Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sinkop atau pingsan merupakan duduk perkara (masalah) yang tidak terlalu
berbahaya, tetapi pada sejumlah kasus yang bersangkutan menggunakan persoalan
kardiovaskuler yang mendasar serta memicu kematian secara mendadak. Jenis-
jenis sinkop antara lain yaitu sinkop vaskuler, sinkop kardiak, sinkop neurologis atau
serebvaskuler, sinkop metabolic dan sinkop situasional (Tobing 2019). Gejala awal
yang dialami sebelum mengalami sinkop atau pingsan adalah pusing, pengelihatan
kabur, perasaan seperti melayang, telinga berdeging, dan sensasi terbakar, sesak
nafas, kulit pucat da dingin kemudian pengelihatan menjadi kabur dan akan terjatuh
atau tergeletak. Kematian dapat terjadi akibat dari trauma gantung Ketika seseorang
tidak dapat memposisikan diri menjadi ke posisi hampit horizontal (Ricky, 2021)
Kejadian sinkop atau pingsan pada siswa di sekolah bisa terjadi sewaktu-waktu,
oleh karena itu sebaiknya siswa mampu menguasai penatalaksanaan melalui
pertolongan pertama. Berdasarkan penelitian European Society of Cardiologi (ESC,
2018), tepatnya di Amerika diperkirakan 3% pasien yang datang ke unit gawat
darurat disebabkan oleh sinkop atau pingsan serta 6% alasan seseorang masuk
rumah sakit. Diperkirakan frekuensi dalam 3 tahun belakangan 34% sinkop atau
pingsan rentan terjadi pada remaja yang beranjak dewasa, peristiwa sinkop atau
pingsan akan sering terjadi seiring bertambah nya usia. Zenit atau puncak
prevelensi terjadinya sinkop atau pingsan terjadi pada usia remaja 15-19 tahun yaitu
pada waktu usia sekolah. Sinkop atau pingsan dominan terjadi pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki kejadian sinkop atau pingsan 3% pada laki-laki dan
3,5% pada Wanita. Peristiwa sinkop atau pingsan terjadi 6,2/1000 pertahun. Catatan
kunjungan pasien sinkop atau pingsan yang di lakukan pada sebuah klinik rawat
jalan kardiologi menemukan prevalensi angka yang terjadi atas peristia sinkop atau
pingsan sebesar 9%. Jumlah kejadian sinkop atau pingsan pada anak berusia 5-14
tahun sebesar 4,14%, usia 15-44 tahun sebesar 44,8%,usia 45-64 tahun sebesar
31% serta usia yang sudah semakin tua 65 tahun keatas usia keatas menggunakan
prevalensi 20%. (Alimurdialis 2010 dalam mokagow, dkk 2020).
Di Tehran, dilihat dari data di klinik kardiologi rawat jalan dengan tinjauan catatan
pemeriksaan pasien yang datang untuk dirawat dari bulan maret hingga bulan
September 2007, tingkat kejadian sinkop atau pingsan keseluruhan ditemukan 9%.
Prevalensi spesifik angka usia tersebut adalah 4,14% pada usia 5-14 tahun, 31%
pada usia 15-44 tahun, 20-25% pada usia 65 tahun ke atas. (Sitorus & Girsang
2020)
Hasil penelitian (Sitorus & Girsang 2020) yang dilakukan di SMA Negeri 1 Deli
Tua didapatkan bahwa yang mampu melakukan pertolongan pertama pada siswa
yang mengalami sinkop hanya 2 orang. Berdasarkan studi pendahulan pada tanggal
09 November 2022 yang dilakukan dengan wawancara di SMA Negeri 1 Tigalingga
terhadap 10 orang siswa/i tentang kejadian sinkop atau pingsan dan penanganan
yang dapat di lakukan didapatkan bahwa tidak ada siswa yang tahu bagaimana cara
penanganan sinkop atau pingsan yang baik dan benar. Di studi pendahuluan ini juga
didaptkan bahwa di SMA Negeri 1Tigalingga sering terjadi sinkop atau pingsan pada
saat upacara penaikan bendera setiap hari senin maupun upcara hari hari besar
lainnya, biasanya pada upacara terdapat 2-5 siswa/i yang mengalami sinkop atau
pingsan.
Sinkop atau pingsan pada umumnya terjadi secara tiba-tiba. Sinkop dapat
diakibatkan karena seseorang terlalu lama berada dibawah sinar matahari. Gejala
ringan yang biasa terjadi pada seseorang yang mengalami sinkop ialah, kelelahan,
sakit kepala atau pusing, haus, sesak nafas. Sinkop juga bisa disebabkan panyakit
lain atau penyakit dalam yaitu emosi atau keterkejutan, juga karena penyakit kronis
lainnya. Sinkop atau pingsan biasanya terjadi dikalangan siswa remaja yang rutin
melakukan upacara penaikan bendera pada hari senin sepreti SD, SMP, dan SMA.
Pada penjelasan di atas telah di terangkan bahwa sinkop atau pingsan banyak
terjadi karna seseorang terlalu lama berada di bawah paparan sinar matahari oleh
sebab itu diperlukan pembekalan bagi setiap siswa untuk dapat menangi kasus
sinkop pada siswa lainnya. (Sukarta, 2008 dalam Tobing 2019).
Studi pendahauluan yang dilakukan melalui wawancara pada guru dan siswa
SMA Negeri 1 Tiga Lingga bahwa setiap upacara penaikan bendera hari senin ada
kurang lebih 100 orang siswa yang mengalami sinkop atau pingsan dalam enam
bulan dari Mei 2022 sampai November 2022. Informasi yang di dapat dari guru dan
siswa penyebab siswa mengalami sinkop atau pingsan antara lain siswa yang terlalu
lama terpapar sinar matahari saat upacara penaikan bendera setiap hari senin,
siswa belum sarapan saat berangkat ke sekolah, siswa mempunyai penyakit
kardiovascular (jantung lemah).
Dari hasil wawancara dengan guru Pembina UKS ada beberapa orang siswa
yang di tugaskan untuk menangani siswa yang mengalami sinkop atau pingsan di
sekolah setiap melakukan upacara penaikan bendera setiap hari senin. Tetapi siswa
yang di tugaskan belum pernah mendapatkan pelatihan pertolongan pertama
disekolah tersebut. Siswa hanya mendapat pengetahuan pertolongan pertama
dengan cara sederhana yaitu membaringkan siswa ditempat tidur, melonggarkan
baju yang di pakai siswa, mengoleskan minyak kayu putih, jika sudah siuman
memberikan air minum dan siswa yang mengalami sinkop atau pingsan di sarankan
untuk beristirahat.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Gambaran Tingkat
Pengetahuan Siswa Tentang Penanganan Pertolongan Pertama pada Siswa/I yang
mengalami sinkop di SMA Negeri 1 Tiga Lingga.
3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi suatu referensi tambahan
yang bermanfaat khususnya bagi mahasiswa keperawatan serta dijadikan bahan
informasi bagi peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan