Anda di halaman 1dari 20

Nama Instansi :

PORPROV JATENG
Judul Laporan :
Team P3K Pertandingan Rugby Pra Porprov Jateng
Latar Belakang
Pertolongan pertama pada kecelekaan (firstaid) merupakan upaya yang dilakukan
sebelum dibawa ke fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan professional.
Pertolongan pertama bukan merupakan tindakan pengobatan akan tetapi merupakan upaya
sementara untuk menyelamatkan korban. Pada dasarnya prinsip pelayanan pasien gawat darurat
adalah Time saving is life saving. Pengetahuan penanganan kodisi kegawatdaruratan memegang
peran penting dalam menentukan keberhasilan pemberian pertolongan. Kesalahan dalam
prosedur dan sikap penolong dapat mengakibatkan kecacatan atau kejadian yang tidak
diinginkan (Kusumaningrum et al., 2018). Pengetahaun pertolongan pertama adalah hasil tahu
yang terjadi setelah seseorang mengamati suatu informasi.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk suatu
tindakan/keterampilan pertolongan pertama. Menurut Wulandini (2019) menyatakan bahwa
semakin baik pengetahuan seseorang tentang pertolongan pertama maka akan semakin baik
seseorang dalam melakukan tindakan pertolongan pertama di lapangan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan pertolongan pertama adalah
dengan melakukan pendidikan kesehatan (Wulandari.,2019).
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan P3K dilaksanakan dua hari dari tanggal 12 November 2022 hingga 13 November 2022
di lapangan desa Ngijo Kabupaten Karanganyar saat pertandingan Rugby Pra Porprov Jawa
Tengah. Kegiatan diikuti oleh 16 Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Banyak
sekali pemain yang cidera karena olahraga Rugbi bersifat benturan fisik dan minimnya alat
pelindung diri yang boleh dikenakan oleh para pemain. Selama kegiatan dua hari, total terdapat 3
pemain yang mengalami cidera kepala ringan dan satu orang mengalami luka robek pada pelipis,
kondisi yang bersifat darurat kami rujuk ke RS PKU Muhammadiyah Karangnanyar agar
memdapatkan pertolongan yang lebih lanjut.

Nama Instansi :
PEMKAB KARANGANYAR
Judul Laporan :
Team P3K Posko Natal Exit Toll Kebakkramat
Latar Belakang
Pertolongan pertama pada kecelekaan (firstaid) merupakan upaya yang dilakukan
sebelum dibawa ke fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan professional.
Pertolongan pertama bukan merupakan tindakan pengobatan akan tetapi merupakan upaya
sementara untuk menyelamatkan korban. Pada dasarnya prinsip pelayanan pasien gawat darurat
adalah Time saving is life saving. Pengetahuan penanganan kodisi kegawatdaruratan memegang
peran penting dalam menentukan keberhasilan pemberian pertolongan. Kesalahan dalam
prosedur dan sikap penolong dapat mengakibatkan kecacatan atau kejadian yang tidak
diinginkan (Kusumaningrum et al., 2018). Pengetahaun pertolongan pertama adalah hasil tahu
yang terjadi setelah seseorang mengamati suatu informasi.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk suatu
tindakan/keterampilan pertolongan pertama. Menurut Wulandini (2019) menyatakan bahwa
semakin baik pengetahuan seseorang tentang pertolongan pertama maka akan semakin baik
seseorang dalam melakukan tindakan pertolongan pertama di lapangan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan pertolongan pertama adalah
dengan melakukan pendidikan kesehatan (Wulandari.,2019).
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan P3K dilaksanakan pada hari minggu tanggal 25 Desember 2022 dari jam 07.00 hingga
jam 14.00 WIB, kegiatan berlokasi di posko exit toll Kebakkramat, selain dari tim kepolisian dan
kesehatan, kegiatan juga dihadiri oleh anggota TNI 2 orang, DISHUB 2 orang, dan Ormas Mitra
Polri 4 orang. Kegiatan dibuka dengan apel bersama yang dipimpin oleh kepala posko dari
kepolisian. Kegiatan berjalan lancar dan nihil kasus kesehatan.

Judul Laporan :
Antenatal Care
Identitas Pasien :
Ny. I, 36 Tahun, G3P1A1, Pokoh 3/4, Swasta, Usia Kehamilan 28 Minggu.
Latar Belakang
Antenatal Care (ANC) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil terpenting
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Mufdlilah, 2009). Dengan ANC perkembangan
kondisi ibu hamil setiap saat akan terpantau dengan baik dan pengetahuan tentang persiapan
melahirkan akan bertambah. Cakupan ANC dipantau melalui ANC baru ibu hamil ke-1 sampai
kunjungan ke-4 dan pelayanan ANC sesuai standar paling sedikit empat kali (K4). Di jawa
tengah sendiri cakupan (K4) mengalami fluktuasi dari tahun 2007 sebesar 87,05% meningkat
menjadi 90,14% di tahun 2008, dan 93,39% pada tahun 2009 tetapi terjadi sedikit penurunan di
tahun 2010 yaitu 92,04%, yang mana masih dibawah target pencapaian tahun 2015 yaitu 95%.
Meskipun demikian, cakupan kunjungan ANC di provinsi Jawa Tengah tahun 2010 lebih tinggi
bila dibandingkan dengan cakupan nasional yaitu 84% (Dinkesjateng, 2010).
Pemanfaatan pelayanan ANC oleh sejumlah ibu hamil di Indonesia belum sepenuhnya
sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan. Hal ini cenderung akan menyulitkan tenaga
kesehatan dalam melakukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara teratur dan
menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor risiko kehamilan yang penting untuk segera
ditangani (Depkes RI, 2010). Kurangnya pemanfaatan ANC oleh ibu hamil ini berhubungan
dengan banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah pengetahuan ibu hamil (Kuswanti, 2014)
Gambaran Pelaksanaan
ANC dilaksanakan pada hari Rabu, 16 November 2022 di Poli KIA Puskesmas Tasikmadu
dengan pasien Ny. I, 36 Tahun, G3P1A1, Pokoh 3/4, Swasta, Usia Kehamilan 28 Minggu. Dari
hasil pemeriksaan didapatkan TD 113/76, BB 73kg, TFU 19 cm. Presensi Kepala, Punggung Kiri
,Lab: Hb: 10,9. HbsAg (-), Sifilis (-), VCT (-) Terapi diberikan, Lact 1x1 (XXX), Sulfas Ferous
1x1 (XXX)

Judul Laporan
BIAN
Penerima vaksin
Anak 59 bulan kebawah yang ststus imunisasinya belum lengkap
Latar Belakang
COVID-19 telah mengakibatkan cakupan imunisasi rutin lengkap anak menjadi rendah.
Untuk mengejar kekurangan cakupan tersebut pemerintah menyelenggarakan Bulan Imunisasi
Anak Nasional (BIAN) dalam rangka pekan imunisasi dunia. Sekitar 800 ribu anak di seluruh
Indonesia berisiko lebih besar tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin seperti difteri,
tetanus, campak, rubella, dan polio. Berdasarkan data rutin terbaru Kementerian Kesehatan RI
cakupan imunisasi dasar lengkap telah menurun secara signifikan sejak awal pandemi COVID-
19, dari 84,2% pada tahun 2020 menjadi 79,6% pada tahun 2021.
Penurunan cakupan imunisasi rutin baru-baru ini disebabkan oleh berbagai faktor
termasuk gangguan rantai pasokan, aturan pembatasan kegiatan, dan berkurangnya ketersediaan
tenaga kesehatan, yang menyebabkan penghentian sebagian layanan vaksinasi pada puncak
pandemi COVID-19. Survei Kementerian Kesehatan dan UNICEF yang dilakukan pada tahun
2020 juga menemukan bahwa setengah dari orang tua dan pengasuh yang disurvei enggan
membawa anaknya ke fasilitas kesehatan karena takut tertular COVID-19 atau khawatir tidak
ada protokol kesehatan yang tepat.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan BIAN dilaksasnakan di Ruang Imunisassi Puskesmas Tasikmadu pada tangaal
17 November 2022.
Bulan Imunisasi Anak Nasional atau disingkat BIAN adalah upaya pemberian imunisasi yang
dilaksanakan secara terintegrasi yang meliputi dua (2) kegiatan sebagai berikut:
a. kegiatan imunisasi tambahan berupa pemberian satu dosis imunisasi campak-rubela secara
massal tanpa memandang status imunisasi sebelumnya kepada sasaran sesuai dengan
rekomendasi usia yang ditetapkan untuk masing-masing wilayah, dan
b. kegiatan imunisasi kejar berupa pemberian satu atau lebih jenis imunisasi untuk melengkapi
status imunisasi anak usia 12 sampai dengan 59 bulan
Jumlah anak yang mengikuti BIAN berjumlah kurang lebih 35 anak, pada saat screening
didapatkan 2 anak dinyatakan tidak bisa meneirma imunisasi karena anak sedang demam.

Judul Laporan
Pemenuhan Gizi bagi Balita Sukar Makan

Latar Belakang
Menurut Adriani (2016), sangat penting yang mana masa balita merupakan masa
kehidupan yang berlangsung proses tumbuh kembang sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikomotorik, mental, dan sosial. Stimulasi psikososial haru s dimulai sejak dini
dan tepat waktu untuk 12 tercapainya perkembangan psikososial yang optimal. Dalam
mendukung pertumbuhan fisik balita perlu petunjuk praktis makanan dengan gizi seimbang salah
satunya dengan makan aneka ragam makanan yang memenuhi kecukupan gizi. Kebutuhan gizi
pada balita diantaranya energi, protein, lemak, karbohidrat, air, vitamin, dan mineral.
Pada usia anak 1-5 tahun sering mengalami kekurangan vitamin A, B, dan C sehingga
anak perlu mendapatkan 1-1 ½ mangkok atau 100-150 g sayur sehari. Pilihlah buah-buahan
berwarna kekuning-kuningan atau jingga dan buah-buahan yang asam seperti papaya, pisang,
manga, nanas, dan jeruk. Berikan 1-2 potong papaya sehari (100-200 g) atau 1-2 buah jeruk atau
buah lain.
Menurut seorang ahli gizi bernama Marzuki Isk andar, STP., MTP., kunci asupan zat gizi
yang baik adalah makanan yang sehat dan bervariasi sehingga anak dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan dengan komposisi yang terdiri atas 5567% karbohidrat, 20 memenuhi
kebutuhan 30% lemak, dan 1315% protein untuk perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan
fisik yang optimal.
Ketika masuk usia tiga tahun, anak mulai bersifat ingin mandiri dalam memilih dan
menentukan makanan yang ingin dikonsumsinya. Pada usia 35 tahun, anak sering menolak
makanan yang tidak disukai dan hanya memilih makanan yang disukai. Ketidaksukaan seseorang
terhadap jenis 19 makanan tertentu akan berdampak pada pencapaian gizi seimbang sehingga
harus diperkenalkan dan diberikan aneka ragam mak anan sejak usia dini. Konsumsi beragam
makanan pada balita dapat menjamin kelengkapan zat gizi yang diperlukan tubuhnya, karena
setiap makanan mengandung sumber zat gizi yang berbeda baik jenis maupun jumlahnya.
Namun perlu dipertimbangkan bahan makanan ya krim, kueng kurang menguntungkan seperti es
kue manis, permen, dan makanan ringan yang banyak menggunakan bahan makanan tambahan
(Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
Pada usia 1-5 tahun anak sudah harus makan seperti pola makan keluarga yaitu; sarapan,
mak an siang, makan malam, dan dua kali selingan. Porsi makan pada usia ini adalah setengah
dari porsi orang dewasa. Setelah anak berumur satu tahun, menu makanannya harus bervariasi
untuk mencegah kebosanan dan diberi susu, serealia (bubur beras, roti), dagin sup, sayuran, dan
buah-buahan (Depkes RI, 2000).

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada hari senin 5 Desember 2022 di dusun Kwarsan, desa
Gaum bersamaan dengan dilaksanakannya Posyandu Balita. Kegiatan didampingi oleh Ibu Santi
selaku bidan desa Gaum. Balita yang hadir berjumlah 24 anak dari total keseluruhan 27 anak.
Kegiatan diawali dengan pemberian materi tentang MPASI dan tips dan trik agar anak mau
makan. Selanjutnya, dibuka sesi tanya jawab kepada responden. Ada beberapa bertanyaan
tentang pemberian teh pada anak apakah baik? Pemberian susu yang baik pada anak diatas 2
tahun? Serta bagaimana cara mencukupi gizi pada anak yang aktivitasnya terlalu banyak?

Judul Laporan
Penyakit Menular Seksual pada Ibu Hamil dan dampaknya terhadap Janin/Bayi

Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang fisiologis. Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari
ibu serta perubahan sosial dalam keluarga, pada umumnya kehamilan berkembang dengan
normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-
kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat badan lahir merupakan salah satu indikator
kesehatan bayi baru lahir. Besar kecilnya berat badan lahir tergantung bagaimana pertumbuhan
janin intrauterine selama kehamilan (Asrinah, 2010)
Penyakit Menular Seksual (PMS) saat ini cenderung meningkat di Indonesia.
Penyebarannya sulit ditelusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap
penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang sempat terdata hanya sebagian kecil dari
jumlah penderita sesungguhnya. Faktor yang menyebabkan angka kejadian PMS antara lain:
Seks tanpa pelindung, berganti-ganti pasangan, mulai aktif secara seksual pada usia dini,
penggunaan alkohol, penyalahgunaan obat, monogamy serial, seks untuk uang, sudah terkena
suatu PMS dan Cuma pakai KB Pil untuk kontrasepsi. (Siswandi,2007)
Ibu hamil merupakan kelompok rawan tertular IMS, meskipun tidak secara langsung
berperilaku seksual risiko tinggi, tetapi dapat tertular melalui pasangan dengan perilaku seksual
berisiko tinggi. Infeksi Menular Se ibu hamil seperti HIV dan sifilis ksual pada juga erat
kaitannya dengan penularan pada janin sejak dalam kandungan, persalinan maupun menyusui
dan dapat meningkatkan risiko lahir mati, kematian neonatal, berat lahir rendah dan prematur,
serta cacat bawaan. Melihat banyaknya risiko dan angka kasus yang masih tinggi, Laporan
Perkembangan IMS menyebutkan bahwa belum semua mendapatkan tata laksana serta
penanganan yang adekuat.

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada kelas ibu hamil pada hari Kamis, 22 Desember 2022
pukul 08.30 WIB bertepatan di Aula Balai Desa Ngijo, jumlah peserta sebanyak 10 orang ibu
hamil, kegiatan juga dihadiri oleh ibu camat Tasikmadu. Kegiatan diawali dengan pemberian
materi ke-3 dan dilanjut dengan pemberian materi tentang penyakit menular seksual pada ibu
hamil, tanda gejala pms, cara penularan pms, dan cara pencegahan pms.

Judul Laporan
Penyakit Hepatitis B, Sifilis, dan HIV pada ibu hamil (Triple Eliminasi)

Latar Belakang
Ibu hamil merupakan salah satu dari populasi yang berisiko tertular penyakit Human
immunodeficiency virus (HIV), Sifilis, dan Hepatitis B pada anak lebih dari 90% tertular dari
ibunya. Risiko penularan dari ibu ke anak untuk penyakit HIV/AIDS adalah 20%-45%, untuk
Sifilis adalah 69-80%, dan untuk Hepatitis B adalah lebih dari 90% (Kemenkes, 2017).
Ketiganya mempunyai jalur penularan yang sama berupa hubungan seksual, darah, dan transmisi
ini kebanyakan terjadi melalui transmisi vertikal dari ibu ke janin saat masa kehamilan.
Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada anak dari ibu pasien berdampak pada kesakitan,
kecacatan, dan kematian (WHO, 2017).
Triple eliminasi adalah program yang bertujuan mencapai dan mempertahankan eliminasi
ibu ke bayi dari HIV/AIDS , Hepatitis B, dan Sifilis agar mencapai kesehatan yang lebih baik
bagi perempuan, anak-anak, dan keluarga mereka melalui pendekatan terkoordinasi (Young,
2018). Menurut John Dewey, Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman (Efendi, 2015).
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Jeniu, 2017).
Kegiatan penanggulangan telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dengan diadakannya program bernama Triple eliminasi yang sesuai dengan
rekomendasi WHO (2017). WHO berpendapat bahwa angka penularan dapat menurun hingga
dibawah 5% dari seharusnya 15% dengan adanya kegiatan preventif. Kegiatan tersebut berupa
pelaksanaan tes HIV, Hepatitis B dan Sifilis saat Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil. Hal ini harus
segera dilakukan mengingat komplikasi yang akan terjadi jika terjadi penularan ketiga penyakit 3
tersebut dari ibu ke bayi. Dampak HIV pada kehamilan sangat berbahaya diantaranya prematur,
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dan yang paling parah adalah kematian (Gonzales et al,
2017). Bayi sendiri, dia akan terlahir dengan gangguan imunitas yang sangat rendah karena
mengidap HIV sejak dini. Hepatitis B pada ibu hamil juga akan menyebabkan berat badan lahir
rendah (BBLR), prematur, kelainan kongenital, hingga kematian. Bayi juga akan berisiko
menderita penyakit liver dari yang ringan hingga berat (Dibba et al, 2018). Yang ter akhir sifilis
menyebabkan 40% bayi yang dilahirkan dari ibu hamil pasien sifilis lahir mati atau meninggal
setelah beberapa saat dilahirkan. Bayi dengan sifilis kongenital juga akan mengalami kerusakan
tulang, anemia berat, pembesaran liver dan limpa, jaundice, masalah saraf yang menyebabkan
kebutaan atau tuli, meningitis, atau ruam kulit (CDC, 2015).
Program Triple eliminasi mempunyai target untuk mencapai zero pada tahun 2030 sesuai
dengan apa yang tertulis pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomer 52 tahun
2017 tentang Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis dari Ibu ke Anak. Tujuan dari triple
eliminasi adalah untuk memutuskan rantai penuluran yang berguna untuk mencapai target 3 Zero
yaitu zero new infection (penurunan jumlah kasus baru), zero death (penurunan angka kematian),
zero stigma and discrimination (penurunan tingkat diskriminasi). Upaya eliminasi penularan
HIV, sifilis, dan hepatitis B dilakukan secara bersamasama karena memiliki pola penularan yang
relatif sama, yaitu melalui hubungan seksual, pertukaran atau kontaminasi darah dan secara
vertikal dari ibu ke anak.

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan di PKD Papahan pada tanggal 26 Desember 2022 pukul 9.30 WIB,
kegiatan diikuti oleh 8 ibu hamil, kegiatan membahas tentang penyakit Hepatitis B, Sifilis, HIV,
bahaya penyakit tersebut pada janin/bayi, tujuan dan manfaat triple eliminasi, serta bagaimana
langkah apabila positif penyakit tersebut saat hamil. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan sesi
tanya jawab.

Identitas Pasien
Ny.H, Usia 32 Tahun, P2A2
Judul Laporan
Visite Neonatus dan Penyuluhan ASI ekslusif
Latar Belakang
ASI Ekslusif adalah makanan alami pertama untuk bayi dan menyediakan semua vitamin,
nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama. Tidak ada
cairan atau makanan lain yang di perlukan, ASI terus tersedia hingga setengah atau lebih dari
kebutuhan. Selain itu, ASI mengandung antibodi dari ibu yang membantu memerangi penyakit.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik bagi bayi dan dapat memenuhi kebutuhan
gizi selama enam bulan pertama (Josefa, 2011). Asi merupakan makanan utama dan paling
sempurna bagi bayi. Dimana ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai
dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal (Pollard, 2016).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan air susu ibu yang diberikan selama 6 bulan, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan nasi tim (Roesli,
2012). Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah
ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No 450/Menkes/SK/IV/2009 tentang ASI eksklusif.
Menurut keputusan menteri kesehatan nomor 450/MENKES/ 2004 tentang pemberian ASI
secara eksklusif di Indonesia menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan
dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan pemberian
makanan tambahan yang sesuai.
Gambaran pelaksanaan
Kunjungan neonatus dan penyuluhan tentang ASI Eksklusif pada Ny.H, Usia 32 Tahun, P2A2
Di dusun Watu Ombo, Desa Gaum pada hari selasa, 20 Desember 2022. Ny. H telah melahirkan
anak kedua di RSUD, lahir SC dengan indikasi ketuban pecah dini dan ketuban keruh, bayi lahir
dengan berat 3700gr, panjang 50cm, menangis setelah lahir.

Judul Kegiatan
UKTK 02 Karangmojo

Latar Belakang
Salah satu upaya strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini
(PAUD) adalah melalui pemenuhan kebutuhan esensial dalam bentuk pendidikan, kesehatan,
gizi, perawatan, pengasuhan, serta perlindungan dan kesejahteraan bagi mereka. Upaya ini dapat
dilakukan melalui institusi pendidikan sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran.
Untuk itu layanan pendidikan anak usia dini akan lebih optimal jika diselenggarakan secara
holistik dan terintegrasi yang mencakup semua aspek yang menunjang tumbuh kembang anak.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) pada Satuan PAUD adalah salah satu upaya membina
dan mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat yang dilakukan secara terpadu melalui
program pendidikan dan pelayanan kesehatan di satuan PAUD dan keluarga.
Dalam rangka berkontribusi dalam program penanganan stunting ini, Direktorat PAUD
telah mengusulkan agar Program UKS dijadikan sebagai program dukungan PAUD - sebagai
bentuk intervensi gizi sensitif, dan di tahap preventif maupun mitigatif melalui i) penerapan Pola
Hidup Bersih Sehat dan ii) hadirnya kelas orang tua/keluarga
Program UKS di Direktorat PAUD memiliki fungsi khusus yaitu mewujudkan
terciptanya lingkungan belajar yang sehat, melalui hadirnya fasilitas sanitasi yang memadai dan
kelas orang tua yang materinya mencakup kebutuhan esensial anak usia dini, termasuk
pendidikan/stimulasi psikososial, kesehatan, dan gizi. Hadirnya lingkungan belajar yang sehat
turut mendukung program nasional percepatan pencegahan stunting di Indonesia, serta
perwujudan layanan PAUDHI yang dapat disediakan di satuan PAUD.

Gambaran Kegiatan
Kegiatan dilakukan pada hari Rabu tanggal 18 Januari 2023 di TK 02 Karangmojo bersama
bidan desa Karangmojo dan dibantu oleh ibu guru TK, kegiatan meliputi penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar kepala, pemeriksaan mata, telinga dan
tenggorok, serta pemeriksaan gigi, murid berjumlah 15 orang dan yang tidak masuk 1 orang,
setelah itu kegiatan dilanjutkan penyuluhan tentang menjaga tubuh agar tetap sehat dan makan
makanan 4 sehat 5 sempurna
Identitas Pasien
Ny.W, Usia 31 Tahun, P2A0
Judul Laporan
Visite Neonatus dan Penyuluhan ASI ekslusif
Latar Belakang
ASI Ekslusif adalah makanan alami pertama untuk bayi dan menyediakan semua vitamin,
nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama. Tidak ada
cairan atau makanan lain yang di perlukan, ASI terus tersedia hingga setengah atau lebih dari
kebutuhan. Selain itu, ASI mengandung antibodi dari ibu yang membantu memerangi penyakit.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik bagi bayi dan dapat memenuhi kebutuhan
gizi selama enam bulan pertama (Josefa, 2011). Asi merupakan makanan utama dan paling
sempurna bagi bayi. Dimana ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai
dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal (Pollard, 2016).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan air susu ibu yang diberikan selama 6 bulan, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan nasi tim (Roesli,
2012). Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah
ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No 450/Menkes/SK/IV/2009 tentang ASI eksklusif.
Menurut keputusan menteri kesehatan nomor 450/MENKES/ 2004 tentang pemberian ASI
secara eksklusif di Indonesia menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan
dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan pemberian
makanan tambahan yang sesuai.
Gambaran pelaksanaan
Kunjungan neonatus dan penyuluhan tentang ASI Eksklusif pada Ny.W, Usia 31 Tahun, P2A0
Di dusun Derman, Desa Karangmojo pada hari Rabu, 18 Januari 2023. Ny. W telah melahirkan
anak kedua di RS PKU Karangnanyar, lahir SC dengan indikasi BBLR, bayi lahir dengan berat
2300gr, panjang 44cm, menangis setelah lahir.

Judul
Penyelidikan Epidemiologi Kasus Demam Demam Berdarah

Identitas target tracking


Nn. A, Usia 19 Tahun, Alamat Ngijo Tengah 2/10

Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
melalui gigitan nyamuk aedes terutama aedes aegypti. Demam dengue merupakan penyakit
akibat nyamuk yang berkembang paling pesat di dunia . Negara beriklim tropis dan sub tropis
berisiko tinggi terhadap penularan virus tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kenaikan temperature
yang tinggi dan perubahan musim hujan dan kemarau disinyalir menjadi faktor resiko penularan
virus dengue (Kemenkes RI, 2011).
Angka kejadian DBD yang terus meningkat ditambah dengan siklus hidup aedes sebagai
vektor DBD yang cepat adalah alasan pentingnya melakukan tindakan pengendalian vektor.
Tindakan tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang tidak sesuai bag i
perkembangan vector. Hal ini dikarenakan vektor berperan sebagai media transmisi penyakit
DBD yang menghantarkan virus dengue ke manusia sebagai host sehingga terjadinya penyakit
DBD. Apabila jumlah aedes sebagai vektor DBD ditekan, maka jumlah media tr ansmisi DBD
menjadi minimal (Widoyono, 2011).
Demam berdarah dengue masih menjadi persoalan di Indonesia karena angka morbiditas
DBD sekarang belum mencapai target pemerintah yaitu kurang dari 49 per 100.000 penduduk.
Pada tahun 2015 angka kesakitan DBD m penduduk (Kemenkes RI, 2015).

Gambaran Kegiatan
Kegiatan dilakukan pada hari Senin tanggal 9 Januari 2023 di Ngijo Tengah RT02 RW 10 Desa
Ngijo, Kecamatan Tasikmadu. Penyelidikan epidemiologi (PE) DBD dilakukan setelah adanya
laporan mengenai warga yang terkena DBD. Kegiatan PE ini meliputi penelusuran latar belakang
penderita DBD, mulai dari hasil diagnosis, tempat tinggal, riwayat perjalanan, kegiatan sehari-
hari. Kemudian dilakukan pemeriksaan tempat perindukan jentik baik di rumah penderita dan di
rumah-rumah dalam radius 100 meter dari rumah penderita. Yang kemudian setelah itu dapat
ditentukan apakah perlu fogging atau tidak. Selain itu juga saat PE dilakukan penyuluhan
individu tentang pencegahan DBD dengan PSN serta pembagian abate.
Dari hasil kegiatan PE didapatkan adanya jentik nyamuk berjumlah 1 ekor di bak mandi
dan terdapat genagan air pada lubang pagar rumah yang dikunjungi

Kegiatan
Imunisasi Bayi Balita di Desa Wonolopo

Identitas Penerima Vaksin


Bayi dan Balita yang belum mendapatkan imunisasi dasar dan booster

Latar Belakang
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Program imunisasi bertujuan untuk
memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak
yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Menurut Permenkes RI Nomor 12 tahun
2017 disebutkan bahwa tujuan umum Imunisasi turunnya angka kesakitan, kecacatan dan
kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Tujuan khusus
program ini adalah sebagai berikut: 1) Tercapainya cakupan Imunisasi dasar lengkap (IDL) pada
bayi sesuai target RPJMN. 2) Tercapainya Universal Child Immunization/UCI (Prosentase
minimal 80% bayi yang mendapat IDL disuatu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan 3)
Tercapainya target Imunisasi lanjutan pada anak umur di bawah dua tahun (baduta) dan pada
anak usia sekolah dasar. 4) Tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat
dicegah dengan Imunisasi. 5) Tercapainya perlindungan optimal kepada masyarakat yang akan
berpergian ke daerah endemis penyakit tertentu 6) Terselenggaranya pemberian Imunisasi yang
aman serta pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste disposal management).
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga
dirasakan oleh :
1) Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
2) Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan menjalani masa kanak-kanak yang
nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas.
3) Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan negara.
Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian
dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari
penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi. Imunisasi Program terdiri atas Imunisasi rutin,
Imunisasi tambahan, dan Imunisasi khusus. Dalam Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017
disebutkan bahwa Imunisasi program terdiri dari Imunisasi rutin, imunisasi tambahan dan
imunisasi khusus. Imunisasi program harus diberikan sesuai dengan jenis vaksin, jadwal atau
waktu pemberian yang ditetapkan dalam pedoman penyelenggaraan Imunisasi. Kementerian
kesehatan mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi
rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak
cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis
hidup yang dilemahkan. Vaksin BCG tidal mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi
resiko tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan tuberkulosa primer. Imunisasi BCG
diberikan pada bayi < 2 bulan. Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk
anak (> 1 tahun). Vaksin BCG diberikan secara intrakutan didaerah lengan kanan atas pada
insersio M. Deltoideus sesuai anjuran WHO, tidak ditempat lain mial bokong, paha.
Kontraindikasi imunisasi BCG antara lain bayi yang mengalami defisiensi sistem kekebalan,
terinfeksi HIV asimtomastis maupun simtomatis, adanya penyakit kulit yang berat/menahun,
atau sedang menderita TBC. Reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG adalah wajar,
suatu pembengkakan kecil, merah, lembut biasanya timbul pada daerah bekas suntikan, yang
kemudian berubah menjadi vesikel kecil, dan kemudian menjadi sebuah ulkus kecil dalam waktu
2-4 minggu. Reaksi ini biasanya hilang dalam 2-5 bulan, dan umumnya pada anak-anak
meninggalkan bekas berupa jaringan parut dengan diameter 2-10 mm. Jarang sekali nodus atau
ulkus tetap bertahan.
Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio 1, 2 dan 3. OPV (oral polio
vaccine), hidup dilemahkan, tetes, oral. Sedangkan IPV (inactivated polio vaccine) inaktid
disuntikan. Kedua vaksin polio tersebut dapat dipakai secara bergantian. Vaksin IPV dapat
diberikan pada anak yang sehat maupun anak yang menderita immunokompromais, dan dapat
diberikan sebagai imunisasi dasar maupun ulangan. Vaksin IPV dapat juga diberikan bersamaan
dengan vaksin DPT-HB-Hib, secara terpisah atau kombinasi. Polio-0 diberikan saat bayi lahir
sesuai pedoman PPI atau pada kunjungan pertama sebagai tambahan untuk mendapatkan cakpan
imunisasi yang tinggi. Selanjutnya dapat diberikan vaksin OPV dan IPV. Untuk imunisasi dasar
(polio- 2,3,4) diberikan pada umur 2,3, dan 4 bulan. Interval antara dua imunisasi tidak kurang
dari 4 minggu. Dosis OPV diberikan 2 tetes per-oral, IPV dapat diberikan tersendiri atau dalam
kemasan kombinasi (DtaP/IPV, DtaP/IPV). Kontra indikasi umumnya pada imunisasi; vaksin
harus ditunda pada mereka yang sedang menderita demam, penyakit atau penyakit kronis
progresif. Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya. Penyakit demam akibat
infeksi akut ditunggu sampai sembuh.
Gambaran pelaksanaan :
Kegiatan imunisasi dilakukan pada hari Rabu 25 Januari 2023 di desa Wonolopo, jumlah bayi
dan balita yang hadir yaitu 16 orang, Imunisasi yang diberikan total Pentabio 5, Boster Pentabio
2, Polio 5, IPV 5, dan PCV 11.

Judul Kegiatan
Penyuluhan tentang Diabetes Melitus
Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang disebabkan oleh gagalnya
organ pankreas dalam memproduksi hormon memadai insulin secara . Penyakit ini bisa
dikatakan sebagai penyakit kronis karena dapat terjadi secara menahun. Berdasarkan
penyebabnya diabete menjadi tiga s melitus di golongkan jenis, diantaranya diabetes melitus tipe
1, tipe 2 dan diabetes melitus gest asional (Kemenkes RI, 2020) . Diabetes melitus tipe 1
disebabkan karena reaksi autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel
beta pada pankreas sehingga tidak bisa memproduksi insulin sama sek ali. Sedangkan diabetes
melitus tipe 2 terjadi karena akibat adanya resistensi insulin yang mana selsel dalam tubuh tidak
mampu merespon sepenuhnya insulin. Diabetes gestasional disebabkan karena naiknya berbagai
kadar hormon saat hamil yang bisa menghamb dari itu at kerja insulin , untuk mengetahui
(International Diabetes Federation, 2019) bahwa . Maka seseorang mengidap penyakit diabetes
melitus dapat ditegakkan melalui pemeriksan klinis berupa pemeriksaan kadar gula darah.
Pemeriksaan klinis merupakan data penunjang yang dapat digunakan untuk menegakan
diagnosa terhadap suatu penyakit. Salah satunya pada penderita diabetes melitus yang dapat
dilakukan pemeriksaan kadar gula darah dengan glukometer. Menurut PERKENI (2015) ada
empat kriteria dalam menegakkan diagnosis DM, diantaranya melakukan pemeriksaan
anteprandial, kadar gula darah post prandial, kadar gula darah acak dan pemeriksaan HbA1c.
Namun, pemeriksaan kadar gula darah dengan HbA1c saat ini tidak digunakan lagi sebagai alat
diagnosis ataupun evaluasi dikarenakan tidak semua laboratorium di Indoesia memenuhi standar.
Menur seseorang di ut WHO (2019) , diagnosis diabetes melitus apabila dalam pemeriksaan
kadar gula darah ditemukan nilai pemeriksaan kadar gula darah anteprandial ≥ 126 mg/dl, dua
jam setelah makan ≥ 200 mg/dl dan kadar gula darah acak ≥ 200 mg/dl.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dilaaksanakan pada tanggal 1 Februari 2023 di dusun Pandeyan
desa Pandeyan pada kelompok Posyandu Lansia, kegiatan dihadiri oleh 57 orang. Materi
penyuluhan yaitu tentang Diabetes Melitus dan membahas tentang etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, diagnosis, pencegahan, dan komplikasi bila tidak tertangani dengan baik.

Judul Kegiatan
Penyuluhan tentang Hipertensi
Latar Belakang
Hipertensi menjadi masalah kesehatan di seluruh belahan dunia dan sebagai salah satu
faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Hipertensi juga disebut sebagai penyakit tidak
menular, karena hipertensi tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit tidak menular adalah
penyakit kronis yang tidak dapat ditularkan ke orang lain. Penyakit tidak menular masih menjadi
salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia saat ini. Hal ini dikarenakan
munculnya PTM secara umum disebabkan oleh pola hidup setiap individu yang kurang
memperhatikan kesehatan (Riskesdas, 2018). Data yang dikeluarkan oleh WHO (2018)
menujukkan bahwa sekitar 26,4% penduduk dunia mengalami hipertensi dengan perbandingan
26,6% pria dan 26,1% wanita. Sebanyak kurang lebih 60% penderita hipertensi berada di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Menurut data yang telah dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan, hipertensi dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian,
dimana hipertensi menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke.
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama
dengan 140 mmHg, dan peningkatan tekanan diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah, baik faktor yang dapat diubah maupun tidak.
Salah satu faktor yang dapat diubah adalah gaya hidup (life style), dimana gaya hidup seseorang
sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya akan suatu penyakit. Dan faktor yang tidak dapat
diubah adalah genetik.
Hipertensi dijuluki sebagai Silent Killer atau sesuatu yang secara diam-diam dapat
menyebabkan kematian mendadak para penderitanya. Kematian terjadi akibat dari dampak
hipertensi itu sendiri atau penyakit lain yang diawali oleh hipertensi. Oleh sebab itu, penderita
berusaha melakukan kepatuhan mendisiplinkan diri terhadap makanan maupun gaya hidupnya.
Penyakit hipertensi juga merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya
terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. (Septianingsih, Dea Gita 2018).
Maka dari itu banyak dari penderita hipertensi mengalami kematian secara mendadak karena
kurangnya kepatuhan menjaga pola makan maupun memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan
kesehatan.

Gambaran Kegiatan
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari Selasa tanggal 13 Desember 2022 di dusun
Tangkilan desa Karangmojo pada kelompok Posbindu PTM, kegiatan dihadiri oleh 24 orang.
Materi penyuluhan yaitu tentang Hipertensi dan membahas tentang etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, diagnosis, pencegahan, dan komplikasi bila tidak tertangani dengan baik.

Judul Kegiatan
Posyandu Balita Pisang Kaling

Latar Belakang
Posyandu (pos pelayanan terpadu) merupakan upaya pemerintah untuk memudahkan masyarakat
Indonesia dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tujuan utama posyandu adalah
mencegah peningkatan angka kematian ibu dan bayi saat kehamilan, persalinan, atau setelahnya
melalui pemberdayaan masyarakat. Melalui posyandu, pemerintah berupaya untuk menyediakan
layanan yang dibutuhkan masyarakat, seperti perbaikan gizi dan kesehatan, pendidikan dan
perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, hingga ketahanan pangan dan kesejahteraan
sosial. Posyandu hanya melayani setidaknya 1 kali dalam sebulan. Lokasi posyandu umumnya
mudah dijangkau masyarakat, mulai dari lingkungan desa atau kelurahan hingga RT dan RW.
Kegiatan posyandu dan manfaatnya bisa diperoleh tanpa mengeluarkan biaya, sehingga sangat
meringankan beban ekonomi masyarakat. Selain itu, posyandu juga sangat penting untuk diikuti
karena memiliki banyak manfaat lain, seperti:

 Memberikan beragam informasi mengenai kesehatan ibu dan anak, seperti pemberian
ASI, MPASI, dan pencegahan penyakit
 Memantau tumbuh kembang anak, sehingga anak terhindar dari risiko kekurangan gizi
atau gizi buruk
 Mendeteksi sejak dini bila terdapat kelainan pada anak, ibu hamil, dan ibu menyusui,
sehingga penanganan dapat segera dilakukan
 Memberikan imunisasi lengkap

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan posyandu dilakukan pada tanggal 9 Februari 2023 di Dusun Jembangan Desa Kaling
dengan peserta 64 orang. Kegiatan posyandu meliputi pendaftaran, penimbangan, pengisian
KMS, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan. Dari hasil kegiatan didapatkan 62 balita Gizi Baik
dan 2 balita dengan Gizi Kurang.

Judul Kegiatan
Suplementasi Tablet Fe pada Remaja

Sasaran
Remaja Desa Ngijo

Latar Belakang
Remaja merupakan komunitas yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan, dari aspek
kuantitas, jumlah dan proporsi remaja Indonesia saat ini sangat besar. Hasil Proyeksi Penduduk
Indonesia 2010-2035, ditemukan tahun ini jumlah penduduk remaja (usia 10-24 tahun) di
Indonesia diproyeksikan mencapai 66,3 juta jiwa atau sekitar 25,6 persen dari total jumlah
penduduk Indonesia. Artinya, satu dari empat orang Indonesia adalah remaja.
Masalah gizi pada remaja yang sering terjadi akibat pola makan adalah anemia defisiensi
besi. Remaja yang mengalami masalah gizi 40% diantaranya mengalami anemia gizi besi
(Triwinarni, 2017). Pada remaja putri risiko anemia lebih tinggi, karena banyaknya zat besi yang
hilang selama periode menstruasi. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi anemia
defisiensi besi banyak ditemukan pada remaja perempuan sebesar 22.7%, sedangkan anemia
defisiensi besi pada remaja laki-laki sebesar 12.4% (Sya’Bani, 2016). Kebutuhan zat besi pada
remaja putri yang memasuki masa pubertas juga meningkat karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan yang pesat terutama pada pematangan organ reproduksi (Mulugeta, 2015). World
Health Organization (WHO) pada tahun 2011 merekomendasikan pemberian Tablet Tambah
Darah (TTD) pada remaja penting dilakukan sebagai penyiapan remaja putri untuk menjadi
Wanita Usia Subur (WUS). Program pemberian TTD pada remaja putri telah resmi dilakukan
sejak tahun 2016 sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan
nomor HK.03.03/V/0595/2016 (Kemenkes RI, 2016).
Gambaran Kegiatan
Kegiatan dilakukan pada hari Sabtu tanggal 4 Februari 2023 bertepatan dilaksanakannya
Posyandu Remaja di Desa Ngijo. Kegiatan dihadiri 46 remaja, diantaranya 40 remaja perempuan
dan 6 remaja laki-laki. Dari beberapa remaja perempuan yang diperiksa Hb didapatkan 1 orang
remaja perempuan memiliki Hb rendah yaitu 11,3.
Judul Kegiatan
Penyuluhan tentang TB anak

Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang berbagai organ terutama paru-paru. Apabila tidak
diobati segera dan pengobatannya tidak tuntas akan menyebabkan komplikasi berbahaya hingga
kematian. TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global
dalam MDGs.
TB pada anak terjadi pada anak usia 0-14 tahun.(2) Tuberkulosis termasuk salah satu
mayoritas penyakit yang menyerang anak di dunia. Penyakit TB pada anak merupakan penyakit
yang bersifat sistemik yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ terutama paru. Menurut
CDC, diantara kasus TB pada anak, kasus TB paling banyak ditemukan pada anak usia 5 tahun
(balita). Di Indonesia, TB pada anak masih menjadi masalah dan termasuk dalam salah satu
program pengendalian TB secara nasional. Hal ini terjadi karena diagnosis TB pada anak
umumnya masih sulit ditegakkan sehingga sering mengalami misdiagnosis baik overdiagnosis
maupun underdiagnosis.
Gambaran Kegiatan
Kegiatan dilakukan pada hari selasa 7 Februari 2023 bertepatan dilakukannya kelas ibu
balita di dusun Jatiri desa Kalijirak. Peserta berjumlah 65 orang. Materi penyuluhan yaitu tentang
penyakit TB anak dan membahas tentang etiologi, faktor risiko, tanda gejala, diagnosis,
pencegahan, dan komplikasi bila tidak tertangani dengan baik.

Judul Kegiatan
Suplementasi Vit A pada Balita
Latar Belakang
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang harus terpenuhi kebutuhannya,
terutama pada bayi dan balita. Hal ini disebabkan vitamin A memiliki peranan penting terutama
bagi kesehatan mata dan imunitas tubuh. Di Indonesia, program suplementasi vitamin A dosis
tinggi diberikan dua kali setahun pada bulan Februari dan Agustus pada anak balita usia 6–59
bulan. Kapsul merah (dosis 100.000 IU) diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul biru
(dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan (Kemenkes 2015).
Program ini merupakan program yang dimulai pada tahun 1978 untuk mengatasi masalah
kekurangan vitamin A. Hasil survei gizi yang dilakukan di 15 provinsi di Indonesia
mengungkapkan bahwa prevalensi xerophthalmia menurun tajam dari 1,33% pada tahun 1978
menjadi hanya 0,34% pada tahun 1992. Angka ini lebih rendah dari yang ditetapkan WHO yaitu
≥ 0,5% sehingga kekurangan vitamin A bukan lagi sebagai masalah kesehatan masyarakat pada
saat itu. Penurunan yang tajam ini terutama karena kontribusi dari program distribusi
suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi pada anak balita (Muhilal, 2012).
Gambaran Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2023 bertepatan dengan dilaksanakannya
Posyandu Balita di Dusun Jembangan Desa Kaling. Pemberian vitamin A berdasarkan usia
Balita, balita usia 6-12 Bulan diberikan Vit A 100.000 Unit, dan balita usia lebih dari 12 Bulan
diberikan 200.000 Unit. Jumlah balita yang diberikan Vitamin A yaitu 62 Orang

Judul Kegiatan
Deteksi Dini Stunting
Sasaran
Posyandu Balita Dusun Kalongan Kulon Desa Papahan
Latar Belakang
Stunting adalah suatu kondisi pada seorang yang memiliki panjang atau tinggi badan
kurang jika dibandingkan dengan umurnya. (Oktavia, 2020). Stunting adalah kondisi tinggi
badan seseorang lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umunya atau yang seusia
(Atikah, Rahayu, 2018). Kasus stunting merupakan permasalahan global dan tidak hanya terjadi
di Indonesia. Menurut (Hoffman et al, 2000; Bloem et al, 2013). Stunting merupakan bentuk
kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidak cukupan nutrisi yang
berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan (Mustika & Syamsul, 2018).
Tinggi badan merupakan salah satu jenis pemeriksaan antropometri dan menunjukkan
status gizi seseorang. Adanya stunting menunjukkan status gizi yang kurang (malnutrisi) dalam
jangka waktu yang lama (kronis). Masalah malnutrisi di Indonesia merupakan masalah kesehatan
yang belum bisa diatasi sepenuhnya oleh pemerintah. Hal ini terbukti dari data- data survei dan
penelitian seperti Riset Kesehatan Dasar (2018)yang menyatakan bahwa prevalensi stunting
severe (sangat pendek) di Indonesia adalah 19,3%, lebih tinggi dibanding tahun 2013 (19,2%)
dan tahun 2007 (18%).
Gambaran Kegiatan
Kegiatan Deteksi Dini Stuntung dilakukan pada tanggal 8 Februari 2023 di Posyandu Balita
Dusun Kalongan Kulon Desa Papahan. Kegiatan meliputi pengukuran tinggi badan Balita
menggunakan Leghtboard dan mikrotois, kemudia tinggi badan dibandingkan dengan usia balita,
Jumlah Balita yang diukur yaitu 43 Orang
Judul Kegiatan
Pembinaan UKBM Posyandu Balita
Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas
sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan
secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu
dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dan dapat menjangkau semua sasaran yang
membutuhkan pelayanan, salah satunya adalah layanan tumbuh kembang anak (Depkes RI,
2006).
Gambaran Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 10 Februari di Posyandu Balita Dusun Kaling Desa Kaling.
Kegiatan pembinaan dilakukan agar Posyandu Balita berjalan dengan lancar dan sesuai prosedur.
Dari pembinaan didapatkan masalah tidak urutnya meja posyandu dan alat pengukur tinggi
badan yang tidak sesuai standart karena mikrotis mudah lepas saat digunakan sehingga
mempengaruhi hasil pengukuran tinggi badan balita.

Judul Kegiatan
Penapisan TB
Identitas
Ny. S, Usia 62 Tahun, Ngablak 6/11, 002681-XX
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah pasien
TB BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya (Kemenkes RI, 2014).
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang dapat menyerang hampir semua bagian tubuh,
tetapi paling sering menyerang paru-paru, kondisi ini disebut ‘tuberkulosis paru-paru’
(Queensland Health, 2017).
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa). Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan
global. Diperkirakan sepertiga dari populasi dunia sudah tertular TB paru, dimana sebagian besar
penderita TB paru adalah usia produktif (15-50 tahun). Tahun 2013 terdapat 9 juta kasus baru
dan 1,5 juta kematian akibat penyakit TB paru (WHO, 2014). TB Paru merupakan penyakit
dengan morbiditas tinggi dan sangat mudah menyebar di udara melalui sputum (air ludah) yang
dibuang sembarangan di jalan oleh penderita TB Paru. Oleh sebab itu TB Paru harus ditangani
dengan segera dan hati-hati apabila ditemukan kasus tersebut di suatu wilayah (Kemenkes RI,
2015).
Gambaran Kegiatan
Gambaran Pelaksanaan :

Pasien mengalami gejala yang mengarah ke penyakit TB, antara lain batuk > 2 minggu,
demam, nafsu makan berkurang. Kemudian pasien diberikan pot dahak untuk menampung dahak
dan harus dikumpulkan di bagian laboratorium puskesmas. Hasilnya dapat dilihat beberapa hari
kemudian.

Judul Laporan Kegiatan


Advokasi tentang bahaya merokok
Latar Belakang :
Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung / dibungkus dengan kertas,
daun, atau kulit jagung, sebesar  kelingking dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang
setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan
membakar dan menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis bahan
kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa berakumulasi dalam tubuh dan dapat
menyebabkan kanker. Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat menyebabkan adiksi
(ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) bagi orang yang menghisapnya. Dengan kata lain,
rokok termasuk golongan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, Alkohol, dan Zat Adiktif).
Perokok Aktif adalah seseorang yang dengan sengaja menghisap lintingan atau gulungan
tembakau yang dibungkus biasanya dengan kertas, daun, dan kulit jagung. Secara langsung
mereka juga menghirup asap rokok yang mereka hembuskan dari mulut mereka. Ciri-ciri fisik
seorang perokok adalah gigi kuning karena nikotin, kuku kotor karena nikotin, mata pedih,
batuk, mulut dan nafas bau rokok. Perokok Pasif adalah seseorang atau sekelompok orang yang
menghirup asap rokok orang lain. Telah terbukti bahwa perokok pasif mengalami risiko
gangguan kesehatan yang sama seperti perokok aktif, yaitu orang yang menghirup asap rokoknya
sendiri. 
Asap rokok mengandung susunan senyawa gas dan partikel yang menakjubkan. Ini
termasuk karbon dioksida, air, karbon monoksida, partikulat (kebanyakan tar), nikotin, nitrogen
oksida, hidrogen sianida, amoniak, formaldehida, fenol dan puluhan lainnya senyawa beracun
terkenal.Beberapa komponen ini hadir dalam konsentrasi yang sangat tinggi. Misalnya asap
rokok mengandung konsentrasi karbon monoksida yang lebih tinggi dibandingkan auto knalpot
dari kendaraan yang terawat baik. Konsentrasi karbon monoksida akan mematikan jika dihirup
terus menerus selama 30 menit. 
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit dan bahkan bisa menyebabkan
kematian. Berikut beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh rokok antara lain kanker paru-paru,
kanker kulit, enfisema, caries, penyakit jantung, dan lain-lain.
Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan advokasi tentang bahaya merokok dilakukan pada saat kunjungan keluarga sehat. Pada
saat mengunjungi rumah Tn. W ditanyakan kepada seluruh anggota keluarga apakah ada yang
merokok dan didapatkan hasil Tn. W saja yang merokok. Kegiatan meliputi penjelasan mengenai
bahaya merokok, dampak terhadap keluarga, dan pemberian leaflet tentang bahaya merokok.

Anda mungkin juga menyukai