ORIENTASI UMUM
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam pelayan Rumah Sakit, tentu ada pertanyaan. “Bagaimana
rumah sakit memberikan pelayan optimal dengan memanfaatkan dan
memberdayakan SDM nya?” Sumber daya manusia di Rumah Sakit
Hermina Samarinda sendiri sangatlah banyak memiliki tenaga para
ahli yang berkerja sesuai dengan kompetensi nya dan kualifikasi
pendidikan nya, bukan hanya dibekali dengan fasilitas yang
memadai, RSU Hermina bahkan memberikan pendidikan dan
pelatihan pada karyawan serta memberikan pendidikan orientasi
karyawan baru guna dalam meningkatkan pelayanan mutu dan
kepuasan pada pelanggang penerima jasa pelayanan
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
pengetahuan umum dan khusus mengenai orientasi karyawan baru
di RSU Hermina Samarinda
b. Tujuan Khusus
1) Peserta Orientasi Karyawan Umum dapat mengetahui
mengenai hal dasar informasi mengenai RSU Hermina
Samarinda
2) Peserta Orientasi Karyawan Umum diharapkan dapat
menerapkan ilmu pegetahuan yang di dapat dalam proses
bekerja
3. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dari diklat Orientasi Karyawan umum adalah
seluruh karyawan baru yang belum pernah mengikuti orientasi
karyawan umum
B. SASARAN
1. Hasil Pelaksanaan Diklat
a. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Orientasi Karyawan umum dilaksanakan pada hari seni
pada tanggal 24 Juli 2023, di ruangan pembelajaran Rumah Sakit
Hermina Samarinda.
b. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Pembelajaran
A. Bantuan Hidup Dasar
Latar Belakang Kegawatdaruratan merupakan suatu kejadian yang
tiba-tiba menuntut tindakan segera yang mungkin karena epidemi, kejadian
alam, untuk bencana teknologi, perselisihan atau kejadian yang disebabkan
oleh manusia (WHO, 2012 dalam Putri dkk, 2019). Kondisi gawat darurat
dapat terjadi akibat dari trauma atau non trauma yang mengakibatkan henti
nafas, henti jantung, kerusakan organ dan atau perdarahan. Kegawatdaruratan
bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja, biasanya berlangsung secara
cepat dan tiba-tiba sehingga tak seorangpun dapat memprediksikan.
Oleh sebab itu, pelayanan kedaruratan medik yang tepat dan segera
sangat dibutuhkan agar kondisi kegawatdaruratan dapat diatasi. Dengan
pemahaman yang utuh tentang konsep dasar gawat darurat, maka angka
kematian dan kecacatan dapat ditekan serendah mungkin. Salah satu tugas
petugas kesehatan adalah menangani masalah kegawatdaruratan. Walaupun
begitu tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan tersebut dapat
terjadi di luar rumah sakit atau di daerah yang sulit dijangkau oleh petugas
kesehatan sehingga peran serta masyarakat menjadi hal penting yang
dibutuhkan dalam kondisi tersebut yaitu membantu korban sebelum
ditemukan oleh petugas kesehatan (Sudiharto & Sartono, 2011 dalam
Ngirarung dkk, 2017).
Maka dari itu, sudah semestinya masyarakat kalangan apapun mampu
berperan serta dalam menangani kondisi 2 kegawatdaruratan. Berdasarkan
penelitian, BLS akan memberikan hasil yang baik jika dilakukan dalam waktu
5 menit pertama saat korban mengalami henti jantung dan henti nafas.
Tindakan bantuan hidup dasar secara definisi merupakan layanan yang
dilakukan terhadap korban yang mengancam jiwa sampai korban tersebut
mendapat pelayanan kesehatan yang paripurna.
Basic Life Support (BLS) adalah suatu tindakan pada saat pasien
ditemukan dalam keadaan tiba-tiba tidak bergerak, tidak sadar, atau tidak
bernafas, maka periksa respon pasien. Bila pasien tidak merespon, aktifkan
sistem darurat dan lakukan tindakan bantuan hidup dasar. Pada kasus henti
jantung, bantuan hidup dasar yang dilakukan adalah Cardio Pulmonary
Resusitation (CPR) atau yang biasa disebut Resusitasi Jantung Paru (RJP)
yaitu sekumpulan intervensi yang bertujuan untuk mengembalikan dan
mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas.
Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas.
Bantuan Hidup Dasar dalam hal ini yaitu tindakan Resusitasi Jantung Paru
(RJP) merupakan penentu penting dalam kelangsungan hidup korban henti
jantung. Hal ini berarti membutuhkan peningkatan jumlah bystander BHD di
lingkungan masyarakat.
1. Cardiac Arrest (henti jantung) ditandai dengan :
a. Jantung Kehilangan fungsi secara mendadak, dengan ditandai
hilangnya pulsasi arteri perifer mayor (karotis, radialis, femoralis)
b. Penyebab tersering Ventrikel Fibrilasi (gambaran lain Asistol,
Ventrikel Takikardia, dan Pulseles Electrical Activity/PEA)
c. CPR dan DC 3-5 menit setelah henti jantung meningkatkan harapan
hidup 49-75%
d. Setiap menit tanpa CPR menurunkan harapan hidup 7-10%
2. Bantuan hidup dasar bertujuan untuk memberikan bantuan sirkulasi
sistemik, mengalirkan darah yang mengandung oksigen ke organ vital
terutama ke jantung, serta mengurangi gangguan neurologis secara efektif
sampai kembali sirkulasi sistemik spontan atau datang bantuan ahli dg
peralatan yg lebih lengkap.
3. Langkah – langkah dalam memberikan bantuan hidup dasar :
a. Aman diri, aman lingkungan, dan aman pasien
b. Mengenali kejadian henti jantung
2) Pasien
tidak
respon ??
??
Panggil bantuan, aktifkan Code Blue
123, ambil AED jika tersedia
Jika denyut nadi korban tidak teraba, Henti jantung maka lakukan RJP
3) Lakukan kontinyu
Sedangkan adapun kewajiban pasien yang harus harus ditaati antara lain :
1. Mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya;
3. Memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang
diderita kepada dokter yang merawat;
4. Melunasi/memberikan imbalan jasa atas pelayanan rumah sakit/dokter;
5. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
Standar Hak Pasien dan Keterlibatan Keluarga berfokus pada, pemberian informasi
mengenai hak pasien serta permintaan persetujuan pasien, tata tertib dan peraturan
yang berlaku, memperoleh layanan kesehatan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi, bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
Mendapatkan informasi mengenai, diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di RS. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan,
memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah
Sakit. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya, didampingi keluarga-nya dalam keadaan kritis, menjalankan ibadah
sesuai agama atau kepercayaan, menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak
sesuai dengan agama dan kepercayaan.
C. PEDOMAN KODE ETIK (CODE OF CONDUCT)
Medikaloka Hermina, Tbk. yang selanjutnya disebut “Perusahaan”
menyadari akan pentingnya arti implementasi Good Corporate Governance
(GCG) sebagai salah satu alat untuk meningkatkan nilai dan pertumbuhan
bisnis jangka panjang secara berkesinambungan bagi Pemegang Saham
(shareholder) dan Pemangku Kepentingan (stakeholders). Oleh karenanya
Perusahaan berkomitmen mengimplementasikan GCG secara konsisten
dengan menerapkan Pedoman Kode Etik (Code of Conduct).
1) Pelayanan Penunjang
Instalasi Farmasi
Lab. Patologi Klinik & Patologi Anatomi
Instalasi Radiologi
2) Pelayanan Tindakan
Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam
Pelayanan Kamar Bersalin
Pelayanan Kamar Operasi
Pelayanan Intensif (NICU/PICU/ICU)
3) Pelayanan Lainnya
USG 2D, 3D/4D
Echocardiography
Rehab Medik & KTK
Spirometri
CT SCAN
Panoramic
Audiometri
Treadmill
Rontgen X-Ray
Dll
4) Produk unggulan RSU Hermina
Rehabilitasi medik dan KTK
Fisioterapi
Gigi spesialistik
Usg 3D dan 4D
Perina/Nicu
Pelayan spesialis atau subspesialis