah kepala
topang dagu untuk menila pemaparan korban / pasien. Jika tidak
bemapas lakukan hantin pernapasan, dan jika bernapas
pertahankan jalan tapas.
2. Melakukan bantian sirkulasi Jika telah dipastikan tidak ada denyut
jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan sirkulasi atau yang
disebut dengan kompresi jantang luar, dilakukan dengan teknik
sebagai berikut:
 Dengan jari telunjuk dan jan tengah penolong menelusuri lang
iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada Isimt
Dari pertemuan sulang iga (halang stem) ng 2 I jari ke atas
Daerah tersebut merupakan meletakkan tangan penolong
dalam memberikan bantuan sirkulasi.
 Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan car telapak
tangan diatas eluk tangan yang my dajanja langan menyuh
dinding dada korban pasien, jari-jari campus daque dilaraskan
menyilang Dengan posisi hal sepak las ping menekan dinding
dada korban dengan temaga dan berat badanys dinding
dadak/pssen, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
 Dengan posisi hadan tegak lurus, penolong menekan dinding
data kali dengan kedalaman penekanan berkar antars 13-3
(3.5-5 dhikan nogg Lachill be po soms setiap kali melakukan
kimpresi dada.
 Tangan tidak boleh lepas dan perkam dada dan acas merubah
pos tangan pada saat melepaskan kompresi.
 Rasio humurkulasi dan pemberian napus adalah 30 2 dilakuka
baik oleh atau 2 penalong jika korban tidak terda kecepatan
kompani adalah 100 kal pemot (dilakukan 4 vid permesi),
kkmadan dinilai apakah perhe dilakukan sk berkarya atau
tidak.
D. DEFIBRILASI
Defibrilation was dalam bahasa Indonesi dirjemahkan dengan istilah
defibrilani adalah satu tempi dengan memberkan energi Istik Hal ini
dilakukan jik pestyehub hendi jattung adalah kelainan irama jang yang
disebut dengan Fibrila Verket Dimasa sekarang ini sudah tersedia alat
uk defibrilast yang dapat digunakan oleh orang yang didut Automatic
External Defibrilatan, dimana alat tu dapat getal korban hati jantung ini
harus dilakukan defitlase atau tidak, jika perlu dilakukan defibelasi alat
tersebut dapat memberikan tanda kepada pemotong untuk melakukan
defibrilai aca madangkan bu apus dan bantuan sirkulasi saja.
MELAKUKAN BHD 1 DAN 2 PENOLONG
Orang awam hanya mempelajari cara melakukan HD pelong Teknik HD yang
dilakukan oleh 2 penolong menyebabkan kebingungan koordinas HD i
periclong p orang swam lebih efektif mempertahankan sirkulasi dan ventilasi
yang adekuat terap kokumaya akan menyebabkan plong copat lelah penolong
lapt mengikuti urutan schagai berikut
1. Pian korban
Tentukan kesadaran korban pasien (sentuh dan goyangkan korban dengan
lebit dan mantap), jika tidak sadar, maka
 Minta pertolongan serta aktifkan sistem emergin
Jalan napas (AIRW43)
- Posisikan korban pasien
- Buka jalan napas dengan mave ngadah kepala-topang dag
Permapasan (BREATHING)
Nilal pernapasan untuk melihat ada tidaknys pernapasan dan adekuat
atau tidak pernapasan korban/pasien.
 Jika kurban/pasien dewasa tidak salar dengan napas spontan, serta
tidak adanya trama leher (trauma talang belakang) posisikan korban
pada posisi mantap (Recovery position), dengan tetap menjaga jalan
napas tetap terbuka.
 Jika korban/pasien dewasa tidak sadar dan tidak bernapas, lakukan
bantuan napas Di Amerika Serikat dan dinegara lainnya dilakukan
bantuan nagasawal sebanyak 2 kali, sedangkan di Eropa, Australia,
New Zealand diberikan 5 kal Ja pemberian napas awal terdapat
kesulitan, dapat dicoba dengan membetulkan ponat kepala korban /
patien, atau ternyata tidak bisa juga maka di lakukan :
1. Untuk orang awan dapat dilanjutkan dengan kompresi dada
sebanyak 30 kali dan 2 kali ventilasi, setiap kali mombuka jalan
napas untuk menghembuskan napas, sambil mencari benda yang
menyumbat di jalan napas, jika terlihat usahakan dikeluarkan.
2. Untuk petugas kesehatan yang telah dilakukan manajemen obstruk
jalan mapas oleh benda asing.
3. Pastikan dada pasien mengembang pada saat di berikan bantuan
pernapasan.
4. Setelah memberikan napas 5-10 kali (1 menit), te kembali tanda-
tande adanya sirkulasi dengan meraba arteri kastis, bila nadi ada
ank mapas, jika tidak bernapas lanjutkan kembali bantuan napa

Sirkulasi (CIRCULATION)
Perika tanda-tanda adanya sirkulasi setelah memberikan 2 kali bantuan
pernapasan dengan cara Melihat ada tidaknya pernapasan spontan,
batuk atau pergerakan. Untuk petugas kesehatan terlatih hendaknya
memeriksa denyut nadi pada arteri Karotis.
 Jika ada tanda-tanda sirkulasi, dan ada denyut nadi tidak
dilakukan kompresi dada hanya menilai pernapasan
korban/pasien (ada atau tidak ada pernapasan)
 Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, denyut nadi tidak ada
kompresi dada :
1. Letakkan telapak tangan pada posisi yang benar
2. Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali dengan kecepatan
100 kali per menit
3. Buka jalan napas dan berikan 2 kali bantuan pernapasan.
4. Letakkan kembali telapak tangan pada posisi yang tepat dan
mulai kembali kumpresi 30 kali dengan kecepatan 100 kali per
menit.

2. Penilaian Ulang
Sesudah 5 sildus ventilati dan kompresi (Menit) kematian korban
dievaluasi kembali.
1. Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan
napas dengan rasion 30: 2.
2. Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada
posisi mantap
3. Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas
sebanyak 8-10 kali permenit dan monitor nadi setiap saat.
BAB IV
DOKUMENTASI

RUMAH SAKIT UMUM AT


MEDIKA
KOTA PALOPO No: No. Revisi Halaman
Jalan Andi Djemma No. 06 Palopo
91921
Telepon : (0471) 21596 Faksimile :
(0471) 23008-326077

STANDAR PROSEDUR Tanggal DITETAPKAN


OPRASIONAL Terbit
DIREKTUR RUMAH SAKIT AT
MEDIKA PALOPO

dr. Anton Yahya, M.Kes

PENGERTIAN  BHD adalah usaha yang


dilakukan umak memperhatikan
kehidupan pada saat penderita
mengalami keadaat yang
mengancam nyawa
 BHD adalah sangkan tindakan
yang diawali dari ek respon
kesadaran, cek jalan nafas das
memberi hantaan nafas sampai
dengan.

TUJUAN  Mencegah terjadinya kematian


biologis.
 Untuk menjaga potensi jalan
nafas secara no invasit
 Dapat mendan ventila
 Dapat membantu sirkulasi
 Memberikan kelangangan
harapan hidup pada penderita
dalam kondisi gawat darurat
KEBIJAKAN Sk Direktur

PROSEDUR 1. Cek kesadaran


2. Aksifkan system emergency
3. Buka jalan nafas, cek jalan
nafas
4 Bila nafas (4), pertahankan
posisi obeava pernafasan
5. Bila nafas (-), berikan Ventilasi
2x, vesilasi sampai dada
mengembang
6. Bila reaksi (-), cek radi (selama
10 detik)
7. Bila nad (f), berikan satu kali
pemata setiap 5-6 detik dan cek
nadi sellap 2 menit
8. Bila nadi (-1 lakukan 100h/mmit
cek nadi setiap 2 menit sekali (5
siklus)

UNIT KERJA IGD

Anda mungkin juga menyukai