Oleh :
Givary Savalindo
Tiga Putu
Dinda Tiara
Rima Putri
Nailul Hikmah
Amania Mutiara
Ariani Hikmatul
KEPANITERAAN KLINIK ILMU
KESEHATAN ANAK
FK UNIMUS
PENDAHULUAN
Edema
Roth KS. Nephrotic syndrome: Pathogenesis and management. Ped in Rev 2002;23(7):237-47
ETIOLOGI
Kongenita
l
Primer / Idiopatik
Sekunder
lupus eritematosus sistemik, purpura
Henoch Schonlein, dll
• kelainan minimal (SNKM)
80 %
Scrotal edema
1. Urinalisis. Biakan urin bila terdapat gejala infeksi saluran kemih.
2. Protein urin kuantitatif urin 24 jam atau rasio protein/kreatinin urin
pertama pagi hari
3. Pemeriksaan Darah
Darahtepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis, trombosit,
hematokrit, LED)
Albumin dan kolesterol serum
Ureum, kreatinin, klirens kreatinin
Kadarkomplemen C3
bila curiga lupus eritematosus sistemik ditambah pemeriksaan
komplemen C4, ANA (anti nuclear antibody), anti ds-DNA
• REMISI : proteinuria negatif atau trace (< 4 mg/m2 LPB/jam) 3
hari berturut-turut dalam 1 minggu
• RELAPS : proteinuria ≥ 2+ (> 40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-
turut dalam 1 minggu
• RELAPS JARANG : relaps < 2 x dalam 6 bulan pertama setelah
respons awal atau < 4 x dalam 1 tahun.
• RELAPS SERING : relaps ≥ 2 x dalam 6 bulan pertama setelah respons
awal atau ≥ 4 x dalam 1 tahun
• DEPENDENT STEROID : relaps 2 x berurutan saat dosis steroid
diturunkan (alternating) atau dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan
• RESISTEN STEROID : tidak terjadi remisi pada pengobatan
prednison dosis penuh (full dose) 2 mg/kgbb/hari selama 4 minggu.
• SENSITIF STEROID : remisi pada pemberian prednison dosis
penuh selama 4 minggu
SN pertama kali RAWAT RS mempercepat
pemeriksaan, evaluasi pengaturan diit, penanganan
edema, memulai terapi steroid, edukasi ortu
Sebelum pengobatan steroid
Ukur berat badan, tinggi badan, tekanan darah.
Mencari gejala penyakit sistemik SLE, purpura Henoch-Schonlein.
Mencari fokus infeksi di gigi, telinga, kecacingan eradikasi dulu Uji
Mantoux bila positif : proflaksis INH 6 bulan bersama steroid bila Tbc :
terapi OAT
1. Hepatomegali.
2. Peningkatan JVP (Tidak ditemukan pada bayi)
3. Edema perifer : tidak ditemukan pada bayi
4. Kelopak mata yang bengkak, biasanya dijumpai pada bayi
EMERIKSAAN PENUNJANG
1. FOTO TORAK: Dikatakan kardiomegali jika rasio antara diameter
jantung dengan dimensi torak internal CTR melebihi 0.5 pada
dewasa, 0.55 pada anak dan sekitar 0.6 pada bayi.
2. EKG : tidak dapat memastikan ada atau tidaknya gagal jantung
tetapi dapat mendeteksi adanya hipertrofi ruang ruang jantung.
3. Ekokardiografi : memberi gambaran terinci dan kuantitatif tentang
anatomi dan fungsi jantung.
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSAAN SECARA UMUM
1. Pemberian oksigen.
2. Tirah baring, posisi setengah duduk.
3. Koreksi gangguan kesimbangan asam basa dan elektrolit yang timbul.
4. Restriksi garam jangan terlalu ketat terutama pada bayi.
5. Timbang berat badan tiap hari pada pasien yang dirawat inap (untuk menilai retensi cairan yang
bertambah/berkurang)
6. Menghilangkan faktor yang memperberat seperti demam, anemia, atasi infeksi jika ada.
7. Mengobati faktor penyebab misalnya hipertensi, aritmi, defek septum ventrikel besar
Digoksin
Pada semua kasus gagal jantung dapat diberi digoksin kecuali jika ada kontraindikasi
diantaranya kardiomiopati hipertrofik, blok jantung komplit atau tamponade jantung.
Sebelum pemberian digoksin harus dilakukan EKG dulu terutama untuk melihat irama
jantung dan interval PR.
- Edema
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit,
rontok
- Perubahan status mental: apatis & rewel
• Edema minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting
edema
Derajat edema:
+ Pada tangan & kaki
++ Tungkai & lengan
+++ Seluruh tubuh (wajah & perut)
Derajat edema
• Pembesaran hatiuntuk menentukan jumlah cairan yang diberikan
• Otot mengecil (hipotrofi)
• Kelainan kulit berupa crazy pavement dermatosis
• Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya akut),
anemia, dan diare
10 LANGKAH TATALAKSANA GIZI BURUK
SINDROM HEPATORENAL
SHR merupakan stadium lanjut dari dari sirosis
hati. Patofisiologi SHR sangat kompleks akan
tetapi mekanisme yang mendasarinya belum
jelas dipahami. Penyakit ini diduga terjadi akibat
vasokonstriksi ginjal yang berlangsung
bersamaan dengan memburuknya penyakit hati.
SHR tipe 1 :
• Gagal ginjal progresif ( 221 µmol/L0 atau penurunan
clearance creatinin 50% (< 20 mL/min)
SHR tipe 2 :
• Tidak terjadi gagal ginjal progresif. kreatinin serum
>132.6 µmol/L atau Creatinine clearance <40
mL/min
• Tidak disertai: syok, infeksi bakteri, pengobatan
dengan obat nefrotoksik, kehilangan cairan melalui
gastrointestinal atau ginjal.
• Tidak ada perbaikan penggunaan diuretic
GEJALA KLINIS
a. Sirosis dengan asites
b. Kreatinin serum > 133 µmol/L (1.5 mg/dL)
c. Tidak ada perbaikan serum kreatinin (penurunan
≤133 µmol/L) paling sedikit 2 hari setelah pemberian
diuretik atau albimin; dosis albumin
direkomendasikan 1 gr/kgbb maksimum 100 gr/hari
d. Tidak ada syok
e. Tidak menggunakan obat-obatan yang nefrotoksisk
f. Tidak ada penyakit parenkim ginjal yang
diindikasikan dengan proteinuria >500 mg/hari,
mikrohematuria (>50 sel darah merah/lapang
pandang ) dan atau tidak ada kelainan pada USG
ginjal.
Sebagian besar pasien dengan SHR berada dalam keadaan sirosis, dengan gejala ikterik, perubahan status
mental, clubing finger, palmar eriteme dan spider naevi, asites yang resisten terhadap pemberian diuretik.
Gagal ginjal dapat timbul secara perlahan atau progresif dan biasanya diikuti dengan retensi natrium dan air
yang menimbulkan asites, edema dan delusional hiponatremia, yang ditandai oleh ekresi natrium urin yang
rendah dan oliguri–anuria.
TATALAKSANA
ANTIBIOTIK HEMODIALISA
Norfloxacin dapat mengurangi insiden spontaneus bacterial Hemodialisis digunakan pada penanganan SHR tipe 1,
peritonitis yang akan menghambat kejadian SHR dan dapat sambil menunggu transplantasi hati dan dapat
memperbaiki harapan hidup memperbaiki fungsi ginjal sementara.
VASOPRESIN TRANSPLA
Vasopresin analog (Ornopresin dan terlipresin) dan α- NTASI hati secara teori adalah terapi pilihan yang
Transplantasi
adrenergik agonis (norephinefrin, mododrine). Dosis tepat untuk meningkatkan harapan hidup penderita SHR
Terlipresin 5–20 μg/kgbb/dosis setiap 4 jam IV.16 baik tipe 1 maupun tipe 2.
TIPS
Transjugular intrahepatic portosystemic shunts (TIPS)
TIPS merupakan shunts yang dibuat antara vena jugular
yang dihubungkan melalui hepar dengan vena porta dihati
yang berguna untuk mengurangi tekanan vena porta.
SINDROM NEFRITIK
HEMATURIA
Makroskopik terdapat pada 30-70% kasus GNAPS, sedangkan hematuria mikroskopik dijumpai
hampir pada semua. Urin tampak seperti teh. Hematuria makroskopik biasanya timbul dalam
minggu pertama dan berlangsung beberapa hari, tetapi dapat pula berlangsung sampai beberapa
minggu
EDEMA
Edema paling sering terjadi di daerah periorbital (edema palpebra), disusul daerah tungkai.
Jika terjadi retensi cairan hebat, maka timbul asites, dan edema genitalia eksterna. Edema
palpebra sangat menonjol waktu bangun pagi, karena adanya jaringan longgar pada daerah
tersebut dan menghilang atau berkurang pada siang dan sore hari atau setelah melakukan
kegitan fisik. Edema bersifat pitting.
OLIGOURIA/ANURIA
Keadaan ini jarang dijumpai, terdapat pada 5-10% kasus GNAPS dengan
produksi urin kurang dari 350 ml/m2 LPB/hari. Oliguria terjadi bila fungsi ginjal
menurun atau timbul kegagalan ginjal akut.
HIPERTENSI
Gejala ini terdapat pada 60-70% kasus GNAPS. Umumnya terjadi dalam minggu
pertama dan menghilang bersamaan dengan menghilangnya gejala klinik yang lain.
EDEMA PARU
Kelainan ini bisa bersifat asimtomatik/hanya terlihat secara radiologi. Gejala-
gejala klinik adalah batuk, sesak napas, sianosis. Pada auskultasi terdengar ronki
basah kasar/basah halus. Keadaan ini umumnya terjadi dalam minggu pertama dan
kadang-kadang bersifat fatal
GEJALA LAIN
Gejala lain yang sering seperti pucat, malaise, letargi dan anoreksia. Gejala pucat
mungkin karena peregangan jaringan subkutan akibat edema atau akibat hematuria
makroskopik yang berlangsung lama
PEMERIKSAAN PENUNJANG
URINALISIS
• proteinuria : kualitatif proteinuria berkisar antara +1 sampai +4
• hematuria : eritrosit dalam urin penting untuk melacak lebih lanjut kemungkinan suatu
glomerulonefritis.
• sedimen abnormal : eritrosit & lekosit dismorfik, silinder seluler, granular, eritrosit, albumin, &
silinder lekosit
SERUM
Antibiotik
Untuk eradikasi streptokokus Penicillin 50.000 U/kgBB/hari, 10 hari, dapat dikombinasi amoksisillin 50
mg/kg/hari Erythromicyn 30 mg/kg/hari bila alergi penicillin
Diet
Bila edema berat, diberikan makanan tanpa garam, sedangkan bila edema ringan, pemberian garam dibatasi 1 g/hari.
Bila edema
Protein berat,
dibatasi bila diberikan makanan
kadar ureum tanpa
meninggi, yaitugaram, bila
sebanyak edema
0,5-1 ringan, pemberian garam dibatasi 0,5-1
g/kgbb/hari
g/hari. Protein dibatasi bila kadar ureum meninggi, 0,5-1 g/kgbb/hari. Asupan cairan harus
diperhitungkan dengan baik, terutama pada penderita oliguria atau anuria
Bendungan sirkulasi
Pembatasan cairan, dengan kata lain asupan harus sesuai dengan keluaran. Bila terjadi edema berat atau
tanda-tanda edema paru akut, harus diberi diuretik, misalnya furosemid. Bila tidak berhasil, maka
dilakukan dialisis peritoneal
Hipertensi
Pada hipertensi sedang atau berat tanpa tanda-tanda serebral dapat diberi kaptopril (0,3-2
mg/kgbb/hari) atau furosemid atau kombinasi keduanya.
1. Ensefalopati hipertensi.
2. Gangguan ginjal akut
3. Edema paru
4. Posterior leukoencephalopathy syndrome
PROGNOSIS